Implikasi Pendidikan. philosophia gana makalax

11

I. Menggeneralisasi Dengan Konsep.

Dimilikinya kapabilitas yang dihasilkan pada siswa ketika suatu konsep diperoleh dibedakan dari semua bentuk pembelajaran lainnya sejauh ini digambarkan oleh karakteristik kemampuan menggeneralisasi. Setelah memperoleh konsep, seseorang dapat menggeneralisasi konsep ini pada situasi-situasi stimulus berbeda yang belum memainkan bagian dalam pembelajaran. Tidaklah mengejutkan bahwa “tes” untuk adanya konsep adalah masalah mendemonstrasikan bahwa generalisasi itu dapat terjadi. Kapabilitas menggeneralisasi yang diberikan oleh pembelajaran konsep berada diluar generalisasi stimulus yang merupakan sifat dasar dari pembelajaran Stimulus yang berhubungan langsung dengan respon S → R..

J. Implikasi Pendidikan.

Akan sulit untuk menekankan pentingnya pembelajaran konsep untuk pendidikan formal. Perolehan konsep adalah apa yang membuat instruksi menjadi mungkin. Jika penggunaan beberapa contoh dapat membantu siswa untuk memperoleh konsep-konsep, maka kita mungkin berharap bahwa generalisasi akan terjadi untuk seluruh pengalaman siswa. Siswa dibebaskan dari kontrol stimuli khusus dalam lingkungan mereka dan oleh karena itu dapat belajar dengan cara instruksi verbal, yang disajikan secara lisan atau tulisan. Anak-anak kecil memasuki taman kanak-kanak dengan banyak konsep yang dipelajari dan banyak yang belum dipelajari. Mereka kemungkinan telah memperoleh konsep untuk sejumlah benda-benda umum dalam lingkungan seperti kursi dan lantai. Begitu juga, anak-anak akan merespon secara konseptual terhadap kata-kata seperti datang dan pergi, duduk dan berdiri. Tetapi anak-anak masih perlu mempelajari banyak konsep lainnya yang akan membentuk dasar dari banyak pembelajaran mereka nantinya. 12 Ketika siswa mengalami kemajuan di sekolah, dia terus memperoleh konsep. Ketika keterampilan dasar membaca telah diperoleh, maka konsep dapat sering diperkenalkan dengan instruksi yang menyertai gambar atau diagram. Dalam matematika ini cukup mudah karena situasi- situasi stimulus yang harus direspon dengan konsep-konsep biasanya ditandai pada halaman yang dicetak. Bahasa dapat juga direpresentasikan dalam tulisan, sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan struktur bahasa dipelajari sebagai respon terhadap kalimat-kalimat tulisan. Tetapi pada mata pelajaran lain, mungkin ada kesulitan yang lebih besar untuk menyajikan situasi-situasi dasar yang akan dikonseptualisasikan, dan gambar serta diagram seringkali digunakan. Nilai besar dari konsep sebagai alat untuk berpikir dan berkomunikasi adalah bahwa konsep memiliki acuan konkret. Pentingnya karakteristik ini tidak dapat terlalu ditekankan. Tetapi karena konsep- konsep dipelajari oleh manusia melalui bahasa, maka seringkali ada bahaya kehilangan pandangan kekonkretannya. Pembelajaran dapat menjadi terlalu diverbalisasikan, yang berarti bahwa konsep yang dipelajari sangatlah tidak memadai dalam acuan-acuannya untuk situasi sesungguhnya. Siswa “tidak benar-benar mengetahui makna dari kata,” walaupun dia dapat menggunakannya secara benar dalam kalimat. Disamping memiliki acuan-acuan konkret, konsep memiliki sifat tambahan untuk membebaskan pikiran dan ekspresi dari dominasi lingkungan fisik. Konsep dalam bentuk yang digeneralisasinya mungkin dihubungkan bersama-sama dalam beragam cara untuk membentuk prinsip. Tetapi penghubungan konsep-konsep tersebut menghasilkan penyampaian informasi, yaitu pengetahuan dalam bentuk dalil. Banyak variasi pengetahuan yang ditanamkan dengan alat komunikasi verbal tentu saja adalah fakta dasar dari pendidikan. Ketika konsep telah dikuasai, maka seseorang siap untuk mempelajari banyak pengetahuan yaitu secara virtual tanpa batas. 13 BAB. III PENGGAYAAN A. Perilaku Konseptual Manusia Dalam Proses Pendidikan. Pendidikan tidak terlepas dari eksistensi manusia, yang senantiasa berkaitan dengan nilai-nilai yang bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan juga norma agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan hasil dari peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai pemikirnya pendidikan yang terdapat suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motif atau cara suatu bangsa berpikir dan berkelakuan yang dilangsungkan turun temurun dari generasi ke generasi. Siti Meicahati,1975:5 . Dengan demikian cara ini menunjukan tingkat kemajuan, peradaban suatu generasi, juga menjadi satu kenyataan bahwa dalam perkembangannya manusia selalu menuju kearah meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan membina kehidupan yang lebih sempurna. Sejalan dengan hal tersebut, menurut George F. Kneller 1967:63 , pendidikan memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentranformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga lain. John Dewey 1950: 89-90 memandang pendidikan sebagai suatu rekontruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat berikutnya. Oleh karena itu, John. S. Brubacher 1987 :371 berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan 14 alat atau media yang disusun sedemikian rupa sebagai dasar dari pengetahuan, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri yang dijadikan sebagai fungsi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan. Atas dasar itulah, menurut Bloom, tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga 3, yaitu ; 1. Cognitive Domain. Cognitive Domain meliputi kemampuan – kemampuan yang diharapkan dapat tercapai setelah dilakukannya proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis. Artinya, untuk mencapai semuanya harus sudah memiliki kemampuan sebelumnya. 2. Affective Domain, Kemampuan ini berupa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai, membentuk, dan mengarakterisasi. 3. Psychomotor Domain. Kemampuan ini terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan dan respon terpimpin. Lebih lanjut dikatakan oleh John Locke yang sangat mementingkan pendidikan atas dasar teori talulara dalam Wiji Sowarno, 2008: 26 bahwa manusia yang bisa dibentuk dengan proses pendidikan, karena manusia seperti kertas putih yang bisa diberi warna apa saja sesuai dengan keinginan yang member warna. Dari hal ini dapat dipahami bahwa nilai- nilai tertentu yang dapat dijadikan norma adalah pengetahuan yang kemudian menjadi dasar bagi pelaksanaan pendidikan. Lebih lanjut, John Dewey dengan aliran Pragmatisnya menyatakan bahwa kebenaran itu terletak pada kenyataan praktis. Artinya, apa yang berguna untuk diri itu benar dan sesuai dengan praktik, itulah sebenarnya kebenaran. Pandangan ini sangat berpegaruh dalam psikologi dan menghasilkan metode-metode mendidik dengan cara drill dan latihan yang pada akhirya menghasilkan 15 manusia mesin dengan pendekatan respon terhadap stimulus. Dari pandangan tersebut, jelaslah bahwa nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang atau suatu bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria untuk mendidik . dan norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang mempunyai tujuan, dan tujuan tersebut ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif , sehingga dapat ditegaskan bahwa pendidikan adalah pengetahuan atau ilmu yang bersifat normatif. B. Konsep Belajar dan Konsep Kompetensi dalam Mengajar. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Menurut Redja M. Praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan, dan aspek doronganmotivasi. Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan. 16 Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan sosialbersama, usaha menciptakan peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar melaksanakan prinsip- prinsip pendidikan. Dorongan atau motifasi untuk melaksanakan praktik pendidikan muncul karena dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain. Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan- persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan- tindakan belajar secara efektif. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g gudeg, d dan, a ayam, b bebek dan sebagainya. PENDEKATAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN Perbuatan belajar ingin menguasai dan memperoleh sistem respons berupa perilaku yang mengait domein ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. rincian tujuan secara operasional akan menentukan strategi, pendekatan dan metode-metode mengajar atau juga model-model pembelajar dalam pengembangan kegiatan belajar-mengajar, Berikut ini akan memperlihatkan pendekatan konsep dalam kegiatan belajar-mengajar. 17 Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiiiki ciri-ciri tertentu yang sama. A. Pengertian Konsep. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Manifestasi perwujudan proses kognitif melalui tahap-tahap: a Mengklasifikasikan pengalaman untuk menguasai konsep tertentu. b Menafsirkan pengalaman dengan jalan menghubungkan konsep yang telah diketahui untuk menyusun generalisasi. c Mengumpulkan informasi untuk menafsirkan pengalaman, tahap im disebut berpikir asosiatif d Menginterprestasikan atau menafsirkan pengalaman-pengalaman keadaan yang telah diketahui. Setiapa konsep yang telah diperoleh mempunyai perbedaan isi dan luasnya. Seseorang yang memiiiki konsep melalui proses yang benar pengalaman dan pengertiannya aican kuat. Kemampuan membedakan sangat dibutuhkan dalam penguasaan konsep. Dapat membedakan konsep berarti dapat melihat ciri-ciri setiap konsep. B. Ciri-Ciri Konsep a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman laagsung. c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya. d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman- pengalarnan. e. Konsep yang benar membentuk pengertian. f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu. 18 C. Pendekatan Konsep dalam Kegiatan Belajar Mengajar a. Konsep dasar adalah konsep yang diperoleh melalui pengalaman yang benar. Konsep dasar berkembang melalui bimbingan pendidikan dan proses belajar mengajar. Contoh : Perkembangan konsep bahasa anak. Dimulai dari suaru- suara yang tak ada artinya berceloteh menjadi suara.huruf, lambat laun menjadi suku kata. b. Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Menurut Gagne 1984: belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto 1992: 27 mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut. a. belajar adalah perubahan tingkahlaku; b. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan; c. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10 Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal dan 19 bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan Arief Sukadi 1984:8 dan terkontrol. Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut. Terjadinya Proses Belajar Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan khususnya bidang psikologi pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan maka psikologi pendidikan berusaha untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia dan bagaimana proses belajar terjadi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Dengan kemampuan berubah ini manusia bebas untuk bereksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan- keputusan penting dalam kehidupannya. 20 Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan itu pun kenyataan tragis juga dapat terjadi karena faktor belajar. Contohnya begitu banyak kejadian di mana orang pintarlah yang paling banyak melakukan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting. Alasannya karena belajar berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas dapat juga digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Proses Belajar Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Lalu bagaimana terjadinya proses belajar ini ? Proses berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan” yaitu berupa urutan langkah-langkah atau kemajuan yang mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah manners or operation khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. Rober ,1988, dalam Muhibin,1995. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan 21 psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan- tahapan tertentu. Menurut Jerome S. Bruner, proses belajar siswa terjadi dalam tiga fase yaitu fase informasi, transformasi dan fase penilaian untuk memahaminya silahkan baca modul 3, Kb 2: Teori belajar Bruner. Sementara itu menurut Wittig Muhibbin 1995 proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu acquasistion tahap perolehan informasi, pada tahap ini si belajar mulai menerima informasi sebagai stimulus dan memberikan respon sehingga ia memiliki pemahaman atau perilaku baru. Tahap aguasistion merupakan tahapan yang paling mendasar, bila pada tahap ini kesulitan siswa tidak dibantu maka ia akan mengalami kesulitan untuk menghadapii tahap selanjutnya. storage penyimpananinformasi, pemahaman dan perilaku baru yang diterima siswa secara otomatis akan disimpan dalam memorinya yang disebut shortterm atau longterm memori. retrieval mendapatkan kembali informasi, apa bila seorang siswa mendapat pertanyaan mengenai materi yang telah diperolehnya maka ia akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapinya. Tahap retrival merupakan peristiwa mental dalam rangka mengungkapkan kembali informasi, pemahaman, pengalaman yang telah diperolehnya. STRATEGI, METODE DAN TEKNIK BELAJAR MENGAJAR Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan 22 pengalaman belajar kepada siswa Gerlach dan Ely. Strategi belajar- mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya Dick dan Carey. Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai Gropper. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, makajenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik prosedur yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru metode mengajar maupun bagi siswa metode belajar. Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan Winamo Surakhmad Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi dilakukan guru untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi 23 tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan pendekatan:

1. Expository dan DiscoveryInquiry :

“Exposition” ekspositorik yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik. Hampir tidak ada unsur discovery penemuan. Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode ekspositorik juga. Begitu pula dengan discoveryinquiry. Sehingga suatu ketika ekspositorik - discoveryinquiry dapat berfungsi sebagai strategi belajar-mengajar, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajar-mengajar. Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalaheksperimen bila guru ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh guru tampak pada contoh berikut: Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan : Berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wama, dan sebagainya.Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositorik. Ia merigemukakan 24 aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikutimentaati aturan tersebut.Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul “Pengamanan jalan menuju sekolah guru ingin membantu siswa untuk merencanakan jalan yang terbaik dan sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah.Dengan film sebagai media tersebut, akan merupakan strategi ekspositori bila direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka perbuat, mereka diharapkan menerima dan melaksanakan informasipenjelasan tersebut. Akan tetapi strategi itu dapat menjadi discovery atau inquiry bila guru menyuruh anak-anak kecil itu merencanakan sendiri jalan dari rumah masing masing. Strategi ini akan menyebabkan anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang dianggap terbaik bagi dirinya masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan pertanyaan sebelum mereka sampai pada penemuan-penemuan yang dianggapnya terbaik. Mungkin mereka perlu menguji cobakan penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.Dan contoh sederhana tersebut dapat kita lihat bahwa suatu strategi yang diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositorik atau discovery. Guru dapat mengkombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Discovery dan Inquiry :

Discovery penemuan sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry penyelidikan. Discovery penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai” Inquiry, merupakan perluasan dari discovery discovery yang digunakan lebih mendalam Artinya, 25 inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, pelajaran dengan penemuan terpimpin yang langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan 2. Jelas tingkatkelasnya dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III 3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. 4. Alatbahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan 5. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan. 6. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikanpercobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan 7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan. 8. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa. 26 9. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan Sebagaimana mestinya. Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi: 1. Menemukan masalah 2. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan 3. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan 4. Perumusan keterangan yang diperoleh 5. Analisis proses inquiry.

3. Pendekatan konsep :

Terlebih dahulu harus kita ingat bahwa istilah “concept” konsep mempunyai beberapa arti. Namun dalam hal ini kita khususkan pada pembahasan yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Suatu saat seseorang dapat belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakannya satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukkan suatu benda ke dalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu anggota kelompok tertentu, akibat dan suatu hasil belajar yang dinamakan “konsep”. Kita harus memperhatikan pengertian yang paling mendasar dari istilah “konsep”, yang ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata concrete concept. Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga 27 ditunjukkan melalui definisibatasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala- gejala yang ada di dalam kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif Lebih lanjut T. Raka Joni mengemukakan suatu kerangka acuan yang dapat digunakan untuk memahami strategi belajar-mengajar, sebagai berikut: 1. Pengaturan guru-siswa : o Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan antara : Pengajaran yang diberikan oleh seorang guru atau oleh tim o Hubungan guru-siswa, dapat dibedakan : Hubungan guru-siswa melalui tatap muka secara langsung ataukah melalui media cetak maupun media audio visual. o Dari segi siswa, dibedakan antara : Pengajaran klasikal kelompok besar dan kelompok kecil antara 5 - 7 orang atau pengajaran Individual perorangan. 2. Struktur peristiwa belajar-mengajar Struktur peristiwa belajar, dapat bersifat tertutup dalam arti segala sesuatunya telah ditentukan secara ketat, misalnya guru tidak boleh menyimpang dari persiapan mengajar yang telah direncanakan. Akan tetapi dapat terjadi sebaliknya, bahwa tujuan khusus pengajaran, materi serta prosedur yang ditempuh ditentukan selama pelajaran berlangsung. Struktur yang disebut terakhir ini memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana langkah langkah yang akan ditempuh. 28 3. Peranan guru-siswa dalam mengolah pesan : Tiap peristiwa belajar-mengajar bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, ingin menyampaikan pesan, informasi, pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Pesan tersebut dapat diolah sendiri secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan mengolah dengan bantuan sedikit atau banyak dan guru. Pengajaran yang disampaikan dalam keadaan siap untuk ditedma siswa, disebut strategi ekspositorik, sedangkan yang masih harus diolah oleh siswa dinamakan heudstik atau hipotetik. Dan strategi heuristik dapat dibedakan menjadi dua jenis ialah penemuan discovery dan penyelidikan inquiry, 4. Proses pengolahan pesan : Dalam peristiwa belajar-mengajar, dapat terjadi bahwa proses pengolahan pesan bertolak dari contoh-contoh konkret atau peristiwa- peristiwa khusus kemudian diambil suatu kesimpulan generalisasi atau pnnsip-pnnsip yang bersifat umum. Strategi belajar-mengajar yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju ke umum tersebut, dinamakan strategi yang bersifat induktif. 5. Pemilihan strategi belajar-mengajar Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar tersebut adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut : “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?” Pertanyaan ini sangat sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif. Langkah yang harus 29 ditempuh adalah sebagai berikut; Pertama menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pertanyaan inipun tidak mudah dijawab, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru pun mempunyai kemampuan dan kwalifikasi yang berbeda pula. Disamping itu tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk diuraikan dijabarkan dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Namun guru tidak boleh berhenti sampai disitu, dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi perbedaan kemampuan siswa melalui berbagai jenis media instruksional. Misalnya, sekelompok siswa belajar melalui modul atau kaset audio, sementara guru membimbing kelompok lain yang dianggap masih lemah. Kriteria Pemilihan Strategi Belajar-mengajar, menurut Gerlach dan Ely adalah: 1. Efisiensi : Seorang guru biologi akan mengajar insekta serangga. Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan Strategi ekspository tersebut 30 memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan strategi inquiry mungkin oleh suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal. Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri- cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar sketsa yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga. Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau pnnsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. 2. Efektifitas : Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas kemampuan memindahkan prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer 31 informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan. 3. Kriteria lain : Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. Ely. P. 186. Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam hal keterlibatan siswa. Sedangkan pada strategi ekspository siswa cenderung lebih pasif. Biasanya guru tidak secara murni menggunakan ekspository maupun discovery, melainkan campuran. Guru yang kreatif akan melihat tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian memilih strategi yang lain efektif dan efisien untuk mencapainya. C. Belajar Untuk Berpikir. Belajar untuk berpikir diperlukan suatu Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat 32 dikelompokkan ke dalam tiga model: 1 model filsafat spekulatif; 2 model filsafat preskriptif; 3 model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran standar penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994. Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme Ismaun, 2001. Aplikasi aliran- aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: 1 perenialisme; 2 esensialisme; 3 progresivisme; dan 4 rekonstruktivisme. Ella Yulaelawati, 2003. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan 33 sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian- bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : 1 pembentukan pengertian, 2 penjalinan pengertian-pengertian, dan 3 penarikan kesimpulan. Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri. D. Perhatian Dalam Belajar. Didalam kegiatan belajar mengajar tercipta proses aktif siswa dalam upaya mendapatkan informasi dan pengembangan diri sebagai usaha untuk melakukan perubahan tingkah laku menuju arah kebaikan dan kemajuan.Proses aktif ini tidak terjadi secara otomatos, tepati didorong dan diarahkan oleh guru, guru adalah faktor utama dalam menanamkan nilai- nilai pendidikan kepada anak didik, justru karena itu seorang guru haruslah mampu memberikan pelajaran dan mampu diterima dengan baik oleh anak didik, maka guru hendaklah bijaksana dalam menyajikaan bahan ajar agar 34 yang sesuai dengan kemampuan logika akal mereka untuk mencernanya. Dalam usaha memotivasi dan menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih guat belajar upaya ini dilakukan secara terencana dan menyentuh aspek psiologi siswa, sehingga tumbuh motivasi bagi mereka untuk melakukan aktivitas belajar dan meraih hasilyang optimal, sebab prestasi belajar yang tinggi hanya akan diperoleh bilamana dilaukan aktivitas belajar yang serius dan bersungguh-sungguh. Demikian pula sebaliknya jika aktivitas belajar tidak sungguh-sungguh maka hasil prestasi belajarnyaakan rendah. Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru didepan kelas. Atensi atau perhatian merupaakan salah satu faktor penting bagi siswa agar ia dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Perhatian yang diberikan oleh siswa dapat tumbuh akibat adanya dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar bersungguh-sungguh. Disamping itu perhatian siswa dapat tumbuh disebabkan adanya dorongan atau mitivasiyang berasal dari luar siswa dapat tumbuh disebabkan adanya dorongan atau motivasi yang berasal dari luar diri siswa, seperti motivasi yang diberikan oleh guru, atau kemampuan guru menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Karena itu kesungguhan siswa untuk belajar serta kemampuan atau keterampilan guru menumbuhkan minat siswa untuk memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan di depan kelas menjadi faktor yang menentukan tumbuhnya perhatian siswa dalam belajar. Bila kedua faktor tersebut mampu berpadu secara baik saja siswa akan mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru serta mampu meraih keberhasilan belajar secara maksimal dan meraih prestasi belajar yang tinggi. Atensi perhatian siswa dalam belajar. Apakah siswa benar-benar memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Pertumbuhan perhatian siswa dalam belajar, serta motivasi atau dorongan yang diberikan guru agar siswa memperhatikan pelajaran di depan kelas. 35 BAB. IV. KOMENTAR PRIBADI

A. Pendahuluan