ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM-BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANINKUIRI TERBIMBING

Ibramsah

ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAMBASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING

Oleh
ANNISA MERISTIN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir luwes siswa
pada materi asam basa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa Natar yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini
mengunakan metode pre-eksperimen, desain penelitian one shot case study, dan
analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir luwes pada materi asam-basa menggunakan model inkuiri terbimbing
pada kelompok tinggi 57,14% berkriteria sangat baik, 28,57% berkriteria baik,
dan 14,3% lain-nya berkriteria cukup; kelompok sedang 31,25% berkriteria sangat
baik dan 68,75% berkriteria baik; kelompok rendah, 33,33% berkriteria baik dan
66,67% berkriteria cukup.


Kata kunci : asam-basa, inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir luwes, kelompok
kognitif

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 10 September 1992, anak
pertama dari empat bersaudara, buah hati Bapak Dr. Sunyono, M. Si dan Ibu Rini
Sugiarti, S. Pd.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1998 di SD Negeri 1 Haduyang Natar yang
diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMP Negeri 1 Natar yang
diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007 masuk SMA Negeri 9 Bandar
Lampung yang diselesaikan tahun 2010, dan pada tahun yang sama diterima di
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta,
Bandung, Yogyakarta dan Surabaya pada tahun 2013. Pada tahun 2013, mengikuti
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sumberjaya, Lampung

Barat yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di desa
Tugusari, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat.

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut namaMu Ya ALLAH telah Engkau limpahkan rahmat dan
karuniaMu yang tiada pernah terputus sehingga skripsi ini bisa terselesaikan,
dengan penuh rasa syukur kupersembahkan tulisan sederhana ini kepada:
 Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu medo akan anak-anak
nya dan memberikan motivasi terhebat dengan penuh
kasih sayang.
Semua kerja keras Ayah dan Ibu tiada mungkin
terlupakan dan terbalaskan. Semoga Allah selalu
mencurahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kalian.


Adik adikku tercinta yang memberiku
dorongan dan keceriaan dalam hidup ini.

 Sahabat- sahabat tersayang yang tak bisa ku sebutkan

satu persatu terima kasih atas canda, tawa,
persahabatan serta kekeluargaan yang telah kalian
berikan.
 Teman-teman Pendidikan Kimia 2010.
 Almamaterku tercinta.

MOTO

Jangan tergantung pada orang lain. Yakinlah bahwa kamu lebih
berani, lebih kuat, lebih pintar dari apa yang kamu pikirkan
(Anonim)
Happiness can be found even in the darkest of times, if one only
remembers to turn on the light (Dumbledore)
I must fight for my future (Annisa Meristin)

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa mencucurkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi “Analisis
Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Asam-Basa Menggunakan Model Inkuiri
Terbimbing” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Ucapan terima kasih pun tak lupa dihaturkan kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
dan Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

4.


Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

5.

Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas atas segala bimbingan,
saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

6.

Ibu Dra. Hj. Nurpuri S, selaku kepala SMA Swadhipa Natar Kabupaten
Lampung Selatan dan Ibu Rini Sugiarti, S. Pd, selaku guru mitra atas kerja sama
dan bimbingannya.

7.

Sahabat wink (Debie, Eva, Fuah, Yuwanti, Arip, Revi, dan Yudha) serta Suha
atas dukungan, doa, dan semangatnya.


8.

Teman-teman seperjuangan, Nirtika, Kenia, Ali Rifa’i, atas kerjasamanya dan
dukungannya.

9.

Teman-teman Tugusari, Benk, Lulu, Vivien, Bangun, Josan, Mas Edi, Kak
Ilman, Tya, dan keluarga baru Saya di Tugusari.

Akhirnya penulis menghaturkan maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang
kurang berkenan. Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2014
Penulis,

Annisa Meristin

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................

ix

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................


5

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

E. Ruang Lingkup ....................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

8

A. Pembelajaran Konstruktivisme ..........................................................

8

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............................................


9

C. Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................................

14

D. Konsep ................................................................................................

18

E. Kemampuan Kognitif ..........................................................................

18

F. Kerangka Pemikiran ............................................................................

22

G. Anggapan Dasar ..................................................................................


23

H. Hipotesis .............................................................................................

23

I.

v

III. METODE PENELITIAN ...........................................................................

24

A. Populasi dan Sampel ...........................................................................

24

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................


24

C. Metode dan Desain Penelitian .............................................................

25

D. Variabel Penelitian ..............................................................................

25

E. Instrumen Penelitian ...........................................................................

26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .........................................................

27

G. Hipotesis Kerja ....................................................................................

29

H. Teknik Analisis Data ...........................................................................

30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................

33

B. Pembahasan .........................................................................................

36

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing .......................................
2. Keterampilan berpikir luwes .........................................................
3. Kendala penelitian ........................................................................

36
42
43

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................

44

B. Saran .....................................................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Analisis SKL-KI-KD ..........................................................................
Silabus .................................................................................................
RPP ......................................................................................................
Lembar Kerja Siswa 1 .........................................................................
Lembar Kerja Siswa 2 .........................................................................
Lembar Kerja Siswa 3 .........................................................................
Soal Tes Kesetimbangan Kimia...........................................................
Kunci Jawaban Tes .............................................................................
Kisi-Kisi Postes ...................................................................................

49
61
76
102
108
117
127
133
140
vi

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Soal Postes ..........................................................................................
Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes ..............................
Kuesioner ............................................................................................
Penentuan Kelompok Siswa ...............................................................
Hasil Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Luwes ...............................
Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa .................................
Data Kuesioner ....................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Siswa .....................................................
Lembar Observasi Guru ......................................................................
Surat Keterangan Penelitian ................................................................

150
154
161
162
164
166
168
170
178
186

vii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ..................................................... 14
2.

Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ...................................

15

3.

Indikator keterampilan berpikir kreatif ......................................................

16

4.

Analisis konsep materi asam-basa .............................................................

20

5.

Desain penelitian ........................................................................................

24

6.

Kriteria pengelompokkan siswa .................................................................

30

7.

Data hasil perhitungan kriteria pengelompokkan siswa ............................

30

8.

Kriteria tingkat kemampuan siswa .............................................................

31

9.

Keterlaksanaan proses belajar mengajar ....................................................

34

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Prosedur pelaksanaan penelitian ................................................................

28

2.

Nilai rata-rata kemampuan berpikir luwes .................................................

33

3.

Presentase siswa pada kemampuan berpikir luwes ....................................

34

ix

1

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mencakup tiga aspek yaitu proses, produk dan sikap. Menurut Trowbridge dan Bybee dalam (Suyatna, 2009), IPA sebagai proses
merupakan metoda ilmiah yang dimulai dari mencari tahu tentang fenomena alam
secara sistematis; IPA sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, prinsip atau konsep; sedangkan IPA sebagai sikap, dapat diperoleh
dengan mengembangkan proses IPA seperti sikap ingin tahu, menghargai pembuktian, berpikir kritis, kreatif, berbicara berdasarkan kepada bukti-bukti konkrit
atau data, dan peduli terhadap lingkungan.

Ilmu kimia adalah salah satu rumpun IPA yang memiliki karakteristik yang sama
dengan IPA yang dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melainkan proses penemuannya. Dalam pedoman pengembangan kurikulum 2013
ditegaskan bahwa pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk mendapatkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.

2

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang
diberikan. Munandar (2008) menjelaskan bahwa ciri-ciri aptitude dari kreativitas
(berpikir kreatif), yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibility), berpikir orisinil, berpikir elaborasi (elaboration), dan berpikir evaluasi (evaluation).

Secara eksplisit, keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar
Kompetensi Lulusan kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa
diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah
secara mandiri (Kemdikbud, 2013).

Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa kelas XI IPA pada kurikulum 2013 ini yaitu pada KD/KI 3 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan
konsep asam-basa dan/atau pH larutan serta pada KD/KI 4 yaitu mengajukan ide/
gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman
asam/basa atau titrasi asam/basa. Untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan
pembelajaran yang relevan, yaitu siswa diajak untuk melihat keeratan hubungan
antara konsep yang dipelajari dengan fakta dalam kehidupan sehari- hari, seperti
pada topik asam-basa; misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Namun yang terjadi selama ini
adalah topik asam-basa dalam pembelajaran kimia di SMA lebih dikondisikan

3

untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan tidak merasakan manfaat
dari pembelajaran asam-basa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru
kimia SMA Swadhipa Natar diketahui bahwa pembelajaran kimia di sekolah tersebut hanya menekankan pada aspek produknya saja. Pembelajaran kimia di
SMA Swadhipa lebih dominan menggunakan metode ceramah walaupun terkadang diselingi praktikum pada materi tertentu yang hanya membuktikan konsep.
Pada proses pembelajarannya guru menyampaikan materi sedangkan siswa hanya
mendengarkan dan mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa
tidak terlibat secara aktif di dalamnya. Oleh karena itu keterampilan berpikir
kreatif siswa rendah.

Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pokok asambasa adalah model inkuiri terbimbing. Selain itu, menurut Douglas dan Chiu
(2009) salah satu cara untuk mengubah pembelajaran tradisional yang bersifat
teacher centered adalah dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Melalui inkuiri
terbimbing, guru berusaha menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif bagi
siswa dimana mereka dapat mengalami sendiri proses pencarian fakta-fakta yang
kemudian diuji, dievaluasi dan dipergunakan untuk memecahkan masalah (Thier,
2003; Douglas dan Chiu, 2009).

4

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Melalui pemberian
pertanyaan atau permasalahan, siswa akan terlatih untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban dari permasalahan, yang tidak lain adalah keterampilan berpikir kreatif. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010). Dari tahapantahapan ini keterampilan berpikir kreatif khususnya indikator kemampuan berpikir luwes pada materi asam-basa sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu dengan siswa melihat fakta sifat asam-basa di lingkungan sehari-hari, kemudian merumuskan masalah dan siswa menarik hipotesis
lalu menguji hipotesisnya melalui percobaan dan menarik kesimpulan.

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah Redjeki dan Pullaila (2007) yang meneliti model pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan penguasaaan dan keterampilan berpikir kreatif
siswa SMA Negeri 1 Rambah pada materi suhu dan kalor. Dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa peningkatan penguasaaan suhu dan kalor, bagi siswa yang
memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran laboratorium verifikasi. Selanjutnya
Suharyanti (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh me-

5

tode inkuiri terhadap kreativitas siswa kelas VIII A SMP Negeri 7 Salatiga untuk
kelompok siswa dengan kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.

Kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok
kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). Melalui model inkuiri
terbimbing diharapkan keterampilan berpikir kreatif dan kemampuan kognitif
siswa dapat meningkat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
tingkat keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi asam-basa dengan judul :
“Analisis Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Asam-Basa Menggunakan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir luwes siswa pada materi asambasa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok
tinggi, sedang, dan rendah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi asam basa melalui pe-

6

nerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Memberikan informasi kepada guru-guru kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswanya pada materi asam-basa menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.

2.

Sebagai referensi kepada sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran yang
meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa.

3.

Sebagai pengalaman secara langsung dalam melatih kemampuan berpikir
luwes bagi siswa dalam memahami materi kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah.

2.

Keterampilan berpikir kreatif yang diteliti adalah kemampuan berpikir luwes
menurut Munandar (2008), yaitu kemampuan menghasilkan gagasan atau
jawaban yang bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda.

3.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010)
yang terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan

7

(fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Menurut Glasersfeld (Marlinda, 2012) mengemukakan: “Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Glasersfeld juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri,
maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak
harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif
dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat di-

9

pindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu
(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi
individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya
untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
Mengajar adalah membantu siswa belajar
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
Kurikulum menekankan partisipasi siswa
Guru adalah fasilitator.

B. Model Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri selaras dengan pendekatan konstruktivisme. Inkuiri
dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan

10

atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).
Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan
kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al dalam Cahyono (2010): “The general
goal of inquiry training is to help students develop the intellectual discip-line and

11

skills necessary to raise questions and search out answers stemming from their
curiosity”

Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung
dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa
tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun menurut Prambudi (2010) pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun
teknis, kelemahan pembelajaran inkuri yaitu :
1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

12

Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model
inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu :
1.

Guided Inquiry

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan
masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelejensi rendah tetap
mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.
2.

Modified Inquiry

Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Selain itu , guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan
dalam memecahkan masalah.
3.

Free Inquiry

Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam masalah yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada
kedua jenis inkuiri sebelumnya.

13

4.

Inquiry Role Approach

Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam timtim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memceahkan masalah
yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu
sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
5.

Invitation Into Inquiry

Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan
cara-cara yang lain ditempuh para ilmuwan.

Martin dan Hansen (Dewi, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) memberikan kesempatan pada siswa dalam merumuskan
prosedur, menganalisis hasil dan mengambil keputusan secara mandiri, sedangkan
guru bertugas dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, artinya bahwa guru berperan sebagai pemimbing dan fasilitator.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa
diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari
guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya
siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur.
Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa
dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

14

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan
oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing
tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No
1.

Fase
Mengajukan
pertanyaan
atau permasalahan

2.

Kegiatan Guru
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah. Guru
membagikan LKS kepada siswa

Membuat
hipotesis

Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprio-ritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas
penyelidikan

Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau datadata melalui percobaan maupun
telaah literatur

Menganalisis
data

Guru memberi kesempatan pada
tiap siswa untuk menyampaikan
hasil pengolahan data yang
terkumpul

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan

3.

4.

5.

Kegiatan Siswa
Siswa
mengidentifikasi
masalah yang
terdapat dalam LKS
Siswa memberikan
pendapat dan
menentukan
hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan
Siswa melakukan
percoba-an maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan datadata atau informasi
Siswa
mengumpulkan dan
menganalisi data
serta menyampaikan
hasil peng-olahan
data yang terkumpul
Siswa membuat
kesimpulan

C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan,
mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu
persoalan atau gagasan lama. Amin menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu

15

pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan
hasil artistik penemuan ilmiah dan penciptaan baru, baik sama sekali baru bagi
dunia ilmiah maupun secara relatif baru bagi individu sendiri, walaupun orang
lain mungkin telah menemukan atau memproduksi sebelumnya.
Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar (fluency)

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

Arti
a. Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
b. Arus pemikiran lancar.
a. Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;

16

Lanjutan Tabel 2.
Perilaku

3) Berpikir Orisinil (originality)

4) Berpikir terperinci (elaborasi)

Arti
b. Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
c. Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain, yang
jarang diberikan kebanyakan orang.
a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail;
c. Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator keterampilan berpikir kreatif
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.

17

Lanjutan tabel 3.
Pengertian
2) Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban.

Berpikir Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan
atau produk.
2) Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1) Menentukan kebenaran suatu
per-tanyaan atau kebenaran
suatu penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3) Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku
d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek
atau situasi.
a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
yang baru.
a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan lang-kahlangkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambaranya sen-diri atau
gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
d. Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
e. Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir luwes.

18

D. Kemampuan Kognitif Siswa
Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan
kognitif (Winarni, 2006).

Lebih lanjut Nasution (Winarni 2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam
satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3
kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah. Menurut Anderson dan Pearson (Winarni 2006), apabila siswa memiliki
tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
mencari dan memahami materi yang dipelajari.

E. Konsep
Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan
skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara
kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental
yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.
Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat

19

mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain
yang berhubungan.

Herron et al. (1977) dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan
suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Lebih
lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa
analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong
guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama
atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel,
posisi konsep, contoh, dan non contoh. Berikut ini adalah tabel analisis konsep
asam basa.

20

Tabel 4. Analisis konsep materi asam-basa.
Label
Konsep
(1)
Larutan
Asam

Larutan
Basa

Definisi Konsep
(2)
Larutan yang di dalam
air melepaskan ion H+
menurut teori Arrhenius,
dimana jumlah konsentrasi ion H+ menunjukan
kekuatan asam suatu larutan yang dinyatakan
dengan suatu derajat keasaman (pH), spesi yang
mendonorkan proton menurut teori BronstedLowry, dan menerima
pasangan elektron menurut teori Lewis.
Larutan yang di dalam
air melepaskan ion OH–
menurut teori Arrhenius,
dimana larutan asam
basa tersebut dapat
diidentifikasi sifatnya
dengan menggunakan
indikator asam basa,
spesi yang menerima
proton menurut Bronsted
- Lowry, dan melepaskan
pasangan elektron
menurut Lewis.

Jenis
Konsep
(3)
Konsep
Abstrak

Konsep
Abstrak

Atribut

Posisi Konsep

Kritis
(4)

Lar
utan asam

kek
uatan asam

Der
ajat
keasaman
(pH)

Variabel
(5)

Lar
utan asam

Ko
nsentrasi ion
H+

Superordinat
(6)
Larutan

Koordinat
(7)

L
arutan
elektrolit

L
arutan non
elektrolit

Subordinat
(8)

kekua
tan asam

deraj
at keasaman
(pH)


Lar
utan basa

Indi
kator asam
basa


Lar
utan basa

Ko
nsentrasi ion
OH-

Larutan


L
arutan
elektrolit

L
arutan non
elektrolit


Indik
ator asambasa

Contoh
(9)

Lar
utan HCl

Lar
utan
CH3COOH


Lar
utan NaOH

Lar
utan NH4OH

Non Contoh
(10)
Larutan
C6H12O6

Larutan NaCl

21

Tabel 4. (Lanjutan)
(1)
Kekuatan
asam

(2)
Asam adalah spesi yang
apabila dilarutkan dalam
air menghasilkan ion H+,
dimana jumlah
konsentrasi ion H+
menunjukan kekuatan
asam suatu larutan yang
dinyatakan dengan suatu
derajat
Kemampuan spesi basa
untuk menghasilkan ion
OH- dalam air yang
bergantung pada derajat
kebasaan (pOH)

(3)
Konsep
abstrak

(4)
 Asam
Arrhenius
 Kekuatan
asam
 Indikator
asam

(5)
Konsentrasi
ion H+

(6)
 Larutan
Asam
 Larutan
basa

(7)
Konsep
pH,pOH
dan pKw

(8)
 Derajat
ionisasi
 Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
 Tetapan
ionisasi basa
(Kb)

(9)
Asam kuat =
HCl

(10)
Asam kuat=
CH3COOH

Konsep
abstrak

 Kekuatan
asam basa
 Derajat
keasaman

Konsentrasi
ion OH-

 Larutan
Asam
 Larutan
basa

Konsep
pH,pOH
dan pKw

 Derajat
ionisasi
 Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
 Tetapan
ionisasi basa
(Kb)

Basa kuat =
NaOH

Basa kuat =
NH4OH

pH

Derajat keasaman suatu
larutan yang bergantung
pada konsentrasi ion H+

 Derajat
keasaman
(pH)

Konsentrasi
ion H+

Asam basa
Arrhenius

 pOH
 pKw

pH HCl 1 M
=1

pH HCl 1 M =
12

Indikator
asam
basa

Suatu spesi yang
digunakan untuk
mengetahui sifat asam
atau basa dari suatu
larutan berdasarkan
trayek pH pada indikator
yang digunakan

Konsep
abstrak
contoh
konkrit
Konsep
konkrit

 indikator
asam basa
 trayek pH

Larutan
yang diuji

Asam basa
Arrhenius

pH larutan

 metil
orange
 PP
 Metil
merah

NaOH

Kekuatan
basa

(Widodo, 2013)

22

F. Kerangka Pemikiran

Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar siswa yang aktif serta memupuk kerjasama antar siswa karena siswa dihadapkan pada masalah yang erat kaitannya dalam kehidupan seharihari untuk dipecahkan dengan bimbingan dari guru, kemudian siswa berdiskusi
untuk memecahkan masalah dari suatu hipotesis yang mereka buat sendiri sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kreatif diantaranya keterampilan berpikir
luwes.

Adapun tahap-tahap proses pembelajaran pada model inkuiri terbimbing ini yaitu:
pada tahap pertama, siswa dihadapkan pada masalah untuk siswa selesaikan. Pada tahap ini, diharapkan siswa akan terstimulus untuk mendefinisikan masalah
yang mereka hadapi. Pada tahap kedua yakni membuet hipotesis, siswa dengan
bimbingan guru mencari solusi untuk masalah yang disajikan. Informasi yang
mereka peroleh digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang disajikan.
Pada akhirnya siswa akan membuat suatu hipotesis mengenai solusi dari masalah
tersebut. Pada tahap ketiga yaitu mengumpulkan data dan tahap keempat yaitu
menganalisis data. Hipotesis yang telah dibuat, diuji kebenarannya dengan melakukan percobaan maupun telaah literatur serta menyampaikan hasil pengolahan
data. Pada tahap ini bertujuan melatih keterampilan keluwesan seperti menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Pada tahap kelima yaitu membuat kesimpulan, pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan mediator, hingga pada akhir pembelajaran siswa dapat menarik kesimpulan dari masalah-masalah yang ada.

23

Dengan demikian, dalam penelitian ini model Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran kimia dikelas diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
luwes sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa akan semakin tinggi sebanding
dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa.

G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA
Swadhipa Natar tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

H. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat kemampuan
kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan berpikir luwes siswa
untuk siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Jumlah kelas XI IPA di SMA Swadhipa Natar Tahun Ajaran 2013/2014 ada satu
kelas, jadi yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA dengan jumlah
32 siswa.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimen dengan desain penelitian
yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu
perlakuan kemudian diobservasi. Dengan desain sebagai berikut (Creswell, 1997):

X
Keterangan:

O

X = Perlakuan yang diberikan
O = Posttest

25

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data hasil tes materi kesetimbangan kimia untuk mengelompokkan siswa
sesuai kelompok kognitifnya.
2. Data kinerja guru.
3. Data aktivitas siswa.
4. Data hasil tes setelah pembelajaran (posttest) mengenai asam basa.
5. Data keterlaksanaan proses pembelajaran asam basa dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:
1. Silabus dan RPP
2. LKS kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi asam
basa sejumlah 3 LKS. LKS 1 mengenai sifat asam basa suatu larutan dan mendefinisikan asam basa arrhenius. LKS 2 mengenai kekuatan asam basa berdasarkan harga PH. LKS 3 mengenai hubungan antara kekuatan asam atau basa
dengan derajat pengionan dan hubungan antara derajat pengionan dengan tetapan asam atau tetapan basa.
3. Tes Tertulis yang digunakan yaitu
(a) tes materi kesetimbangan kimia yang terdiri dari 8 soal dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai dengan kelompok
kognitifnya.

26

(b) postes materi asam basa yang terdiri dari 6 soal dalam bentuk uraian yang
sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif.
4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi
tanda check list pada kolom yang telah disediakan.
5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan.

E. Validasi Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu,
perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian
instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas
isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan postes. Bila antara unsur-unsur itu
terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk
mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai yang
dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dr. Noor
Fadiawati, M.Si sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Swadhipa Natar untuk melaksanakan
penelitian.
b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru
kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi
pokok asam basa yang dapat melatihkan keterampilan berpikir kreatif.
d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap Pendahuluan: Observasi
b. Tahap persiapan
1) Membuat instrumen penelitian (Silabus, RPP, LKS, dan Postes) yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan berpikir
kreatif siswa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2) Melakukan validasi instrumen.
c. Tahap pelaksanaan penelitian
1) Melaksanakan proses pembelajaran materi asam basa pada subyek penelitian melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2) Memberikan postes kepada subyek penelitian.

28

3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah pembelajaran materi asam-basa.
d. Tahap analisis data
1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa untuk memperoleh
informasi mengenai keterampilan berfikir kreatif siswa.
2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
3) Menarik kesimpulan.
Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut

Tahap
analisis data

Tahap
pelaksanaan

Tahap
persiapan

Tahap
pendahuluan

ini:

Observasi Pendahuluan
Menentukan Subyek Penelitian
Membuat instrumen penelitian
Perbaikan

Perbaikan

Validasi instrumen penelitian
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Kuesioner

Postes
Analisis Data
Pembahasan
Simpulan

Gambar 1. prosedur pelaksanaan penelitian

29

G. Teknik Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok ini berdasarkan hasil
nilai tes materi kesetimbangan kimia.

Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentan