Asumsi-asumsi Anggapan-anggapan Dasar Basic Assumptions

Berdasarkan skema unsur-unsur paradigma di atas, dapatlah diketahui bahwa basis epistemologi adalah unsur-unsur yang menjadi dasar dari sebuah paradigma. Meskipun keberadaannya seringkali tidak disadari, 262 Pemahaman tentang basis epstemologi menjadi salah satu hal yang penting sebagai dasar untuk pengembangan teori dan pengembangan epistemologi. Oleh karena itu pada paragrap-paragrap di bawah ini hanya akan diuraikan ke-tiga unsur dari paradigma, yaitu:

a. Asumsi-asumsi Anggapan-anggapan Dasar Basic Assumptions

Asumsi atau anggapan dasar, menurut Heddy Shri Ahimsa Putra, adalah: pandangan- pandangan mengenai suatu hal benda, ilmu pengetahuan, tujuan sebuah disiplin, dan sebagainya yang tidak dipertanyakan lagi kebenarannya atau sudah diterima kebenarannya. 263 William A Cohen mendefinisikan asumsi sebagai kepercayaan, gagasan, dugaan atau pemikiran yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang, atau para ahli mengenai suatu subjek. 264 Menurut Sudarwan Danim, asumsi berkenaan dengan komponen-komponen teori aksiomatik, meliputi postulat, aksioma, teorem dan generalisasi empiris. Secara umum, asumsi didefinisikan sebagai hasil abstraksi pemikiran yang oleh peneliti dianggap benar dan dijadikannya sebagai pijakan untuk mengkaji satu atau beberapa gejala. 265 Asumsi yang dalam kajian filsafat ilmu tergolong ke dalam kelompok ontologi --- yaitu bab yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk konkret atau abstrak, 266 bisa lahir dari a perenungan-perenungan filosofis dan 262 Heddy Shri Ahimsa Putra, 2011, Paradigma Profetik: Mungkinkah? Perlukah?, Op. Cit, Hal. 28. 263 Digunakannya istilah asumsi bukan ‘dalil’ atau ‘hukum’, jika memang kebenarannya sudah tidak dipertanyakan lagi, menurut Heddy Shri Ahimsa Putra karena tindakan “tidak lagi mempertanyakan kebenaran” ini tidak berlaku untuk semua orang. Orang lain malah bisa sangat tidak setuju atau sangat mempertanyakan ‘kebenaran yang tidak dipertanyakan’ itu tadi. Jadi, kebenaran disitu dianggap bersifat relatif. Oleh karena itulah lebih tepat jika kebenaran yang relatif itu disebut sebagai ‘asumsi’, anggapan saja, bukan dalil atau hukum. Lihat lebih lanjut Heddy Shri Ahimsa Putra, 2009, Paradigma Ilmu Sosial- Budaya: Sebuah Pandangan, Op. Cit, Hal. 6. 264 William A. Cohen, 2008, A Class with Drucker: Pelajaran Berharga dari Guru Manajemen No. 1 di Dunia, diterjemahkan Said Bazry, A Class with Drucker, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Hal. 34. 265 Aksioma adalah pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri; Postulat adalah pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya; Premise adalah pangkal pendapat dalam suatu entimen. Lihat lebih lanjut Sudarwan Danim, 2004, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, Hal. 15-17 266 Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu : Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Jakartaà, Hal. 135. reflektif, bisa dari b penelitian-penelitian empiris yang canggih, bisa pula dari c pengamatan yang seksama. 267 Asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan, karena: a. Menurut Cuff dan Payne, asumsi-asumsi atau anggapan-anggapan dasar tentang obyek yang diteliti, dapat digunakan untuk membedakan perspektif dalam ilmu sosial-budaya. 268 b. Asumsi menjadi titik-tolak atau dasar bagi upaya memahami dan menjawab suatu persoalan. 269 c. Asumsi menjadi fondasi dari sebuah disiplin atau bidang keilmuan, atau dasar dari sebuah kerangka pemikiran. 270 d. memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan dalam ilmu pengetahuan. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar, jika asumsi-asumi yang dikemukakan dapat diterima oleh orang lain. 271 e. sebagai latar belakang intelektal dari suatu jalur pemikiran. Asumsi lebih menunjukan dirinya sebagai sebuah gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. f. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data. g. Asumsi-asumsi dasar merupakan unsur-unsur yang oleh Rickman disebut prinsip-prinsip dan presupposisi, yang bervariasi berdasarkan atas masalah yang dipelajari. 272 Menurut Jujun S. Suriasumantri, penggunaan sebuah asumsi, pada dasarnya merujuk pada salah satu dari 3 karakterisik gejala alam:

a. Deterministik.