ruang hijau dalam bangunan sebagai pengganti area hijau yang hilang

UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. Bagian dari kota Boston, USA. Terlihat kurangnya area terbuka yang disebabkan oleh perkembangan kota. Berikut adalah beberapa solusi faktor yang dapat diterapkan atau dijadikan acuan perencanaan dan perancangan terkait dengan isu- isu lingkungan.

A. ruang hijau dalam bangunan sebagai pengganti area hijau yang hilang

Ruang hijau dalam bangunan biasanya diwujudkan dalam bentuk taman, baik dalam bangunan maupun konsep atap hijau yang biasa dikenal dengan istilah green roof. Green roof pertama kali dikembangkan di tanah Eropa. Konsep ini biasa digunakan pada konteks kota yang padat dan minim ruang hijau yang biasanya digunakan sebagai ruang publik sehingga ruang hijau yang terbentuk di tanah hanya merupakan ruang sisa dari perancangan. Penerapan ruang hijau pada atap tak lepas dari kemajuan teknologi khususnya adanya penemuan-penemuan yang bahan pendukung baik bahan baru maupun komposit yang mendukung dalam kegiatan rancang bangun. UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. Detail flat roof garden quad deck Keuntungan pemakaian green roof a. Memperbaiki kualitas udara dan mengikat karbondioksida b. .Memperbaiki kondisi iklim mikro yang dapat membantu kehidupan alam seperti burung. c. Membantu dalam menjaga kestabilan suhu pada bangunan sehingga mengurangi penggunaan AC dengan kata lain mengurangi pemakaian energi pada bangunan. d. Dapat digunakan sebagai pengganti ruang publik yang hilang akibat sempitnya lahan. e. Dapat memperlambat jalannya penyebaran api saat kebakaran karena terdapat tanah yang dapat membantu memadamkan api . UNIVERSITAS SRIWIJAYA DOSEN PEMBIMBING : SETYO NUGROHO M., Ir., MCRP. Seiring semakin majunya teknologi, penggunaan ruang hijau pada bangunan tidak hanya bidang horizontal saja flat, tetapi juga vertikal. Penggunaan area hijau secara vertikal biasanya lebih banyak digunakan sebagai kulit bangunan eksterior. Hal yang menjadi esensi utama dalam penggunaan area hijau dalam bangunan adalah tumbuhan mengikat Co2 atau karbondioksida dan menghasilkan udara bersih untuk manusia. Itulah yang menjadi hal terpenting digunakannya area hijau sebagai bagian elemen arsitektur, tak hanya sebagai bagian dari estetika semata. Penerapan konsep ruang hijau dalam bangunan sebenarnya juga sudah berkembang di Indonesia, walaupun masih pada tingkat hunian seperti karya dari Adi pada Cipete House. Hanya dalam tahun 1996, Pemerintah Jerman berhasil menghijaukan atap seluas 28,8 hektar, dan di setiap kotanya 1 dari 10 atap flat kini berhasil dihijaukan. Sejak tahun 2000, Pemerintah Hongkong dan Jepang mewajibkan pengelola gedung menghijaukan atap minimal 20 persen dari total luas atap bangunan atau berkisar 250-1000 meter persegi. Jadi, kapan Indonesia?

A. Bangunan hemat energi: rancangan pasif dan aktif 1.Hemat Energi secara pasif