26
Neraca dua lengan Neraca Lengan Gant
Neraca Ohauss Nerasa digital
3. Alat Ukur Waktu
Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Berikut ini beberapa alat untuk mengukur
besaran waktu. a.
Stopwatch, dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap skala pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian. Alat
ini biasanya digunakan untuk pengukuran waktu dalam kegiatan olahraga atau dalam praktik penelitian.
b. Arloji, umumnya
dengan ketelitian
1 detik.
Penunjuk waktu
elektronik, mencapai ketelitian
11000 detik. c.
Jam atom Cesium, dibuat dengan ketelitian 1 detik tiap 3.000
tahun, artinya kesalahan pengukuran jam ini kira-kira satu detik dalam kurun waktu 3.000 tahun.
4. Alat Ukur Kuat Arus Listrik
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut
amperemeter . Amperemeter mempunyai hambatan
dalam yang sangat kecil, pemakaiannya harus dihubungkan secara seri pada rangkaian yang
diukur, sehingga jarum menunjuk angka yang merupakan besarnya arus listrik yang mengalir.
5. Alat Ukur Suhu
Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya menggunakan termometer. Termometer
dibuat berdasarkan prinsip pemuaian. Termometer biasanya terbuat dari sebuah tabung pipa kapiler tertutup
yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air raksa dan tabung memuai. Pemuaian yang terjadi pada air raksa lebih besar
dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian permukaan raksa dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu.
Berdasarkan skala temperaturnya, termometer dibagi dalam empat macam, yaitu termometer skala Fahrenheit, skala Celsius, skala Kelvin,
dan skala Reamur. Termometer skala Fahrenheit memiliki titik beku pada suhu 32
o F dan titik didih pada 212
o F. Termometer skala Celsius
memiliki titik beku pada suhu 0 o
C, dan titik didih pada 100 o
C. Termometer skala Kelvin memiliki titik beku pada suhu 273 K dan
titik didih pada 373 K. Suhu 0 K disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu
27
semua molekul berhenti bergerak. Dan termometer skala Reamur memiliki titik beku pada suhu 0
o R dan titik didih pada 80
o R.
6. Ketidakpastian Pengukuran
Setiap hasil
pengukuran pasti
terdapat ketidakpastian yaitu
perbedaan antara hasil pengukuran. Ketidakpastian atau kesalahan terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik adalah kesalahan-kesalahan yang secara umum bersumber pada kesalahan alat ukur. Kesalahan ini meliputi
hal-hal berikut:
1 Kesalahan Kalibrasi 2 Kesalahan Titik Nol
3 Kesalahan Komponen Alat 4 Gesekan
5 Paralaks 6 Kondisi Saat Bekerja
Ketidakpastian bersistem menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari nilai
yang sebenarnya.
Biasanya, penyimpangan
akibat kesalahan bersistem ini mempunyai
kecenderungan tertentu sehingga memudahkan tindakan untuk
mengatasinya. Untuk mengurangi kesalahan ini adalah dengan pengukuran
secara teliti dan mengkondisikan lingkungan tempat pengukuran dilakukan.
b. Kesalahan Acak
Kesalahan acak atau random bersumber pada keadaan atau
gangguan yang sifatnya acak, sehingga menghasilkan
ketidakpastian yang
bersifat acak
pula. Berbeda
dengan ketidakpastian bersistem, ketidakpastian ini tidak mempunyai
kecenderungan tertentu
sehingga sukar
diatasi. Penyebab
ketidakpastian acak ini antara lain adalah sebagai berikut:
1 Gerak Brown Molekul Udara 2 Fluktuasi Tegangan Listrik
3 Landasan yang Bergetar 4 Bising
5 Radiasi Latar c. Adanya Nilai Skala Terkecil Alat Ukur
Setiap alat ukur mempunyai skala terkecil dalam berbagai ukuran. Mistar misalnya, ada yang mempunyai skala terkecil 1 mm.
28
Demikian pula jangka sorong yang dilengkapi dengan skala nonius sehingga memungkinkan kita mampu membaca hingga 0,1 mm.
Meskipun demikian, karena keterbatasan penglihatan pembacaan skala terkecil ini juga merupakan sumber kesalahan.
d. Keterbatasan Pengamat
Sumber ketidakpastian ini adalah keterbatasan pengamat sendiri. Misalnya pengamat kurang terampil dalam menggunakan
alat, utamanya alat-alat canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur.