BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia adalah negara hukum, dalam artian menjunjung tinggi supremasi hukum sebagai aturan main yang wajib dipatuhi oleh semua orang. Termasuk di dalamnya, segala aktivitas
perikatan yang dilakukan warga negara diatur sekaligus dilindungi oleh hukum. Salah satu bentuk dari perlindungan hukum perdata terhadap pihak yang membuat perjanjian
adalah penjaminan harta kekayaan debitor untuk pemenuhan seluruh utang – utangnya. Untuk
mendukung hal ini, KUH Perdata mengatur pula tentang cara pengagunan harta kekayaan tersebut beserta penyitaan dan pembagiannya.
Tujuan dilakukannya penyitaan antara lain agar barang milik tergugat atau debitor yaitu tidak dipindahkan kepada orang lain melalui jual beli, hibah dan lain sebagainya, dan tidak dibebani dengan
sewa menyewa atau diagunkan kepada pihak ketiga. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi penyitaan adalah untuk menjaga keutuhan dan keberadaan harta kekayaan debitor atau tergugat
tetap seperti semula selama proses penyelesaian perkara sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Untuk menguatkan keyakinan Kreditor bahwa debitor akan secara nyata melunasi utangnya dikemudian hari, KUH Perdata mengatur dua asas dalam hukum jaminan yang diatur dalam Pasal 1131
dan 1132 KUH Perdata. Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa segala harta debitor baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun baru akan ada di kemudian hari
menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor. Dalam Pasal 1132 KUH Perdata ditegaskan bahwa harta kekayaan debitor menjadi agunan bersama-sama bagi semua kreditornya, serta diatur
bagaimana cara membagi hasil penjualan aset debitor kepada kreditor apabila debitor tidak membayar utang kepada kreditornya.
Namun, setelah lahirnya UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang UUK-PKPU, kepastian hukum sita jaminan menjadi bias karena dalam beberapa
ketentuan dinyatakan bahwa keadaan pailit dapat membatalkan segala usaha penguasaan harta debitor dalam rangka pemenuhan utangnya. Hal inilah yang akan kami bahas dalam kasus utang
– piutang antara PT Metro Batavia dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana kedudukan sita jaminan apabila kemudian sebelum barang jaminan terjual terjadi vonis pailit terhadap debitor?
BAB II PEMBAHASAN