9 mutu  konsentrasi    PM
10
yang  masih  diijinkan  adalah  tidak  lebih  dari  150  gm
3
untuk waktu pengukuran 24 jam SARPEDAL KLH, 2003b. Lapisan  troposfer  mengandung  Ozon  atau  O
3
kira-kira  hanya  10  dari seluruh kandungan Ozon yang ada di atmosfer. Ozon adalah komponen atmosfer
yang  diproduksi  oleh  proses  fotokimia,  yaitu  suatu  proses  kimia  yang membutuhkan sinar matahari untuk mengoksidasi komponen-komponen yang tak
segera  dioksidasi  oleh  oksigen.  Senyawa  yang  terbentuk  merupakan  bahan pencemar sekunder yang diproduksi dari interaksi antara bahan pencemar primer
dengan  sinar  matahari. Hidrokarbon  merupakan  komponen  yang  berperan  dalam produksi  oksidan  fotokimia.  Reaksi  ini  juga  melibatkan  siklus  fotolitik  NO
2
. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah
Ozon  dan  Peroksiasetilnitrat  PAN.  Karena  Ozon  merupakan  senyawa  yang dominan dari oksidan fotokimia ini, yaitu mencakup kira-kira  98 volume, maka
hasil pemantauan udara ambien dinyatakan sebagai kadar Ozon. Soedomo, 2001 Ozon  dapat  ditemukan  di  setiap  tempat  dimana  terdapat  oksida  nitrogen
dan  hidrokarbon  yang  berinteraksi  di  bawah  radiasi  sinar  matahari.  Ozon
berbahaya bagi tumbuh-tumbuhan, karena dapat mengganggu proses fotosintesis.
Sedangkan  dampak  terhadap  manusia  dapat  menyebabkan  iritasi  mata  dan gangguan pernafasan. Berdasarkan PP 41 tahun 1999 baku mutu konsentrasi  ozon
yang masih diijinkan adalah tidak lebih dari 235  gm
3
untuk  waktu  pengukuran 1 jam SARPEDAL KLH, 2003b.
2.2. Jaringan Pemantau Kualitas Udara Ambien di Kota Surabaya
Sejak tahun 1992 BAPEDAL Pusat Menteri Lingkungan Hidup membuat strategi      pelaksanaan  pengendalian  pencemaran  udara  dengan  Program  Langit
Biru.  Untuk  mengevaluasi  pelaksanaan  program  ini,  pemerintah  Republik Indonesia  bekerjasama  dengan  pemerintah  Austria  membangun  Jaringan
Pemantau  Kualitas  Udara  Ambien  Terpadu  untuk  kota  metropolitan  dan  kota rawan kebakaran melalui proyek The  Integrated Ambient Air Quality Monitoring
for  Metropolitan  Area .  Lokasi  jaringan  pemantau  kualitas  udara  di  Indonesia
disajikan pada Lampiran 1. Tujuan utama dari jaringan pemantauan kualitas udara ambien adalah mengetahui besarnya   kondisi kualitas udara melalui pengukuran
konsentrasi zat pencemar udara yang terdiri dari  CO, SO
2
, O
3
,  NO
2
, PM
10
dan
10 kondisi  meteorologis  yang  terdiri  dari    arah  angin,  kecepatan  angin,  suhu,
kelembaban udara, dan global radiasi SARPEDAL KLH, 2003a. Untuk dapat memberikan kemudahan dan  keseragaman informasi kualitas
udara  ambien  kepada  masyarakat  di  suatu  lokasi  pada  waktu  tertentu,  serta sebagai  bahan  pertimbangan  dalam  melakukan  upaya  pengendalian  pencemaran
udara telah ditetapkan Indeks Standar Pencemar Udara ISPU melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 45 tahun 1997. ISPU adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan  waktu  tertentu  didasarkan  dampaknya  pada  kesehatan  manusia,  makhluk
lainnya, dan nilai estetika KLH, 2002 Kota  Surabaya telah mengoperasikan jaringan pemantauan kualitas udara
yang  bekerja  secara  kontinu  24  jam  sehari    sejak    April  2001.    Peralatan  dari jaringan pemantau  ini terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1.  Lima stasiun pemantau kualitas udara permanen. 2.  Lima tampilan data publik Public Data Display
3.  Peralatan RAQMC Regional Air Quality Monitoring Center 4.  Peralatan kalibrasi dan maintenance
Peralatan sensor pada stasiun pemantau  dan tampilan data publik disajikan pada Lampiran  2.  Cara  kerja  peralatan  jaringan  pemantau  kualitas  udara  ambien
disajikan pada Lampiran 3. Pemilihan  lokasi  penempatan  peralatan  jaringan  pemantau  ditetapkan
bersama  oleh  Tim  BAPEDAL  Pusat,  Pemerintah  Austria,  dan  Tim  Pemkot Surabaya beserta Pemprov Jatim tanggal 10-13 Maret 1999.  Lokasi harus berada
pada  daerah  pemukiman  agar  data  yang  dihasilkan    adalah  data  kualitas  udara ambien  dan  bukan  udara  emisi  dengan  jarak  minimum  dari  jalan  raya  20  meter
sampai 250 meter.  Lokasi penempatan 5 stasiun pemantau kualitas udara ambien kota Surabaya  disajikan pada Gambar 3 dengan perincian sebagai berikut :
1.  Halaman  taman  prestasi  Jl.  Ketabang  Kali  disingkat  dengan  SUF-1. Lokasi  ini  mewakili  daerah  pusat  kota,  pemukiman,  perkantoran,  dan
perdagangan Surabaya Pusat. 2.  Halaman  kantor  kelurahan  Perak  Timur  Jl.  Selangor  disingkat  dengan
SUF-2.  Lokasi ini mewakili daerah  pergudangan dan industri.
11 3.  Halaman  bekas  kantor  pembantu  walikota  Surabaya  Barat  Jl.
Sukomanunggal  disingkat  dengan  SUF-3.  Lokasi  ini  mewakili  daerah pemukiman, dan daerah pinggir kota.
4.  Halaman  kecamatan  Gayungan  Jl.  Gayungan    disingkat  dengan  SUF-4. Lokasi ini mewakili daerah pemukiman dekat jalan tol  Surabaya-Gempol
Surabaya Selatan. 5.  Halaman  Convention  Hall  Jl.  Arif  Rahman  Hakim  disingkat  dengan
SUF-5.    Lokasi  ini    mewakili  pemukiman,  kampus  dan  perkantoran Surabaya Timur.
Gambar 3. Peta kota Surabaya dan lokasi 5 stasiun pemantau Berdasarkan panduan mutu ISPU, sensor yang ada pada stasiun pemantau
kualitas  udara    mampu  menangkap  pencemar  udara  dengan    sensitifitas  sampai sejauh radius 5 km, dengan mekanisme kerja berdasarkan arah angin yang menuju
alat  dengan  spesifikasi  kisaran    arah    angin  antara  0
o
sampai  360
o
dengan kecepatan   angin  sampai  dengan 60 mdetik [SARPEDAL KLH, 2003b].
2.3.  Deskripsi Umum Kota Surabaya