Gana Gustiarto C9409012

(1)

commit to user

i

TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK DI

KAMPUNG BIBIS KULON SEBAGAI POTENSI WISATA

BUDAYA DI KOTA SURAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Disusun Oleh : Gana Gustiarto

C9409012

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv MOTTO

1. Mulailah dari mendengar untuk mengerti dan memahami untuk menentukan sikap dari hidup yang penuh makna. ( penulis )

2. Jangan berlebihan dalam mengagumi sesuatu sehingga melupakan sesuatu yang paling penting dalam hidup yaitu diri sendiri. ( penulis )


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan Setulus hatiku kupersembahkan karya tugas akhir ini kepada:

1. Bapak dan Ibuku tercinta terima kasih atas doa restu dan dukungannya. 2. Adik – adikku tercinta.

3. Timy sahabatku atas perhatian dan dukungannya.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia serta kasih – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Ahli Madya program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas sebelas maret.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, serta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil yaitu:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Dra. Hj. Isnaini WW, M.pd selaku Ketua Program Diploma III Usaha

Perjalanan Wisata dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

3. Drs. Suharyana, M.pd selaku Sekretaris Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata dan pembimbing pembantu, terima kasih telah memberikan izin dalam penulisan Tugas Akhir ini.

4. Drs. Soedarmono, SU selaku Pembimbing Utama dalam penulisan

Tugas Akhir ini , terima kasih atas bimbingannya selama ini.

5. Bapak Joko Susilo selaku ketua Rw 18 kampung bibis kulon yang telah memberikan penulis izin untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data.


(7)

commit to user

vii

6. Bapak Supadi selaku sesepuh kampung bibis kulon yang telah

memberikan banyak informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.

7. Semua staf Diploma III Usaha Perjalanan Wisata yang telah membatu

dan memberikan pengarahan selama ini.

8. Semua teman – temanku angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis.

9. Untuk temanku Bayu dan Ikhwan yang selalu memberikan masukan –

masukan dan tempat penulis mengeluh, tempat penulis mengadu, dan tempat penulis meluapkan emosi terima kasih atas semuanya.

10.Ayah dan ibu yang selalu memberikan dorongan dan fasilitas yang di butuhkan untuk penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya, oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa pengarahan, kritik, saran yang penulis butuhkan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Agustus 2012


(8)

commit to user

viii ABSTRAK

Gana Gustiarto, C9409012, 2012. Tradisi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek di Kampung Bibis Kulon Sebagai Potensi Wisata Budaya di Kota

Surakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Laporan Tugas Akhir ini dilatar belakangi permasalahan yaitu apakah latar belakang dan tujuan diadakan upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon, Potensi apa sajakah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan di dalam upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta, Bagaimanakah peran masyarakat dan dan peran Dinas Pariwisata dalam pelestarian dan pengembangan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai Atraksi wisata budaya di kotamadya Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini yaitu mengetahui latar belakang dan tujuan diadakan upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon, potensi – potensi yang dimiliki untuk menarik minat wisatawan serta peran masyarakat dan kendala yang di hadapi dalam usaha melestarikan kebudayaan asli ini. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah teknik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, studi dokumen, studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisis SWOT yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi masalah yang telah diangkat.

Hasil Penelitian dengan menggunakan analisis SWOT menunjukan bahwa keberadaan upacara bersih desa Mbah Meyek selalu dipertahankan masyarakat kampung Bibis Kulon meski menemui kendala – kendala. Tradisi ini memiliki potensi – potensi dan keunikan yang dapat dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata yang mampu menjadi produk unggulan Pariwisata di Surakarta. Perhatian dari pemerintah dan dinas pariwisata dalam upaya pengembangannya masih kurang. Belum adanya upaya lanjutan dan kelembagaab khusus yang mengelola upacara bersih dea Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka disimpulkan bahwa Tradisi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon dapat dijadikan Sebagai Wisata Budaya di Surakarta.


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..………... i

HALAMAN PENGESAHAAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI………... iii

MOTTO……….... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

KATA PENGANTAR ………. vi

ABSTRAK ……… viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR LAMPIRAN………..…. xi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar belakang masalah………..……… .. 1

B. Perumusan masalah………..……… . 4

C. Tujuan penelitian………... 5

D. Manfaat penelitian………... 5

E. Kajian teori….……… 6

F. Metode penelitian……… 15

G. Sistematika penulisan……… 18

BAB II GAMBARAN UMUM KAMPUNG BIBIS KULON DAN ASAL - USUL UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK…………...… 19

A. Gambaran umum kampung Bibis Kulon………. 19

B. Kondisi sosial dan budaya masyarakat kampung Bibis Kulon.. 22


(10)

commit to user

x

1. Asal –usul upacara bersih desa Mbah Meyek……… 23

2. Latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek………..…….. 28

3. Pandangan masyarakat tentang upacara bersih desa Mbah Meyek……….. 32

BAB III TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK SEBAGAI POTENSI WISATA BUDAYA………..………….... 35

A. Prosesi upacara bersih desa Mbah Meyek………. 35

1. Waktu dan tempat upacara bersih desa Mbah Meyek…... 35

2. Pelaksanaan upacara bersih desa Mbah Meyek……...……… 36

B. Peranan masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan upacara bersih desaMbah Meyek……… 43

C. Kendala-kendala dalam melestarikan upacara bersih desaMbah Meyek……… 46

D. Potensi upacara bersih desaMbah Meyek dengan menggunakan Analisis SWOT ……… 48

E. Strategi pengembangan potensi upacara bersih desa Mbah Meyek 52 BAB IV PENUTUP……… 55

A. Kesimpulan……… 55

B. Saran……….. 57

DAFTAR PUSTAKA……….. 58


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Daftar informan dalam peneliltian……….. 59

2. Lampiran 2 : Daftar istilah asing……….. 60

3. Lampiran 3 : Transkrip riwayat singkat Mbah Meyek………. 62

4. Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian………. 63

5. Lampiran 5 : Peta Kota Surakarta………... 64

6. Lampiran 6 : Foto –foto di pundhen sendhang Mbah Meyek……… 65

7. Lampiran 8 : Foto –foto di pundhen Mbah Kyai Asem Kandhang… 67 8. Lampiran 10 : Foto –foto di pundhen Sumur Mbah Sodrono……… 69

9. Lampiran 12 : Foto –foto di pundhen Mbah Sumur Bandung……… 71

10.Lampiran 14 : Foto –foto di pundhen Mbah Asem Gede……… 73

11.Lampiran 15 : Foto – foto Sesaji yang digunakan dalam upacara bersih desa Mbah Meyek………... 74

12.Lampiran 16 : Foto saat prosesi kirab wayang mengelilingi kampung 75 13.Lampiran 18 : Foto saat pertunjukan wayang kulit………. 77


(12)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua samudra. Dua Benua tersebut adalah Benua Asia dan Benua Australia, dan terletak antara dua samudra yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara agraris karena masyarakat Indonesia kebanyakan adalah petani. Selain Negara agraris, Indonesia juga disebut Negara maritim karena wilayah Indonesia yang dikelilingi perairan. Hal tersebut membuat Indonesia sebagai daerah yang strategis untuk dikunjungi.

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan persediaan-persediaan lain.Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan , politik, agama, bisnis, rekreasi maupun kepentingan lain seperti menambah pengalaman ataupun untuk pembelajaran. Secara umum pariwisata dapat dilihat sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, menciptakan lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja, dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila dikelola dan dikembangkan secara maksimal.( Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:4 )


(13)

commit to user

Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang menarik dan memiliki ciri khas sendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Banyak potensi pariwisata di Indonesia yang belum digali dan dikembangkan untuk dipasarkan pada konsumen terutama dalam bidang kebudayaan. Kebudayaan merupakan sektor dalam dunia pariwisata yang sangat berpotensi. Potensi – potensi tersebut perlu dikelola dan dikembangkan agar menjadi suatu daya tarik tersendiri suatu daerah menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang paling diminati.

Negara Indonesia memiliki keaneka ragaman budaya dan setiap daerah di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat tersendiri. Seperti contoh adalah pulau Bali yang menjadi daerah tujuan wisata yang diminati baik wisatawan domestic maupun mancanegara. Industri pariwisata di pulau bali sudah sangat berkembang pesat, hal tersebut tak lepas dari kebudayaan masyarakat pulau bali yang mampu menjadikan kebudayaan mereka sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Masyarakat bali mampu melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Bali yang religius dan sakral yang mampu bertahan di atas budaya asing yang masuk ke pulau Bali. Masyarakat Bali yang sadar akan kebudayaan menjadikan Bali berkembang dalam industri pariwisata tanpa kehilangan norma-norma kebudayaan. Bali dapat menjadi contoh daerah-daerah lain di Indonesia yang masih belum berkembang dalam industri pariwisata.

Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa


(14)

commit to user

pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan yang maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda.

Kotamadya Surakarta adalah daerah tujuan wisata yang berkembang dari segi kebudayaan. Banyak kebudayaan di kotamadya Surakarta yang dijadikan sebagai wisata budaya, namun masih banyak kebudayaan atau upacara adat yang masih belum dipromosikan dan berpotensi dalam perkembangan atraksi wisata budaya di kotamadya Surakarta. Bibis Kulon adalah kampung di kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari kota Surakarta. Kampung Bibis Kulon mempunyai tradisi atau kebudayaan yang sudah turun temurun sejak Indonesia belum merdeka namun masih ada hingga sekarang dan masih banyak orang yang masih belum mengenal tradisi ini. Tradisi yang ada di kampung bibis kulon tersebut adalah Upacara bersih desa kampung bibis kulon atau sering disebut


(15)

commit to user

upacara bersih desa yang bertujuan untuk menolak bala bencana yang ada di kampung tersebut.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa potensi kebudayaan perlu dikelola dengan baik sehingga dapat mempengaruhi perkembangan industri pariwisata kota Surakarta. Dengan semakin kuatnya alasan tersebut maka

dilakukan penelitian dengan judul “ TRADISI UPACARA BERSIH DESA

MBAH MEYEK DI KAMPUNG BIBIS KULON SEBAGAI POTENSI WISATA BUDAYA DI KOTA SURAKARTA “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan – permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek

di kampung bibis kulon Surakarta?

2. Potensi apa sajakah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan di dalam upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta ?

3. Bagaimanakah peran masyarakat dan peran Dinas Pariwisata dalam pelestarian dan pengembangan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai Atraksi wisata budaya di Kotamadya Surakarta?


(16)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek di Kampung Bibis Kulon Surakarta.

2. Untuk mengetahui potensi yang dapat dijadikan daya tarik wisatawan dalam upacara bersih desa Mbah Meyek di Kampung Bibis Kulon Surakarta.

3. Untuk mengetahui peranan masyarakat daerah setempat dan Dinas Pariwisata kota Surakarta dalam melestarikan dan mengembangkan Upacara Bersih desa Mbah Meyek sebagai Wisata Budaya

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah tentang potensi kebudayaan dalam kaitannya dengan bidang pariwisata.

b. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan setiap pembaca

sebagai tambahan pengetahuan dan sumber data dalam sebuah penelitian. 2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan bantuan dalam penelitian lebih lanjut

b. Setelah mengetahui hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada pemerintah kota Surakarta pada umumnya dan masyarakat Kampung Bibis Kulon.


(17)

commit to user

E. Kajian Teori

I. Pengertian Pariwisata:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh orang atau kelompok dari daerah asal ke tempat lain dengan tujuan menikmati sesuatu yang baru dan bersifat sementara atau tidak menetap. Pada hakekatnya setiap manusia mempunyai tingkat rutinitas yang tinggi tentang kehidupannya. Manusia hampir selalu melakukan aktivitas dan hal yang sama setiap harinya, sering disebut dengan rutinitas. Tingkat rutinitas yang tinggi ternyata berdampak besar terhadap kehidupan manusia. Dampak dari rutinitas yang tinggi adalah menyebabkan ke-tidak stabilan emosi, dan meningkatkan tingkat strees pada diri manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut manusia selalu mencari hal atau sesuatu yang baru di luar rutinitas mereka dan mampu memberikan mereka suasana baru. Pariwisata merupakan suatu gejala perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang mampu dijadikan sector industry jasa dalam usaha meningkatkan perekonomian suatu Negara dengan cara menyediakan jasa, sarana dan prasarana di Daerah Tujuan Wisata ( DTW )

4 (empat) kriteria perjalanan pariwisata:

1) Tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang dan mencari

sesuatu yang baru;

2) Dilakukan dari satu daerah ( daerah asal ) ke daerah yang lain;

3) Dilakukan minimal 24 jam;

4) Perjalanan dilakukan semata-mata tidak untuk mencari nafkah di daerah tujuan wisata, namun untuk berperan sebagai konsumen


(18)

commit to user

yang menikmati jasa, sarana dan prasarana di daerah tujuan wisata ( DTW ).

Dalam mengembangkan daerah tujuan wisata juga harus mempunyai aspek – aspek yang sangat membantu dalam meningkatkan daya tarik wisatawan. Adapun Aspek-aspek Pengembangan Wisata adalah sebagai berikut.

c. Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)

untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.

d. Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan

domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam mengunjungi suatu daerah tujuan wisata

e. Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah

tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan betah tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata.

f. Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga yang mengelola suatu daerah

tujuan wisata, maka wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari, apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.


(19)

commit to user

Setelah memahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata berikutnya dikemukakan bentuk dan jenis pariwisata.

A. Bentuk Pariwisata

Nyoman S.Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar

Perdana mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi menurut beberapa

kategori antara lain:

1. Menurut asal wisatawan:

a. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau pariwisata nusantara.

b. Dari luar negeri disebut juga pariwisata internasional atau pariwisata mancanegara.

2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran:

a. Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan dalam negeri memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri.

b. Pariwisata pasif yaitu warga negara yang keluar negeri memberi efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri.

3. Menurut jangka waktu:

a. Pariwisata jangka pendek apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja.

b. Pariwisata jangka panjang apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya sampai berbulan-bulan.

4. Menurut jumlah wisatawan:

a. Pariwisata tunggal apabila wisatawan yang bepergian hanya seorang atau sekeluarga.


(20)

commit to user

b. Pariwisata rombongan apabila wiasatwan yang bepergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai 20 orang atau lebih.

5. Menurut alat angkut: a. Pariwisata Udara. b. Pariwisata Laut. c. Pariwisata Kerta Api. d. Pariwisata Mobil.

B. Adapun jenis – jenis wisata yaitu :

a. Wisata Budaya

Perjalanan wista yang bertujuan untuk mempelajari adat istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat didaerah atau negara yang dikunjungi.

b. Wisata Olahraga

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan olahraga misalnya; Olympiade, Thomas Cup, Pra Piala Dunia dan SeaGames.

c. Wisata Kuliner

Perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati

keanekaragaman makanan yang terdapat didaearah atau negara yang dikunjungi.

d. Wisata Pertanian

Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan study, dan riset atau study banding.


(21)

commit to user

e. Wisata Kesehatan

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Wisata ini disebut juga Wisata Pulih Sembuh.

f. Wisata Maritim atau Bahari

Wisata yang sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti berselancar, menyelam, berenang, dan lain sebagainya. Objeknya adalah pantai, laut, sungai, kepulauan, termasuk taman laut. Karena kegiatannya di air, wisata ini disebut juga wisata Tirta.

g. Wisata Industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna mempelajari atau meneliti industri tersebut.

h. Wisata Bulan Madu

Perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya menyediakan fasilitas yang istimewa atau khusus. Diharapkan agar wistawan benar-benar menikmati bulan madu dengan kesen-kesan khusus, indah dan meninggalkan kenangan yang istimewa bagi bulan madu mereka.

i. Wisata Komersial

Perjalanan wisata untuk tujuan yang bersifat komersial ataupun dagang.


(22)

commit to user

j. Wisata Cagar Alam

Kegiatan berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping itu untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga, untuk tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam.

II. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah sistem atau gagasan dari pola pikir manusia yang diwariskan secara turun-temurun, meliputi pengetahuan, norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, moral dan kesenian. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut A.L Kroeber dan C.Kluckhon kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunka oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.

III. Unsur – unsur Kebudayaan

C.Kluckhon di dalam karyanya yang berjudul Universal Catagories of

Culture menyatakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :

1. Sistem Religi

Merupakan produk dari manusia sebagai homo religius. Manusia yang mempunyai kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang jauh lebih besar. Karena itu


(23)

commit to user

manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah sistem kepercayaan yang sekarang menjadi agama.

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Merupakan produk dari manusia sebagai homo socious. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3. Sistem Pengetahuan

Merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu juga didapatkan dari orang lain. Kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengingat apa yang telah diketahuinya kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa, sehingga menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Terutama apabila pengetahuan tersebut dibukukan, maka penyebaran tersebut dapat bersifat turun temurun dari satu generasi ke genarasi berikutnya.

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem-sistem Ekonomi

Merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.

5. Sistem Teknologi dan Peralatan

Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikiran yang cerdas manusia dapat menciptakan dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.


(24)

commit to user

6. Bahasa

Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda ( kode ) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.

7. Kesenian

Merupakan produk dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka butuh kebutuhan psikasnya utuk dipuaskan. Manusia tidak lagi semata-mata memnuhi kebutuhan makan saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, sura yang merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian.

Cultural Universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih sempit. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity. Contohnya Cultural Universal sistem pencaharian dan sistem ekonomi mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, nelayan, sistem produksi, sistem distribusi dan lain-lain.

IV. Pariwisata dan Budaya Kota Surakarta

Surakarta dikenal dengan sebutan kota Solo. Merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa. Solo The Spirit Of Java dipakai sebagai konsep yang penggambarannya diarahkan pada atribut utama yaitu elemen – elemen budaya yang ada di kota Solo. Solo bukan hanya daerah tujuan wisata namun juga sebagai wujud kota peradaban dengan warisan peninggalan budaya terlengkap. Surakarta memiliki beragam kebudayaan yang masih khas yang dijadikan sebagai


(25)

commit to user

daerah tujuan wisata seperti Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu, Taman Sriwedari dan objek – objek lainnya.

Dalam kaitannya pariwisata dengan kebudayaan, kebudayaan merupakan salah satu daya tarik dalam pariwisata. Dalam UU. no. X/Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, objek wisata dan atraksi wisata tidak didefinisikan masing - masing secara terpisah, melainkan dalam satu definisi ( tourism attraction )

sebagai berikut;Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata. Dapat diambil pengertian bahwa atraksi budaya ( Cultural tourism attraction ) adalah sesuatu yang ada dalam suatu kebudayaan itu sendiri yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dan dinikmati oleh wisatawan.

Pariwisata yang berkembang dari sektor kebudayaan memberikan keunikan tersendiri. Surakarta memiliki banyak atraksi – atraksi budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Keanekaragaman budaya, tradisi dan kehidupan masyarakat kota Surakarta menjadi andalan dalam perkembangan pariwisata di Surakarta.

V. Pengertian Tradisi Upacara Bersih Desa

Tradisi upacara bersih desa merupakan suatu bentuk upacara tradisional jawa. Rangkaian kegiatannya menunjukan adanya ciri – ciri ketradisionalan. Upacara bersih desa merupakan upacara ritual keagamaan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat sebagai usaha pembersihan tahunan desa dari roh – roh jahat. Upacara bersih desa sama dengan ruwatan desa yaitu membersihkan wilayah desa atau kampung dari pengaruh jahat.


(26)

commit to user

Upacara bersih desa terselenggara atas tindakan kebersamaan dari seluruh anggota masyarakat yang di tunjukan dalam bentuk gotong royong, makan bersama, dan doa bersama. Upacara bersih desa dilaksanakan rutin pada bulan dan hari – hari tertentu yang dianggap memiliki makna ataupun filosofi dan telah menjadi satu norma yang harus ditaati oleh anggota masyarakat. Upacar bersih desa bersifat kolektif untuk mengukuhkan tradisi yang dimiliki sehingga dapat mempersatukan masyarakat. ( Soetarno, 1995 : 6 )

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Bibis Kulon Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

pengamatan, wawancara dengan pengurus Upacara adat bersih desa kampung Bibis Kulon serta dengan pihak dinas pariwisata kota Surakarta. b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan wisatawan yang yang berkunjung menyaksikan upacara adat bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon dan juga referensi dari buku - buku maupun hasil penelitian terdahulu.


(27)

commit to user

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data penulis akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu ;

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pengurus / pengelola, sesepuh dalam Upacara adat bersih desa kampung bibis kulon dan pihak Dinas pariwisata Kota Surakarta. Yang akhirnya memperoleh data – data yang jelas, terperinci yang berkaitan dengan sejarah maupun hal – hal lainnya yang menyangkut dengan objek penelitian tersebut. Wawancara dilakukan dengan Bapak Supadi, Bapak Joko Susilo, Bapak Heru Susilo, Bapak Prawirodjojo, Bapak Surono, dan sebagian dari wisatawan yang berkunjung.

b. Observasi

Merupakan suatu usaha pengamatan secara visual untuk

mengumpulkan informasi ( data primer ) secara langsung pada kegiatan yang berhubungan dengan tradisi upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis, serta mencatat hal-hal penting yang mendukung penelitian. Diadakan observasi ini sebagai jalan pengamatan dalam mencatat semua data-data yang diperlukan sehingga memperoleh data yang akurat dan terfokus.

c. Studi Dokumen

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber


(28)

commit to user

nonmanusia. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun analisis dan melakukan validitas data.

d. Studi pustaka

Sumber data kepustakaan diperlukan untuk melengkapi data yang belum diperoleh dalam penyusunan tugas akhir. Antara lain referensi yang berupa buku, laporan penelitian dan karya lain yang mendukung terwujudnya penulisan ini

4. Teknik Analisa Data

Setelah mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya mencoba menganalisis data dengan metode analisis SWOT yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik yang meliputi kekuatan ( strenght ),

kelemahan ( weakness ), peluang (opportunity ), ancaman ( threats ) sehingga lebih mudah difahami dan disimpulkan. Analisis SWOT ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan karakteristik mengenai potensi atau bidang tertentu untuk kemudian digunakan sebagai strategi pengembangan objek wisata budaya tersebut.


(29)

commit to user

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan laporan.

Bab II Gambaran Umum kampung Bibis Kulon dan asal – usul Upacara bersih desa Mbah Meyek meliputi Gambaran Umum Kampung Bibis Kulon, Kondisi Sosial dan Budaya Kampung Bibis Kulon, Keberadaan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek.

Bab III Tradisi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek Sebagai Potensi

Pengembangan Wisata Budaya di Surakarta.


(30)

commit to user

19 BAB II

GAMBARAN UMUM KAMPUNG BIBIS KULON DAN ASAL – USUL UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK

A. Gambaran Umum Kampung Bibis Kulon

Kampung Bibis Kulon wilayah Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta. Kelurahan Gilingan merupakan salah satu kalurahan wilayah Kecamatan Banjarsari yang terletak di bagian utara Kotamadya Surakarta. Luas wilayah Kelurahan Gilingan sekitar 1.272 ha dan secara geografis diapit oleh beberapa Kalurahan yaitu : sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Nusukan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kalurahan Setabelan dan Kalurahan Kepatihan, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Manahan dan di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tegalrejo. Secara administratif Kelurahan Gilingan terbagi menjadi : Kampung sebanyak 7 buah, RW sebanyak 21 buah, dan RT sebanyak 112 buah ( Data Kelurahan Gilingan, 2011 ).

Daerah Bibis Gilingan Surakarta sekarang ini sudah tidak bisa difungsikan lagi sebagai lahan pertanian. Dulunya daerah Bibis ini adalah berupa tanah bekas kuburan dan di sekitarnya masih sangat rawan karena termasuk hutan alas yang luas. Daerah Bibis Kalang ini dulunya pernah digunakan sebagai landasan pesawat terbang oleh bangsa Jepang ( Wawancara dengan Sunarno, 15 Mei 2009 ). Setelah Indonesia merdeka daerah Bibis ini dijadikan lahan pemukiman oleh penduduknya. Dengan demikian maka daerah Bibis ini


(31)

commit to user

berubah fungsi menjadi lahan untuk tempat tinggal. Karena daerah ini merupakan tempat tinggal penduduk, maka tanahnya menjadi sempit kecuali tanah yang bekas kuburan tersebut yang sekarang ini didirikan sebuah Pasar Mebel. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, daerah Bibis ini dapat juga dijadikan lahan untuk membuka usaha atau industri karena wilayahnya berupa dataran rendah dan letaknya sangat strategis untuk transportasi dan jalur perdagangan. Mengingat daerah ini yang sangat strategis dan memberikan akses kepada wisatawan untuk berkunjung dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada di daerah ini sebagai berikut :

1. Sarana Transportasi

Wilayah Kalurahan Gilingan, khususnya yang ada di daerah Bibis merupakan wilayah yang terbuka karena letaknya yang sangat strategis yaitu dapat dilalui oleh alat transportasi. Hal ini dapat dilihat dengan lancarnya perhubungan yang menuju dan pergi dari daerah Bibis karena kondisi jalan yang sudah dibenahi dan diaspal. Transportasi merupakan salah satu faktor penghubung yang sangat penting, untuk menghubungkan daerah satu dengan daerah lain dan untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah. Transportasi yang biasa melewati daerah Bibis ini diantaranya, bus, angkuta umum, truk dan lainnya. Bibis kulon tidak jauh dari stasiun kereta api Balapan dan juga terminal bus Tirtonadi yang hanya berjarak kurang lebih 1 km ke arah timur. Hal ini memberikan akses mudah bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini.


(32)

commit to user

2. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang penting, dan diperlukan baik antar individu maupun lingkungan antar masyarakat. Dengan sarana komunikasi yang tersedia di daerah Bibis ini memudahkan warga dan bagi para wisatawan untuk selalu memperoleh informasi yang baru. Sarana komunikasi yang ada di Daerah Bibis antara lain adanya warung telefon (wartel) sebanyak 5 tempat, warung internet (warnet) sebanyak 3 tempat dan 2 area jaringan Nirkabel atau WLAN ( Wireless Local Area Network ).

3. Sarana Akomodasi

Sarana Akomodasi merupakan bagian penunjang dari sektor pariwisata, mengingat tujuan utama dari Industri pariwisata adalah membuat wisatawan betah dan dapat tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Daerah Bibis Bulon berlokasi sangat strategis belum ada sarana akomodasi di daerah ini. Sarana Akomodasi yang ada tidak jauh dari tempat ini, lebih tepatnya di kawasan Terminal dan Stasiun Balapan yang banyak terdapat hotel – hotel melati dan hanya ada beberapa hotel yang berbintang dua. Karena daerah Bibis Kulon ini mudah di jangkau dari pusat kota dan dari hotel – hotel berbintang lain yang lebih memadai yang ada di pusat kota, jadi tidak ada kendala bagi wisatawan untuk menjangkau daerah ini.


(33)

commit to user

4. Amenitas

Amenitas adalah sarana dan prasarana tambahan atau fasilitas – fasilitas yang ada di daerah tujuan wisata yang mampu menunjang perkembangan daerah tujuan wisata tersebut agar mampu menarik minat wisatawan. Kampung Bibis Kulon memiliki beberapa fasilitas tambahan yang mampu menjadi penunjang agar wisatawan mempunyai rasa nyaman untuk berkunjung ke daerah ini. Adapun sarana dan prasarana tambahan yang ada di kampung Bibis Kulon adalah sarana dan prasarana kesehatan yakni sebuah puskesmas, sarana olah raga yaitu fitness centre dan futsal center, dan yang terakhir adalah sarana dan prasarana umum yaitu MCK, masjid, gereja dan taman sebagai arena rekreasi.

B. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat kampung Bibis Kulon Sebagian besar penduduk Kelurahan Gilingan bekerja sebagai buruh, baik buruh bangunan maupun buruh industri. Di samping itu, karena letak kampung Bibis Kulon berdekatan dengan Pasar Ngemplak, Pasar Legi, Pasar mebel dan Pasar Mojosongo, maka banyak penduduk yang bermata pencarian sebagai pedagang , sedangkan lainnya ada yang bekerja pengusaha, pegawai negeri dan ABRI. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dikatakan sudah tergolong cukup, karena jumlah yang berpendidikan di atas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan di bawah SLTP.


(34)

commit to user

Pada bidang agama, penduduk kampung Bibis Kulon mayoritas menganut agama islam. Kehidupan masyarakat Kampung Bibis Kulon sebagian masih dilandasi oleh ajaran agama dan unsur kepercayaan adat kebiasaan lama yang berbeda dengan agama. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat masih memegang teguh norma-norma agama dan norma adat yang berasal dari sistem kepercayaan, walaupun ada sebagian masyarakat yang kurang mendukung adanya tradisi tersebut tetapi karena berada di wilayah Bibis tetap harus menghormati adat istiadat setempat. Perayaan bersih desa di Kampung Bibis Kulon merupakan warisan dari para leluhurnya yang telah berlangsung lama secara turun-temurun dan tetap dipertahankan hingga sekarang.

C. Keberadaan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek

1. Asal – usul upacara bersih desa Mbah Meyek

Mbah Meyek yang sebetulnya bernama Diyah Sri Widyawati Ningrum adalah putri dari Duwi Setya Arum Sari Hastutiningsih yang menjadi selir dari ratu keraton Pajang yang bernama Sultan Hadiwidjojo. Mbah Meyek dan ibunya pergi dari kerajaan karena dituduh oleh Kanjeng Sultan Hadi Widjojo melakukan perbuatan yang dikira menyimpang. Diyah Sri Widyawati Ningrum dan ibunya lari ke arah utara hingga sampailah di tepi sungai yang bernama Kali Pepe. Ibunya

menyuruh Diyah Sri Widyawati Ningrum untuk membuat gethek untuk

menyeberangi Kali Pepe. Setelah gethek jadi mereka naik dan menyeberangi Kali

Pepe. Setelah menyeberangi kira – kira 5 meter dari tepi, tiba – tiba hujan deras, petir menyambar sehingga gethek hanya berputar di tengah sungai dan para


(35)

commit to user

prajurit pajang akhirnya dapat menemukan mereka berdua. Para prajurit membawa senjata tombak dan dilemparkan ke arah Diyah Sri Widyawati Ningrum dan ibunya. Akhirnya tombak itu menghujam ibu Diyah Sri Widyawati Ningrum dan ibunya akhirnya meninggal dan raganya tenggelam di tengah sungai yang sekarang menjadi bendungan Tirtonadi.

Setelah hujan yang semakin deras bercampur dengan petir dan kabut. Petir menyambar gethek hingga sampai ketepi, terakhir kali petir menyambar lagi gethek Diyah Sri Widyawati Ningrum sehingga gethek tersebut berantakan dan

meyak – meyek. Namun gethek tersebut dapat sampai di sebuah tempat dan ada

sebuah sumur kecil, dan akhirnya tempat tersebut di kenal sebagai kampung

Meyek. Setelah itu Diyah Sri Widyawati Ningrum menghilang dan musnah dari

tempat tersebut. Namun ternyata Diyah Sri Widyawati Ningrum sudah ada di dalam Keraton Pajang. Keberadaan Diyah Sri Widyawati Ningrum dirahasiakan oleh keraton dan keberadaan ratu juga dirahasiakan. Di dalam keraton Diyah Sri Widyawati Ningrum di jadikan sebagai pujangga oleh Prabu Kala, kemudian Diyah Sri Widyawati Ningrum atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Meyek di beri nama oleh Prabu Kala yaitu “ Dhunda Bahundha “. Selanjutnya kampung yang tadi menjadi persinggahan awal Mbah Meyek diberi nama Kampung Meyek, dan Sumur kecil yang juga disinggahi dan menjadi tempat yang diduduki Mbah Meyek diberi nama Sumur Mbah Meyek.

Setelah Mbah Meyek tinggal di tempat itu, ada seorang kyai yang menepi di Kali Pepe yang ingin mencari penawar anaknya yang sedang sakit dan ketentraman ketentraman Kampung Meyek. Selanjutnya Tuhan Yang Maha Esa memberi wahyu kepada Mbah Meyek agar memberikan solusi kepada kyai


(36)

commit to user

tersebut. Mbah Meyek berkata kepada kyai itu agar kampung tetap aman dan

tenteram kyai itu diminta untuk merubah nama kampung itu menjadi “ Kampung

Bibis” dan juga kyai itu diminta mengambil air dari dalam sumur dan membawanya pulang untuk diminumkan kepada anaknya yang sedang sakit agar anaknya sembuh. Namun untuk menjaga ketenteraman kampung ini turun temurun Mbah Meyek meminta syarat yaitu sesaji setiap setahun sekali di pelataran Sumur Mbah Meyek dan pergelaran wayang sehari semalam setiap jumat kliwon atau selasa kliwon dibulan suro. Kyai tersebut menyanggupi persyaratan yang diberikan oleh Mbah Meyek dan dia berjanji akan memberi tahu kepada anaknya dan warga kampung untuk diwariskan turun – temurun agar kampung bibis kulon tetap tenteram dan damai. ( Arsip Dokumen cucu Padi dan Wadiyono di Kayudoko, Wonogiri )

Bersih desa merupakan upacara yang sangat penting bagi warga masyarakat Kampung Bibis Kulon Surakarta dan selalu dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada hari Jumat Kliwon bulan Suro dengan disertai pertunjukkan wayang kulit sehari semalam. Menurut Supadi, dipilihnya waktu pelaksanaan upacara bersih desa pada hari Jumat Kliwon bulan Sura, selain hari dan bulan tersebut oleh orang Jawa dianggap hari keramat. Karena hari tersebut adalah hari kelahiran Tirtawidjaya, Bayan Kampung Bibis Kulon yang terkenal pada jaman Belanda.

Kelestarian bersih desa Bibis Kulon tampaknya berasal dari sumur dan pohon asam unik yang tumbuh di dalamnya. Kisah-kisah mengenai sumur dan dhanyangnya beredar luas di Bibis Kulon. Dhanyangnya adalah Mbah Meyek, seorang perempuan tua yang namanya mengisyaratkan bahwa dia sedang membawa beban yang sangat berat sehingga terbungkuk-bungkuk (meyekmeyek).


(37)

commit to user

Serangkaian peristiwa aneh telah terjadi di daerah sekitar sumur tersebut, sejak zaman Pakubuwana IV, suatu nama yang dimaksudkan untuk menunjukkan rasa historis yang kuat bukannya menunjukkan waktu sebenarnya dari masa kekuasaan raja Surakarta (1788-1820). Sejarah sumur itu antara lain sebagai berikut:

Di masa penjajahan hampir tidak terdapat apa-apa di tempat ini. sawah-sawah, sebuah desa kecil, sumur dan beberapa pohon asam raksasa yang jauh lebih tinggi daripada yang terdapat sekarang ini. Di dekat tempat tersebut ada sebuah lapangan balapan kuda milik Mangkunegaran. Kadang-kadang seekor kuda balap lenyap begitu saja bersama penunggangnnya. Pada tahun 1930-an ada seorang lurah yang memiliki kuda, selama seminggu kuda itu tidak mau bergerak ternyata Mbah Meyek meminjam kuda itu untuk menemui (roh) “Sultan” Gunung Lawu, konon mereka masih ada semacam hubungan keluarga. Lapangan balap itu kemudian diubah menjadi lapangan terbang untuk pesawat-pesawat kecil. Pilot-pilot yang tidak mengetahui tentang sumur itu, terbang terlalu dekat dan mengalami kecelakaan. Pernah, sebuah pesawat Belanda jatuh di dekat sumur dan merusakkan pohon asam yang di sana. Munculah seekor ular besar keluar dari sumur, dengan ular-ular kecil berukuran sebesar ibu jari menumpang di punggungnya. Mungkin ular kecil-kecil itu tidak kuat untuk keluar sendiri. kemudian mereka pindah ke pohon asam besar di seberang jalan. Ular itu sebenarnya pengikut Mbah Meyek bernama Mbah Kaji, karena dia berpakaian seperti haji, tetapi dia tidak bisa berbahasa Arab. Pada tahun 1949, daerah ini diratakan oleh Belanda, dan dijadikan sebagai lapangan terbang untuk perang. Pohon asam dekat sumur ditebang dan sumurnya ditutup dengan beton.


(38)

commit to user

Masyarakat pernah melihat seorang perempuan sangat tua di sekitar sumur tua tersebut dan hal itu hanya sekejap saja, kemudian perempuan itu menghilang. Begitu juga ular yang ada di pohon asam dan musang-musang liar, semuanya menyebarkan bau yang khas sekali. Kata orang itu adalah pertanda (firasat) bahwa adanya penampakan-penampakan dhanyang dengan benar, dan tepat pada waktunya, maka kecelakaan yang akan terjadi bisa dihindarkan. Karena Mbah Meyek bertindak sebagai pertanda bahaya, Mbah Meyek sendiri dianggap berbahaya walaupun bukan penyebab dari bahaya tersebut. Karena dhanyang adalah sosok firasat, suatu perwujudan dari wawasan strategis yang diungkapkan

keluar dan ditampilkan sebagai penampakan yang mencekam.

Dhanyang-dhanyang ini adalah sosok-sosok yang memiliki ikatan dengan suatu tempat,

sebagai “penjaga tempat” atau sebagai baureksa tempat tersebut. Dan hanya

dhanyang saja yang memperoleh sebutan yang sangat familiar sebagai mbah,

“kakek / nenek”. Namun bertahannya kehadiran roh-roh seperti Mbah Meyek mengisyaratkan bahwa para penjaga tempat ini justru merupakan sarana yang dipakai untuk mempertahankan keselamatan kampung atau desa bahkan bangsa.

Pada tahun 1942-1943 yaitu pada saat jaman penjajahan Jepang, Kampung Bibis Kulon tidak pernah mengadakan upacara bersih desa, karena tidak diperbolehkan oleh Jepang jika masyarakat berkumpul. Akibatnya kampung Bibis Kulon banyak terjadi malapetaka, terserang wabah penyakit sehingga masyarakat dalam kesedihan. Akhirnya pada tahun 1944 Bayan Tirtawidjaya bersama Demang atau Lurah Gilingan yaitu Demang Pantjanarmada meminta ijin kepada pemerintahan Mangkunegaran dan akhirnya diijinkan untuk melaksanakan kembali upacara bersih desa. Sejak tahun itu hingga sekarang kampung Bibis


(39)

commit to user

Kulon selalu melaksanakan upacara bersih desa dan masyarakat tidak berani mengubahnya, karena takut terjadi malapetaka.

2. Latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon

Kotamadya Surakarta memiliki banyak potensi kebudayaan, satu - satunya kampung yang menyelenggarakan tradisi upacara bersih desa adalah Kulon, Kalurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Upacara ini dilaksanakan secara rutin dan telah menjadi salah satu norma sosial yang harus ditaati oleh masyarakat. Upacara bersih desa Mbah Meyek diadakan sekali dalam setahun yakni pada hari Jumat Kliwon di bulan Suro. Kegiatan yang selalu disertai pertunjukkan wayang kulit purwa sehari semalam ini merupakan aktivitas yang bersifat kolektif untuk mengukuhkan tradisi yang mereka miliki, sehingga dapat mempersatukan kalangan masyarakat di sekitar kampung bibis. Seni tradisi daerah tertentu mempunyai fungsi yang disajikan untuk kepentingan masyarakat daerah dan menjadi bagian dari berbagai upacara adat, semuanya itu diadakan demi keselamatan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Kegiatan bersih desa yang disertai pertunjukkan wayang kulit purwa dan bazar merupakan aktivitas yang mampu menyangga kehidupan sosial budaya masyarakat kampung Bibis Kulon. Sehingga dengan kegiatan tersebut setiap warga masyarakat merasa menjadi bagian yang ikut berperan didalamnya, yaitu mengukuhkan dan memperkuat jaringan sosial antar anggota masyarakat. Tradisi upacara bersih desa dengan pertunjukkan wayang kulit purwa di kampung Bibis Kulon, Kalurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari,


(40)

commit to user

Kotamadya Surakarta telah berlangsung secara turun - temurun dan sebagian besar masyarakat tidak berani merubah tradisi yang sudah diwariskan turun - temurun. Pertunjukkan wayang kulit purwa merupakan acara inti dalam upacara bersih desa Mbah Meyek, sebagai persembahan kepada para pepundhen seperti Mbah Meyek, Mbah Sumur Bandung, Mbah Sodrono, Mbah Asem Kandang, dan Mbah Asem Ageng. ( wawancara dengan Joko Susilo, 22 Mei 2012 )

Pembentukan kebudayaan manusia salah satu di antaranya dipengaruhi oleh keadaan alam. Hal ini dapat dilihat bahwa manusia selalu beradaptasi dengan lingkungan dimana manusia hidup. Dengan kebudayaan manusia mempunyai perilaku dan sikap hidup bermasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh manusia untuk mengatasi persoalan yang datang dari lingkungan sekelilingnya, salah satunya yaitu dengan melakukan upacara. Hal yang mendorong manusia melakukan upacara adalah kepercayaan manusia terhadap kekuatan-kekuatan yang ada di luar dirinya. Upacara merupakan sarana bagi manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta atau pada kekuatan supra natural yang ada di sekeliling mereka. Dengan melakukan upacara, mereka menganggap dapat menghadapi dan mengatasi persoalan hidup.

Kebiasaan atau perilaku manusia dalam melakukan upacara menjadi kebiasaan turun - menurun sehingga menjadi tradisi hidup yang membudaya bagi masyarakat. Walaupun zaman semakin maju, kebiasaan melakukan upacara masih tetap dilaksanakan terutama di daerah-daerah pedesaan atau daerah-daerah pinggiran kota, dan salah satu diantaranya yaitu Kelurahan Gilingan, khususnya di kampung Bibis Kulon. Beberapa upacara yang masih dilakukan diantaranya perkawinan, khitanan, dan bersih desa.


(41)

commit to user

Pelaksanaan upacara adat perkawinan dan khitanan dilakukan sesuai dengan tata cara agama yang dianutnya, sehingga kebiasaan dapat berubah sesuai dengan kondisi dan aturan yang berlaku. Berbeda dengan upacara bersih desa, tata cara pelaksanaannya senantiasa selalu dipertahankan karena berhubungan dengan kepercayaan masyarakat. ( wawancara dengan Supadi, 19 Mei 2012)

Upacara bersih desa merupakan suatu bentuk upacara tradisional Jawa. Merayakan upacara bersih desa berarti melestarikan budaya tradisional Jawa. Kebiasaan melakukan upacara bersih desa seperti yang dilakukan oleh masyarakat kampung Bibis Kulon, selain dimaksudkan untuk melestarikan budaya tradisional jawa, juga dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan masyarakatnya sebagian masih diwarnai oleh kepercayaan lama peninggalan nenek moyang, dalam artian mereka belum sepenuhnya lepas dari kebiasaan-kebiasaan yang dulu ada.

Seperti pada umumnya, bersih desa di kampung Bibis Kulon dapat dikatakan memiliki kesamaan dalam prinsip dasarnya yaitu selamatan desa atau kampung. Adapun tujuan secara khusus yaitu selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat yang diberikan, ucapan terima kasih kepada roh leluhur dan para dhanyang atau pundhen kampung yang turut menjaga keselamatan kampung, membersihkan lingkungan Kampung Bibis Kulon secara lahir dan batin dari gangguan roh jahat, juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan hidup bersama pada masa - masa yang akan dialami dalam satu tahun. ( wawancara dengan Supadi, 19 Mei 2012 )

Pertunjukkan wayang kulit purwa merupakan acara inti dalam upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon, sebagai persembahan kepada para pundhen seperti


(42)

commit to user

Mbah Meyek, mbah Sumur Bandhung, Mbah Kaji dan Mbah Asem Kandang, yang dianggap sebagai dhanyang (makhluk halus) penjaga kampung Bibis Kulon. Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus ternyata masih diyakini oleh sebagian masyarakat kampung Bibis Kulon.

Menurut A.C. Kruyt dalam Koentjaraningrat, manusia percaya adanya makhluk halus yang menimpa alam sekeliling tempat tinggalnya. Makhluk halus itu banyak diantaranya merupakan penjelmaan dari jiwa orang yang telah meninggal dunia, sebagian besar menempati alam semesta di sekeliling tempat kediaman manusia, seperti di dalam suatu mata air. Makhluk halus itu mempunyai pengaruh penting terhadap kehidupan manusia, dapat berbuat baik bilamana diperhatikan, dan dapat mencelakakan apabila diabaikan. Sistem keyakinan akan adanya makhluk-makhluk halus di atas oleh Kruyt disebut spiritisme (Koentjaraningrat,1987 : 64).

Demikian juga seperti yang dilakukan oleh masyarakat kampung Bibis Kulon yaitu agar supaya makhlukmakhluk halus itu tidak mengganggu manusia, maka harus dijinakkan hatinya dengan sesaji dan pertunjukkan wayang kulit purwa yang menjadi kesukaannya. Menurut para sesepuh di kampung Bibis Kulon mengatakan bahwa upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon merupakan tradisi masyarakat setempat yang senantiasa harus dipatuhi dan dilaksanakan. Masyarakat mempunyai kepercayaan apabila upacara bersih desa yang disertai pertunjukkan wayang kulit tidak dilaksanakan maka akan terjadi sesuatu malapetaka atau sesuatu yang menimpa warga masyarakat, karena mendapat kutukan para leluhur atau dari para pundhen yang murka. Misalnya akan terjadi warga masyarakat yang secara tiba-tiba meninggal dunia


(43)

commit to user

disebabkan karena hal-hal yang tidak wajar (meninggal dunia karena tabrakan, bunuh diri, keracunan, dan sebagainya), sehingga akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat (Wawancara Supadi, 19 Mei 2012).

3. Pandangan Masyarakat Tentang Upacara Bersih Desa Mbah Meyek Keadaan masyarakat kampung Bibis Kulon dipengaruhi oleh latar belakang sosial, sistem mata pencaharian, tingkat pendidikan dan lain-lainnya. Sebagian besar penduduk kampung Bibis Kulon bekerja sebagai buruh, baik buruh bangunan maupun buruh industri mebel. Walaupun pandangan masyarakat kampung Bibis Kulon dapat dikatakan sudah banyak dipengaruhi oleh adanya sistem pengetahuan dan teknologi modern, namun dalam hal yang menyangkut adat-istiadat dan sopan santun di kalangan masyarakat, masih tetap berlaku adat tradisi yang mereka terima secara turun-temurun dari nenek moyangnya. Kondisi yang demikian, juga sebagian dijalankan oleh pendatang atau pedagang yang ada di pasar mebel, para pendatang tersebut bersikap menghormati adat-istiadat yang ada di daerah Bibis ini. Salah satu hal yang dilakukan adalah melestarikan budaya wayang kulit yang setiap bulan Suro

diadakan. ( wawancara dengan Heru Susilo, 25 Mei 2012 )

Penduduk kampung Bibis Kulon, selain kepercayaan mereka dalam memeluk agama masing-masing, ternyata masih ada yang menghormati kepercayaan warisan dari nenek moyang yaitu kepercayaan terhadap adanya makhluk-makhluk halus, kekuatan gaib dan sebagainya. Makhluk-makhluk halus itu terdapat di pohon-pohon besar, sumur atau sendhang, sehingga menjadi pundhen atau danyang kampung. Menurut Supadi ( sesepuh ), bahwa


(44)

commit to user

kampung Bibis Kulon mempunyai 5 (lima) tempat pundhen

kampung, yakni:

1) pundhen yang berupa sendhang bernama Mbah Meyek,

berada di wilayah RW 17

2) pundhen yang berupa sumur bernama Mbah Sumur Bandung,

berada di wilayah RW 18

3) pundhen yang berupa sumur bernama Mbah Sodrono, berada di

wilayah RW 16

4) pundhen yang berupa pohon asem bernama Mbah Asem Ageng

atau Mbah Kaji, berada di wilayah RW 17

5) pundhen yang berupa pohon asem bernama Mbah Asem

Kandhang, berada di wilayah RW 19

Pada tanggal 4 Agustus 1994 terjadi kebakaran hebat di pasar mebel yang menghabiskan 63 kios beserta isinya, disebabkan oleh korsleting listrik dan kemarau panjang, sehingga para pedagang mengalami kerugian cukup besar. Kejadian itu terjadi pada waktu maghrib dan bertepatan dengan bulan

Suro. Sekitar tahun 2008 Pasar Mebel untuk yang kedua kalinya dilanda kebakaran, tepatnya terjadi pada hari Sabtu, 12 Januari dan bertepatan dengan Bulan Suro sehabis maghrib. Dua kali kebakaran yang terjadi di Pasar Mebel Ngemplak, yakni tahun 1994 dan tahun 2008. ( wawancara dengan Surono, 25 Mei 2012 )

Menurut kepercayaan sebagian masyarakat setempat bahwa kebakaran itu terjadi karena tradisi wayang kulit yang biasa dilaksanakan bulan Suro pada Jum’at Kliwon tidak diadakan pada hari itu, tetapi hari yang lain di mana


(45)

commit to user

hal tersebut menimbulkan ketidaksukaan pada leluhur yang melindungi daerah Bibis. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Siti Kartini bahwa kebakaran itu terjadi karena tradisi wayang kulit itu yang seharusnya diadakan pada Jum’at Kliwon diganti hari lain, ternyata hal itu tidak disukai oleh leluhurnya ( Mbah Meyek ), maka terjadilah musibah kebakaran itu.

Namun pendapat yang lain dikemukakan oleh Heru Susilo bahwa kebakaran yang terjadi di pasar mebel dan bertepatan dengan bulan suro terjadi karena faktor kelalaian manusia, perawatan, keamanan, pasar tidak mempunyai standart. Minimnya kebersihan dan tidak adanya petugas keamanan yang menjaga pasar tersebut, di samping itu pasar mebel terdapat berbagai jenis bahan – bahan yang mudah terbakar sehingga terjadi musibah kebakaran dan kebetulan saja terjadi pada bulan Suro.


(46)

commit to user

35 BAB III

TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK SEBAGAI POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA DI SURAKARTA

A. Prosesi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek

1. Waktu dan tempat upacara bersih desa Mbah Meyek

Upacara bersih desa kampung Bibis Kulon, Kalurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta, menurut tradisi masyarakat selalu

disertai dengan pertunjukkan wayang kulit sehari semalam, dan

diselenggarakan pada hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon bulan Suro

(berdasarkan kalender Jawa).

Dipilih hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon karena hari itu dianggap baik. Menurut perhitungan secara tradisi, malam Jumat Kliwon itu membawa berkah bagi warga masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan kepercayaan penduduk bahwa hari Jumat Kliwon merupakan hari yang paling baik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu menurut salah satu warga hari tersebut juga hari yang paling baik untuk berkomunikasi dengan leluhur.

Tempat yang digunakan untuk kegiatan upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon yaitu lingkungan atau sekitar halaman pundhen Mbah Meyek yang merupakan pundhen utama kampung Bibis Kulon. Kegiatan upacara meliputi

kerja bakti, selamatan pundhen, kirab wayang, selamatan kampung dan


(47)

commit to user

Tempat pundhen Mbah Meyek berwujud sendhang atau sumur dan di sekitarnya terdapat dua pohon, yaitu pohon putan dan pohon asem. Tempat ini telah dibuat pagar tembok setinggi 1 meter dan berukuran 4x4 meter, serta pintu masuknya dibuat gapura. Di luar pundhen terdapat halaman seluas kurang lebih 150 m2 dan sudah difungsikan sebagai tempat upacara sejak dulu sampai sekarang. ( Wawancara dengan Bapak Supadi, 19 Mei 2012 )

2. Pelaksanaan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek

Upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon dalam pelaksanaannya meliputi 5 (lima) kegiatan yaitu : 1) kerja bakti, 2) selamatan pundhen, 3) kirab wayang, 4) selamatan kampung dan 5) pertunjukkan wayang kulit sehari semalam.

a. Kerja Bakti

Pelaksanaan pertama dalam rangkaian upacara bersih desa adalah kerja bakti. Kegiatan kerja bakti ini biasanya dilakukan pada tiap hari Kamis Wage pagi bulan Sura. Pada upacara bersih desa kampung Bibis Kulon tahun 2011, kegiatan kerja bakti dilaksanakan pada hari Kamis Wage, kegiatan kerja bakti ini dimulai pukul 06.00 dan berakhir sekitar pukul 10.00 WIB.

Kerja bakti merupakan kegiatan gotong royong bekerja sama untuk kepentingan umum. Sifat dari kerja sama gotong royong adalah spontan tanpa pamrih dan sudah menjadi kewajiban sosial setiap warga masyarakat. Kerja bakti adalah aktivitas antara sejumlah besar warga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bersifat untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat tersebut.


(48)

commit to user

Kegiatan ini melibatkan semua warga masyarakat yang ikut andil di

dalamnya, untuk membersihkan dan merias janur di tempat pundhen – punden

kampung yang dibersihkan. Khusus pundhen Sumur Bandung dan Mbah Meyek, karena wujudnya sumur sebagai sumber air maka airnya harus dibersihkan. Kemudian masing – masing tempat itu dihiasi dengan janur melengkung. Sebagian warga yang lain mempersiapkan prasarana untuk membuat panggung pertunjukan wayang. Sementara panggung ditata, sekeliling tempat yang akan digunakan untuk pentas wayang dihias dengan umbul – umbul dan penerangan untuk memperindah tempat tersebut dan juga para pedagang yang akan berdagang dan membuka stand bazarnya di daerah tersebut.

Gerakan kebersihan ini yang digambarkan sebagai upacara bersih desa secara fisik. Yaitu membersihkan desa ( kampung ) dari segala kotoran agar seluruh anggota warga terbebas dari wabah penyakit. Di sisi lain ka mpung Bibis Kulon akan terklihat bersih, sehat, rapi dan indah sesuai dengan program kota Solo sebagai kota BERSERI ( Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah ). Hal tersebut menjadikan nilai lebih untuk wisatawn yang ingin berkunjung karena melihat tradisi yang masih berlangsung hingga sekarang.

b. Selamatan Pundhen

Selamatan pundhen merupakan rangkaian kegiatan yang kedua dalam upacara bersih desa di Kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini diadakan sekitar pukul 11.00 menjelang sholat Dzuhur, di dua tempat pundhen yaitu yang pertama di tempat pundhen Mbah Meyek, dan kedua di tempat pundhen Mbah Sumur bandhung,


(49)

commit to user

adapun yang memimpin selamatan pundhen ini yaitu kaum atau sesepuh kampung yang bernama Mbah Prawirodjojo.

Jenis-jenis sesaji yang digunakan untuk selamatan baik itu di tempat pundhen Mbah Meyek maupun pundhen Mbah Sumur Bandhung adalah sebagai berikut :

a. Sekul golong, yaitu nasi yang dikepal dan dibentuk bulat seperti bola

tennis.

b. Sekul wuduk, yaitu nasi yang dimasak menggunakan santan kelapa

sehingga terasa gurih.

c. Satu takir berisi kedelai goreng. d. Satu takir berisi rambak goreng.

e. Satu takir berisi cabai merah, bawang merah, dan garam.

f. Pisang ayu setangkep, yaitu pisang raja yang telah masak atau

menguning sebanyak satu pasang ( dua lirang )

g. Satu bungkus kembang setaman kembang setaman yang terdiri dari bunga mawar, melathi dan kenanga.

h. Satu bungkus suruh ayu yang terdiri daun suruh, tembakau, gambir, dan kapur.

i. Jajan pasar, yaitu berupa makanan dan buah – buahan yang dibeli dari

pasar seperti jadah, wajik, kacang, tape, salak, jambu, pisang, bengkoang, dan lain-lain.

j. Ingkung ayam, yaitu satu ayam jantan yang dimasak secara utuh.

Setelah sesaji disiapkan di atas tikar yang terbentang di lingkungan pundhen


(50)

commit to user

kemudian kaum sesepuh membacakan ujub dan doa selamatan bagi warga kampung Bibis Kulon. Setelah doa selesai kemudian para peserta selamatan dipersilahkan untuk menikmati bersama nasi selamatan tersebut. Sebagian ada yang menyisihkan nasi selamatan untuk dibawa pulang sebagai jatah bagi keluarganya yang ada di rumah. Di Daerah Bibis tumbuh suatu kesadaran untuk berbagi rasa dengan yang tinggal di rumah. Di samping itu juga untuk menjalin komunikasi di antara seluruh warga yang hadir. Sehingga dapat memulihkan kembali kerukunan, rasa kekeluargaan sesama warga. ( wawancara dengan Bapak Surono, 25 Mei 2012 )

Berdoa dalam selamatan merupakan tindakan keagamaan sebagai sarana manusia untuk berkomunikasi kepada pencipta mereka yaitu Tuhan Yang Maha Esa ataupun kekuatan gaib yang dianggap berkedudukan lebih tinggi dari pada manusia.

c. KirabWayang

Upacara kirab Wayang merupakan rangkaian kegiatan yang ke tiga dalam setiap upacara bersih desa di Kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini dilakukan pada saat sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Wayang yang dikirabkan adalah wayang yang akan digunakan untuk pentas Wayang Kulit, tetapi tidak semuanya dan hanya terbatas pada tokoh-tokoh tertentu saja. Adapun tokoh-tokoh wayang yang dikirabkan yaitu Pandawa Lima ( Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakulo dan Sadewa ), Kresna, Bathara Guru, Bathara Narada, dan para Punakawan ( Semar, Gareng, Petruk, Bagong ). Selain Wayang peralatan lain yang dibawa untuk mendukung kesuksesan acara yaitu sebuah papan nama bertuliskan “ BERSIH

DESA KAMPUNG BIBIS KULON”, satu bendera Merah Putih, satu bendera


(51)

commit to user

Tokoh – tokoh wayang yang dikirabkan dibawa oleh para tokoh masyarakat dengan berbusana kejawen jangkep.

Urutan kirabdimulai dari barisan yang paling depan sebagai penunjuk jalan atau disebut ( cucuking lampah ) yaitu sesepuh Kampung Bibis Kulon yaitu bapak Supadi dengan membawa cambuk. Urutan berikutnya yakni para tokoh masyarakat yang membawa wayang dan para anak kecil yang membawa peralatan selain wayang. Selanjutnya di belakangnya mengikuti rombongan reog yang ikut memeriahkan suasana dalam prosesi kirab wayang. Urutan kirab yang paling belakang sendiri atau sebagai pethiting lampah yaitu para warga masyarakat Bibis Kulon.

Rute perjalanan dimulai dari tempat pundhen Mbah Meyek berjalan menuju arah timur sampai perbatasan kampung Bibis Kulon dan Bibis Wetan kemudian beluk ke arah selatan sampai di pundhen Mbah Asem Kandhang, kemudian ke arah barat menuju ke Sumur Mbah Sodrono dan Mbah Asem Ageng kemudian ke arah utara lagi menuju ke pundhen Mbah Sumur Bandung. Dan kembali lagi ke arah utara yakni pundhen Mbah Meyek. Pada saat menuju ke tempat pundhen, wayang harus ditengokkan atau ditundukkan, sebagai tanda penghormatan kepada pundhen

kampung.

Suatu hal yang menarik disini yaitu kesenian reog yang ikut berpartisipasi membuat warga masyarakat terutama anak – anak kecil dan remaja ikut menyaksikan prosesi upacara bersih desasehingga menambah suasana yang meriah dan ramai. Hal ini juga dapat menarik minat wisatawan, wisatawan dapat melihat dan berbaur dengan suasana kerukunan antar anggota masyarakat yang ikut dalam prosesi upacara. Suatu kebudayaan atau tradisi upacara yang sakral dapat dijadikan


(52)

commit to user

sebuah atraksi wisata apabila mempunyai ke-unikkan yang mampu menarik minat dari wisatawan.

Prosesi kirab wayang mengelilingi kampung yang melingkar searah jarum jam, menurut kepercayaan masyarakat kampung Bibis Kulon mempunyai makna yaitu proses perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal dunia. ( wawancara dengan Bapak Sutino, 22 Mei 2012 )

d. Selamatan kampung

Selamatan kampung merupakan rangkaian kegiatan yang ke empat dalam setiap upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini diadakan sore hari sekitar pukul 17.00 WIB dan dihadiri oleh sebagian masyarakat. Tempat pelaksanaan selamatan ini berada di sebelah barat lingkungan pundhen Mbah Meyek. Para wisatawan yang ingin berpartisipasi sangat diizinkan untuk mengikuti acara selamatan ini. Wisatawan dan warga tidak perlu membawa nasi selamatan dari rumah karena sudah dipersiapkan oleh panitia. Adapun jenis sesaji untuk upacara

selamatan kampung ini meliputi :

1. Sekul gurih sebanyak 9 ( sembilan ) set, terdiri dari : 9 ancak nasi gurih, 9

ingkung ayam jantan, 9 takir berisi kedelai goreng, 9 takir berisi rambak

goreng, 9 takir berisi cabe merah, bawang merah, dan garam, 9 pasang pisang raja yang telah menguning, 9 bungkus kembang setaman, yang setiap bungkusnya berisi bunga mawar, melathi dan kenanga, 9 bungkus suruh ayu

yang berisi daun suruh, tembakau, gambir dan kapur.

2. Sekul asahan sebanyak 9 ( sembilan ) set, terdiri dari 9 ancak nasi putih yang

diberi lauk pauk ( rempeyek, gereh goreng, tempe goreng, telur goreng, kerupuk, rempah, dan sate sapi ), 9 pasang pisang raja yang telah menguning,


(53)

commit to user

9 bungkus kembang jajan pasar yang berisi kembang setaman, kupat luar

dan ampo, 9 ancak jajan pasar berisi kentang, wajik, pisang, tape, salak, dan

buah tledung, 9 bungkus iwak kebo siji yang setiap bungkusnya berisi kikil,

saren, daging dan jerohan yang dimasak.

3. Sekul golong sebanyak 9 ( sembilan ) set terdiri dari ; 9 ancak nasi golong

yaitu nasi yang dikepal berbentuk bulat dan diberi lauk pauk (rempeyek,

gereh goreng, tempe goreng, telur goreng, kerupuk dan rempah goreng,)

4. Jenang suran sebanyak satu tampah, terdiri dari ; jenang lemu diberi lauk

pauk sambel goreng, abon, telur goreng, tempe kering, dan tempe gembus yang dimasak tumbar, jenang merah, jenang putih, jenang menir dan pecel pithik.

Jenis sajian selamatan kampung yang msing – masing berjumlah sembilan menurut kepercayaan masyarakat kampung Bibis Kulon mempunyai makna atau

filosofi untuk meminta berkat kepada ke sembilan pemimpin yang menyebarkan

agama islam yakni Wali Songo. Dalam simbolik jawa jumlah sembilan itu berkaitan dengan lubang nafsu manusia yang harus ditaklukkan dalam mencapai cita – cita yang luhur ( dalam meditasi orang harus bisa mengendalikan sembilan hawa nafsu ). ( wawancara dengan bapak Supadi 19 Mei 2012 )

e. Pertunjukan Wayang Kulit Purwa

Pelaksanaan upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon selalu disertai dengan pertunjukan wayang kulit purwa. Yang dimaksudkan dengan wayang kulit purwa adalah pertunjukan wayang kulit yang alur ceritanya berdasarkan atas siklus Ramayana dan Mahabarata sampai dengan jaman parikesit. Pertunjukan wayang kulit merupakan kesukaan para dhanyang setempat, untuk itu masyarakat kampung


(54)

commit to user

Bibis Kulon agar supaya makhluk – makhluk halus atau para dhanyang setempat tidak mengganggu manusia, maka harus dijinakan hatinya dengan pertunjukan wayang kulit kesukaannya.

Pertunjukan wayang kulit yang merupakan kegiatan terakhir pada upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon dilaksanakan dua kali. Pertama, pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dilaksanakan pada hari Kamis wage malam jumat

kliwon sekitar pukul 21.00 sampai dengan pukul 04.00 WIB. Kedua, pertunjukan

wayang siang hari dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon sekitar pukul 11.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Pertunjukan tersebut sekarang dilaksanakan di tengah jalan raya Tentara Pelajar tepatnya di selatan pundhen Mbah Meyek mengingat lokasinya yang cukup luas. Pada saat pelaksanaan upacara bersih desa jalan ini ditutup.

Pada setiap upacara bersih desadi kampung Bibis Kulon, dalang yang akan pentas mendalang selalu mengadakan sungkem ke tempat pundhen Mbah Meyek

yang merupakan pundhen utama kampung Bibis Kulon yaitu untuk memohon restu

sekaligus menyampaikan keinginan masyarakat setempat.

B. Peranan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Melestarikan Upacara Bersih DesaMbah Meyek

Dalam hal kerukunan umat beragama, meskipun mayoritas penduduk kampung Bibis Kulon beragama islam, namun dalam kehidupan bermasyarakat mereka dapat hidup berdampingan secara rukun, damai, penuh toleransi dan saling menghargai antara umat beragama. Walaupun pandangan masyarakat Kampung Bibis Kulon dapat dikatakan sudah dipengaruhi oleh adanya sistem pengetahuan dan


(55)

commit to user

teknologi modern, namun dalam hal yang menyangkut adat istiadat dan sopan santun di kalangan masyarakat, pada umumnya masih tetap di pertahankan oleh masyarakat adat dan tradisi yang mereka terima secara turun temurun dari nenek moyangnya.

Setiap upacara bersih desadi kampung Bibis Kulon, tempat-tempat pundhen

tersebut menjadi pusat kegiatan baik secara fisik berupa kerja bakti membersihkan lingkungan dan merias janur di tempat pundhen, maupun yang sifatnya ritual yaitu dengan membuat sesaji, selamatan dan sebagai kunjungan atau sungkeman pundhen

pada prosesi kirab wayang. Dari pernyataan tersebut terlihat bagaimana antusias masyarakat yang rela bekerja sama dan bergotong-royong untuk membersihkan desa

Dalam mempertahankan suatu tradisi tidak mudah karena perkembangan zaman menuntut manusia untuk menjadikan segala sesuatu menjadi praktis dan manusia melupakan cara-cara lama yang sebetulnya mengingatkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tidak terlihat pada masyarakat kampung Bibis Kulon. Kesadaran masyarakat Bibis Kulon akan tradisi kebudayaan yang diwariskan secara turun – temurun akan terus di lestarikan karena kebudayaan merupakan jati diri sebuah bangsa ( Wawancara dengan Bapak Joko susilo, 22 Mei 2012 )

Upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon pada dasarnya merupakan kepentingan semua warga. Oleh karena itu semua kalangan masyarakat berperan serta dan bekerja sama untuk menunjang kelancaran pelaksanaan. Persiapan awal dalam Upacara bersih desa adalah mengadakan suatu pertemuan ( rapat ). Rapat terdiri atas wakil – wakil warga masyarakat dari 3 ( tiga ) RW yaitu RW 16, RW 17 dan RW 18. Dalam rapat tersebut kepala lingkungan kampung, sesepuh dan para tokoh masyarakat untuk membahas rencana pelaksanaan, pembentukan panitia dan


(1)

commit to user

b. Munculnya kebudayaan – kebudayaan asing yang mempengaruhi

kebudayaan lokal sehingga menyebabkan akulturasi kebudayaan dan menghilangkan ciri khas kebudayaan lokal yang asli.

c. Kurangnya kesadaran dari pemerintah untuk memberi perhatian khusus

terhadap kebudayaan lokal.

d. Munculnya pandangan masyarakat di era modern ini yang menganggap

upacara bersih desa sebagai kepercayaan kuno atau animisme dan

dinamisme yang melanggar norma – norma agama yang berlaku

Dari analisis SWOT tentang pengembangan upacara bersih desadi kampung

Bibis Kulon Surakarta di atas, dapat di ketahui dalam melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan asli daerah harus di dapat dari sisi dalam ( intern )

ataupun sisi luarnya ( ekstern ) dari faktor – faktor di atas, kemudian digabungkan

dan dianalisis sehiingga dapat menciptakan produk unggulan baru dalam mengembangkan pariwisata di kota Surakarta

E. Strategi Pengembangan Potensi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek

Berdasarkan dari analisis SWOT dari potensi – potensi yang dimiliki upacara

bersih desa Mbah Meyek didapatkan strategi pengembangan untuk menjadikan tradisi upacara bersih desa Mbah Meyek menjadi produk unggulan yang dapat

memajukan pariwisata kota Surakarta. Faktor kekuatan harus dipertahankan sebaik –

baiknya dan faktor kelemahan harus segera di atasi. Faktor peluang harus dimanfaatkan agar dapat terus berkembang dan faktor ancaman hendaknya segera di antisipasi agar tidak menghambat perkembangan suatu daerah tujuan wisata. Strategi tersebut yaitu :


(2)

commit to user

1. Membentuk kelembagaan khusus

Dalam pembentukan lembaga pengelolaan daya tarik wisata harus melibatkan berbagai lapisan masyarakat, seperti kepala desa, masyarakat yang

peduli kepariwisataan, pemerintah, dan tokoh – tokoh masyarakat agar

mempermudah dalam perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan keamanan. Sehingga wisatawan merasa aman dan betah untuk tinggal lebih lama.

2. Melakukan upaya promosi

Promosi merupakan inti dari pengembangan sebuah daerah tujuan wisata. Promosi dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan. Promosi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan tradisi bersih desa Mbah Meyek yaitu menjalin kerjasama dengan pemerintah ; dimaksudkan agar pemerintah ikut berpartisipasi dalam pengembangannya. Melakukan bentuk kerja sama dengan Biro Wisata ; dimaksudkan agar biro membuat paket wisata untuk berkunjung dan menyaksikan keunikan upacara bersih desa Mbah Meyek. Melakukan kerjasama dengan media massa ; dimaksudkan agar media massa meliput prosesi upacara bersih desa Mbah Meyek sehingga langkah promosi lebih mudah.

3. Meningkatkan fasilitas – fasilitas untuk wisatawan

Di lingkungan kampung Bibis Kulon ini perlu meningkatkan fasilitas –

fasilitas untuk wisatawan yang mampu menunjang agar wisatawan betah untuk

tinggal lebih lama dan memberikan devisa bagi warga setempat. Adapun upaya –

upaya tersebut adalah meningkatkan kwalitas fasilitas umum seperti toilet, tempat-tempat ibadah, taman kampung yang dapat di fungsikan sebagai taman


(3)

commit to user

rekreasi wisatawan. Pelataran pundhen Mbah Meyek yang dapat difungsikan sebagai area untuk pameran wayang.

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

Upaya meningkatkan sumber daya manusia dilakukan untuk meningkatkan ksadaran masyarakat tidak hanya kesadaran untuk melestarikan budaya saja namun juga sadar akan pentingnya pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan. Upaya ini dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan membentuk sebuah kelompok sadar wisata agar masyarakat mengerti.


(4)

commit to user 55

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Bersih desa di Kampung Bibis Kulon memiliki kesamaan dalam prinsip

dasarnya yaitu selamatan desa atau selamatan kampung. Adapun tujuan secara

khusus yaitu agar masyarakat diberi keselamatan lahir dan batin, keberkahan

rejeki, dan juga dibebaskan dari gangguan makhluk – makhluk halus dan semua

malapetaka. Bersih desa merupakan upacara yang sangat penting bagi warga masyarakat kampung Bibis Kulon dan selalu dilaksanakan setiap setahun sekali

pada hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon di bulan Suro dengan disertai

pertunjukan wayang kulit sehari semalam. Adanya berbagai rangkaian kegiatan (

kerja bakti, selamatan pundhen, kirab wayang, selamatan kampung )merupakan

sebagai sarana upacara untuk persembahan kepada para pundhen kampung. Hal

tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat terhadap

makhluk – makhluk halus yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat

kampung Bibis Kulon. Dengan memberi persembahan pertunjukan wayang kulit

kesukaan para dhayang kampung, maka masyarakat akan mendapat imbalan

berupa dukungan terhadap pencapaian tujuan dan. Sebaliknya jika upacara bersih

desa diadakan tidak menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit maka akan

terjadi bencana ataupun malapetaka.

Upacara bersih desa Mbah Meyek memiliki potensi – potensi yang dapat

dikembangkan sehingga mampu menjadikan tradisi ini sebagai produk pariwisata unggulan kotamadya Surakarta. Keberadaan upacara bersih desa di kampung


(5)

commit to user

Bibis Kulon sangatlah unik, karena satu-satunya di wilayah kotamadya Surakarta yang menyelenggarakan upacara bersih desa dengan disertai

pertunjukkan wayang kulit dan bazar. Keunikan lain yang tidak terdapat di

daerah lain, dan kemungkinan merupakan satu-satunya di daerah Karesidenan Surakarta yaitu diadakannya upacara kirab wayang keliling kampung sebelum pertunjukkan wayang kulit dimulai. Kesadaran yang tinggi antar anggota masyarakat kampung Bibis Kulon yang selalu berusaha melestarikan kebudayaan dan tradisi yang diwariskan turun-temurun memberikan kemudahan dalam upaya pengembangan tradisi upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon.

Masyarakat kampung Bibis Kulon dan Pemerintah dinas pariwisata kota Surakarta mempunyai peranan penting dalam pengembangan upacara ini sebagai potensi wisata budaya di kota Surakarta. Terkait dengan fakta tersebut, belum adanya kelembagaan yang mengatur dan mengelola tradisi ini. Manajemen sumber daya manusia yang kurang baik, menjadikan pengelolaan tradisi tersebut menjadi atraksi wisata yang mampu menarik minat wisatawan tidak dapat berkembang secara maksimal. Pemerintah dan dinas pariwisata kota Surakarta dirasa masih kurang tanggap dalam memberikan perhatian kepada tradisi kebudayaan lokal yang masih ada di kampung Bibis Kulon. Pemerintah hanya memberikan bantuan subsidi sebesar 25 % dari keseluruhan anggaran namun belum ada upaya lanjutan dari pemerintah untuk mempromosikan ataupun mengembangkan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai wisata budaya di

Surakarta. Keberadaan tradisi upacara bersih desadi kampung Bibis Kulon selalu

terselenggara setiap tahunnya meski selalu menemui banyak kendala. Kendala –


(6)

commit to user

pengembangannya Kesadaran masyarakat kampung Bibis Kulon yang tinggi dan sadar akan pentingnya mempertahankan sebuah tradisi harusnya menjadikan pemerintah setempat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan tradisi tersebut.

B. Saran

Upacara bersih desamerupakan wujud tradisi budaya Jawa, oleh karena itu

perlu di usahakan kelangsungan tradisi tersebut. Menjaga kelangsungan hidup

upacara bersih desa berarti melestarikan salah satu bentuk budaya bangsa, yang

merupakan budaya bangsa Indonesia.

Perlu adanya pembentukan suatu wadah khusus untuk masyarakat yakni pembentukan kelembagaan yang menjadi pengelola utama tradisi upacara bersih

desa di kampung Bibis Kulon agar dalam meningkatkan kualitas manajemen

sumber daya manusianya lebih terjaga. Tradisi memiliki potensi yang dapat diandalkan sebagai produk wisata, perlu adanya upaya khusus dari pemerintah setempat dan dinas pariwisata agar tradisi ini selalu ada dan dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai atraksi wisata budaya di kota Surakarta karena dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak.