Pada seni rupa penggunaan sifat garis dan warna dalam penciptaan bentuk merupakan dasar penciptaan seni lukis para seniman Indonesia
kusnadi: 1977. Hal
itulah yang
merangsang untuk
menciptakan atau
mengekspresikan imajinasi atau khayalan penulis dalam karya seni lukis pop art dua dimensional karena memang landasan karya ilustratif yang
cukup membangun pola pengkaryaan penulis sendiri yaitu bagaimana mengilustrasikan sebuah kalimat dan menggayakan beberapa kaya melalui
lirik lagu.
G. Karya inspirasi
1. Roy Lichtenstein
Roy Licthenstein atau nama lengkapnya ketika lahir Roy Fox Lichtenstein terlahir pada tanggal 27 Oktober 1923 dan wafat pada 29
September 1997. Sebagian pekerjaannya dipengaruhi oleh bentuk iklan- iklan terkenal dan buku komik. Menurutnya, pop art bukanlah American
Painting, namun hanyalah industri lukisan saja. Salah satu karya lukisan Roy Lichtestein menggambarkan pesawat
tempur menembakkan roket ke sebuah pesawat musuh, dengan ledakan merah dan kuning. Gaya kartun diperkuat dengan penggunaan huruf
Whaam Dan kotak caption i pressed the fire control.. and a head of me rockets blazed through the sky..” dalam bahasa Indonesia berarti :“Aku
menekan pengendalian kebakaran ... dan di depanku roket menyala di
langit ...denganukuran 170X 400cm. “Whaam” mengikuti tema
berbasis komik strip dari beberapa lukisan sebelumnya dan dibuat antara tahun 1962 dan 1964. Ini adalah salah satu dari dua lukisan-perang
bertema besar terkenalnya. Dan saat ini tersimpan sebagai salah satu koleksi benda seni Tate Gallery London Ade Kusrianto: 2011
Roy Lichtestein “Whaam”.
1964
“Go for Barouque” Ukuran 107cm x 167cm
1967
2. Wedha Abdul Rasyid
Wedha Abdul Rasyid adalah seniman dari indonesia. Lahir di Pekalongan pada tanggal 10 Maret 1951. Dikenal sebagai pencipta aliran
WPAP Wedha Pop Art Potrait atau dulunya ia sebut FMB Foto Marak Berkotak, atas jasanya ini ia di juluki bapak ilustrasi Indonesia.
Ia berprofesi sebagi ilustrator sejak dekade 1970-an, mulai 1977, ketika begabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi seperti
karya fiksi Lupus. Pada tahun 1990, Wedha kemudian merencanakan cara baru untuk menggambar ilustrasi wajah. Hal ini dilakukan karena
penurunan daya pengelihatannya karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga sulit untuk menggambar wajah dalam bentuk yang realistis
dan detail. Wedha kemudian mencoba ilustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai
bagian dari gaya pop art. Secara teknik, WPAP mempunyai ciri khas tertentu dalam
penggambaran objek, dimana dalam WPAP penonton akan menemukan bidang berkotak-kotak dan penuh dengan warna-warni antar bidang tanpa
menghilangkan karakter objek atau model yang digambar. Dalam WPAP tidak ada bidang lengkung sebab itulah WPAP mempunyai ciri khas
tertentu yang membuat WPAP mempunyai keunikan tersendiri dalam segi teknik pembuatanmajalah desain grafis Concept edisi April 2007
Wedha Abdul rasyid “Potret Diri”
H. ALAT, BAHAN DAN TEKNIK SENI LUKIS