Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

No. Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1 I Nengah Jiwa Menikah 71 Tamat SD Petani Pekebun Kepala Keluarga 2 Ni Nyoman Widari Menikah 57 Belum Tamat SD Petani Pekebun Istri 3 Ni Nengah Suwerni Menikah 43 Tamat SLTA Petani Pekebun Anak Kedua 4 I Nengah Juliastra Belum Menikah 20 Tamat SD Bekerja Cucu I Nengah Jiwa kesehariannya berkebun keladang setiap pagi dan sore mengerjakan kebun milik orang lain. Beliau berkebun pisang dan hasilnya baru bisa dipanen setiap 3 bulan sekali. Pada siang harinya I Nengah Jiwa mengupas asam yang didapat dari hasil perkebunan yang beliau kerjakan. Sebelum beliau bekerja kepada orang lain beliau bekerja sebagai petanipekebun dimana di desa besan kecamatan dawan kabupaten klungkung terkenal dengan hasil nira dari kebun kelapa. Dahulu beliau bekerja sebagai tukang ngirisin kelapa dan mencari air nira tuak setiap pagi dan sore hari untuk dijual dan sang istri membantu menjual hasil nira tuak tersebut. Dari hasil nira tersebut I Nenagh Jiwa membuat tuak wayah dan tuak manis untuk dijual juga di desa besan. Karena seiring bertambahnya usia dan beliau sempat mengalami kecelakaan pada saat menaiki pohon kelapa sehingga mengalami operasi diperut, kedua kaki dioperasi dan sampai sekarang masih memakai pen alat bantu. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti ngirisin kelapa. Kesehatan beliau pada mata tidak bisa ngeliat jarak jauh dan pada kaki tidak kuat berdiri dengan waktu yang lama, semenjak beliau mengalami kecelakaan pada saat menaiki pohon kelapa sehingga harus mengalami operasi kedua kakinya. Beliau setiap bulan mengikuti posyandu lansia di Dusun Kelodan yang diselenggarakan oleh puskesmas, untuk mengetahui kesehatan beliau dan di bagian akhir program posyandu tersebut kadernya mengajak para lansia untuk senam sehat di pagi hari selesai senam kadernya membagikan bubur kacang ijo. Pada tanggal 19 agustus beliau mengikuti posyandu lansia di Dusun Kelodan, terdapat tinggi badan beliau 152 cm, berat badan 45 kg, tekanan darah beliau 13090 mmHg. Angka 130 menunjukkan tekanan darah atas pembuluh arteridari denyut jantung yang disebut tekanan darah sistolik, kemudian angka 90 merupakan darah bawah saat tubuh sedang beristirahat tanpa melakukan aktivitas apapun yang disebut dengan tekanan darah diastolik. I Nengah Jiwa merupakan suami dari Ni Nyoman Widari mereka menikah tahun 1970 dan tahun 1971 mereka dikarunia seorang putri yang bernama Ni Wayan Parni yang kini telah berumur 45 tahun dan sudah menikah ke Desa Tarukan memiliki 3 orang anak, setelah itu pada tahun 1973 mereka dikaruniai anak ke 2 yang bernama Ni Nengah Suwerni yang kini telah berumur 43 tahun dan sudah menikah ke margan memiliki 2 orang anak tetapi Ni Nengah Suwerni bercerai dan kembali kerumah orang tuanya, anak pertama beliau sudah menikah dan beliau kesehariannya mengasuh cucu dan membantu orang tuanya, sedangkan anak kedua dari Ni nengah Suwerni yang bernama I Nengah Juliastra sudah bekerja di swalayan klungkung dan sekarang tinggal dirumah kakeknya I Nengah Jiwa. Pekarangan rumah I Nengah Jiwa juga ditempati oleh saudara sepupu beserta keluarganya yang bernama Nyoman Narda. Nyoman Narda mempunyai kartu keluarga sendiri, sehingga tidak masuk dalam kartu keluarga I Nyoman Jiwa. Mereka tinggal di areal lahan seluas kurang lebih 2,5 are yang dimiliki oleh keluarga I Nengah Jiwa dan Nyoman Narda. Dimana areal tanah seluas 2,5 are tersebut terdiri dari 3 atap rumah, yaitu satu diperuntukkan sebagai dapur dan 1 buah kamar mandi, satu atap rumah sebagai tempat tinggal keluarga I Nengah Jiwa, bagian depan diperuntukkan sebagai tempat tinggal Nyoman Narda dan terdapat sanggah di bagian timur laut rumah. Rumah yang ditempati I Nengah Jiwa berkondisikan tembok permanen yang sudah rapuh terapi kebersihannya masih kurang. Sedangkan dapur dan kamar mandinya berkondisikan batako dan kebersihannya sangat kurang. Kondisi dapur I Nengah Jiwa sangat kurang bersih dimna dibawahnya masih memakai tanah dan bahan bakar utama yang dipakai memasak yaitu gas ukuran 3 kg dan memakai kayu bakar. Kucing peliharaannya sering masuk ke dapur dan dalam rumah sehingga kucing tersebut membuang kotorannya sembarangan di sekitaran rumah. Kamar mandi I Nengah Jiwa juga kurang kebersihannya menggunakan jenis kloset plengsengan jongkok , memakai bak mandi dan tempat pembuanagn akhir tinjanya ke lubang tanah. Rumah I Nengah Jiwa menggunakan jenis dinding genteng tanah liat dan jenis lantai dirumah beliau menggunakan keramik yang keadaan keramiknya sudah retak atau pecah. Di rumah I Nengah Jiwa sudah terdapat listrik dan sumber air dari mata air yang terlindung. Kondisi lahan di depan rumah I Nengah Jiwa cukup luas karena di depan terdapat lahan perkebunan kelapa dan sayur - sayuran serta umbi-umbian milik tetangganya. Terdapat pula tetangga di sekitar rumah yang berdekatan. Dalam kesehariannya, Ni Nyoman Widari istri hanya menjadi ibu rumah tangga dan mencari daun pisang kering untuk membuat gantusan perlengkapan sembahyang tergantung niat dan kesehatan beliau. Gantusan tersebut setiap 3 hari dijual ke pedagang sekitaran rumah. Proses pembuatan gantusan satu ikatnya 50 biji dijual Rp 10.000,00, dalam 3 hari tersebut beliau dapat membuat 2 ikat gantusan jumlahnya 100 biji. Ni Nyoman Widari setiap membuat gantusan yang membutuhkan waktu berjam-jam sehingga beliau sering kesakitan didaerah pinggang, pantat, dan punggungnya karena kelamaan duduk maka dari itu dalam pembuatan gantusan dibatasi oleh beliau. 1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga Bicara masalah pendapatan, karena memang I Nengah Jiwa sudah dapat digolongkan tidak bekerja secara permanen karena bekerja di kebun orang lain, maka praktis penghasilan tersebut sangat kecil yaitu perbulan Rp 20.000,00 tidak ada pendapatan yang beliau hasilkan selain kerja sebagai buruh tersebut. Namun untuk menghidupi keluarga pendapatan keluarga tersebut berasal dari I Nengah Juliastra cucu gajinya sebesar Rp 1.800.000,00 dari pekerjaannya sebagai pegawai swalayan klungkung dan istri dari gantusan tersebut. Pada saat panen pisang setiap 3 bulan sekali terdapat paling banyak 300 butir pisang sehingga beliau mendapatkan bonus dari pemilik kebun paling besar Rp 100.000,00. I Nengah Jiwa dapat diperoleh pendapatan kotor sekitar Rp 120.000,00 pada saat panen, namun di bulan biasa mungkin hanya didapat sekitar Rp 20.000,00. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga 1.2.2.1 Kebutuhan sehari-hari Pengeluaran I Nengah Jiwa yang ditanggung oleh I Nengah Juliastra sehari-hari, yaitu biaya makan. Di tiap harinya untuk memenuhi kebutuhan makan seluruh keluarganya, rata-rata dihabiskan biaya sekitar Rp 50.000,00. Keluarga I Nengah Jiwa mendapatkan bantuan dari kantor Desa setiap bulan yaitu bantuan pangan seperti sembako, hanya saja masih terkena iuran setiap pengambilan sembako sebesar Rp 25.000,00. 1.2.2.2 Listrik dan Air Untuk biaya listrik pada keluarga I Nengah Jiwa yang ditanggung oleh I Nengah Juliastra sekitar Rp 100.000,00. Untuk biaya air yang biasanya diperuntukkan sebagai kebutuhan MCK dan memasak tidak mengeluarkan biaya karena air mengalir dari sumber air yang terlindungi. 1.2.2.3 Pendidikan Untuk masalah pendidikan, pengeluaran I Nengah Jiwa secara pribadi dapat dikatakan tidak ada karena memang tidak memiliki tanggungan anak, karena kedua anaknya sudah menikah sedangkan cucunya sudah bekerja. 1.2.2.4 Kesehatan Dalam masalah kesehatan, I Nengah Jiwa karena usianya yang tergolong tidak muda lagi, jika cuacanya mulai dingin beliau menggigil kedinginan tidak kuat dingin, tidak kuat berdiri terlalu lama karena sempat mengalami kecelakaan pada saat menaiki kelapa sehingga dioperasi kedua kaki dan perutnya sampai sekarang kaki beliau memakai pen alat bantu dan tidak bisa melihat jarak terlalu jauh. Sedangkan istrinya Ni Nyoman Widari sering mengeluh pada pinggang dan punggung karena kelamaan duduk. Untuk anggota keluarga yang lain sejauh ini belum memiliki masalah kesehatan yang begitu berat. Keluarga I Nengah Jiwa memiliki jaminan kesehatan yaitu kartu Indonesia Sehat KIS. 1.2.2.5 Rohani Pengeluaran I Nengah Jiwa yang ditanggung oleh I Nengah Juliastra dalam bidang rohani yakni pengeluaran untuk membeli canang untuk kegiatan persembahyangan sehari-hari yakni sekitar Rp 5.000,00hari. Sedangkan, pengeluaran dalam bidang rohani lainnya yaitu pada saat ada hari raya agama besar dan jumlah pengeluarannya tidak menentu. 1.2.2.6 Sosial Pengeluaran sosial keluarga I Nengah Jiwa yang ditanggung oleh I Nengah Juliastra cukup sering terjadi karena memang I Nengah Jiwa setiap ada odalan di pura Puseh Desa Besan beliau menyumbang jejaitan, kelapa, dan tenaga beliau untuk sarana persembahyangan pada saat odalan.