ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI ASAM- BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI
ASAM- BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING

Oleh
NIRTIKA SUMA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir lancar pada
materi asam-basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA SMA Swadhipa Natar. Penelitian ini menggunakan metode preeksperimen, desain one shot case study, dan analisis data menggunakan statistik
deskriptif. Hasil penelitian analisis pembelajaran materi asam-basa dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa kemampuan berpikir lancar
pada kelompok tinggi 42,86% berkriteria sangat baik, dan 57,14% berkriteria
baik; kelompok sedang 12,5% berkriteria sangat baik, 68,75% berkrikeria baik,
12,5% berkriteria cukup, dan 6,25% berkriteria kurang; kelompok rendah 44,44%
berkriteria baik, 44,44% berkriteria cukup, dan 11,11% berkriteria kurang.

Kata kunci: asam-basa, inkuiri terbimbing, kelompok kognitif, kemampuan berpikir
lancar,


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pesisir Barat pada tanggal 7 September 1992, anak kedua
dari lima bersaudara, buah hati Bapak Makmun dan Ibu Baiti.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1998 di SD Negeri 2 Way Suluh Krui
Selatan yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMP Negeri
1 Pesisir Tengah Krui Pesisir Barat yang diselesaikan pada tahun 2007. Tahun
2007 masuk SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Pesisir Barat yang diselesaikan
tahun 2010 dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penyeleksian Kemampuan Akademik
dan Bakat ).

Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta,
Bandung, Yogyakarta dan Surabaya pada tahun 2013. Pada tahun 2013, mengikuti
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Udik
yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di desa Marga
Kencana, Kecamatan Tulang bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat.


MOTO

“Kita Hihup dari Apa yang Kita Dapatkan dan Kita Bahagia
dari Apa yang Kita Berikan”
(Winston Churchill)
“Berbuat Baiklah dengan Sesama Niscaya Kebahagiaan akan
Menghampiri Kita karena Tidak Ada Perbuatan Baik yang
Sia-Sia

(Nirtika Suma)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur Allhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan ridho-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala
kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini teruntuk :
o Ayah dan Ibu tercinta, yang tiada pernah letih mendo’akan
anak-anak nya dan selalu memberikan semangat serta
dukungan dengan penuh kasih sayang.

o Semua jerih payah dan kerja keras Ayah dan Ibu tiada
mungkin terlupakan dan terbalaskan. Semoga Allah selalu
mencurahkan rahmat dan ridho-Nya kepada mu.
o Saudara-saudara ku tersayang, wo Novi, adek nia, udo nizar
dan uncu nira
o Teman-teman Pendidikan Kimia ’10.
o Almamaterku tercinta ...

SANWACANA

Alhamdulillah puji dan syukur di haturkan sebesarnya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya, hingga diselesaikannya skripsi yang
berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Asam-Basa
Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”. Shalawat serta salam juga
semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Disadari sepenuhnya bahwa dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini terima kasih diucapkan kepada:

1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
dan Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.


iii

5.

Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas atas segala bimbingan,
saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

6.

Ibu Dra. Hj. Nurpuri S., selaku kepala SMA Swadhipa Natar Kabupaten
Lampung Selatan dan Ibu Rini Sugiarti, S.Pd, selaku guru mitra atas kerja sama
dan bimbingannya.

7.

Sahabat seperjuangan di P.Kimia ’10, Meristin, Desiana, Eka, Rani, Annisa,
Cica, Endri dan teman-teman lainnya yang tidak dapat ditulis satu persatu, atas
dukungan, doa, semangat dan kerjasamanya.

8.


Teman-teman Marga Kencana, Anniya, Riyan, Bu’Ayu, Fajar, Listiana, Mak’
Apriana, Indah, Umi’ Mei, dan Abi’ Yusron, atas semua kenangan manis selama
KKN dan PPL di Tulang Bawang Barat.

Akhirnya penulis menghaturkan maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang
kurang berkenan. Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,

Nirtika Suma

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.

II.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

4


D. Manfaat Penelitian .............................................................................

4

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ..........................................................

6

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing............................................

7

C. Keterampilan Berpikir Kreatif............................................................

11


D. Kemampuan Kognitif ........................................................................

16

E. Konsep ................................................................................................ 17
F. Kerangka Pemikiran ...........................................................................

28

G. Anggapan Dasar ................................................................................

29

H. Hipotesis Umum ................................................................................

29

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ...............................................................................


30

v

B. Metode dan Desain Penelitian ...........................................................

30

C. Data Penelitian ...................................................................................

31

D. Instrumen Penelitian ..........................................................................

31

E. Validasi Instrumen Penelitian ............................................................

32


F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................

33

G. Teknik Pengelompokkan ...................................................................

35

H. Analisis Data ...................................................................................... 36
1. Pengolahan data tes tertulis ...........................................................
2. Pengolahan data kuesioner (angket) ..............................................

36
38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................

39

B. Pembahasan ........................................................................................ 42
1. Kemampuan berpikir kreatif.......................................................
2. Kendala selama penelitian..........................................................
V.

49
52

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................

53

B. Saran ..................................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pemetaan SK / KD ............................................................................
2. Silabus ...............................................................................................
3. RPP ....................................................................................................
4. Lembar Kerja Siswa 1 .......................................................................
5. Lembar Kerja Siswa 2 .......................................................................
6. Lembar Kerja Siswa 3 .......................................................................
7. Soal Pretest ........................................................................................
8. Kunci Pretest ....................................................................................
9. Kisi-kisi soal Posttest .......................................................................
10. Soal Posttest .....................................................................................
11. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Posttest ........................
12. Kuesioner (angket) ..........................................................................

57
69
83
109
115
124
134
141
155
164
166
176

vi

13. Penentuan Kelompok Siswa .............................................................
14. Hasil Tes Tertulis Berbasis Kemampuan Berpikir Kreatif ..............
15. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ...............................
16. Data Kuesioner .................................................................................
17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ..................................................
18. Lembar Observasi Guru ....................................................................
19. Surat Keterangan Penelitian .............................................................

177
180
182
184
186
194
202

vii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing...................................................... 10
2.

Prilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif .....................................

13

3.

Indikator keterampilan berpikir kreatif ......................................................

15

4.

Analisis konsep materi asam-basa .............................................................

19

5.

Kriteria pengelompokan siswa ...................................................................

36

6.

Data pengelompokan siswa........................................................................

36

7.

Kriteria tingkat kemampuan siswa .............................................................. 37

8.

Keterlaksanaan proses belajar mengajar ..................................................... 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ......................................................... 34
2. Nilai rata-rata setiap kelompok ...........................................................

39

3. Persentase siswa setiap kelompok kognitif pada kemampuan
berpikir lancar .....................................................................................

40

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
yaitu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori;
kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Oleh sebab itu
pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses,
produk, dan sikap.
Kimia sebagai proses dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut
Woolfolk (Uno, 2010), kemampuan berpikir kreatif (creative thinking), yakni
kemampuan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsipprinsip yang rasional, maupun persepsi dan institusi. Kemampuan berpikir kreatif
juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan untuk dimensi keterampilan,
yakni siswa diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim penyusun, 2013).

2

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang
diberikan. Munandar (2012) menjelaskan bahwa ciri-ciri aptitude dari kreativitas
(berpikir kreatif), yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibility), berpikir orisinil, berpikir elaborasi (elaboration), dan berpikir
evaluasi (evaluation).

Berdasarkan kurikulum 2013, materi asam basa merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia di kelas XI IPA. KD/KI 3 pada materi asam basa adalah
menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan dan
KD/KI 4 pada materi asam basa adalah mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi
asam/basa. Untuk menguasai kedua kompetensi inti ini, pada pembelajaran materi asam basa, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena asam basa dalam kehidupan sehari-hari; misalnya yang terjadi pada air sungai di Indonesia dimana
90% sungai di kota besar di Indonesia tidak layak digunakan karena air sungai
tersebut telah tercemar. Bila kita membandingkan dengan parameter air bersih,
air sungai tersebut memiliki derajat keasaman yang berbeda dengan air bersih.
Namun, kenyataanya materi asam-basa dalam pembelajaran kimia di SMA lebih
dikondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan
untuk menghubungkan fenomena asam basa yang terjadi di lingkungan sekitar
dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran materi ini.

3

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Swadhipa
Natar Kabupaten Lampung Selatan, diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat pasif pada saat guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru, sehingga
tidak ada proses membangun konsep dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
keterampilan berpikir kreatif siswa rendah.

Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pokok asambasa adalah model inkuiri terbimbing. Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran
inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Dimana model pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Langkah-langkah model pembelajaran
inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut Gulo (Trianto, 2010) yang
terdiri dari 5 tahap yaitu (1) mengajukan pertanyaan atau permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, dan (5) membuat
kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sohibi dan Siswanto
(2012) yang meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan kreatif siswa SMAN 1 Comal Kabupaten Pemalang menunjukkan

4

bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Analisis
Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Asam Basa Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Bagaimanakah kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam-basa
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok
tinggi, sedang dan rendah?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam –
basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok
tinggi, sedang dan rendah?.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia untuk meningkatkan
kemampuan berpikir lancar siswanya pada materi asam-basa menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing.

5

2. Sebagai referensi kepada sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran yang
meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
3. Sebagai pengalaman secara langsung dalam melatih kemampuan berpikir
lancar bagi siswa dalam memahami materi kimia

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah.
2. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo
(Trianto, 2010) adalah (a) menyajikan pertanyaan atau masalah, (b) membuat
hipotesis, (c) mengumpulkan data, (d) menganalisis data dan, (e) membuat
kesimpulan.
3. Kemampuan berpikir lancar merupakan salah satu indikator kemampuan
berpikir kreatif yang akan diteliti, yaitu: kemampuan menghasilkan suatu
jawaban/gagasan yang relevan (Killen,2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2010).

Von Glasersfeld dalam Sardiman (2007) mengemukakan bahwa konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi
dari kenyataan (realitas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita
yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal
ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

7

Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak
harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif
dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu

8

proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan
bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model pembelajaran inkuri terdiri dari
beberapa jenis inkuiri, salah satunya inkuiri terbimbing. Pelaksanaan
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau per
masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan se-suai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.

9

Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan
mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki
oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya
guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu
mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus
memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda,

10

2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No.

Fase

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa
Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa
duduk dalam
kelompoknya masingmasing.
Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.

1.

Mengajukan
pertanyaan atau
permasalahan

Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa
dalam kelompok.

2.

Membuat hipotesis

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis.
Guru membimbing siswa
dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.

11

Lanjutan Tabel 1.
3.

Mengumpulkan
data

Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi
atau data-data melalui
percobaan maupun telaah
literatur.

Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan datadata atau informasi.

4.

Menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul.

Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta
menyampaikan hasil
pengolahan data
yang terkumpul.

5.

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan.

Siswa membuat
kesimpulan.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan
tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang
bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha yang memperoleh pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan
membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Pengertian ini mengindikasikan bahwa
berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang
kreatif (Presseisen dalam Saputra, 2011). Berpikir membuat seseorang dapat
mengolah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin (2003) dalam Saputra (2011) menyatakan bahwa
berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan.

12

Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan
pembeda yang khas antara manusia dengan hewan. Melalui berpikir, manusia
dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Menurut Presseisen (Saputra, 2011), berpikir dianggap
suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan.
Walaupun demikian, aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif. konsep,
prinsip-prinsip yang rasional, maupun persepsi dan institusi.
Menurut Guilford (1957) dalam Munandar (2012), kreativitas atau berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang selama ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari berpikir kreatif, Guilford (1959) dalam Munandar
(2012) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan
dengan berpikir kreatif. Ciri-ciri aptitude dari berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir. Sedangkan ciri-ciri
non-aptitide atau afektif dari berpikir kreatif adalah kepercayaan diri, keuletan,
apresiasi estetik, dan kemandirian. Menurut Munandar (1992), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data
atau informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan

13

terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban
tersebut harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga
kualitas atau mutu jawabannya.
Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar
2) Berpikir Luwes

3) Berpikir Orisinil

4) Berpikir Terperinci

Arti
- Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
- Arus pemikiran lancar
- Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda
- Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain
dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
orang
- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu
gagasan
- Memperinci detail-detail
- Memperluas suatu gagasan

14

Sedangkan menurut Guilford dalam Febrianita (2010) menyebutkan lima indikator berpikir kreatif, yaitu:
1.

2.
3.
4.

5.

Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan
Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang
Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Menurut Munandar (1992), kreativitas seseorang tidak muncul begitu saja, tetapi
perlu ada pemicu. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu
dengan lingkungannya, yang berarti bahwa lingkungan dapat menunjang atau
menghambat kreativitas seseorang. Munandar (2012) menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan
cara mengajar. Kemampuan kreatif dapat tumbuh subur dalam suasana nonotoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani
mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja
sesuai dengan minat kebutuhannya.
Willliams (1977) dalam Munandar (2012) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti
terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

15

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian
1. Berpikir Lancar
1. Mencetuskan banyak
gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah
atau jawaban
2. Memberikan banyak cara
atau saran untuk
melakukan berbagai hal
3. Selalu memikirkan lebih
dari satu jawaban
2.Berpikir Luwes
1. Menghasilkan gagasan,
jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi
2. Dapat melihat suatu
masalah dari sudut
pandang yang berbeda
3. Mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda
4. Mampu mengubah cara
pendekatan atau pemikiran

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.

3.
4.

5.

6.

3.Berpikir Orisinil
1. Mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan
unik
2. Memikirkan cara-cara
yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat
kombinasi-kombinasi yang
tak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur.

1.
2.

3.
4.
5.
6.

7.

Perilaku
Mengajukan banyak pertanyaan
Menjawab dengan sejumlah jawaban jika
ada
Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah
Lancar mengungkapkan gagasangagasannya
Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak dari orang lain
Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi
Memberikan aneka ragam penggunaan
yang tak lazim terhadap suatu objek
Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah
Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda
Memberikan pertimbangan terhadap
situasi yang berbeda dari yang
diberikan orang lain
Dalam membahas, mendiskusikan suatu
situasi selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas
kelompok
Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam-macam cara
untuk menyelesaikannya
Memikirkan masalah-masalah atau hal
yang tidak terpikirkan orang lain.
Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
yang baru.
Memilih asimetri dalam mengambarkan
atau membuat desain.
Memilih cara berpikir lain dari pada
yang lain.
Mencari pendekatan yang baru dari
yang klise.
Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru.
Lebih senang mensintesa dari pada

16

Lanjutan Tabel 3
menganalisis sesuatu.
4. Berpikir Elaboratif
1.

2.

Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu
gagasan atau produk
Menambah atau merinci
detail-detail dari suatu
objek, gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih
menarik

1.

2.
3.
4.

5.

Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci
Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain
Mencoba atau menguji detail-detail
untuk melihat arah yang akan ditempuh
Mempunyai rasa keindahan yang kuat,
sehingga tidak puas dengan penampilan
yang kosong atau sederhana
Menambah garis-garis, warna warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambaranya sendiri atau
gambar orang lain.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir lancar.

D. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah
dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai
kemampuan kognitif (Winarni, 2006).
Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami
dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan men-

17

jadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah,
dan rendah. Menurut Anderson dan Pearson, Nasution, dan Usman dalam Winarni
(2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian
diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang
dipelajari.
Siswa berkemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal
lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah
adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama
dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih
baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa
berkemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan
siswa yang berkemampuan rendah.

E. Konsep

Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan
pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di
antara kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses
mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasigeneralisasi. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita

18

dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep
lain yang berhubungan.
Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mengemukakan bahwa analisis konsep
merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah
digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis
konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label
konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep,
contoh, dan non contoh.

19

Tabel 4. Analisis konsep materi asam-basa

Label
Konsep
(1)
Larutan

Asam

Definisi
Konsep
(2)
Larutan adalah
campuran
homogen dari
dua zat atau
lebih yang
dapat bersifat
asam, basa,
dan netral
yang dapat
diketahui
menggunakan
indikator asam
basa; konsentrasinya dapat
diketahui
dengan cara
titrasi

Jenis
Konsep
(3)
Konsep
konkrit

Asam adalah
Konsep
suatu zat yang Abstrak
bila dilarutkan
dalam air dapat
melepaskan ion
H atau spesi

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)
 Asam
 Jenis zat
 Basa
 Indikator
asam
basa
 Titrasi

Posisi Konsep
Superordinat Koordinat
Subordinat
(6)
(7)
(8)
 Campuran  Koloid
 Asam
 Suspensi  Basa
 Indikator
asam basa

 Kekuatan  Larutan
asam
asam
 Derajat
 Konsentrasi
keasama
ion H+
n (pH)

 Larutan

 Larutan
elektrolit

 Kekuatan
asam
 Derajat
keasaman
(pH)

Contoh
(9)
 Larutan
HCl
 Larutan
NaOH
 Larutan
NaCl

 Larutan
HCl
 Larutan
CH3COO
H

Non
Contoh
(10)
 Air susu

 Larutan
NaCl

20

Label
Konsep
(1)

Basa

Definisi
Konsep
(2)
yang dapat
mendonorkan
proton atau
spesi yang
menerima pasangan elektron; derajat
keasamannya
dinyatakan
dengan pH

Jenis
Konsep
(3)

Basaadalah
Konsep
suatu zat yang Abstrak
bila dilarutkan
dalam air dapat
melepaskan ion
OH- dimana
kontrasi ion
OH- menunjukkan kekuatan
basa yang
dinyatakan
dengan derajat
pOH yang
berkaitan
dengan harga
pKw atau spesi
yang dapat

Kritis
(4)

 pOH
 pKw

Atribut
Variabel
(5)

 Larutan
basa
 Konsentrasi
ion OH-

Superordinat
(6)

 Larutan

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

 Larutan
elektrolit

 Indikator
asam-basa

Contoh
(9)




Larutan
NaOH
Larutan
NH4OH

Non
Contoh
(10)

 Larutan
C6H12O6

21

Label
Konsep
(1)

Indikator
asam
basa

Titrasi
asambasa

Definisi
Konsep
(2)
menerima
proton atau
spesi yang
melepaskan
pasangan elektron

Jenis
Konsep
(3)

Suatu spesi
Konsep
yang
konkrit
digunakan
untuk
mengetahui
sifat asam atau
basa dari suatu
larutan
berdasarkan
trayek pH pada
indikator yang
digunakan
Titrasi asamProses
basa adalah
cara untuk
mengetahui
kadar suatu
larutan asam/
basa dengan
larutan basa/
asam yang

Kritis
(4)

Atribut
Variabel
(5)

Superordinat
(6)

 Indikator
asam
basa

Larutan yang
diuji

 Larutan

 Titrasi
asam
kuat-basa
kuat
 Titik
ekivalen
 Titik
akhir

 Jenis
larutan
 Volume
larutan

Stoikiometri
larutan

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

 Asam
 Basa

Contoh
(9)

Non
Contoh
(10)

 pp
 Larutan
sukrosa
 Bromtimol
 Metil
orange

 Titrasi
asam kuatbasa kuat
 Titik
ekivalen
 Titik akhir
titrasi

Titrasi
larutan
NaOH-HCl,
titrasi
Larutan
NaOHCH3COOH,
titrasi
larutan

Penambahan gula
dalam air
kopi

22

Label
Konsep
(1)

Definisi
Konsep
(2)
telah diketahui
konsentrasinya ; misalnya titrasi
asam kuat
dengan basa
kuat dimana
konsentrasi
larutan dapat
diketahui saat
titik ekivalen
tercapai dan
titrasi dihentikan saat titik
akhir titrasi

Kekuatan Kemampuan
asam
spesi asam atau
basa
basa untuk
menghasilkan
ion H+ atau ion
OH- dalam air
yang dapat
dibagi menjadi
asam kuat,
asam lemah,
basa kuat dan
basa lemah

Jenis
Konsep
(3)

Konsep
abstrak

Kritis
(4)
titrasi

 Asam
kuat
 Asam
lemah
 Basa
kuat
 Basa
lemah

Atribut
Variabel
(5)

Superordinat
(6)

 Konsentrasi  Larutan
ion H+
Asam
 Larutan
basa

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

 Konsep  Derajat
pH,pOH
ionisasi
dan
 Tetapan
pKw
ionisasi
asam (Ka)
 Tetapan
ionisasibas
a (Kb)

Contoh
(9)
NH3-HCl

Non
Contoh
(10)

 Asam
 Asam
kuat
kuat=
= H2SO4
CH3COOH
 Basa
 Basa kuat
kuat
= NH4OH
= NaOH

23

Label
Konsep
(1)
pH

pOH

pKw

Definisi
Konsep
(2)
Parameter
yang
menyatakan
konsentrasi ion
H+ dalam
suatu larutan,
yang besarnya
negatif
logaritma
konsentrasi
ion H+
Parameter
yang
menyatakan
konsentrasi ion
OH- dalam
suatu larutan,
yang besarnya
negatif
logaritma
konsentrasi ion
OHpKw
merupakan
negatif
logaritma
tetapan

Jenis
Konsep
(3)

Kritis
(4)

Atribut
Variabel
(5)

Superordinat
(6)

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

Non
Contoh
(10)

Contoh
(9)

Konsep
abstrak

 Derajat
keasama
n (pH)

Konsentrasi
ion H+

 Asam

 pOH
 pKw

 pH
CH3COOH
0,1 M = 3

Konsep
anstrak

 pOH

Konsentrasi
ion OH-

 Basa

 pH
 pKw

pOH
NH4OH
0,1 M = 1

Konsep
abstrak

 pKw

Konsentrasi
H+
Konsentrasi
OH-

 asam
 basa

 pH
 pOH

 pH
CH3COOH
0,1 M = 1



pOH
NH4OH
0,1 M = 1

24

Label
Konsep
(1)

Definisi
Konsep
(2)
kesetimbangan
air ( Kw)
Titrasi
Reaksi antara
asam
asam kuat
kuat-basa dengan basa
kuat
kuat
menghasilkan
molekul
air(H2O) dan
garam (netral);

Jenis
Konsep
(3)

Kritis
(4)

Atribut
Variabel
(5)

Superordinat
(6)

Proses



Titrasi asam
 Volume
basa
larutan
 Konsentrasi
larutan

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

Titik
ekivalen
titrasi

Titik pada saat
jumlah mol
penitrasi sama
dengan jumlah
mol yang
dititrasi

Abstrak

pH titrasi

 Jenis
larutan
 konsentrasi
larutan
 Volume
larutan

Titrasi asam
basa

 Titrasi
asam
kuat-basa
lemah
 Titrasi
asam
lemahbasa kuat
 Titrasi
asam
lemahbasa
lemah
Titik akhir
titrasi

Titik
akhir
titrasi

Titik pada saat
titrasi harus
dihentikan;
pada saat
terjadi

Abstrak

 pH titrasi

 Volume
penitrasi/
zat yang
dititrasi
 jenis larutan

Titrasi asam
basa

Titik
ekivalen

 Titik
akivalen
titrasi
 Titik akhir
titrasi

Perubahan
warna
indikator
titrasi asam
basa

Non
Contoh
(10)

Contoh
(9)

Tirasi
larutan
HCl- NaOH

Titrasi
larutan
CH3COOH
-NaOH

-

-

Perubahan
warna
indikator
titrasi asam
basa

25

Label
Konsep
(1)

Asam
kuat

Asam
lemah

Basa
kuat

Definisi
Konsep
(2)
perubahan
warna larutan
yang dititrasi
Asam yang
dapat
terionisasi
sempurna
dalam
larutannya
Asam yang
dalam
larutannya
terionisasi
sebagian,
konsentrasi ion
H+ hanya dapat
ditentukan jika
tetapan
ionisasi asam
(Ka) juga
diketahui
Basa yang
dapat
terionisasi
sempurna
dalam

Jenis
Konsep
(3)

Kritis
(4)

Atribut
Variabel
(5)
 konsentrasi

Superordinat
(6)

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

Contoh
(9)

Non
Contoh
(10)

Konsep
abstrak



 Jenis larutan
asam

 Kekuatan
asam basa

 Asam
lemah
 Basa kuat
 Basa
lemah

HCl

CH3COOH

Konsep
abstrak

 Ka

 Jenis larutan
asam

 Kekuatan
asam basa

 Asam kuat
 Basa kuat
 Basa
lemah

CH3 COOH

HCl

Konsep
abstrak



 Jenis larutan
asam

 Kekuatan
asam basa

 Asam
lemah
 Asam kuat
 Basa
lemah

NaOH

NH4OH

26

Label
Konsep
(1)
Basa
lemah

Ka

Definisi
Jenis
Konsep
Konsep
(2)
(3)
larutannya
Basa yang
Konsep
dalam
abstrak
larutannya
terionisasi
sebagian,
konsentrasi ion
OH- hanya
dapat
ditentukan jika
tetapan
ionisasi basa
(Kb) juga
diketahui
Hasil kali
Konsep
konsentrasi ion abstrak
dari asam yang
dipangkatkan
dengan
masingmasing
koefisiennya
dibagi dengan
hasil kali
konsentrasi
asam dalam
pelarut yang

Kritis
(4)

Atribut
Variabel
(5)

Superordinat
(6)

 Kb

 Jenis larutan
asam

 Kekuatan
asam basa



 Konsetrasi

Asam lemah

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)
 Asam kuat
 Asam
lemah
 Basa kuat

Kb

Contoh
(9)
NH4OH

Ka
CH3COOH
=10-5

Non
Contoh
(10)
NaOH

27

Label
Konsep
(1)

Kb

Definisi
Jenis
Konsep
Konsep
(2)
(3)
dipangkatkan
dengan
masingmasing
koefisiennya
Hasil kali
Konsep
konsentrasi ion abstrak
dari basa yang
dipangkatkan
dengan masingmasing koefisiennya dibagi
dengan hasil
kali konsentrasi
basa dalam
pelarut yang
dipangkatkan
dengan masingmasing koefisiennya

Kritis
(4)



Atribut
Variabel
(5)

 Konsentrasi

Superordinat
(6)

Asam kuat

Posisi Konsep
Koordinat
Subordinat
(7)
(8)

Ka

Contoh
(9)

Non
Contoh
(10)

Kb NH4OH
=10-5

(Modifikasi dari Aisyah, 2013)

28

F. Kerangka Pemikiran

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan
permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap pertama
pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan guru. Dalam tahapan ini keterampilan berpikir lancar dilatihkan kepada siswa. Siswa diharapkan terampil
dalam mengemukakan gagasan yang lancar (fluency) tentang asam basa yang
mereka ketahui. Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi untuk bertanya atau
merumuskan pertanyaan terhadap permasalahan. Setelah masalah diungkapkan,
siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Pada tahap tersebut, siswa akan meramalkan kemungkinan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan yang diberikan guru.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur, siswa pun akan
terpacu untuk meneliti, bertanya, dan bereksperimen untuk membuktikan hipotesis sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan keterampilan berpikir lancar siswa
dapat berkembang, siswa dapat mengajukan pertanyaan berkaitan dengan percobaan yang dilakukan kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil
percobaan ke dalam bentuk essay. Langkah berikutnya menganalisis data dari
hasil pengumpulan data. Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada tiap

29

kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Terakhir
siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Ketika
siswa telah mendapatkan kesimpulan tentang jawaban dari masalah yang telah
diberi diharapkan siswa dapat mengungkapkan jawabannya yang lancar dengan
yang siswa yang lain (Gulo dalam Trianto, 2010).

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas diharapkan dengan
diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan keterampilan berpikir lancar siswa.

G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA
Swadhipa Natar tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian
mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kemampuan kognitif
siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan berpikir lancar siswa pada
materi asam basa.

30

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Jumlah kelas XI IPA di SMA Swadhipa Natar Tahun Ajaran 2013/2014 ada satu
kelas yaitu siswa kelas XI IPA, sehingga subyek penelitian adalah kelas XI IPA
dengan jumlah 32 siswa.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimen dengan desain penelitian
yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu
perlakuan kemudian diobservasi. Dengan desain sebagai berikut (Creswell,1997):

X

Keterangan:

O

X = Perlakuan yang diberikan
O = Posttest

31

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data hasil tes materi kesetimbangan kimia yang digunakan untuk
mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya.
2. Data kinerja guru.
3. Data aktivitas siswa.
4. Data hasil tes materi asam-basa.
5. Data keterlaksanaan proses pembelajaran asam basa dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus dan RPP
2. Lembar Kerja Siswa yang digunakan berjumlah 3 buah yaitu LKS 1 mengenai
sifat asam basa suatu larutan dan mendefinisikan asam basa arrhenius. LKS 2
mengenai kekuatan asam basa berdasarkan harga PH. LKS 3 mengenai
hubungan antara kekuatan asam atau basa dengan derajat pengionan dan
hubungan antara derajat pengionan dengan tetapan asam atau tetapan basa.
3. Tes Tertulis yang digunakan yaitu
(a) Tes materi kesetimbangan kimia yang terdiri dari 8 soal dalam bentuk uraian
yang digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai dengan kelompok
kognitif nya.

32

(b) posttest materi asam-basa yang terdiri dari 3 soal dalam bentuk uraian yang
sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif yang meliputi
kemampuan berpikir lancar.
4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar aktivitas siswa dan
lembar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara
memberi tanda check list pada kolom yang telah disediakan.
5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi asam-basa melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat
tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan.

E. Validasi Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa