Hasil dan Pembahasan 1 Hasil pengujian bahan
PengaruhArang Tempurung Kelapa Terhadap Kuat Tekan Mortar Hajatni Hasan
219
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil pengujian bahan
4.1.1 Semen portland Pemeriksaan Berat jenis Semen
Portland Dari hasil pemeriksaan berat jenis
semen, diketahui bahwa berat jenis semen
Tonasa adalah
3,11. Sedangkan berat jenis semen sesuai
dengan yang disyaratkan berkisar pada 3,15. Berat jenis semen secara tidak
langsung dapat memberikan gambaran mengenai mutu semen. Berat jenis yang
tinggi menggambarkan mutu semen yang tinggi .
Pemeriksaan kehalusan semen Dari hasil pemeriksaan kehalusan
semen diperoleh 0 tertahan di atas saringan No. 100, dan 6,05 yang
tertahan di atas saringan No. 200. Dengan demikian persentase berat
semen yang lolos saringan No. 200 adalah 93,95 . Sedangkan syarat
kehalusan semen adalah 0 tertahan saringan No. 100 dan maksimum 22
tertahan saringan No. 200. Sehingga dapat
dikatakan semen
yang digunakan memenuhi syarat kehalusan.
Pemeriksaan konsistensi normal semen portland
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa konsistensi normal semen tonasa
yang digunakan pada penelitian ini tercapai pada pemberian air sebesar
22,5 terhadap berat semen yang digunakan, dengan penurunan jarum
vicat sebesar 10 mm dalam waktu 30 detik.
Untuk pemeriksaan
waktu pengikatan awal selama 120 menit,
menurut standar industri Indonesia SII 0013
– 1981, persyaratan waktu pengikatan awal untuk semen portland
tipe I harus berlangsung dalam waktu tidak boleh kurang dari 45 menit dan
pengikatan akhir adalah kurang dari 8 jam. Dengan demikian semen portland
tipe I dengan merek dagang tonasa yang digunakan memenuhi syarat.
4.1.2 Agregat halus pasir Hasil pengujian mutu pasir yang
dilakukan di
laboratorium sebagai
berikut: Analisa saringan, dimana pengujian
dilakukan dua kali dan diperoleh distribusi ukuran butiran pada tabel 5.
Berat jenis penyerapan Hasil pemeriksaan Berat jenis
penyerapan ditabelkan pada Tabel 6. Dari hasil pemeriksaan maka
agregat dapat digolongkan dalam agregat normal,. Penyerapan air untuk
agregat halus adalah 1,12 pada agregat
normal. Kemampuan
penyerapn air sekitar 1 sampai 2 saja.
Tabel 5. Distribusi ukuran butiran pasir sungai Palu
Nomor Saringan
Ukuran Saringan mm
Sampel I Lolos
Sampel II Lolos
Spesifikasi
No. 4 4,75
100 100
100 No. 8
2,36 99,41
99,32 95
– 100 No. 16
1,18 90,51
90,26 70
– 100 No. 30
0,60 66,88
66,17 40
– 75 No. 50
0,30 31,73
31,30 10
– 35 No. 100
0,15 0,74
0,78 2 - 15
Tabel 6. Berat jenis dan penyerapan
Sampel I Sampel II
Rata – Rata
Spesifikasi
Berat jenis bulk Bj. ov 2,51
2,56 2,53
Agregat normal
berat jenis 2,5
– 2,7 Berat jenis bulk SSD Bj. SSD
2,54 2,58
2,56 Berat jenis semu Bj. App
2,59 2,62
2,61 Penyerapan air
1,32 0,93
1,12
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 211 - 223
220 Tabel 7. Berat isi pasir
Sampel I Sampel II
Sampel III Rata
– rata Spesifikasi
Berat isi lepas Gembur grcm
3
1,575 1,566
1,564 1,568
Minimum 1,2
grcm
3
Berat isi padat grcm
3
1,667 1,754
1,653 1.691
Tabel 8. Senyawa kimia yang terkandung dalam air
Senyawa Kimia Terkandung dalam
air grltr Standar maksimum untuk
campuran mortar grltr
Clorida 0,0649
0,5 Sulfat
0,2000 1,0
Mangan Tak terdeteksi
- Seng
0,00017 1,5
Natrium 0,1136
1,5 Kalium
0,003205 1,5
Sumber: Erliady Payangan, 2003
Berat Isi Hasil pengujian Berat isi Pasir
disajikan pada Tabel 7. asil dari pemeriksaan diperoleh
nilai berat isi padat 1,691 grcm
2
berat isi gembu 1,568 grcm
2
. Hal ini disebabkan
rongga pada
agregat padat lebih kecil dari pada rongga
pada agregat gembur. Kotoran organik
Hasil pemerikasaan
kotoran organik pada pasir menunjukkan warna
yang lebih muda dari standar No. 1, sehingga pasir ini dapat langsung
digunakan. Jika
hasil pemeriksaan
menghasilkan warna yang lebih tua dari warna standar misalnya warna no. 3
berartii agregat
halus mempunyai
kandungan organik cukup tinggi berupa bahan-bahan yang telah membusuk
seperti humus
atau tanah
yang mengandung bahan organik.
Bahan lolos saringan No. 200 Kadar lumpur.
Hasil pemeriksaan kadar lumpur adalah 0,38. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 , karena
jika lebih
maka dapat
mengurangi ikatan yang dibentuk oleh semen, melemahkan ikatan antara
partikel – partikel agregat halus,
sehingga dapat menurunkan nilai kuat tekannya. Apabila kadar lumpur lebih
besar dari nilai yang diizinkan 5 maka agregat tersebut harus dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan. 4.1.3 Air
Hasil pemeriksaan senyawa kimia pada air disajikan dalam Tabel 8.
Hasil pemeriksaan
kadungan kimia air adalah : mengandung chlorida
0,0649 grltr dan sulfat 0,2 grltr. Syarat air yang digunakan tidak boleh
mengandung chlorida lebih dari 0,5 grltr dan sulfat lebih dari 1 grltr.
Dengan demikian air yang digunakan memenuhi
syarat untuk
bahan campuran mortar
4.2 Arang tempurung kelapa Hasil
pengujian yang
telah dilakukan dari penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa Arang tempurung kelapa ini memiliki berat jenis 0,5
gramcm
3
sumber: Rahmadi, 2004 dan komposisi
campuran seperti
yang ditunjukkan pada table 9.
Tabel 9. Komposisi Kimia
Arang tempurung Kelapa
Komponen Kadar
K
2
O 45,01
Na
2
O 15,42
CaO 6,26
MgO 1,32
Fe
2
O
3
dan Al
2
O
3
1,39 P
2
O
3
4,64 SO
3
5,75 SiO
2
4,64 Sumber : Muh. Alwi, 1998
PengaruhArang Tempurung Kelapa Terhadap Kuat Tekan Mortar Hajatni Hasan
221
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
7 14
21 28
Umur Hari
K ua
t T ek
an M
Pa
2 4
6 8
4.3 Kuat Tekan Mortar Hasil
pengujian kuat
tekan digambarkan
dalam bentuk
grafik Gambar 1, dimana terlihat nilai kuat
tekan berdasarkan umur pengujian, dan variasi pemakaian arang tempurung
kelapa.
Untuk hasil pengujian kuat tekan mortar dapat dilihat pada gambar 1
sampai gambar 3. Penambahan kuat tekan terhadap umur pengujian mortar
tanpa pemakaian arang tempurung kelapa memiliki laju kenaikan kuat tekan
lebih
besar dibandingkan
dengan mortar
dengan pemakaian
arang tempurung kelapa. Hal ini disebabkan
oleh proses
hidrasi semen
yang berlangsung pada mortar tanpa arang
tempurung lebih cepat dari pada mortar
dengan arang
tempurung kelapa.
Dimana pemakaian
arang tempurung
kelapa kelapa
yang digunakan
sebagai pozolan
pada campuran mortar akan mengakibatkan
lambatnya waktu setting sehingga laju kekuatannya rendah karena proses
sementasinya yang secara bertahap. Akan tetapi nilai kuat tekannya masih di
atas nilai kuat tekan minimum mortar yakni 50 kgcm
2
atau 4,91 Mpa.
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
10 20
30
Umur Pengujian hari
K ua
t T ek
an M
or ta
r M
Pa
2 4
6 8
Gambar 1. Hubungan Kuat Tekan Kubus Mortar Dengan Umur Pengujian Untuk Presentase Penggunaan Arang Tempurung Kelapa 0 - 8
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Umur Pengujian Terhadap kuat Tekan Mortar
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 211 - 223
222
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
2 4
6 8
Variasi Penambahan Arang Tempurung K
ua t T
eka n M
or ta
r M
pa
7 hari 14 hari
21 hari 28 hari
Gambar 3. Grafik Hubungan
antara kuat
tekan Mortar
terhadap Persentase Penambahan arang tempurung kelapa
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan kubus mortar, diketahui bahwa
untuk perbandingan campuran material satu
banding empat,
dimana pengurangan jumlah semen akibat
pemakaian arang tempurung kelapa, menghasilkan kuat tekan yang lebih
rendah dari
kubus mortar
tanpa pemakaian arang tempurung kelapa.
Dengan demikian penggunaan arang tempurung kelapa sebagai pengganti
sebagian semen
tidak dapat
memberikan efisiensi pemakaian semen yang lebih baik. Selain itu menghasilkan
mortar berwarna keabu-abuan.