ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA
DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING

Oleh
TRI EPRININGSIH

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

Tri Epriningsih


ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA
DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING
Oleh
TRI EPRININGSIH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mengaplikasikan
suatu kasus dan menarik kesimpulan pada materi asam basa melalui penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok kognitif tinggi,
sedang, dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA
Negeri 1 Bandar Sribhawono tahun 2012/2013. Penelitian ini merupakan preeksperimen dengan desain penelitian one shot case study. Analisis data menggunakan analisis deskriptif

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan (1) Kemampuan mengaplikasikan suatu kasus pada kelompok tinggi, yaitu sebagian kecil berkriteria sangat
baik, dan hampir seluruhnya berkriteria baik; pada kelompok sedang, sebagian
kecil berkriteria sangat baik, sebagian besar berkriteria baik dan hampir separuhnya berkriteria cukup; pada kelompok rendah sebagian kecil berkriteria sangat
baik, separuhnya berkriteria baik, hampir separuhnya berkriteria cukup, dan
sebagian kecil berkriteria kurang. (2) Kemampuan menarik kesimpulan pada

kelompok tinggi, yaitu hampir separuhnya berkriteria sangat baik dan sebagian

Tri Epriningsih

besar berkriteria baik; pada kelompok sedang, hampir separuhnya berkriteria sangat baik, hampir separuhnya baik, dan hampir separuhnya cukup; pada kelompok
rendah hampir separuhnya berkriteria baik dan sebagian besar berkriteria cukup.

Kata kunci

: Kemampuan mengaplikasikan suatu kasus, menarik kesimpulan,
kelompok tinggi, sedang, rendah, inkuiri terbimbing

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
I.

II.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................


6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ...........................................................

8

B. Inkuiri Terbimbing ...............................................................................

9

C. Keterampilan Berpikir Kritis ...............................................................

12

D. Kemampuan Kognitif...........................................................................

15

E. Konsep .................................................................................................


16

F. Kerangka Pemikiran.............................................................................

21

G. Anggapan Dasar ...................................................................................

22

H. Hipotesis Umum ..................................................................................

22

III. METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian ................................................................................

23


vi

B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................

23

C. Data Penelitian ....................................................................................

24

D. Instrumen Penelitian ............................................................................

24

E. Validitas Instrumen Penelitian .............................................................

25

F. Prosedur Penelitian ..............................................................................


26

G. Teknik Pengelompokkan Siswa ...........................................................

28

H. Teknik Analisis Data ..........................................................................

30

1V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................

33

B. Pembahasan ............................................................................................

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................

46

B. Saran .......................................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Pemetaan ....................................................................................................
Silabus .........................................................................................................
RPP.. ........................................................................................... ................
Lembar Kerja Siswa I .................................................................................
Lembar Kerja Siswa 2 .................................................................................
Lembar Kerja Siswa 3 .................................................................................
Kisi-Kisi Soal Posttest ................................................................................
Soal Posttest ................................................................................................
Rubrik Penskoran Posttest ..........................................................................
Angket .........................................................................................................
Perhitungan Pengelompokkan Siswa ..........................................................
Perhitungan Data .........................................................................................

Lembar Afektif ............................................................................................
Lembar Psikomotor .....................................................................................
Lembar Observasi Aktifitas Siswa..............................................................
Lembar Observasi Guru ..............................................................................
Surat Keterangan Penelitian ........................................................................

50
61
74
101
109
121
135
138
140
146
147
149
156
158

161
164
167
vi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun suatu bangsa.
Untuk mempersiapkan bangsa yang berkualitas diperlukan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berkualitas pula. Proses belajar mengajar yang baik sangat menentukan kualitas pendidikan. Dalam proses belajar terjadi proses berpikir yang diperoleh melalui pengajaran dari berbagai disiplin ilmu. Tuntutan berpikir yang diperlukan oleh siswa untuk menghadapi perubahan teknologi yang cepat saat ini adalah
keterampilan berpikir kritis (Arifin, 2000).

Ilmu kimia merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki nilai
untuk menanamkan kecakapan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilmiah. Pembelajaran kimia di sekolah memiliki tujuan dan
fungsi tertentu, diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan dan fungsi

2

tersebut, maka pola pikir dengan berpikir kritis perlu dikembangkan karena kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

Achmad dalam Gustini (2010) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan salah
satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukkan sistem
konseptual siswa. Berpikir kritis tidak hanya menerima informasi dari pihak lain, tetapi melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan keputusan sampai
ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung oleh bukti
atau informasi.

Menurut Nasution dalam Winarni (2006) kemampuan kognitif adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap
suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal
atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi. Dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3
kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka keterampilan berpikir kritis siswa akan berbeda-beda sesuai
dengan tingkat kemampuannya.

Faktanya dalam pembelajaran kimia di sekolah hingga saat ini keterampilan berpikir
kritis belum dilakukan secara terprogram oleh para guru. Hal ini diperkuat dengan

3

hasil observasi yang telah dilakukan di SMAN 1 Bandar Sribhawono, pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru sehingga interaksi yang terjadi
hanya satu arah. Padahal, peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa tersebut, salah satunya
adalah kemampuan berpikir kritis. Rendahnya keterlibatan siswa menutup kesempatan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.

Salah satu Kompetensi Dasar (KD) mata pembelajaran kimia pada materi asam basa
yang harus dikuasai siswa kelas XI IPA semester genap adalah mendeskripsikan
teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan.
Pada KD ini terdapat teori dan konsep asam basa yang dapat ditemukan oleh siswa
melalui analisis hasil praktikum. Oleh karena itu, siswa perlu dilatih keterampilan
berpikir kritis saat menganalisis hasil praktikum tersebut. Beberapa keterampilan
berpikir kritis yang dapat dilatihkan pada KD tersebut adalah kemampuan menarik
kesimpulan dan kemampuan mengaplikasikan suatu kasus. Pada kemampuan
menarik kesimpulan siswa diminta untuk menyimpulkan dari data percobaan asam
basa Arrhenius, konsep asam basa, dan kekuatan asam basa. Pada kemampuan
mengaplikasikan suatu kasus, contohnya siswa diminta mengaplikasikan kasus atau
permasalahan asam basa yang diberikan guru, misalnya mengaplikasikan rumus pH
dalam menentukan kekuatan asam.
Pada penerapannya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai kemampuan
mengaplikasikan suatu kasus dan menarik kesimpulan tersebut maka diperlukan
pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme. Salah satu model pembelajaran ber-

4

filosofi konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengaplikasikan suatu kasus dan kemampuan menarik kesimpulan siswa pada materi
asam basa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu menjadi model pembelajaran yang tepat untuk digunakan
dalam pembelajaran kimia yang meliputi konsep-konsep dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan
terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat
atau kecakapan individu, dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
(Roestiyah, 1998).

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang model inkuiri terbimbing dan keterampilan berpikir kritis adalah Septiana (2012) yang meneliti tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang
dapat diterima pada siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri I Gading Rejo. Hasilnya mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan
konsep yang dapat diterima.

Penelitian lain yang dilakukan Purlistyani (2012) yang yang meneliti tentang analisis keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI pada pembelajaran sifat-sifat koloid
dengan model pembelajaran discovery-inquiry, diperoleh hasil pencapain siswa ke-

5

lompok tinggi, sedang dan rendah pada seluruh sub indikator keterampilan berpikir
kritis secara berturut-turut sebesar 76%, 70% dan 64,4% yang tergolong baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilaksanakanlah penelitian ini dengan
judul : “Analisis Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menyimpulkan
Pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana kemampuan siswa dalam mengaplikasikan suatu kasus pada materi
asam basa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah?

2.

Bagaimana kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada materi asam
basa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa
kelompok tinggi, sedang, dan rendah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk :

6

1.

Mendeskripsikan kemampuan mengaplikasikan suatu kasus pada materi asam
basa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa
kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

2.

Mendeskripsikan kemampuan menarik kesimpulan pada materi asam basa
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa
kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa dan melatih
kemampuan mengaplikasikan suatu kasus dan menarik kesimpulan.

2.

Bagi guru, yaitu memperoleh gambaran mengenai analisis kemampuan
mengaplikasikan suatu kasus dan menarik kesimpulan siswa kelas XI dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, Tahun Pelajaran 2012/2013.

7

2.

Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir kritis
menurut Ennis (1985) yaitu (a) memberikan penjelasan sederhana dengan
indikator bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang
menantang yang berfokus pada sub indikator mengaplikasikan suatu kasus; (b)
menyimpulkan dengan indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil
induksi yang berfokus pada sub indikator menarik kesimpulan.

3.

Materi kimia yang diteliti adalah materi asam basa dengan sub pokok bahasan
teori asam basa Arrhenius.

4.

Model Pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terbimbing menurut Gulo
(Trianto, 2010) yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) mengajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan
(5) membuat kesimpulan.

5.

Kelompok tinggi, sedang, dan rendah merupakan kelompok siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan.
Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan
selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang.
Menurut Slavin (Trianto, 2010) teori pembelajaran konstruktivisme: merupakan teori
pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

9

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6. Guru adalah fasilitator.

B. Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. (Trianto, 2010)

Inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsurunsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi,
menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa yang mempunyai
intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan
oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

10

Adanya inkuiri dalam proses pengajaran menurut Arifin (1995) dapat dilihat dari ciri
berikut:
1. Cara berfikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada
generalisasi.
2. Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu (masalah
tertentu) sampai generalisasi tentang obyek tersebut.
3. Guru sebagai pengontrol data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam
kelas.
4. Siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan
pula hubungan berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain
dalam kelas.
5. Kelas dianggap sebagai laboratorium.
6. Generalisasi, biasanya tercipta dari siswa.
7. Guru mendorong untuk mengkomunikasikan generalisasi yang didapat siswa.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo
(Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan
pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No.
1.

2.

3.

Fase
Mengajukan
pertanyaan
atau permasalahan
Membuat
hipotesis

Mengumpulkan data

Kegiatan Guru
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah. Guru
membagi siswa dalam kelompok
Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau data-

Kegiatan Siswa
Siswa mengidentifikasi
masalah dan siswa
duduk dalam kelompoknya masing-masing.
Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah

11

data melalui percobaan maupun
telaah literature
4.

Menganalisis
data

Guru memberi kesempatan pada
tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul

5.

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan

literatur untuk mendapatkan data-data atau
informasi
Siswa mengumpulkan
dan menganalisis data
serta menyampaikan
hasil pengolahan data
yang terkumpul
Siswa membuat kesimpulan

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru.
Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
obyektif, jujur dan terbuka.
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:
1.
2.
3.

Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukakan untuk membantu
siswa menemukan konsep.
Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaanpertanyaan.

Kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:
1.

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa
terdorong mengajukan dugaan awal.

12

2.
3.

Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi.
Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun
gagasan tersebut belum tepat.

C. Ketrampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan
tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang
bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan.
Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan
berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985).

Sudut pandang berpikir kritis disampaikan oleh Muhfahroyin dalam Gustini (2010)
yang menyatakan bahwa berpikir kritis adalah: 1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, 2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, 3) keinginan untuk
mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, 4) sikap dari keterbukaan pikiran,
5) kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), 6)
menghargai pendapat orang lain, 7) toleran terhadap keambiguan.

Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa
yang harus dipercaya atau dilakukan. Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang untuk berlatih menggunakannya
dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu
kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep,

13

tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki.
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang
disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
No
Unsur
1 Focus

2

Reasoning

3

Inference

4

Situation

5

Clarity

6

Overview

Keterangan
Memfokuskan pemikiran, menggambarkan
poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau
permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di
dalam argumen dan pada akhirnya didapat
kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau
permasalahan tersebut.
Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus
disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari
argumen yang diajukan harus dapat
mendukung kesimpulan dan pada akhirnya
alasan tersebut dapat diterima sebelum
membuat keputusan akhir.
Ketika alasan yang telah dikemukakan benar,
apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat
mendukung kesimpulan.
Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut
dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik
(keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).
Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau
pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat
orang lain memahami apa yang diungkapkan
Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang
telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan,
pelajari, dan simpulkan.

Moore dan Parker (dalam Liliasari, 2011) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki
beberapa karakteristik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat.
Membedakan klaim yang rasional dan emosional.
Memisahkan fakta dari pendapat.
Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain.

14

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Menunjukkan analisis data atau informasi.
Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan
informasi.
Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau
bermaknaganda.
Membangun argumen yang meyakinkan.
Memilih data penunjang yang paling kuat.
Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan
informasi tambahan.
Menyadari ketidakjelasan.
Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan
keputusan.
Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam
pengambilan keputusan.
Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu.
Menggunakan bukti secara benar.
Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.

Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang
dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence),
membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik
(strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memfokuskan pertanyaan.
Menganalisis argumen.
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang
menantang.
Mempetimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.
Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.

15

9.
10.
11.
12.

Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
Mengidentifikasi asumsi.
Memutuskan suatu tindakan.
Berinteraksi dengan orang lain.

Tabel 3. Indikator yang dikembangkan oleh peneliti:
No
1.

Kelompok
Memberikan penjelasan
sederhana

2.

Menyimpulkan

Indikator
bertanya dan
menjawab pertanyaan
klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi

Sub Indikator
Bagaimana
mengaplikasikan
suatu kasus

Menarik
kesimpulan

D. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau
kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni,
2006).

Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami
dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi
3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan
rendah. Menurut Anderson dan Pearson, Nasution, dan Usman dalam Winarni

16

(2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi
pengajaran yang sama, maka keterampilan berpikir kritis siswa akan berbeda-beda
sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

E. Konsep

Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada
stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan skemaskema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategorikategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih
tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk itu
diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan
konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mengemukakan bahwa analisis konsep
merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep
dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi
konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non
contoh.

19

Tabel 4. Analisis konsep asam basa

Label
Konsep
(1)
Larutan
asam

Definisi
Konsep
(2)
Larutan yang
di dalam air
melepaskan
ion H+
menurut teori
Arrhenius,
dimana
jumlah
konsentrasi
ion H+
menunjukan
kekuatan
asam suatu
larutan yang
dinyatakan
dengan suatu
derajat
keasaman
(pH), spesi
yang mendonorkan
proton

Jenis
Konsep
(3)

Atribut
Kritis
(4)

Variabel
(5)

Konsep  Larutan  Larutan
Abstrak
asam
asam
 kekuatan  Konsentrasi
asam
ion H+
 derajat
keasaman
(pH)

Posisi Konsep
Superordi
nat
(6)
 Larutan

Ordinat
(7)

Subordinat
(8)

 Larutan
elektrolit
 Larutan
non
elektrolit

 Kekuatan
asam
 derajat
keasaman
(pH)

Contoh
(9)
 Larutan
HCl
 Larutan

Non
Contoh
(10)
Larutan
C6H12O6

CH3COOH

17

20

(1)

Larutan
basa

(2)
menurut teori
BronstedLowry, dan
menerima
pasangan
elektron
menurut teori
Lewis.
Larutan yang
di dalam air
melepaskan
ion OH –
menurut teori
Arrhenius,
dimana
larutan asam
basa tersebut
dapat
diidentifikasi
sifatnya
dengan
menggunakan indikator
asam basa,
spesi yang
menerima
proton
menurut

(3)

(4)

(5)

Konsep  Larutan  Larutan
Abstrak
basa
basa
 Indikator  Konsentrasi
asam
ion OHbasa

(6)

(7)

 Larutan

 Larutan
elektrolit
 Larutan
non
elektrolit

(8)

 Indikator 
asam-basa


(9)

(10)

Larutan  Laruta
NaOH
n NaCl
Larutan
NH4OH

18

21

(1)

Kekuatan
asam

Kekuatan
basa

(2)
BronstedLowry, dan
melepaskan
pasangan
elektron
menurut
Lewis.
Kemampuan
spesi asam
untuk
menghasilkan
ion H+ dalam
air yang
bergantung
pada derajat
keasaman
(pH)
Kemampuan
spesi basa
untuk
menghasilkan
ion OHdalam air
yang
bergantung
pada derajat
kebasaan
(pOH)

(3)

Konsep
abstrak

Konsep
abstrak

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

 Kekuatan 
asam
basa
 Derajat
keasaman

Konsentra-  Larutan
si ion H+
Asam
 Larutan
basa

 Konsep
pH,pOH
dan
pKw

 Derajat
ionisasi
 Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
 Tetapan
ionisasi
basa (Kb)

 Asam
kuat =
HCl



 Kekuatan 
asam
basa
 Derajat
keasaman

Konsentra-  Larutan
si ion OHAsam
 Larutan
basa

 Konsep
pH,pOH
dan
pKw

 Derajat
ionisasi
 Tetapan
ionisasi
asam
(Ka)

 Basa
kuat =
NaOH

 Basa
kuat =
NH4OH

Asam
kuat=
CH3COOH

19

22

(1)

pH

Indikator
asam basa

(2)
bergantung
pada derajat
kebasaan
(pOH)
Derajat
keasaman
suatu larutan
yang
bergantung
pada
konsentrasi
ion H+
Suatu spesi
yang digunakan untuk
mengetahui
sifat asam
atau basa dari
suatu larutan
berdasarkan
trayek pH
pada indikator yang
digunakan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Konsep
abstrak
contoh
konkrit

Derajat
keasaman
(pH)

Konsentrasi
ion H+

 Asam
basa
Arrhenius

 pOH
 pKw

Konsep
konkrit

 indikator
asam
basa
 trayek pH

 larutan
yang diuji

 asam
basa
Arrhenius

 pH larutan

(8)
 Tetapan
ionisasi
basa (Kb)

(9)

 pH HCl
1M=1

 metil
orange
 PP
 Metil
merah

(10)

 pH HCl
1M=
12

 NaO
H

(Widodo, 2013)

20

21

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mengaplikasikan suatu
kasus dan menarik kesimpulan pada materi asam basa melalui penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Siswa pada kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Bandar Sribhawono memiliki kemampuan
kognitif yang berbeda. Kemampuan kognitif siswa dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pada saat proses pembelajaran siswa dikelompokan secara heterogen. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pada tahap pertama model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa dihadapkan pada
masalah untuk siswa selesaikan. Pada tahap tersebut, guru mengajukan fenomena
untuk memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tersebut. Pada tahap
kedua yakni membuat hipotesis, siswa akan memberikan pendapat dan menentukan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Kemudian, pada tahap
ketiga yakni mengumpulkan data, pada tahap ini siswa melakukan percobaan maupun
telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi. Pada tahap keempat
yakni menganalisis data, siswa akan mengumpulkan dan menganalisis data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Pada tahap kelima yakni menarik
kesimpulan pada tahap ini guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan

22

mampu membantu siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan menarik kesimpulan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan kemampuan mengaplikasikan suatu kasus dan kemampuan menarik kesimpulan pada materi asam basa
pada siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMAN 1 Bandar
Sribhawono tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian mempunyai
kemampuan kognitif yang heterogen.

E. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
1.

Semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan suatu kasus.

2.

Semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula
kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan.

23
29

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri I Bandar Sribhawono
tahun ajaran 2012/2013 sebanyak satu kelas yaitu kelas XIA2 dengan jumlah
siswa 32 siswa. Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat
kemampuan kognitif yang heterogen, peneliti memilih teknik purposive sampling
dalam pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Syaodih, 2009).

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain
penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya
diberi suatu perlakuan kemudian diobservasi. Menurut (Creswell, 1997) penelitian dengan desain ini digambarkan sebagai berikut ini:

X

O

24

Keterangan:

X = Perlakuan yang diberikan
O = Nilai Postes (Sesudah perlakuan)

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data hasil tes setelah
pembelajaran (Posttest), lembar observasi (kinerja guru dan aktivitas siswa) dan
angket siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus dan RPP
Pada materi asam basa pada sub materi teori asam basa Arrhenius.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pada penelitian ini menggunakan 3 macam lembar kerja siswa (LKS), yaitu LKS
1 membahas tentang teori asam basa Arrhenius, LKS 2 membahas tentang konsep
pH, dan LKS 3 membahas tentang kekuatan asam basa.

3. Tes Tertulis
Tes tertulis yang digunakan berupa posttest yang terdiri dari 4 soal dalam bentuk
uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang meliputi
kemampuan mengaplikasikan suatu kasus dan menarik kesimpulan.

25

4. Lembar observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru.
Lembar observasi digunakan digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan
kinerja guru pada proses pembelajaran. Pengisian lembar observasi dilakukan
dengan cara memberikan check list pada kolom yang telah disediakan.
5. Kuesioner (Angket)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup.
Pada penelitian ini, kuesioner diberikan kepada siswa secara langsung yang
berjumlah 6 pertanyaan dan digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
keterlaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan mengaplikasikan
suatu kasus serta menarik kesimpulan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dalam kuesioner ini, jawaban pertanyaan yang disediakan untuk
semua pertanyaan adalah “ ya atau tidak”.

E. Validitas Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat . Untuk itu,
perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian
instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas
isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan
dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,
indikator,kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-

26

unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
Mekanisme kerja judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Untuk itu
peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini peneliti meminta
bantuan Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si dan Dra. Nina Kadaritna, M.Si sebagai
dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.

Observasi pendahuluan
a. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, metode yang
digunakan guru kimia dalam mengajar, dan sarana-prasarana yang ada di
sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan
penelitian.
b. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan
karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.

2.

Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
1) Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran di kelas, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes.

27

2) Meminta data nama dan niai siswa pada materi sebelumnya, untuk
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
1) Pelaksanaan proses pembelajaran pada subyek penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2) Memberikan posttest.
3) Memberikan kuesioner kepada siswa setelah pembelajaran mengenai
materi pokok asam basa.
c. Tahap analisis data
1) Menganalisis jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan mengaplikasikan suatu
kasus dan menarik kesimpulan siswa.
2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
3) Penarikan kesimpulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
di bawah in:

28

Observasi Pendahuluan

Menentukan subyek penelitian

Membuat instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Pembelajaran inkuiri terbimbing

Posttes

Kuesioner
Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Pengelompokan Siswa

Dalam penelitian ini siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya
ke dalam 3 kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok ini
berdasarkan pada hasil ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia. Pengelompokkan tersebut dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang.
b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:

29

Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
n = banyak data
c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval.
d. Menentukan mean menggunakan rumus:



Keterangan:
Mx

= Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah


= Jumlah siswa

e. Menentukan Standar Deviasi menggunakan rumus:

Keterangan:









SDx

= Standar Deviasi



= Jumlah siswa

∑FiXi

= Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah



= Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah

f. Menghitung mean + SD dan mean – SD
g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang
dan rendah menurut Sudijono (2008).

Berikut ini kriteria pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya
menurut Sudijono (2008), (Lampiran 11 halaman 147).

30

Tabel 5. Kriteria pengelompokan siswa

Kriteria pengelompokkan

Kriteria

Nilai ≥ mean + SD
Mean – SD ≤ nilai < mean + SD
Nilai < mean – SD

Nilai ≥ 79,82
62,21 ≤ nilai