PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN OTENTIK TERTULIS PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI SCIENTIFIC APPROACH

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN OTENTIK TERTULIS PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI

SCIENTIFIC APPROACH

(Skripsi)

Oleh

LUSI WULANDARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN OTENTIK TERTULIS PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI

SCIENTIFIC APPROACH Oleh

LUSI WULANDARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach serta mendeskripsikan pendapat guru mengenai kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

pengembangan dengan langkah-langkah mulai dari analisis potensi dan masalah kemudian pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk dan tahap yang terakhir yaitu produksi. Berdasarkan uji validasi ahli diperoleh rata-rata persentase untuk aspek konstruksi 76,18% dengan kriteria tinggi, aspek subtansi 73,33% dengan kriteria tinggi, dan aspek bahasa 63,88% dengan kriteria tinggi. Hasil uji coba keoperasionalan perangkat asesmen yang dilakukan pada siswa diperoleh bahwa reliabilitas tes sebesar 0,65 dengan kriteria tinggi, 95,83% siswa telah tuntas dan 4,16% siswa belum tuntas. Berdasarkan hasil uji coba pemakaian, diperoleh


(3)

persentase rata-rata kesesuaian produk 77,68% dengan kriteria tinggi, kemudahan penggunaan produk sebesar 74,30% dengan kriteria tinggi dan kemanfaatan produk sebesar 79,20% dengan kriteria tinggi. Berdasarkan hasil uji coba

pemakaian diperoleh rata-rata kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan perangkat asesmen otentik tertulis yang berkriteria tinggi. Hal ini berarti guru merespon baik perangkat asesmen otentik tertulis yang dikembangkan.

Kata kunci: asesmen otentik tertulis, pembelajaran IPA terpadu, dan scientific approach.


(4)

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN OTENTIK TERTULIS PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI

SCIENTIFIC APPROACH

Oleh

LUSI WULANDARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukamulya pada tanggal 09 Oktober 1993 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara buah hati Bapak Jumadi dan Ibu Salimah. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamulya, dan menyelesaikan studi pada tahun 2005, lalu melanjutkan jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Banyumas dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya, penulis menjalani pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu dan menyelesaikan masa pendidikan tersebut pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Pagar Dewa Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat dan melakukan praktek mengajar di SMA Negeri 1 Sukau, Lampung Barat.


(9)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya istimewa ini untuk:

1. Mamak Salimah dan Bapak Jumadi tercinta, terimakasih atas doa, limpahan kasih sayang yang tak terhingga dan memberikan pengorbanan yang teramat berarti.

2. Adik-adikku tersayang, Lucky Aditya dan Syakila Aliffiya. Terimakasih atas do’a dan dukungan serta semangat yang selalu diberikan.

3. Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan memberikan kemudahan dalam segala hal. Aamiin.


(10)

MOTTO

“Jika Ada yang Menghina Anda Anggap Saja Sebagai Pujian bahwa

Setiap Saat Dia Memikirkan Anda, sedangkan Anda

Tidak Sedetikpun Memikirkan Dia”

(B. J. Habibie)

Jangan Pernah Berhenti Bermimpi dan Menyerah tuk Menggapai

Mimpimu Hingga Menja

di Nyata”


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Perangkat Asesmen Otentik Tertulis pada Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Scientif Approach” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M. Pd., selaku Pembimbing I atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi.

5. Bapak Ismu Wahyudi, S. Pd., M. PFis., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Pembahas atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan skripsi ini. 7. Ibu Viyanti, S. Pd., M. Pd., terimakasih atas bimbingan, motivasi, dan

dukungan yang ibu berikan.

8. Bapak Dr. Agus Suyatna, M. Si., Bapak Dr. Ngadimun H.d, M. Pd., dan Ibu Dr. Rochmiyati, M. Si., selaku validator atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan sehingga lebih sempurnanya produk yang dibuat.


(12)

SMP Kartika 2, SMP Ar-Raihan, dan SMP Gajah Mada di Bandarlampung atas kesediaan menjadi subjek penelitian.

10. Sahabat terbaikku; Samsuryati, Qurotu A’yun, Novinta Nurulsari, dan Rini Sintia atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan.

11. Rekan-rekan seperjuanganku, Fisel kelas B dan kelas A yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas do’a, semangat dan dukungannya. 12. Keluarga KKN-KT desa Pagardewa Kecamatan Sukau Lampung Barat.

Bapak Ave, Devi, Muthi, Ingga, Nova, Arum, Neli, Mukhlis, dan bang Noris. Semoga jalinan persahabatan kita tetap terjarin erat.

13. Keluarga kostan A3, Inayah, Ria, Mba Fetra, Dina, Diah, Shinta, Mba Vita, terimakasih atas do’a dan dukungannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

Lusi Wulandari NPM. 1113022030


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen Otentik ... 8

B. Jenis-Jenis Asesmen Otentik ... 12

C. Asesmen Otentik Tertulis ... 15

D. Rubrik Asesmen ... 18

E. Jenjang Kemampuan Berpikir Siswa (Taksonomi Bloom) ... 19

F. Pembelajaran IPA Terpadu ... 23

G. Scientific Approach ... 27

H. Perpindahan Kalor ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Sumber Data... 38

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 41


(14)

G. Teknik Analisis Data... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Potensi dan Masalah ... 53

2. Pengumpulan Data ... 55

3. Desain Produk ... 56

4. Validasi Desain ... 58

5. Revisi desain ... 60

6. Uji Coba Produk ... 61

7. Revisi Produk ... 63

8. Uji Coba Pemakaian ... 63

9. Revisi produk ... 68

10.Produksi ... 68

B. Pembahasan ... 69

1. Deskripsi Perangkat Asesmen Otentik Tertulis yang Dihasilkan ... 69

2. Deskripsi KesesuaianPenggunaan Produk Hasil Pengembangan Menurut Pendapat Guru... 75

3. Deskripsi KemudahanPenggunaan Produk Hasil Pengembangan Menurut Pendapat Guru... 76

4. Deskripsi KemanfaatanPenggunaan Produk Hasil Pengembangan Menurut Pendapat Guru... 78

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Angket Pengungkap Potensi dan Masalah ... 85

2. Angket Pengungkap Potensi dan Masalah untuk Guru ... 86

3. Angket Pengungkap Potensi dan Masalah untuk Siswa ... 88

4. Pengisian Angket Pengungkap Potensi dan Masalah untuk Guru ... 90

5. Pengisian Angket Pengungkap Potensi dan Masalah untuk Siswa .... 94

6. Analisis Angket Pengungkap Potensi dan Masalah dari Guru ... 96

7. Analisis Angket Pengungkap Potensi dan Masalah dari Siswa ... 100

8. Deskripsi Angket Pengungkap Potensi dan Masalah Guru ... 103

9. Deskripsi Angket Pengungkap Potensi dan Masalah Siswa ... 105

10. Desain Produk ... 107

11. Kisi-kisi Validasi Ahli ... 110

12. Angket Validasi Ahli ... 112

13. Kisi-kisi Instrumen Uji Kesesuaian ... 114

14. Instrumen Uji Kesesuaian ... 115

15. Kisi-kisi Instrumen Uji Kemudahan ... 116

16. Instrumen Uji Kemudahan ... 117

17. Kisi-kisi Instrumen Uji Kemanfaatan ... 118

18. Instrumen Uji Kemanfaatan ... 119

19. Hasil Uji Validasi Ahli ... 120

20. Hasil Uji Kesesuaian (Uji Coba Produk) ... 121

21. Hasil Uji Kemudahan (Uji Coba Produk) ... 122

22. Hasil Uji Kemanfaatan (Uji Coba Produk) ... 123

23. Hasil Uji Kesesuaian (Uji Coba Pemakaian) ... 124

24. Hasil Uji Kemudahan (Uji Coba Pemakaian) ... 125

25. Hasil Uji Kemanfaatan (Uji Coba Pemakaian) ... 126

26. Keterangan Subjek Penelitian ... 127

27. Skor Penilaian (Anates) ... 128

28. Reliabilitas Tes ... 129

29. Kelompok Unggul dan Asor ... 130

30. Daya Beda ... 131

31. Tingkat Kesukaran ... 132

32. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ... 133

33. Rekap Analisis Butir ... 134

34. Rekapitulasi Nilai Siswa ... 135

35. RPP ... 136


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Dimensi proses kognitif ... 20

2.2 Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya ... 29

3.1 Penskoran pada angket uji kesesuaian isi, kemudahan, dan kemanfaatan untuk setiap pernyataan ... 49

3.2 Tafsiran skor... 51

3.3 Kriteria penafsiran koefisien reliabilitas ... 52

4.1 Hasil pengisian angket potensi dan masalah ... 53

4.2 Hasil uji produk ... 62

4.3 Hasil uji coba pemakaian ... 64

4.4 Kriteria analisis soal ... 66

4.5 Hasil Analisis Soal ... 67


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Tujuan kognitif hasil revisi ... 23

2.2Komponen pendekatan pembelajaran saintifik ... 28

2.3Proses perpindahan kalor secara konduksi ... 32

2.4Bahan-bahan konduktor dan isolator panas ... 33

2.5Arus konveksi pada air yang dipanaskan ... 34

2.6Contoh perpindahan kalor secara radiasi ... 35

3.1 Langkah-langkah pengembangan... 42

4.1 Hasil uji validasi ahli ... 60

4.2 Hasil uji coba produk ... 62

4.3 Hasil uji coba pemakaian ... 65


(18)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung dari motivasi siswa dan kreatifitas mengajar seorang guru. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan

scientific approach (Kemendikbud, 2013: 33). Pembelajaran yang menggunakan scientific approach, siswa didorong untuk menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi secara kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi

informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan perkembangan jaman.

Pembelajaran dengan scientific approach harus menyentuh tiga ranah, yaitu ranah sikap (afektif), ranah pengetahuan (kognitif), dan ranah keterampilan

(psikomotor). Siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari


(19)

tahu dan berbuat, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Pembelajaran yang baik tentu diakhiri dengan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Evaluasi menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena evaluasi sebagai salah satu alat untuk menilai dan mengukur tingkat kemampuan siswa di samping memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada keseharian siswa. Penilaian dirancang dan dilaksanakan oleh guru sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran yang digunakan. Penilaian digunakan oleh guru untuk melihat hasil belajar siswa, meningkatkan hasil belajar siswa, kualitas pembelajaran, dan ketepatan metode pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013, sangat diperlukan penilaian yang dapat digunakan untuk menilai semua aspek secara komprehensif. Komprehensif berarti penilaian dilakukan mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran atau dikenal dengan penilaian otentik (Kemendikbud, 2013: 3).

Pembelajaran dengan scientific approach menuntut siswa untuk bersikap aktif mulai dari proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan

mengkomunikasikan, sehingga perlu digunakan sistem penilaian yang otentik atau berdasarkan proses pembelajaran. Penilaian otentik memiliki relevansi yang cukup kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Penilaian semacam ini mampu


(20)

menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.

Asesmen otentik terdiri dari beberapa jenis, antara lain penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis. Asesmen otentik muncul atas ketidakpuasan dari penilaian tertulis, namun penilaian tertulis masih lazim untuk digunakan khususnya tes tertulis bentuk uraian. Tes tertulis bentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif yang dapat digunakan untuk menilai aspek afektif, kognitif, dan psikomotor siswa. Tes tertulis bentuk uraian lazim untuk diimplementasikan dalam kurikulum 2013 karena tes ini menuntut siswa untuk mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.

IPA merupakan salah satu ilmu sains. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran yang menghubungkan atau memiliki keterpaduan antara tiga bidang mata pelajaran, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan dari proses ilmiah. Menilai hasil belajar siswa tidak hanya dilihat dari aspek kognitifnya. Semua proses yang ada pada saat kegiatan pembelajaran harus dinilai, seperti keaktifan siswa, keterampilan siswa, atau sikap siswa. Instrumen penilaian diperlukan untuk menilai aspek-aspek tersebut. Instrumen penilaian yang ada seharusnya mudah digunakan oleh guru dan menjadi satu kesatuan untuk dapat menilai ketiga aspek tersebut.


(21)

Berdasarkan pengisian angket, guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 20 Bandarlampung masih menggunakan tes tertulis untuk menilai hasil belajar siswa. Sebagian besar tes tertulis bentuk uraian yang dibuat guru hanya digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan (kognitif) saja dan belum sesuai dengan scientific approach dan kurikulum 2013. Terdapat beberapa hal yang sering dilupakan sewaktu guru memberikan penilaian kepada siswa. Hal tersebut ialah adanya hubungan timbal balik antara guru dengan siswa. Sebagian besar guru belum memberikan feedback sepenuhnya kepada siswa setelah diadakan tes tertulis bentuk uraian. Feedback yang guru berikan sebagian besar hanya sekedar

membagikan hasil tes tanpa memberitahu jawaban tes yang benar sehingga siswa tidak dapat memperbaiki di tes berikutnya.

Pelaksanaan penilaian di SMPN 20 Bandarlampung sebagian besar guru menggunakan asesmen pada akhir bab atau materi bukan pada akhir proses pembelajaran. Sebagian besar siswa mengaku telah mendapatkan nilai yang adil untuk mata pelajaran IPA Terpadu dan mereka senang dengan cara penilaian yang dilakukan oleh guru, namun hanya 40% siswa yang berpendapat bahwa diminta menunjukan kemampuan kognitif mereka pada saat pembelajaran berlangsung. Sebagian besar guru berpendapat bahwa asesmen yang dipakai belum mencakup penilaian untuk ranah C1-C6. Asesmen yang ada sebagian besar hanya

menggunakan ranah C1-C4. Asesmen yang ada di sekolah belum berpatokan pada scientific approach dan kurikulum 2013.


(22)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Perangkat Asesmen Otentik Tertulis pada Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Scientific Approach”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah asesmen otentik tertulis untuk guru pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach?

2. Bagaimana kesesuaian penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru?

3. Bagaimana kemudahan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru?

4. Bagaimana kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Mengembangkan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach.


(23)

2. Mendeskripsikan kesesuaian penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil

pengembangan menurut pendapat guru.

3. Mendeskripsikan kemudahan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil

pengembangan menurut pendapat guru.

4. Mendeskripsikan kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil

pengembangan menurut pendapat guru.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu menghasilkan perangkat asesmen otentik tertulis yang sesuai dengan penilaian dalam kurikulum 2013. Bagi guru perangkat asesmen alternatif ini dapat menjadi contoh atau model dalam menilai kemampuan siswa khususnya pada aspek kognitif atau aspek pengetahuan siswa.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian penelitian ini yaitu:

1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran sains melalui scientific approach sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa secara komprehensif (aspek afektif, kognitif, dan psikomotor).


(24)

2. Scientific approach yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran meliputi proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan. 3. Asesmen ditujukan untuk materi pokok perpindahan kalor (induksi, konveksi,

dan radiasi).

4. Uji validasi produk diberikan kepada ahli evaluasi dan materi pada bidang fisika yaitu dosen pendidikan fisika.

5. Uji coba produk penelitian dilakukan pada 4 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2 Bandarlampung, dan SMPN 20 Bandarlampung.

6. Uji coba pemakaian dilakukan pada 12 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandarlampung, yaitu SMPN 4 Bandarlampung, SMPN 22 Bandarlampung, SMPN 21 Bandarlampung, SMP Kartika 2 Bandarlampung, SMP Ar-Raihan Bandarlampung, dan SMP Gajah Mada Bandarlampung


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Asesmen Otentik

Asesmen atau penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Asesmen juga dapat diperhatikan sebagai proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Asesmen menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Asesmen hasil belajar yang dilakukan oleh guru sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Asesmen harus dilakukan oleh guru secara terus menerus sehingga guru dapat melihat perkembangan dari siswanya. Pengertian asesmen menurut Muchtar (2010: 71) sebagai berikut:

Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Asesmen sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat


(26)

menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut sinergis dan berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu asesmen harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem

asesmen harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran.

Asesmen yang digunakan mengalami perkembangan seiring dengan

perkembangan kurikulum. Asesmen yang digunakan dalam kurikulum 2013 menekankan pada kenyataan nyata yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung atau biasa disebut dengan asesmen otentik. Asesmen otentik

(authentic assesment) menurut Pusat Kurikulum dalam Muchtar (2010: 72), yaitu:

Asesmen otentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

Asesmen yang dilakukan oleh guru harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yang ada, asesmen dilaksanakan secara berkelanjutan atau berkesinambungan untuk setiap pembelajaran. Hasil dari asesmen tersebut haruslah nyata, akurat, dan konsisten dengan perilaku siswa dalam proses

pembelajaran. Asesmen dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) sebagai berikut:

Asesmen otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi

atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan

untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.


(27)

Asesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata dan dalam suatu proses pembelajaran nyata. Asesmen otentik digunakan untuk dapat menilai semua aspek dalam pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Asesmen otentik bertujuan untuk memberikan solusi bagi guru yang sulit melakukan asesmen terhadap ketiga aspek tersebut. Kunandar (2013: 35) menjelaskan pengertian asesmen otentik yaitu:

Asesmen otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan

kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI).

Asesmen otentik dituntut untuk dapat menilai semua aspek dalam pembelajaran, yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor. Otentik sendiri berarti keadaan yang sebenarnya yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

Asesmen otentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperoleh terhadap skor ideal (maksimal). Pelaksanaan penilaian menggunakan asesmen otentik guru tidak hanya pada asesmen level KD tetapi juga kompetensi inti dan SKL. Asesmen otentik memperhatikan keseimbangan antara asesmen kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karateristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Guru dengan segera bisa mengambil tindakan yang tepat apabila data yang dikumpulkan guru

mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Asesmen otentik tidak dilakukan di akhir periode saja, karena gambaran tentang kemajuan


(28)

belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran. Kegiatan asesmen dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Ciri-ciri asesmen otentik menurut Kunandar (2013: 38), yaitu:

(1) harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk; (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (3) menggunakan berbagai cara dan sumber; (4) tes hanya salah satu alat pengumpul data asesmen; (5) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa; dan (6) asesmen harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitas). Sedangkan karakteristik asesmen otentik sebagai berikut: (1) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta, (3) berkesinambungan serta terintegrasi, dan (4) dapat digunakan sebagai feedback.

Pembelajaran yang menggunakan asesmen otentik ingin mencapai apa yang dipelajari siswa bukan apakah siswa tersebut belajar. Prinsip utama asesmen otentik ialah tidak hanya digunakan untuk menilai apa yang diketahui siswa tetapi digunakan juga untuk menilai apa yang dapat dilakukan siswa dalam

pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam melakukan asesmen otentik terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) otentik dari instrumen yang digunakan, (2) otentik dari aspek yang diukur, dan (3) otentik dari aspek kondisi siswa.

Pantiwati (2013: 8) berpendapat bahwa siswa di sekolah kategori rendah yang menggunakan asesmen otentik kemampuan kognitif, berpikir kritis, dan berpikir kreatifnya sama dengan siswa di sekolah kategori tinggi yang tidak menggunakan asesmen otentik. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan asesmen otentik dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, berpikir kritis, dan berpikir kreatif dengan tetap memperhatikan karakter siswa.


(29)

B.Jenis-jenis Asesmen Otentik

Asesmen otentik dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) asesmen kinerja, (2) asesmen proyek, (3) asesmen portofolio, dan (4) asesmen tertulis. Asesmen kinerja harus melibatkan parsisipasi siswa, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Asesmen kinerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: (a) daftar cek (checklist), (b) catatan anekdot/narasi

(anecdotal/narative records), (c) skala penilaian (rating scale), dan (d) memori atau ingatan (memory approach). Asesmen proyek (project assessment)

merupakan kegiatan asesmen terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh siswa menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Asesmen portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Asesmen portofolio bisa berangkat dari hasil kerja siswa secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi siswa, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Tes tertulis yang sering dilakukan yaitu bentuk uraian dan pilihan jamak. Burton dalam Bhakti (2014: 3) berpendapat mengenai Asesmen otentik sebagai berikut:

Asesmen otentik adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan pengetahuan dengan praktik langsung. Pada asesmen otentik terdapat beberapa teknik asesmen yang dapat dilakukan di antaranya, asesmen keterampilan, asesmen produk, asesmen proyek, asesmen portofolio, asesmen diri, asesmen teman sejawat, ujian tertulis, dan observasi.


(30)

Asesmen keterampilan digunakan untuk menilai keterampilan siswa pada waktu berlangsungnya pembelajaran. Asesmen produk digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Asesmen proyek dan portofolio dilakukan untuk menilai tugas-tugas di luar pembelajaran yang berlangsung di kelas. Asesmen diri dan asesmen teman sejawat digunakan untuk menilai sikap siswa saat

berlangsungnya pembelajaran. Ujian tertulis dilakukan untuk mengetahui pemahaman akhir siswa dan observasi dilakukan langsung ketika proses

pembelajaran berlangsung. Bentuk-bentuk asesmen otentik menurut Brown dalam Taufina (2009: 4), yaitu:

Bentuk-bentuk asesmen otentik antara lain: unjuk kerja (performance), penugasan (proyek/projek), hasil kerja (product), tertulis (paper & pen), portofolio (portfolio), dan sikap dan diri (self assessment).

1. Ujuk kerja (performance). Unjuk kerja adalah suatu penilaian yang

meminta siswa untuk mendemontrasi diri dari kriteria yang diinginkan (unjuk kerja, tingkah laku, dan interaksi). Asesmen seperti ini memiliki dua karakteristik dasar, yaitu siswa diminta mendemontrasikan kemampuannya dalam

mengkreasikan statu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan).

2. Penugasan (proyek/projek). Asesmen terhadap suatu tugas yang

mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Proyek adalah suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri pada suatu topik yang berhubungan dengan kurikulum lebih dari hanya sekedar


(31)

3. Hasil kerja (product). Asesmen hasil kerja adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk tertentu dan kualitas produk tersebut. Tujuan asesmen produk adalah: 1) menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya, 2) menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang, dan 3) menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan tertentu.

4. Tertulis (paper & pen). Asesmen tertulis dilakukan dengan tes tertulis di setiap akhir pembelajaran. Tes tertulis dilaksanakan untuk mengetahui tingkat berpikir kritis siswa.

5. Portofolio (portofolio). Portofolio merupakan terjemahan dari kata

portofolio yang berarti kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam bentuk jilid dan atau map. Dalam hal asesmen, portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya seseorang baik dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun berbagai penampilan yang tersimpan dalam bentuk kaset video atau audio.

6. Sikap. Asesmen terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap objek sikap. Cara observasi perilaku dan keyakinan siswa terhadap objek sikap siswa.

7. Diri (self assessment). Menilai diri sendiri berkaitan dengan status, proses, tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.


(32)

C.Asesmen Otentik Tertulis

Asesmen otentik tertulis yang sering digunakan yaitu pilihan jamak dan uraian. Tes pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat asesmen yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes tertulis menurut Sofyana (2010: 3), yaitu:

Asesmen secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: (a) memilih jawaban yang dibedakan menjadi: (1) pilihan ganda, (2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), (3) menjodohkan, dan (4) sebab-akibat; serta (b) mensuplai jawaban yang dibedakan menjadi: (1) isian atau melengkapi, (2) jawaban singkat atau pendek, dan (3) uraian.

Tes tertulis bentuk uraian ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan serta menyelesaikan hitung-hitungan terhadap materi atau konsep tertentu. Alat ini juga dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Tes tertulis sering digunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar siswa. Tes tertulis yang guru gunakan sebagian hanya untuk mengukur kemampuan di aspek kognitif tanpa mampu mengukur kemampuan siswa di aspek-aspek yang lainnya.


(33)

Bentuk tes uraian dalam pelaksanaannya menurut Haryati (2013: 55) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk asesmen subjektif, dan bentuk asesmen objektif. Bentuk asesmen subjektif yaitu bentuk tes yang terdapat soal tes dan kunci jawabannya disertai dengan pedoman jawaban dan pedoman penskoran. Sedangkan bentuk asesmen objektif yaitu bentuk tes yang dalam mengoreksinya pada umumnya menggunakan kunci jawaban tertentu seperti menggunakan pola diantaranya kunci berdamping (strip keys), kunci sistem karbon (carbon system keys), kunci system tusukan (prinpick system keys), dan kunci berjendela (window keys).

Jenis tes tertulis yang mudah digunakan, yaitu tes tertulis bentuk subjektif, karena telah ada kunci jawaban yang tepat dan pedoman penskorannya. Hal tersebut memudahkan guru dalam mengoreksi jawaban siswa dan memberikan nilai untuk siswa. Menulis tes tertulis bentuk uraian harus memperhatikan beberapa hal. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Joni dalam Kunandar (2013: 206) sebagai berikut:

Hal-hal yang ditanyakan dalam tes uraian antara lain: (1) mengadakan perbandingan antara dua hal, (2) perumusan dan pertahanan pendapat, (3) hubungan sebab akibat, (4) menjelaskan makna suatu ungkapan, (5) kemampuan dan kecakapan membaca atau menyimpulkan, (6)

kemampuan mengadakan analisis, (7) memberikan suatu ilustrasi orisinil penerapan suatu hukum atau prinsip, (8) mengadakan asesmen terhadap suatu pendapat, (9) merumuskan persoalan-persoalan, dan (10) penarikan kesimpulan.

Membuat tes tertulis yang baik perlu memperhatikan aspek-aspek seperti yang dikemukakan oleh Joni dalam Kunandar (2013: 206). Seluruh aspek tersebut mempermudah siswa untuk memahami maksud dari tes yang diberikan.


(34)

Aspek-aspek yang ada mempermudah siswa dalam menjawab soal. Aspek-Aspek-aspek tersebut juga mempermudah guru untuk membuat pedoman penskoran yang akan

diberikan. Bentuk tes atau instrumen asesmen memiliki keunggulan dan

kelemahan. Keunggulan dan kelemahan tes uraian menurut Kunandar (2013: 207) antara lain:

Keunggulan tes uraian: (1) mengukur aspek kognitif yang lebih tinggi, (2) mengembangkan kemampuan berbahasa peserta didik, (3) melatih

kemampuan berpikir yang teratur peserta didik, (4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) peserta didik, (5) penyusunan soal tidak membutuhkan waktu yang lama, (6) menghindari sikap terkaan dalam jawaban soal, (7) menggali kemampuan berpikir kritis peserta didik, (8) biaya pembuatan lebih murah, (9) mampu memberikan penskoran yang tepat pada setiap langkah peserta didik, dan (10) mampu memberikan gambaran yang tepat pada bagian-bagian yang belum dikuasai peserta didik.

Sedangkan kelemahan dari soal uraian adalah: (1) sampel soal sangat terbatas sehingga bahan materi yang diujikan terbatas pula akibatnya tidak semua bahan yang telah disampaikan dapat terujikan, (2) cara memeriksa hasil pekerjaan peserta didik agak sukar dan bias subjektif, (3)

membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk koreksi, (4) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu soal uraian, (5) tidak banyak mencakup Kompetensi Dasar (KD) yang diuji, (6) untuk nilai pada awal koreksi nilai sangat ketat, tetapi setelah koreksi dalam jumlah banyak nilai agak longgar sehingga kurang objektif, dan (7) tidak mampu

mencakup materi essensial seluruhnya.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan menyusun instrumen asesmen tertulis antara lain: (a) karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji; (b) materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum; (c) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas; dan (d) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.


(35)

D.Rubrik Asesmen

Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang

diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Rubrik memuat daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukan dalam suatu pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk mengevaluasi setiap

karakteristik yang dibuat. Tujuan dari dibuatnya rubrik penilaian yaitu supaya siswa secara jelas memahami apa saja yang akan dinilai dalam pembelajaran. Rubrik juga diharapkan dapat menjadi motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk lebih giat belajar. Langkah-langkah menyusunan rubrik asesmen menurut Zulhafiszh (2012: 5), yaitu:

Langkah-langkah menyusunan rubrik asesmen yaitu menentukan kriteria asesmen, mendefinisikan kriteria asesmen, menentukan bobot kriteria, menentukan tingkat kinerja, dan menentukan deskriptor.

Rubrik asesmen merupakan suatu panduan yang digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa. Asesmen yang baik harus mengacu kepada rubrik asesmen yang telah dibuat. Manfaat penggunaan rubrik asesmen antara lain untuk guru dapat mencegah kesalahpahaman dalam memberikan nilai karena asesmen didasarkan pada rubrik yang ada, rubrik digunakan untuk meningkatkan kinerja siswa. Rubrik asesmen dapat mendorong siswa untuk mampu bertanggung jawab pada pekerjaan yang mereka buat. Rubrik asesmen juga memberikan komunikasi yang jelas antara guru, siswa, dan orang tua mengenai apa yang diberikan pada tes dengan nilai yang diberikan. Siswa atau orang tua dapat mengkritik guru apabila nilai yang diberikan tidak sesuai dengan rubrik asesmen.


(36)

E.Jenjang Kemampuan Berpikir Siswa (Taksonomi Bloom)

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Di Indonesia, taksonomi bloom merupakan acuan asesmen (Haryati, 2013: 22). Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956 dan David R. Krathwohl (1964). Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh Bloom dan Krathwohl dalam Arikunto (2012: 129) ada 4 buah, yaitu: (a) prinsip metadologis, yaitu perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar; (b) prinsip psikologis. Dalam penyusunan taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang; (c) prinsip logis. Taksonomi hendaknya

dikembangkan secara logis dan konsisten; dan (d) prinsip tujuan. Tiap-tiap jenis pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.

Revisi dan pengembangan taksonomi Bloom terus dilakukan, dan pengembangan yang terbaru adalah pengembangan taksonomi Bloom menjadi 4 domain, yaitu domain kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial. Kemampuan kognitif menurut taksonomi Bloom sebelum revisi dibagi menjadi enam, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Taksonomi Bloom tersebut mengalami revisi sehingga tingkatan kognitif siswa menjadi kemampuan

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan


(37)

Setiap tahapan tersebut memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Penyebaran aspek kognitif menurut Anderson dan David (2001: 67-68) dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Dimensi Proses Kognitif Categories &

Cognitive Processes

Alternative

Names Definitions and Examples 1. Remember-Retrieve relevant knowledge from long term memory

1.1 Recognizing Identifying Locating knowledge in long-term memory that is consistent with presented material (e.g., Recognize the dates of important events in U>S. history)

1.2 Recalling Retrieving Retrieving relevant knowledge from long-term memory (e.g., Recall the dates of important event in U.S. history)

2. Understanding – construct meaning from instructional message, including oral, written, and graphic communication

2.1 Interpreting Clarifying, paraphrasing, representing, translating

Changing from one form of representation (e.g., numerical) to another (e.g., paraphrase important speeches and document)

2.2 Exemplifying Ilustracing, instantiating

Finding a specific or illustration of a concept or principle (e.g., give examples of various artistic painting styles)

2.3 Classifying Categorizing, subsuming

Determining that something belongs to a category (e.g, concept or

principle) (e.g., classify observed or described cases of mental disorders) 2.4 Summaring Abstracting,

generalizing

Abstracting a general theme event or major point(s) (e.g., write a short summary of the events portayed on a videotape)

2.5 Inferring Concluding, extrapolating, interpolating, predicting

Drawing a logical conclusion from presented information (e.g., in learning a foreign language, infer grammatical principles from examples)

2.6 Comparing Contrasting, mapping, matching

Detecting correspondences between two ideas, objects, and the like (e.g., compare historical events to


(38)

Categories & Cognitive Processes

Alternative

Names Definitions and Examples 2.7 Explaining Constructing

models

Constructing a cause and effect model of a system (e.g., explain the causes of important 18th century events in France)

3. Apply – Carry out or uses a procedure in a given situation

3.1 Executing Carrying out Applying a procedur to a familiar task (e.g., divide one whole number by another whole number, both with multiple digits)

3.2 Implementing Using Applying a procedure to an

unfamiliar task (e.g., use Newton’s

Second Law in situations in which it is appropriate)

4. Analyze – break material into its constituent part and determine how the parts relate to one another and to an overall structure or purpose

4.1 Differentiating Discriminating, distinguishing, focusing, selecting

Distinguishing relevant from irrelevant parts or important from unimportand part of presented material (e.g., distingnguish between relevant and irrelevant numbers in a mathematical word problem)

4.2 Organizing Finding coheren, intergrating, outlining, parsing, structuring

Determining how elements fit or function within a structure (e.g., structure evidence in a historical description into evidence for and against a particular historical explanation)

4.3 Attributing Deconstructing Determine a point of view, bias, values, or intent underlying

presented material (e.g., determine the point of view of the author of an essay in terms of his or her political perpective)

5. Evaluate – make judgments based on criteria and standards 5.1 Checking Coordinating,

detecting, monitoring, testing

Detecting inconsistencies or fallacies within a process or product,

determining whether a process or product has internal consistency, detecting the effectiveness of a procedure as it is being implemented (e.g., determine if a scientist’s conclusions follow from observed data)


(39)

Categories & Cognitive Processes

Alternative

Names Definitions and Examples 5.2 Critiquing Judging Detecting inconsistencies between a

product and external criteria, determining wheter a product has external consistency, detecting the appropriateness of a procedure for given problem (e.g., judge which of two methods is the best way to solve a given problem)

6. Create – put elements together to form a coherent or functional whole, reorganize elements into new pattenr or stucture

6.1 Generating Hypothesizing Coming up with alternative hypotheses based on criteria (e.g., generate hypotheses to account for an observed phenomenon)

6.2 Planning Designing Devising a procedure for

accomplishing some task (e.g., plan a research paper on given historical topic)

6.3 Producing constructing Inventing a product (e.g., build habitats for a specific purpose)

Penjelasan jenjang taksonomi Bloom hasil revisi, yaitu: (1) menghapal (remember). Menghapal merupakan suatu kegiatan menarik

kembali memori yang tersimpan dalam jangka waktu panjang. Kegiatan mengingat merupakan proses kemampuan kognitif yang paling rendah tingkatannya; (2) memahami (understand). Memahami ialah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau

mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa; (3) mengaplikasikan (applying). Mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas; (4) menganalisis (analyzing). Menganalisis merupakan kegiatan menguraikan


(40)

suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya; (5) mengevaluasi (evaluation). Mengevaluasi yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan

kriteria dan standar yang ada dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya; dan (6) membuat (create). Membuat merupakan kegiatan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Tingkatan dalam domain kognitif hasil revisi menurut Sanjaya (2010:

129) dapat digambarkan seperti Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tujuan Kognitif Hasil Revisi

F. Pembelajaran IPA Terpadu

Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris science. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Pengertian IPA yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 136-137) sebagai berikut:

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui

Mengingat

Memahami Menerapkan

Menganalisis Mengevaluasi


(41)

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Dari pembelajaran yang menggunakan proses atau prosedur ilmiah maka akan

menghasilkan produk yang bersifat ilmiah dan akan menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Hakikat IPA menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137), yaitu:

IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk

menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

IPA dapat digunakan untuk menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan ilmiah. Pengetahuan yang diterima siswa tidak hanya dalam pembelajaran di sekolah saja, namun bisa diperoleh dari luar pembelajaran seperti melakukan kegiatan pratikum dengan metode ilmiah. Dari serangkaian kegiatan yang

dilakukan siswa IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) antara lain:

(1) kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah; (2) keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah; dan (3) memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.


(42)

Guru yang membelajarkan IPA di sekolah perlu menanamkan nilai-nilai yang dapat membuat siswa untuk dapat berpikir secara teratur, sistematis, dan kegiatan yang dilakukan siswa mengikuti langkah-langkah metode ilmiah. Siswa

diharapkan terampil menggunakan alat-alat eksperimen ketika melakukan eksperimen dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan. Siswa juga ditanamkan sikap ilmiah berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan sikap tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 142) antara lain:

(1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, (2) menanamkan sikap hidup ilmiah, (3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, (4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, dan (5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kurikulum 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau

“IPATerpadu” bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Pembelajaran IPA di sekolah merujuk pada keterpaduan mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi dengan menggunakan metode ilmiah atau pendekatan ilmiah (scientific

approach). Pembelajaran Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia,


(43)

Fisika sangat memungkinkan siswa mempelajarinya secara integratif. Mempelajarinya dapat secara individual maupun kelompok dengan aktif mengekspolorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan mengomunikasikan hasilnya. Aktivitas tersebut akan membuat siwa aktif mencari tahu. Proses pembelajarannya menekankan pada kegiatan pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa melalui kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk

mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa. Tujuan pembelajaran IPA Terpadu menurut Puskur dalam Trianto (2013: 155), yaitu:

(1) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (2)

meningkatkan minat dan motivasi siswa, dan (3) dapat digunakan untuk mencapai beberapa kompetensi dasar secara sekaligus.

Konsep yang digunakan yaitu konsep keterpaduan, maka dalam membelajarkan IPA di sekolah memungkinkan beberapa materi dibelajarkan dalam satu proses pembelajaran saja. Sebagai contoh ketika membelajarkan materi energi, materi energi dapat mencakup bidang fisika, kimia, ataupun biologi sekaligus sehingga lebih efisien dan efektif serta tidak membuat siswa jenuh. Keterpaduan tersebut dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas karena dituntut untuk memahami keterkaitan antara materi yang satu dengan lainnya. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antara konsep pengetahuan dan tindakan yang dilakukan saat pembelajaran. Menggunakan pembelajaran terpadu siswa lebih berpikir dengan teratur, terarah, utuh, menyeluruh, sistematik, dan analitik. Siswa juga lebih termotivasi untuk belajar. Beberapa kompetensi dapat dinilai sekaligus


(44)

karena pembelajaran dilakukan secara terpadu sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, dan saran serta biaya.

Kemendikbud (2013: 4) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu antara lain holistik, bermakna, dan aktif. Holistik merupakan suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian, dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Bermakna maksudnya terdapat keterkaitan antara konsep menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah nyata di dalam kehidupannya. Sedangkan aktif merupakan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui pendekatan discovery-inquiry, sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

G.Scientific Approach

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan

pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dikenal dengan scientific

approach. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

Kegiatan pembelajaran dengan scientific approach dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima hal tersebut diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode,


(45)

teknik, maupun taktik yang digunakan. Scientific approach ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan sangat baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses pembelajaran menurut Kemendikbud (2013: 35) terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:

(a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi, (d) mengasosiasi, dan (d) mengkomunikasikan.

Pendapat mengenai langkah-langkah pembelajaran ditambahkan oleh Dyer dkk dalam Sani (2014: 53) bahwa:

Dapat dikembangkan scientific approach dalam proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba/mengumpulkan informasi, 4) menalar/asosiasi, dan 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi).

Dalam aktivitas belajar dengan menggunakan scientific approach tidak harus dilakukan dengan prosedur yang kaku. Proses pembelajaran yang berlangsung dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Sani (2014: 54) menggambarkan proses pembelajaran dengan scientific approach sebagai berikut:

Gambar 2.2 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Komunikasi

Menalar/Asosiasi

Mencoba/Mengumpulkan informasi

Menanya


(46)

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya. LANGKAH PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari informasi. Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

 melakukan eksperimen  membaca sumber lain

selain buku teks  mengamati objek/

kejadian/aktivitas  wawancara dengan

narasumber.

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,

kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ mengolah informasi

 Mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksper imen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

 Pengolahan informasi

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam


(47)

LANGKAH PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN yang dikumpulkan dari

yang bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang

bertentangan. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Proses-proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengamati

Melakukan pengamatan harus melibatkan panca indera. Tujuan dari mengamati yaitu untuk memperoleh informasi. Proses mengamati tidak terlepas dari keterampilan lainnya, antara lain melakukan pengelompokan atau

membandingkan. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan siswa untuk menganalisis permasalahan atau fenomena yang berkaitan dengan apa yang diamati. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan kelima panca indera, sehingga terjadi koordinasi.


(48)

2. Menanya

Siswa dilatih untuk membuat pertanyaan berkenaan dengan topik yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa. Guru berperan sebagai motivator supaya siswa menyampaikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang dipelajari.

3. Mencoba/memperoleh informasi

Informasi berkaitan dengan apa yang dipelajari diperoleh siswa dengan cara mengumpulkan berbagai informasi dari sumber-sumber yang ada seperti buku teks, internet, dan lain-lain. Guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membangun konsep siswa dan menyediakan LKS sebagai penuntun siswa dalam mencoba untuk membantu siswa dalam melakukan

percobaan.

4. Menalar/asosiasi

Menalar merupakan aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Sedangkan inferensi merupakan kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis). Data, fakta, atau informasi yang terkait fenomena yang ada. Upaya guru dalam melatih siswa untuk melakukan kegiatan menalar dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil mencoba sehingga siswa dapat menentukan hubungan antar variabel yang ada, menguji hipotesis, menjelaskan mengenai data percobaan berdasarkan teori yang ada serta dapat menarik kesimpulan.


(49)

5. Membentuk jaringan/komunikasi

Kemampuan berkomunikasi sangat perlu untuk dimiliki siswa supaya siswa dapat menyampaikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan kepada teman lainnya. Kemampuan berkomunikasi sama pentingnya dengan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

H.Perpindahan Kalor (Konduksi, Konveksi, dan Radiasi)

Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan dapat berpindah apabila terdapat perbedaan suhu. Secara alami kalor berpindah dari zat yang suhunya tinggi ke zat yang suhunya rendah. Secara umum perpindahan kalor ada 3, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).

1. Konduksi

Kalor dapat berpindah melalui benda, tetapi partikel-partikel benda itu tidak mengalami perpindahan tempat. Perpindahan kalor seperti ini disebut konduksi atau hantaran. Konduksi merupakan proses perpindahan kalor tanpa disertai dengan perpindahan partikelnya. Peristiwa proses perpindahan kalor secara konduksi dalam Kemendikbud (2013: 171) seperti Gambar 2.3.


(50)

Proses konduksi ini secara umum terjadi pada logam atau yang bersifat konduktor (menghantarkan panas). Benda yang baik menghantarkan kalor disebut konduktor. Misalnya: besi, tembaga, aluminium, dan perak. Benda yang tidak baik

menghantarkan kalor disebut isolator. Misalnya: kayu, kaca, dan plastik. Bahan-bahan konduktor dan isolator panas dalam Kemendikbud (2013: 172) dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Bahan-bahan Konduktor dan Isolator Panas

Contoh perpindahan kalor secara konduksi yaitu pada saat kita mengaduk teh panas dengan sendok, maka lama kelamaan tangan kita terasa panas dari ujung sendok yang kita pegang. Kue yang menggunakan wadah berupa aluminium yang disimpan di oven juga termasuk proses konduksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Konveksi

Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan disertainya perpindahan

partikel. Konveksi ini terjadi umumnya pada zat fluida (zat yang mengalir) seperti air dan udara. Konveksi dapat terjadi secara alami ataupun dipaksa. Konveksi


(51)

alamiah misalnya saat memasak air terjadi gelembung udara hingga mendidih dan menguap. Konveksi terpaksa contohnya hair drayer yang memaksa udara panas keluar yang diproses melalui alat tersebut.

Air merupakan zat cair yang terdiri dari partikel-partikel penyusun air. Saat memasak air dalam panci, api memberikan energi kepada panci dalam hal ini termasuk proses konduksi. Panas yang diperoleh panci kemudian dialirkan pada air. Partikel air paling bawah yang pertama kali terkena panas kemudian lama kelamaan akan memiliki massa jenis yang lebih kecil karena sebagian berubah menjadi uap air. Partikel tersebut akan berpindah posisi naik ke permukaan saat massa jenisnya lebih kecil. Air yang masih diatas permukaan kemudian turun ke bawah menggantikan posisi partikel yang tadi. Proses tersebut berlangsung terus-menerus hingga air mendidih dan menguap. Gambaran arus konveksi pada air yang dipanaskan dalam Kemendikbud (2013: 174) dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Arus Konveksi pada Air yang Dipanaskan


(52)

3. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara. Pancaran kalor hanya terjadi dalam gas atau ruang hampa, misalnya penghantaran panas matahari ke bumi melalui ruang hampa udara. Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya pancaran kalor yang dinamakan termoskop. Contoh radiasi adalah

perpindahan panas dari cahaya matahari ke bumi. Radiasi kalor juga dapat terjadi pada lampu pijar listrik yang sedang menyala dan api unggun yang sedang menyala. Tubuh kita terasa hangat pada saat kita berada di sekitar api unggun yang sedang menyala, karena adanya radiasi kalor yang dipancarkan oleh api unggun. Contoh perpindahan kalor secara radiasi dalam Kemendikbud (2013: 176) seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh Perpindahan Kalor secara Radiasi

Semua benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor, yang besarnya antara lain bergantung pada suhu benda dan warna benda. Benda akan menyerap radiasi kalor dari lingkungan jika suhu benda lebih rendah daripada suhu

lingkungan dan bila suhu benda lebih tinggi daripada suhu lingkungan maka benda itu akan melepas radiasi kalor ke lingkungan.


(53)

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian pengembangan (research development). Penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya

pengembangan sebuah produk yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis. Produk penelitian

pengembangan tidak hanya berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku tetapi bisa juga perangkat lunak (sofware), seperti program komputer.

Penelitian pengembangan ini mengembangkan perangkat asesmen otentik pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach. Uji ahli dan uji coba produk diberlakukan pada proses pengembangan ini. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari kesesuain aspek konstruksi, subtansi, dan bahasa pada perangkat asesmen yang dikembangkan. Uji coba produk dilakukan untuk


(54)

memperoleh informasi atau pendapat guru mengenai bagaimana kesesuaian, kemudahan dan kemanfaatan dari perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach yang sudah

dikembangkan. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di

Bandarlampung.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu subjek uji coba produk dan subjek uji coba pemakaian. Subjek uji coba produk adalah 4 orang guru di SMPN 2 Bandarlampung, dan SMPN 20 Bandarlampung. Subjek uji coba pemakaian adalah 12 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandarlampung, yaitu SMPN 4 Bandarlampung, SMPN 22 Bandarlampung, SMPN 21 Bandarlampung, SMP Kartika 2 Bandarlampung, SMP Ar-Raihan Bandarlampung, dan SMP Gajah Mada Bandarlampung serta 24 orang siswa di SMPN 2 Bandarlampung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan peneliti. Sampel diambil berdasarkan letak sekolah yaitu sekolah yang terletak di pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Bandarlampung sesuai dengan tujuan peneliti.


(55)

C.Sumber Data

Sumber data penelitian ini diperoleh melalui penelitian pendahuluan, uji coba produk, dan uji coba pemakaian. Sumber data pada penelitian pendahuluan diperoleh dari hasil angket guru yang diberikan kepada dua orang guru mata pelajaran IPA Terpadu dan angket siswa yang diberikan ke satu kelas siswa kelas VII.C SMPN 20 Bandarlampung. Sumber data pada tahap uji coba produk diperoleh dari hasil angket uji kesesuaian, kemudahan dan kemanfaatan yang diberikan kepada empat orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2 Bandarlampung, dan SMPN 20 Bandarlampung yang dipilih secara acak. Sumber data uji coba pemakaian diperoleh dari pengisian angket uji kesesuaian,

kemudahan dan kemanfaatan oleh 12 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandarlampung, yaitu SMPN 4 Bandarlampung, SMPN 22 Bandarlampung, SMPN 21 Bandarlampung, SMP Kartika 2 Bandarlampung, SMP Ar-Raihan Bandarlampung, dan SMP Gajah Mada Bandarlampung. Data hasil uji coba siswa diperoleh dari pengisian lembar asesmen otentik tertulis oleh 24 orang siswa kelas VIII.A di SMPN 2

Bandarlampung.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan suatu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pengungkap potensi dan masalah, angket uji kelayakan yang terdiri dari uji subtansi, uji konstruksi, serta uji bahasa, dan angket untuk mengetahui pendapat


(56)

guru mengenai kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan penggunaan produk yang dikembangkan. Penjelasan mengenai instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Angket Pengungkap Potensi dan Masalah

Angket pengungkap adanya potensi dan masalah dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perangkat asesmen aspek pengetahuan yang digunakan di sekolah yang bersangkutan. Angket pengungkap potensi dan masalah ini juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kekurangan-kekurangan perangkat asesmen aspek pengetahuan yang sudah diterapkan di sekolah sehingga menjadi referensi dalam mengembangkan perangkat asesmen otentik tertulis berbasis scientific approach.

2. Angket Uji Validasi Ahli

Instrumen ini digunakan untuk menguji kelayakan perangkat asesmen otentik tertulis yang dikembangkan dengan kesesuaian rumusan indikator dan tuntutan dalam kisi-kisi. Angket uji kesesuaian isi terdiri dari:

a. Angket Uji Konstruksi

Instrumen ini digunakan untuk menguji kontruksi perangkat asesmen otentik tertulis yang dikembangkan, misalnya konstruksi sesuai format perangkat

asesmen otentik tertulis yang ideal menurut kurikulum 2013 dan konstruksi sesuai dengan pendekatan pembelajarannya.


(57)

b. Angket Uji Subtansi

Intrumen ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian perangkat asesmen otentik tertulis hasil pengembangan dengan indikator pencapaian kompetensi dengan KI dan KD, kesesuaian penulisan indikator dalam kisi-kisi intrumen, mengetahui kesesuaian rubrik penskoran, dan kesesuaian skala untuk menilai.

c. Angket Uji Bahasa

Instrumen ini digunakan untuk menguji penggunaan bahasa yang digunakan dalam perangkat asesmen otentik tertulis, misalnya penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan kesesuaian bahasa dengan jenjang pendidikan responden.

3. Angket Uji Kesesuaian

Instrumen ini digunakan untuk mengatahui pendapat guru mengenai kesesuaian perangkat asesmen otentik tertulis dengan indikator dan kemampuan pengetahuan siswa yang akan dinilai. Angket ini diberikan kepada guru pada saat uji coba produk dan uji coba pemakaian.

4. Angket Uji Kemudahan

Instrumen ini digunakan untuk mengatahui pendapat guru mengenai kemudahan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis, yaitu kemudahan guru dalam menggunakan perangkat asesmen otentik tertulis untuk mengukur keseluruhan aspek pengetahuan siswa secara praktis sesuai dengan pembelajaran yang


(58)

dilaksanakan. Angket ini diberikan kepada guru pada saat uji coba produk dan uji coba pemakaian.

5. Angket Uji Kemanfaatan

Instrumen ini digunakan untuk mengatahui pendapat guru mengenai kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis, misalnya kemanfaatan

penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis untuk mengukur seluruh aspek pengetahuan siswa yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan topik pembelajaran secara objektif. Angket ini diberikan kepada guru pada saat uji coba produk dan uji coba pemakaian.

E.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 298) dengan langkah-langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(59)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan

Penjelasan mengenai langkah-langkah penelitian pengembangan sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Potensi dan masalah harus ditunjukan dengan data empirik. Peneliti mengumpulkan data berkenaan dengan masalah asesmen yang ada di sekolah dengan menggunakan angket. Angket tersebut diberikan kepada guru dan siswa. Tujuannya untuk mengetahui perangkat asesmen yang telah digunakan dan mengetahui kelemahan penggunaan perangkat asesmen tersebut serta mengidentifikasi perangkat asesmen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kurikulum 2013.

Revisi Desain Pengumpulan

data

Desain Produk

Uji Coba produk

Revisi Produk Produksi Potensi dan

Masalah

Revisi Produk Uji Coba

Pemakaian

Validasi Desain


(60)

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah potensi dan masalah ditunjukan secara faktual dan update, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan berbagai informasi atau data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan kajian lapangan dan kajian pustaka dari berbagai buku atau jurnal berkenaan dengan instrumen asesmen yang akan dikembangkan.

3. Desain Produk

Desain produk diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai atau membuatnya. Peneliti membuat desain awal instrumen asesmen otentik tertulis. Desain produk dilakukan untuk mengetahui tampilan awal atau rancangan produk yang akan dikembangkan oleh peneliti.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses untuk menilai apakah rancangan desain produk sesuai dengan kriteria pengembangan instrumen penilaian yang akan dibuat atau tidak. Desain produk awal divalidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan uji coba. Validasi desain dilakukan secara pemikiran rasional, bukan berdasarkan fakta di lapangan. Validasi desain dilakukan oleh tenaga ahli yaitu dosen pendidikan fisika dan dosen ahli evaluasi. Validasi desain dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk yang dikembangkan.


(61)

5. Revisi Desain

Revisi desain dilakukan untuk memperbaiki produk yang telah dibuat dan menyempurnakan produk yang dikembangkan sebelum produk tersebut

diujicobakan. Revisi desain dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki kembali desain produk yang telah divalidasi.

6. Uji Coba Produk

Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui pendapat guru mengenai kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk hasil pengembangan sebelum digunakan secara langsung di lapangan. Uji coba ini ditujukan kepada empat orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2 Bandarlampung, dan SMPN 20

Bandarlampung. Tujuan uji coba produk untuk mengetahui kesesuaian,

kemudahan dan kemanfaatan produk yang dirasakan oleh yaitu guru. Intrumen yang digunakan untuk uji coba produk yaitu angket uji kesesuaian, kemudahan dan kemanfaatan. Uji coba produk kepada guru dilakukan dengan teknik uji satu lawan satu. Uji satu lawan satu dilakukan dengan mengambil sampel penelitian sebanyak dua orang secara acak yang mewakili populasi yang ada di dua sekolah tersebut. Tujuan uji satu lawan satu yaitu untuk mengetahui kemudahan dan kemanfaatan penggunaan asesmen tertulis hasil pengembangan secara terbatas atau dalam kelompok kecil.


(62)

7. Revisi Produk

Revisi produk kembali dilakukan setelah pengujian produk secara terbatas. Produk perlu direvisi kembali untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada. Revisi produk dilakukan untuk menyempurnakan kembali produk yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan

berdasarkan hasil uji coba produk.

8. Uji Coba Pemakaian

Tahap selanjutnya produk diujicobakan pemakaiannya pada lingkup yang lebih luas yaitu kepada 12 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandarlampung, yaitu SMPN 4 Bandarlampung, SMPN 22 Bandarlampung, SMPN 21 Bandarlampung, SMP Kartika 2 Bandarlampung, SMP Ar-Raihan Bandarlampung, dan SMP Gajah Mada Bandarlampung. Tujuan uji coba pemakaian untuk mengetahui kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk secara umum. Sampel sekolah untuk uji coba pemakaian dipilih dengan teknik purposive sampling atau pemilihan sampel dengan tujuan tertentu yaitu berdasarkan letak sekolah yang berada di pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Bandarlampung. Tujuan uji coba pemakaian yaitu untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan produk hasil pengembangan secara umum menurut pendapat 12 orang guru di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di

Bandarlampung yang mewakili populasi yang ada. Uji coba pemakaian juga dilakukan kepada 24 orang siswa kelas VIII.A di SMPN 2 Bandarlampung untuk mengetahui daya beda, tingkat kesukaran soal, dan reliabilitas tes.


(63)

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Peneliti merevisi kembali produk yang telah di ujicobakan untuk pemakaian sebelum produk tersebut diproduksi. Tujuannya untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan dan menyesuaiakan produk dengan kebutuhan di lapangan.

10. Produksi

Pembuatan produk dilakukan apabila produk yang telah diujicobakan dinyatakan layak untuk diproduksi. Peneliti memproduksi satu model perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach hasil pengembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pembagian angket

dilakukan pada penelitian pendahuluan, uji coba produk, dan uji coba pemakaian. Angket dibagikan kepada dua orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 20 Bandarlampung dan satu kelas siswa kelas VII.C pada penelitian pendahuluan. Pengumpulan data pada uji coba produk dilakukan dengan membagikan angket kepada empat orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di SMPN 2


(64)

pemakaian dilakukan dengan membagikan angket kepada 12 orang guru mata pelajaran IPA Terpadu di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di

Bandarlampung, yaitu SMPN 4 Bandarlampung, SMPN 22 Bandarlampung, SMPN 21 Bandarlampung, SMP Kartika 2 Bandarlampung, SMP Ar-Raihan Bandarlampung, dan SMP Gajah Mada Bandarlampung. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut berdasarkan letak sekolah-sekolah yang berada di pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Bandarlampung.

G.Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan rancangan pengembangan. Data validasi ahli yang terdiri dari aspek konstruksi, substansi, dan bahasa pada perangkat asesmen otentik diperoleh dari ahli materi dan ahli evaluasi. Data mengenai kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan perangkat asesmen otentik diperoleh melalui uji coba produk dan uji coba pemakaian kepada pengguna secara langung yaitu guru. Data uji kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk tersebut digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai perangkat penilaian aspek pengetahuan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji coba produk dan uji coba pemakaian dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai perangkat penilaian pengetahuan. Instrumen penilaian uji coba produk dan uji coba pemakaian yaitu uji kelayakan oleh ahli evaluasi dan ahli materi serta


(65)

pendapat kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk oleh guru, masing-masing memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Instrumen uji kelayakan produk oleh ahli evaluasi dan materi, memiliki pilihan jawaban yaitu:

“sangat baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”. Instrumen uji kesesuaian, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai”, dan

“tidak sesuai”. Instrumen uji kemudahan penggunaan perangkat oleh guru, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat mudah”, “mudah”, “kurang mudah”,

dan “tidak mudah”. Instrumen uji kemanfaatan perangkat oleh guru, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat bermanfaat”, “bermanfaat”, “kurang

bermanfaat”, dan “tidak bermanfaat”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “kurang” dan “tidak” atau para ahli memberikan saran khusus terhadap perangkat asesmen otentik tertulis yang dibuat.

Kegiatan dalam teknik analisis data angket kelayakan, kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk dilakukan dengan cara:

a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).


(66)

c. Memberi skor jawaban responden.

Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan berdasarkan skala Likert yang ditampilkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Penskoran pada angket uji kelayakan, kesesuaian isi, kemudahan, dan kemanfaatan untuk setiap pernyataan

Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban

Pilhan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat baik Sangat sesuai Sangat mudah Sangat bermanfaat 4

Baik Sesuai Mudah Bermanfaat 3

Kurang baik Kurang sesuai Kurang mudah Kurang bermanfaat 2 Tidakbaik Tidak sesuai Tidak mudah Tidak bermanfaat 1

Sumber: Sugiyono, 2013: 93.

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab 2) Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab 3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab 4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 %

maks in S S


(1)

h. Menafsirkan skor secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (2010: 286) yang ditampilkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tafsiran Skor

Skor (Persentase) Kriteria 80,1% - 100,0% Sangat tinggi 60,1% - 80,0% Tinggi 40,1% - 60,0% Sedang 20,1% - 40,0% Rendah 0,0% - 20,0% Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2010: 286)

Perangkat asesmen otentik tertulis hasil pengembangan diujicobakan langsung kepada 24 orang siswa kelas VIII.A di SMPN 2 Bandarlampung pada tahap uji coba pemakaian untuk mengetahui keajekanproduk atau reliabilitas produk. Data yang diperoleh yaitu dari hasil penilaian menggunakan perangkat asesmen otentik tertulis berbasis scientific approach hasil pengembangan. Teknik analisis data yang digunakan untuk uji keefektifan yaitu uji realibilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach dengan rumus:

(

)

(Sukardi, 2003: 133) Keterangan:


(2)

Kriteria penafsiran koefisien reliabilitas disajikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Penafsiran Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Tafsiran 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Sedang (cukup)

0,20 – 0,39 Rendah

<0,20 Sangat Rendah


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Penelitian ini menghasilkan perangkat asesmen otentik tertulis pada

pembelajaran IPA Terpadu melalui scientific approach yang telah divalidasi dengan kriteria tinggi. Skor rata-rata untuk aspek konstruksi 76,18%, aspek subtansi 73,33%, dan aspek bahasa 63,88% sehingga perangkat asesmen layak untuk digunakan. Uji keoperasionalan perangkat asesmen menunjukkan bahwa reliabilitas tes sebesar 0,65 dengan kriteria tinggi dan 95,83% siswa telah tuntas, sedangkan 4,16% siswa belum tuntas.

2. Kesesuaian produk hasil pengembangan mencapai skor rata-rata 77,68% dengan kriteria tinggi.

3. Kemudahan produk hasil pengembangan mencapai skor rata-rata 74,30% dengan kriteria tinggi.

4. Kemanfaatan produk hasil pengembangan mencapai skor rata-rata 79,20% dengan kriteria tinggi.


(4)

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian pengembangan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru harus memperhatikan waktu mengerjakan soal, apabila tidak cukup soal dapat digunakan untuk dua kali tes.

2. Guru dapat menyesuaikan soal yang digunakan dengan kondisi siswa di tiap-tiap sekolah yang berbeda lokasi.

3. Produk hasil pengembangan sebaiknya digunakan untuk sekolah yang

menerapkan Kurikulum 2013, karena skala penilaian dan pedoman penskoran dibuat berdasarkan ketentuan penilaian pada Kurikulum 2013.

4. Guru dapat memilih beberapa soal saja yang akan diujikan kepada siswa karena tidak semua sekolah yang berada di Bandarlampung mempunyai kemampuan akademik yang sama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Beroreintasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter UPI. Diakses pada tanggal 12 April 2014

Anderson, Lorin W, dan David R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessming. New York: Pre-Press Company, Inc

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

_________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi II. Jakarta: Bina Aksara.

Bakti, Setia Anjar, Sentot Kusairi dan Muhardjito. 2014. Pengembangan Model Penilaian Autentik Berbasis Kurikulum 2013. Artikel. Diakses pada tanggal 20 November 2014

Haryati, Mimin. 2013. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi

Kemendikbud. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud ___________. 2013. Permendikbud No 66 tentang Standar Penilaian Kurikulum

2013. Jakarta: Kemendikbud

___________. 2014. Permendikbud No 104 tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Kemendikbud

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT. Graha Grafindo Persada Muchtar, H. 2010. Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu


(6)

Pantiwati, Yuni. 2013. Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Edukasi Pendidikan dan Sains Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses pada 17 Maret 2014

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sofyana, Mardiah. 2010. Autentik Asesmen. Tersedia pada

http://sofya6.blogspot.com/2010/11/autentik-asesmen.html diakses pada 11 April 2014

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2013. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Taufina. 2009. Authentic Assessment dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia Di Kelas Rendah Sd. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Diakses pada 20 November 2014

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara Zulhafizh. 2012. Contoh Rubrik Penilaian. Tersedia pada

http://zulhafizhbjr.blogspot.com.es/2012/06/contoh-rubrik-penilaian.html diakses pada 13 Oktober 2014