Penegakan hukum terhadap Pembahasan Masalah

Berdasarkan beberapa literatur serta praktiknya, cyber crime memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 3 a. Perbuatan yang dilakukan secara illegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi dalam ruang atau wilayah siber atau cyber cyberspace, sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi negara mana yang berlaku terhdapnya. b. Perbuatan tersebut dilakukan degan menggunakan peralatan apa pun yang terhubung dengan internet. c. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materiil maupun immaterial waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional. d. Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya. e. Perbuatan tersebut sering dilakukan secara transnasional atau melintasi batas negara.

B. Penegakan hukum terhadap

cyber crime di Indonesia Penyalahgunaan TI telah menjadi salah satu agenda dari kejahatan di tingkat global. Kejahatan di tingkat global ini menjadi ujian berat bagi masing – masing negara untuk 3 Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara Cybercrime, Op. Cit, hlm. 76. memeranginya. Alat yang digunakan oleh negara untuk memerangi cyber crime ini adalah hukum. Hukum difungsikan, salah satunya untuk mencegah terjadinya dan menyebarnya cyber crime, serta menindak jika cyber crime terbukti telah menyerang atau merugikan masyarakat dan negara. Faktanya, tersedianya Teknologi Informasi tentu tidak dengan sendirinya muncul begitu saja ke permukaan, melainkan sudah barang tentu ada pihak yang menyediakan jasa internet yang disebut ISP Internet Service Provider termasuk di dalamnya penyedia jaringan akses connection provider, penyedia content information provider dan penyedia search engine yang lazim disebut portal serta pihak yang lain disebut sebagai pemilik informasi. Pemilik ini telah menjadi pemegang hak yang tentu saja nilainya mahal. Ada hak asasi di bidang intelektual yang melekat dalam diri seseorang. Namanya juga hak, tentulah hal ini tergolong asasi fundamental yang tidak boleh dipermainkan atau dirugikan oleh siapapun. Jika sudah sampai pada aspek pencegahan dan pengayoman terhadap pemilik informasi dari cyber crime, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkan tahapan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap kreasi – kreasi intelektual. 4 Jika selama ini di Indonesia dikenal sebagai Negara yang kurang serius menangani masalah cyber crime, maka hal ini menunjukkan kalau masalah perlindungan hak di bidang ini belum sebaik perlindungan di bidang lainnya. Kalau kita sepakat mengakui esensi hak, tentulah kita dapat merefleksi makna hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dam dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. UU HAM tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan umum supaya kita mau menghormati eksistensi hak asasi manusia, di antaranya hak – hak di bidang intelektual. Penghormatan yang bisa diberikan, jika itu aparat negara, adalah melindungi hak – haknya dari perbuatan – perbuatan yang melanggar hukum dan merugikannya. Salah satu bentuk kejahatan yang mengancam hak intelektual adalah cyber crime. 4 Ibid, hlm. 143. Yang terbaru di Indonesia, untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan cyber crime yang semakin maraknya seiring perkembangan zaman, pemerintah telah mengundangkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Undang – undang ini dapat dijadikan sebagai rujukan khusus apabila terjadi kasus kejahatan cyber crime. Salah satu contoh kasus kejahatan cyber crime adalah pemblokiran ISP Indonesia oleh komunitas Merchants International di tahun 2004. Sebagai pembenarannya, banyak ISP Indonesia diblokir oleh komunitas tersebut dan semua pengguna user di Indonesia termasuk warga negara asing yang memegang kartu kredit tidak boleh melakukan transaksi secara online. Jadi yang diblokir bukan kartu kredit di Indonesia melainkan IP Internet Provider negara Indonesia, yang mana penolakan transaksi online lewat kartu kredit melalui IP Indonesia seperti Netzo.com, Amazone.com dan beberapa lainnya, praktis tidak dapat diterima oleh jaringan jual beli secara online. Hal ini disebabkan prosesnya yang telah atau sedang menghadapi kerentanan akibat kriminalitas. Kasus lainnya yang sempat menjadi sensasi di dalam negeri adalah ketika seorang bocah berusia 15 tahun menjadi hacker saat berlibur di Singapura. Ia dituduh melanggar cyberlaw di Singapura sehubungan dengan aktivitasnya di IRC Internet Relay Chat. Ia langsung ditahan oleh Kepolisian Singapura dan dijerat dengan Undang – Undang Penyalahgunaan Komputer Computer Misuse Act. Beberapa kasus serius tersebut jelas menimbulkan implikasi negatif terhadap perkembangan dunia usaha Teknologi Informasi Indonesia. Dunia TI dinilai menyimpan potensi kerawanan yang membahayakan dan merugikan masyarakat, negara, dan konsumen. Oleh karena itu, upaya perlindungan hukum terhadap kegiatan yang dilakukan di internet, baik yang meupakan kegiatan bisnis e-business, birokrasi pemerintahan, pengguna pribadi diperlukan perpanjangan jangkauan “ rule of the law” ke dalam dunia cyber. Hal tersebut sedang dalam proses penanganan di berbagai negara yang menunjukkan geliatnya di bidang teknologi, khususnya Indonesia dengan menggunakan pengembangan perlindungan secara teknis dengan berbagai sistem yang diciptakan oleh para ahli bidang komputer dan network, di samping adanya implementasi penegakan hukum law enforcement yang konsisten dan benar – benar ditujukan untuk memerangi cyber law.

C. Sanksi pidana pelaku