55 Dalam melakukan alokasi kredit investasi properti, perbankan cenderung untuk
mempertimbangkan faktor keamananpolitik, pendapatan debitur dan kepastian hukum. Sementara itu nilai tukar, suku bunga, inflasi dan harga properti cukup mempengaruhi
keputusan pemberian kredit. Faktor yang dianggap kurang mempengaruhi pemberian kredit adalah pajak. Sedangkan pemberian kredit modal kerja dan kredit konsumsi sangat
dipengaruhi oleh harga properti dan pendapatan debitur. Dengan demikian, pada intinya pemberian kredit perbankan lebih ditentukan oleh prediksi kemampuan membayar
kembali dari debitur.
V. PROSPEK INDUSTRI PROPERTI DAN
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1999 2000
2001 2002
2003 2004
Prod.Prop Cash Colateral
Tanah Bgn
Jenis Agunan dalam KK
1 2
3 4
5 6
7 Tingkat Suku Bunga
Nilai Tukar Inflasi
Pendapatan Pajak
Harga properti KeamananPolitik
Kepastian Hukum
Sangat tidak berpengaruh Kurang Berpengaruh
Cukup Berpengaruh Sangat Berpengaruh
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Pemberian Kredit Investasi
2 4
6 8
10 12
Tingkat Suku Bunga Nilai Tukar
Inflasi Pendapatan
Pajak Harga properti
KeamananPolitik Kepastian Hukum
Sangat tidak berpengaruh Kurang Berpengaruh
Cukup Berpengaruh Sangat Berpengaruh
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Pemberian Kredit Modal Kerja
2 4
6 8
10 12
Tingkat Suku Bunga Nilai Tukar
Inflasi Pendapatan
Pajak Harga properti
KeamananPolitik Kepastian Hukum
Sangat tidak berpengaruh Kurang Berpengaruh
Cukup Berpengaruh Sangat Berpengaruh
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Pemberian Kredit Konsumsi
56
10-15 15-20 10-15 15-20 10-15 15-20 Kredit Investasi
5 3
6 2
6 3
Kredit Modal kerja 6
3 6
3 5
3 Kredit Konsumsi
9 2
9 2
11 3
Jangka Pendek 1th
Jangka menengah 1-5 th
Jangka Panjang 5 th
Jenis Kredit
Dalam periode survei, suku bunga kredit investasi, modal kerja maupun konsumsi cenderung berada di sebaran sekitar 10-15 untuk semua jangka waktu baik pendek,
menengah maupun panjang. Sementara itu perbankan yang memberikan suku bunga lebih tinggi dalam sebaran 15-20 relatif lebih sedikit hanya sekitar 3 bank..
Sumber Pembiayaan Sumber dana perbankan dalam membiayai sektor properti sebagian besar berasal dari
dana pihak ketiga perbankan yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito nasabah serta sebagian sangat kecil atau sekitar 1 berasal dari penerbitan obligasi. Dengan demikian,
perbankan masih sangat bergantung pada dana masyarakat. Dalam hal terjadi kehilangan kredibilitas pada suatu bank tertentu dan terjadi bank run, maka dipastikan akan terjadi
vulnerabilitas dalam sistem perbankan. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia
belum mengenal alternatif penanaman di pasar keuangan yang lain selain perbankan sehingga dana masyarakat masih tetap cenderung terkonsentrasi dalam perbankan.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1999 2000
2001 2002
2003 2004
Dana Pihak Ketiga Obligasi
Sumber Pembiayaan Perbankan Suku Bunga Kredit Properti Jlh Responden Bank
57
BAB V. PROSPEK INDUSTRI PROPERTI DAN PERMASALAHAN PEMBIAYAAN
V.1. Prospek Industri Properti V.1.1. Produksi
Rencana Produksi Pengembang Sebagian besar responden survey 92 merencanakan untuk tetap berproduksi dengan
kecenderungan umum yang meningkat di setiap jenis produk properti. Rencana produksi tertinggi dalam unit masih pada segmen perumahan khususnya perumahan 70 m2
dengan pertumbuhan produksi yang cukup tajam di jangka menengah-panjang. Demikian pula kecenderungan tersebut masih terjadi pada produksi perumahan 70 m2.
Optimisme yang tinggi dalam segmen perumahan ini terkait dengan masih terus meningkatnya pertumbuhan penduduk, serta adanya program pemerintah dalam GPSR
gerakan pembangunan sejuta rumah. Sebaliknya untuk produksi apartemen akan mengalami kecenderungan yang menurun
cukup signifikan khususnya dalam jangka panjang. Namun secara kuantitas unit produksi, perkembangan segmen apartemen masih cukup baik, bahkan dalam jangka
pendek diperkirakan akan melampaui unit produksi rumah 70 m2. Ekspansi produksi apartemen ini cenderung hanya terjadi di sebagian kota besar. Kejenuhan di segmen
produk retail tampaknya sudah terwujud sehingga dalam jangka pendek rencana produksi dalam retail relatif kecil. Segmen ini sedikit menguat kembali di jangka menengah
walaupun akan kembali melambat di jangka panjang. Sementara itu, properti perkantoran tampaknya mulai bangkit kembali dan cukup signifikan akan berkembang dalam jangka
menengah, sedangkan shopping centre mulai bangkit kembali dalam jangka menengah- panjang. Namun demikian, berbeda dengan produk properti lainnya, kawasan industri
tampaknya masih akan tetap mati rasa atau lesu akibat kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya dari krisis yang lalu.
Terkait dengan kondisi perekonomian saat ini, kenaikan harga BBM yang sangat tinggi telah berimbas pada kenaikan harga bahan bangunan secara signifikan. Selain itu,
kecenderungan suku bunga SBI yang masih terus meningkat telah mendorong pengembang untuk menunggu dan mengkaji situasi kembali, sehingga sebagian