Bangunan hemat energi: rancangan pasif dan aktif 1.Hemat Energi secara pasif

UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. Seiring semakin majunya teknologi, penggunaan ruang hijau pada bangunan tidak hanya bidang horizontal saja flat, tetapi juga vertikal. Penggunaan area hijau secara vertikal biasanya lebih banyak digunakan sebagai kulit bangunan eksterior. Hal yang menjadi esensi utama dalam penggunaan area hijau dalam bangunan adalah tumbuhan mengikat Co2 atau karbondioksida dan menghasilkan udara bersih untuk manusia. Itulah yang menjadi hal terpenting digunakannya area hijau sebagai bagian elemen arsitektur, tak hanya sebagai bagian dari estetika semata. Penerapan konsep ruang hijau dalam bangunan sebenarnya juga sudah berkembang di Indonesia, walaupun masih pada tingkat hunian seperti karya dari Adi pada Cipete House. Hanya dalam tahun 1996, Pemerintah Jerman berhasil menghijaukan atap seluas 28,8 hektar, dan di setiap kotanya 1 dari 10 atap flat kini berhasil dihijaukan. Sejak tahun 2000, Pemerintah Hongkong dan Jepang mewajibkan pengelola gedung menghijaukan atap minimal 20 persen dari total luas atap bangunan atau berkisar 250-1000 meter persegi. Jadi, kapan Indonesia?

A. Bangunan hemat energi: rancangan pasif dan aktif 1.Hemat Energi secara pasif

Bangunan yang kita tinggali merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam penggunaan bahan bakar fosil dunia. Sebagai contoh agar udara panas tidak masuk ke dalam bangunan, udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. AC agar menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang. Penghematan energi melalui rancangan bangunan pasif mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan pasif, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Desain arsitektur yang lebih mengandalkan sinar matahari, pengurangan penggunaan listrik di siang hari dapat diwujudkan dalam bentuk perancangan yang beorientasi pada arah matahari. Jadi dengan demikian pemahaman tentang bangunan hemat energi secara pasif dapat diartikan sebagai perencanaan dan perancangan suatu karya arsitektur yang sadar betul akan keadaanpotensi iklim sekitar matahari,angin, pohon, site,dll yang dapat diaplikasikan demi kenyamanan pengguna dalam bentuk pencahayaan alami dan penghawaan alami dll. Akhirnya berimbas pada penekanan penggunaan komsumsi energi secara berlebihan. Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Contoh firma di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini sadar betul akan pentingnya penerapan konsep hemat energi pasif di Indonesia adalah P.T Archimetric dengan Jimmy Priatman selaku president director dan principal architect. Karya bangunan hemat energi beliau tidak hanya diakui di Indonesia tetapi juga di ASEAN, terbukti beliau telah beberapa ASEAN Save Energy Award. Salah satunya adalah Graha Wonokoyo di Surabaya. Konsumsi listrik pada bangunan ini luar biasa hemat, hanya 88 kwh per M2. Adanya rekayasa pasokan panas membuat overall thermal transfer value OTTV atau jumlah panas yang masuk ke dalam ruangan hanya setara22,8 UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. watt per M2. Sangat jauh dibawah standar ACE yang menetapkan OTTV untuk bangunan hemat energi sebesar 45 watt per M2. Karya arsitektur untuk konteks hemat energi secara pasif untuk rumah tinggal dapat kita lihat pada Nugroho Residence karya Adi Purnomo. Rumah tersebut berhasil memecahkan masalah kenyamanan thermal pengguna dalam hal penghawaan alami dan pencahayaan alami. Memang tingkat kenyamanan thermal pengguna tidak terukur secara statistik seperti grha Wonokoyo, tetapi terbukti berdasarkan pernyataan penguna dan diikut sertakan bangunan ini dalam Aga Khan Award. Nugroho residence exterior Nugroho residence Interior

B. HEMAT ENERGI SECARA AKTIF : SOLAR SEL