ESAI Mudahnya Konsep Asuransi Islam Dit

ESSAY ASURANSI ISLAM
Komentar tentang mudahnya konsep asuransi Islam
diterima oleh masyarakat Internasional
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah asuransi islam
Dosen pengampu : Retno Wulansari, S.H., M.Hum

Oleh :

Annisa Ayu Puspita
12 410 000

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

Asuransi

dalam

Bahasa


arab

dikenal

dengan

istilah

at-ta’min,

penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu atau

musta’min.

At-ta’min

diambil

dari


amana

yang

artinya

memberi

perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut., seperti
yang tersebut dalam QS. Quraisy (106): 4, yaitu “ Dialah Allah yang
mengamankan

mereka

dari

ketakutan.”1

Pengertian


at-ta’min

adalah

seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya
mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang2. Di Indonesia sendiri ,
asuransi islam dikenal dnegan istilah takaful yang berarti menjamin atau
saling menanggung3. Dalam Ensiklopedia Hukum Islam, digunakan istilah at-

takaful al-ijtima’i atau solidaritas yang diartikan sebagai sikap masyarakat
Islam yang saling memikirkan, memerhatikan, dan membantu mengatasi
kesulitan. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh HR. Bukhari Muslim
“orang-orang yang beriman bagaikan sebuah bangunan, antara satu bagian
dengan bagian yang lainnya saling menguatkan, sehingga melahirkan suatu
kekuatan yang besar” dan HR. Bukhari Muslim lainnya “perumpamaan
orang-orang mukmin dalam konteks solidaritas ialah bagaikan satu tubuh
manusia, jika salah satu anggota tubuhnye merasakan kesakitan, maka
seluruh anggota tubuhnya yang lain turut merasa kesakitan dan berjaga-jaga
(agar tidak terjangkit pada anggota yang lain).”4

Konsep asuransi dalam Islam berasaskan konsep takaful, kata tafakul
berasal dari bahasa arab yang berakar dari kata kafala-yakfulu. Ilmu tashrif
atau sharaf memasukkan kata takaful ke dalam kelompok bina muta’adi,
yaitu

tafaa’aala

yang

artinya

saling

menanggung

atau

saling

1 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasonal, cet 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 28. Dikutip oleh Wirdyaningsih
et.al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005 hlm 221
2 Ibid.
3 Ibid., hlm 29
4 Abdul Azis Dahlan, et al, ed. Ensiklopedia Hukum Islam, cet 4, Jakarta:Ichtiar Baru van
Hoeve, 2000. Hlm 1628 yang dikutip dalam Wirdyaningsih et.al, Bank dan Asuransi Islam di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005 hlm 223

menjamin5.Untuk itu harus ada persetujuan dari para peserta takaful untuk
memberikan sumbangan keuangan sebagai derma (tabarru) karena Allah
semata dengan niat membantu sesama peserta yang tertimpa musibah
seperti: kematian, bencana, dan sebagainya 6.Dalam konsep asuransi syariah
terdapat beberapa prinsip yang tidak kita kenal dalam konsep asuransi
konvesional yakni prinsip rasa saling tanggung jawab, saling bekerja sama
untuk bantu-membantu, serta saling melindungi dari segala kesusahan.
1. Prinsip rasa saling bertanggung jawab diadopsi dari hadits Nabi
Muhammad SAW yang beberapa diantaranya,
a. Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orangorang yag beriman antara satu dengan lainnya seperti satu
tubuh, apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka
seluruh


anggota

tubuh

lainnya

ikut

merasakannya

(diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim),
b. Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan
setiap kamu bertanggung jawab atas orang-orang yang
berada di bawah tanggung jawabnya (diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim),
c. Seseorang belum dikatakan beriman sebelum ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (diriwayatkan
oleh Bukhari)7
2. Prinsip saling bekerja sama untuk bantu-membantu. Prinsip ini ada
sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-qur’an dan

Hadits Rasulullah SAW, antara lain,
a. “…dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran…” QS. Al-Maidah (5):2
b. “kebajikan bukan sekedar menghadapkan wajah-wajahmu kea
rah timur dan barat, tetapi kebajikan adalah orang yang
5 Muhammad Syakir Sula, Landasan Syariah, Rapat Kerja Nasional PT Asuransi Takaful
Keluarga, Jakarta, 1995 yang dikutip Wirdyaningsih et.al, Bank dan Asuransi Islam di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005 hlm 227
6 Wirdyaningsih et.al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005 hlm 227
7 Ibid., hlm 228

beriman kepada Allah, kepada hari akhir, kepada para
malaikat, kepada kitab-kitab, kepada para nabi, memberika
sebagian harta yang dicintai kepada kerabat family, anakanak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan para peminta
dan untuk memerdekakan budak, tekun mendirikan sholat,
mengeluarkan zakat, menepati janji yang dibuat, sabar
menghadapi kesusahan, kepedihan hidup dan peperangan.
Mereka itulah yang telah teruji imannya dan mereka itulah
yang betul-betul takwa.” QS Al-Baqarah (2):177

c. “barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebutuhannya” (diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim dan Abu Daud)8
d. “tolonglah saudaramu baik yang zalim maupun yang dizalimi,
mereka bertanya: hai Rasulullah, dapat saja menolong yang
dizalimi tetapi bagaimana menolong saudara yang zalim?
Jawab Rasulullah, cabut kekuasaannya” (diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim)9, serta
3. Prinsip saling melindungi dari segala kesusahan sebagaimana
diperintahkan hadits nabi Muhhammad SAW yakni
“sesungguhnya seseorang yang beriman itu ialah barang siapa
yang memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan
jiwa raga manusia” (diriwayatkan oleh Ibnu Majah),
Dengan adanya prinsip-prinsip tersebut dalam konsep asuransi
islam, menunjukkan bahwa asuransi islam memiliki misi yang bukan
hanya sekedar misi ekonomi dan misi social melainkan juga misi

aqidah dan ibadah. Terdapat beberapa perbedaan dalam konsep
asuransi islam dan asuransi konvensional, antara lain adalah konsep
asuransi islam menghindari unsur gharar, maeshir, dan riba yang
dimiliki


oleh

asuransi

konvensional.

Berdasarkan

uraian

sebelumnya, asuransi islam sangat menekankan kepada prinsip
8 Ibid., hlm 229
9 Ibid., hlm 229

tanggung jawab, bantu membantu, serta saling melindungi dari
segala kesusahan yang dalam ranah praktik dikenal dengan prinsip

Sharing of Risk dimana dana nasabah akan dipisahkan menjadi
dana


tabarru,

derma

dan

dana

peserta

yang

dikelola

oleh

perusahaan asuransi islam dan dikemudian digunakan untuk saling
menanggung antara peserta satu dengan peserta yang lainnya.
Sedangkan pada konsep asuransi konvensional diterapkan prinsip


Transfer of Risk yang berarti bahwa resiko yang dimiliki oleh
tertanggung (nasabah asuransi) dialihkan kepada penanggung
(perusahaan
asuransi

asuransi).

dibebaskan

Dalam

melakukan

pengelolaannya,

perusahaan

investasi

batas-batas

dalam

ketentuan perundang-undang, dan tidak terbatasi pada halal dan
haramnya

objek

atau

system

investasi

yang

digunakan 10.

Konsekuensi alami dari dilakukannya investasi adalah terjadinya

capital gain atau capital lost, dari sinilah unsur maeshir muncul
karena pihaknya tidak bisa memastikan dana investasi tersebut
akan

kembali

atau

tidak.

Jika

dalam

melakukan

investasi

perusahaan asuransi mengalami capital gain, itu tidak akan
menimbulkan masalah karena memang itulah yang perusahaan
tersebut inginkan. Namun jika terjadi capital lost, maka hal ini akan
merugikan tertanggung karena dimungkinkan terjadinya penundaan
dalam perolehan klaim dan juga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan kerugian yang sistematis pada perusahaan asuransi.
Terlepas dari banyaknya perbedaan baik dari segi prinsip, konsep
maupun

operasional

antara

asuransi

islam

dengan

asuransi

konvensional, asuransi merupakan bagian dari bidang bisnis yang
sifatnya dynamis dan selalu berkembang. Saya yakin bahwa dalam
melakukan

kegiatan

usaha

perusahaan

asuransi

akan

selalu

berusaha untuk mencari keuntungan, agar dalam pelaksanaannya
perusahaan sebagai penanggung serta nasabah asuransi sebagai
10 Ibid., hlm 233

tertanggung dapat memperoleh hasil dari usahanya mengadakan
kegiatan

asuransi,

menurut

saya

hal

yang

telah

diuraikan

sebelumnya merupakan alasan yang kuat mengapa masyarakat
dunia dapat menerima konsep asuransi islam. Mengingat konsep
serta prinsip asuransi islam dapat dinilai tidak mengharapkan
timbulnya

kerugian

baik

pada

pihak

tertanggung

maupun

penanggung, hal tersebutlah yang membuat konsep asuransi islam
akan sangat mudah diterima.

Daftar Pustaka
Qur’an Karim
Wirdyaningsih et.al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005