PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KELAS VI SEKOLAH TUNAS MEKAR INDONESIA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

SCIENCE INSTRUCTIONAL THROUGH E CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING FOR GRADE SIX SEKOLAH TUNAS MEKAR

INDONESIA BANDAR LAMPUNG

Tri Puji Astuti

Universitas Lampung

The research was aimed to describe the learning achievement advance in Science through Contextual Teaching and Learning (CTL) for grade six in Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung, Academic Year 2009/2010. It was research about (1) arrangement of Science Lesson Plan by using CTL, (2) implementation of Science learning process through CTL, (3) implementation of learning

evaluation system in Science based on CTL, and (4) student learning achievement advance in Science through CTL.

Research method was using action research. The subjects were students from grade 6A and 6B of Sekolah TMI, Academic Year 2009/2010. It was held in 3 (three) cycles. First cycle held with student’s activity in observe some flowers; those were in school garden and Science Laboratory. Second cycle, students did observation using flower and through video from internet. Third cycle, students did observation and plants some non flowering plants in school garden.

The result was show that (1) science lesson plans arrangement from Cycle I to Cycle III was perfectly based on CTL, (2) implementation of learning using CTL components was advance from Cycle I to Cycle III, (3) students activities also advance, from 67,4% in Cycle I rose to 100% in Cycle III, (4) students learning achievement advance from Cycle I with the score average 68,28, rose into 75,33 in Cycle II and rose again into 81,96 in Cycle III.


(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KELAS VI

SEKOLAH TUNAS MEKAR INDONESIA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Tri Puji Astuti

Tujuan penelitian ini meliputi: (1) penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, (2) pelaksanaan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, (3) pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang

dilakukan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan (4) peningkatan prestasi belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 6 Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Metode penelitian yang digunakan adalah tindakan (action research). Objek penelitian adalah siswa kelas 6A dan 6B pada Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) siklus. Siklus pertama, siswa melakukan pengamatan secara langsung pada bunga, yaitu di lingkungan sekolah dan di laboratorium. Siklus kedua, siswa melakukan pengamatan langsung dan

pengamatan melalui video yang mereka dapatkan dari internet. Siklus ketiga siswa melakukan pengamatan langsug dan melakukan kegiatan perkembangbiakan tanaman secara buatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyusunan RPP dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 telah sesuai dengan pembelajaran kontekstual, (2) pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, siklus 1 komponen pendekatan pembelajaran kontekstual sebagian digunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran meningkat menjadi seluruhnya digunakan pada siklus 3, (3) terjadi peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran. Siklus 1 terdapat 67,4% siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Pada Siklus 3, 100% siswa aktif mengikuti pembelajaran atau mengalami peningkatan 32,6%, dan (4) Terjadi peningkatan prestasi belajar dari siklus 1 sampai dengan siklus 3. Pada siklus 1 nilai rata-rata siswa adalah 68,26. Pada siklus 2 adalah 75,33 yang berarti meningkat 7,07 dari nilai rata-rata Siklus 1. Pada siklus 3 nilai rata-rata siswa 81,96 yang berarti mengalami peningkatan sebesar 6,63 dari siklus 2 atau mengalami peningkatan 13,70 dari siklus 1.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan temuan pembelajaran siswa kelas 6 Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Terjadi peningkatan penyusunan RPP mata pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dari Siklus I sampai dengan Siklus III. RPP pada kelas 6A disusun menggunakan rencana yang sama. Pada Siklus I RPP disusun pada kategori baik meningkat menjadi kategori sangat baik pada Siklus III.

b. Terjadi peningkatan penyusunan RPP mata pelajaran IPA pada kelas 6B dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dari Siklus I sampai dengan Siklus III. Pada Siklus I RPP disusun pada kategori baik meningkat menjadi kategori sangat baik pada Siklus III.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Terjadi peningkatan pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 6A dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pada Siklus I komponen pendekatan pembelajaran kontekstual sebagian digunakan oleh guru, yaitu konstruktivis, inkuiri, bertanya, belajar dalam kelompok, dan penilaian


(4)

sebenarnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran meningkat menjadi seluruhnya digunakan pada Siklus III. Pada Siklus I kelas 6A masih ada 30,43% siswa yang tidak aktif, sedangkan siswa yang aktif pada kelas 6A ada 59,57% mengikuti pembelajaran. Pada Siklus III 100% siswa aktif mengikuti pembelajaran atau mengalami peningkatan 30,43% pada kelas 6A.

b. Terjadi peningkatan pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 6B dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pada Siklus I komponen pendekatan pembelajaran kontekstual sebagian digunakan oleh guru, yaitu konstruktivis, inkuiri, bertanya, belajar dalam kelompok, dan penilaian sebenarnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran meningkat menjadi seluruhnya digunakan pada Siklus III. Pada Siklus I kelas 6B 34,78% siswa yang tidak aktif, sedangkan siswa yang aktif kelas 6B ada 55,22% mengikuti pembelajaran. Pada Siklus III 100% siswa aktif mengikuti pembelajaran atau mengalami peningkatan 34,78 pada kelas 6B.

3. Pelaksanaan Evaluasi

a. Terjadi peningkatan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan Pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan mata pelajaran IPA di kelas 6A dari Siklus I sampai dengan Siklus III. Evaluasi pembelajaran pada kelas 6A dilaksanakan dengan persiapan dan pelaksanaan yang relatif sama. Pada Siklus I evaluasi disusun pada kategori baik meningkat menjadi kategori sangat baik pada Siklus III.


(5)

b. Terjadi peningkatan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan Pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan mata pelajaran IPA di kelas 6B dari Siklus I sampai dengan Siklus III. Evaluasi pembelajaran pada kelas 6B dilaksanakan dengan persiapan dan pelaksanaan yang relatif sama. Pada Siklus I evaluasi disusun pada kategori baik meningkat menjadi kategori sangat baik pada Siklus III.

4. Peningkatan Prestasi Belajar

a. Terjadi peningkatan prestasi belajar IPA kelas 6 Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung dari Siklus I sampai dengan Siklus III. Pada Siklus I nilai rata-rata siswa kelas 6A adalah 71,79. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa kelas 6A adalah 76,62 yang berarti meningkat 6,73 pada kelas 6A dari nilai rata-rata Siklus I. Pada Siklus III nilai rata-rata siswa kelas 6A adalah 78,32 yang berarti mengalami peningkatan sebesar 2,2% pada kelas 6A dari Siklus II atau mengalami peningkatan 9,01% pada kelas 6A dari Siklus I. Selain itu, terjadi peningkatan ketuntasan yang signifikan, pada siklus I pada kelas 6A hanya terdapat 14 atau 60,87% siswa yang mencapai ketuntasan, sedangkan pada siklus III terdapat 23 siswa atau 100% siswa yang mencapai ketuntasan, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 64,29%.

b. Terjadi peningkatan prestasi belajar IPA kelas 6B Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung dari Siklus I sampai dengan Sklus III. Pada Siklus I nilai rata-rata 6B adalah 72,22. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa kelas 6B adalah 78,65 yang berarti meningkat 8,90 pada kelas 6B dari nilai


(6)

rata-rata Siklus I. Pada Siklus III nilai rata-rata siswa 6B adalah 79,46 yang berarti mengalami peningkatan sebesar 1,03% dari Siklus II atau mengalami peningkatan 10,03% dari Siklus I. Selain itu, terjadi peningkatan ketuntasan yang signifikan, pada siklus I pada kelas 6B hanya terdapat 14 atau 60,87% siswa yang mencapai ketuntasan, sedangkan pada siklus III masing-masing terdapat 23 siswa atau 100% siswa yang mencapai ketuntasan, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 64,29%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis berharap dalam pembelajaran IPA dapat menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual karena dapat dijadikan model pembelajaran kreatif dan inovatif bagi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar, terutama mata pelajaran IPA di kelas 6 Sekolah Dasar. Secara spesifik, penulis berharap:

1. Guru hendakya menyusun RPP yang baik dan mencerminkan pembelajaran Kontekstual. Aspek yang diperhatikan meliputi (1) keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar; (2) berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar; (3) memperhatikan minat, motivasi belajar, potensi, kemampuan sosial, emosi, kecepatan belajar, latar belakang budaya, dan/atau lingkungan peserta didik; (4) memuat rancangan program pemberian


(7)

umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi; (5) mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi; dan (6) langkah-langkah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam RPP disusun dengan menerapkan pendekatan kontekstual

2. Dalam pembelajaran hendaknya guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan mengoptimalkan kemampuaan menemukan, mengkonstruksi kemampuan yang dimiliki siswa, lebih dapat merangsang dan memotivasi siswa berfikir kreatif, mengembangkan daya pikir, mengembangkan kemampuan interpretasi, dan kemampuan daya ingat siswa dengan baik.

3. Guru hendaknya menyusun dan melaksanakan evaluasi yang mencerminkan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan kriteria evaluasi yang baik agar tujuan pelaksanaan evaluasi tercapai. Aspek evaluasi yang perlu diperhatikan meliputi (1) mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik; (2) relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran; (3) menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom; (4) berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas; (5) mengikuti kaidah penulisan soal yang benar, dan (6) disusun dan dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan kontekstual


(8)

4. Guru hendaknya mengembangkan semua aspek perilaku siswa, baik yang bersifat pengembangan keterampilan kognitif, keterampilan afektif, maupun pengembangan keterampilan psikomotor yang dapat dikembangkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Diantara Kompetensi Dasar yang dapat dikembangkan adalah Mengidentifikasikan Perkembangbiakan Tumbuhan.


(9)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah adanya keterlibatan dan peran guru dalam proses pembelajaran. Kegagalan siswa merupakan salah satu cermin kegagalan guru dan sekolah dalam menjalankan fungsi dan perannya. Peningkatan mutu pendidikan seperti yang diharapkan masyarakat, memerlukan inovasi yang bersifat kreatif dan kooperatif sehingga tercipta suasana belajar dan pembelajaran yang kondusif. Hal ini terwujud jika guru mampu menjalankan peran yang ampuh baik sebagai fasilitator, motivator, maupun sebagai pengelola pembelajaran.

Dari sekian mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar (SD), salah satu pelajaran yang membutuhkan perhatian sangat besar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang juga dikenal dengan Mata Pelajaran Sains. Penyebabnya karena IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang dijadikan target dalam Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Masyarakat berharap siswa mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lainnya. Terbukti dengan adanya beberapa pernyataan orang tua siswa kelas 6 Sekolah Tunas Mekar Indonesia (TMI) yang berisi kekhawatiran terhadap nilai UASBN putra-putrinya terutama dalam mata pelajaran IPA. Kekhawatiran ini diikuti dengan harapan yang besar agar sekolah melaksanakan pembelajaran dengan maksimal.


(10)

Fakta lain ditemukan pada saat parents and teachers conference. Dari 46 orang tua siswa yang hadir, 40 diantaranya memohon kepada sekolah agar mengadakan program khusus persiapan UASBN bagi putra-putrinya.

Materi pembelajaran IPA diimplementasikan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia. Kegiatan berpikir, berorganisasi, menganalisis, memanfaatkan alam, semuanya memerlukan kemampuan IPA. Manusia tidak mungkin lepas dari IPA. Kemampuan IPA seseorang mencerminkan kemampuan berpikirnya. Dengan mempergunakan IPA, seseorang akan memiliki kemampuan dalam menjaga, memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Pendidikan IPA, menurut Khanalim (2007: 1) adalah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah (scientific knowledge). Dalam mempelajari IPA siswa diharapkan mempunyai kemampuan berfikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan IPA. Agar menjadi bermakna, pembelajaran IPA harus dipusatkan pada aktifitas siswa (student centered hands-on activities). Siswa harus aktif baik secara fisik maupun pikiran selama pembelajaran IPA berlangsung. Dengan demikian siswa mampu mempunyai sense of science yang baik, sehingga segala sesuatu yang berkaitan tentang IPA sudah tertanam di benak mereka. Jika ditelaah mengenai pembelajaran IPA di SD, khususnya di Sekolah TMI, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA pada beberapa materi kurang bermakna. Berdasarkan hasil wawancara dengan semua siswa kelas 6 pada saat pra-penelitian, terlihat bahwa secara keseluruhan kemampuan siswa kelas 6 dalam pembelajaran IPA pada materi ”Perkembangbiakan Tumbuhan” masih rendah.


(11)

Tabel 1.1 Penguasaan Materi Perkembangbiakan Tumbuhan di kelas 6A dan 6B Sekolah TMI

No. Kompetensi Dasar

Penguasaan

Baik Tidak Baik 1. Mampu menjelaskan tahapan siklus perkembangbiakan

tumbuhan secara generatif

√ 2. Mampu menyebutkan

bagian-bagian bunga beserta fungsinya √

3. Mampu mengidentifikasi

bagian-bagian utama dari bunga √

4. Mampu menjelaskan proses penyerbukan dan pembuahan pada bunga

√ 5. Mampu mengidentifikasi

bagian-bagian utama dari biji √ 6. Mampu menjelaskan terjadinya penyebaran biji dan

perkecambahan

√ 7. Mampu menjelaskan beberapa cara alternatif dalam

perkembangbiakan tumbuhan

√ 8. Mampu melakukan perkembangbiakan tumbuhan

secara vegetatif

Tabel di atas merupakan hasil wawancara guru Mata Pelajaran IPA terhadap 46 siswa kelas 6A dan 6B Sekolah TMI, yang dilakukan pada tanggal 14 Juli 2009. Terlihat sebagian besar materi, yaitu sebanyak enam materi atau 75% dari keseluruhan materi yang dipelajari tidak dikuasai dengan baik oleh siswa. Artinya, siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi ”Perkembangbiakan Tumbuhan”. Penyebabnya adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang lebih bersifat konseptual. Kompetensi dasar di atas menunjukkan pentingnya pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Siswa tidak akan


(12)

bisa memahami materi tersebut jika hanya membaca, mendengarkan penjelasan, atau melihat saja. Tetapi, siswa juga harus mengamati objek belajar, meneliti, menganalisis, mengidentifikasi, dan kemudian membuat kesimpulan sendiri berdasarkan teori yang tepat. Dasar pengambilan kesimpulan juga harus menyertakan hasil akurat dari proses pembelajaran melalui penelitian langsung tersebut dengan didampingi oleh guru. Untuk itulah diperlukan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran.

Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan ini dikemas dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang seharusnya dibuat sebagai panduan yang operasional dalam pembelajaran. Dengan menyesuaikan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, strategi, metode, sumber maupun evaluasi pembelajarannya.

Namun sayangnya, terkadang RPP yang telah disusun tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna sesuai keinginan. Bukan hanya karena kemampuan dasar anak dalam berpikir dan gaya belajar tapi lebih dari itu juga ditentukan oleh materi pelajaran, fasilitas dan lingkungan. Hal inilah yang mengakibatkan tujuan dalam RPP tidak dapat terwujud dengan maksimal dalam beberapa materi pembelajaran IPA di kelas 6 Sekolah TMI Bandar Lampung.

Terbukti dari hasil pra-penelitian yang diwujudkan dalam bentuk kuesioner (Lampiran 1). Dari enam indikator yang diajukan ternyata, terdapat empat indikator yang termasuk dalam kategori kurang. Indikator tersebut adalah, RPP


(13)

yang disusun dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Indikator kedua mengenai penyusunan RPP yang memperhatikan minat, motivasi belajar, potensi, kemampuan sosial, emosi, kecepatan belajar, latar belakang budaya, dan/atau lingkungan peserta didik. Selanjutnya RPP yang disusun untuk memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Indikator yang terakhir adalah RPP yang disusun dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Keempat indikator pernyusunan RPP tersebut masih perlu direvisi.

Ada hal lain juga yang menjadi penyebab siswa mendapatkan prestasi rendah. Diantara penyebab tersebut adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat, yaitu: strategi, metode, media, dan sumber belajar. Dalam pengamatan pra-penelitian, ditemukan bahwa pemilihan strategi pembelajaran ternyata kurang sesuai dengan materi pelajaran.

Materi pembelajaran tentang “Perkembangbiakan Tumbuhan”, dalam RPP

dicantumkan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab (Lampiran 2). Ternyata, strategi ini membuat siswa tidak bisa mengoptimalkan cara berfikir analisis. Penggunaan metode ceramah untuk menjelaskan materi pelajaran tentang tumbuhan dinilai kurang efektif, seharusnya disampaikan dengan pengamatan langsung, dengan kata lain menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.


(14)

Selain itu, guru belum bisa mengoptimalkan penggunaan media dan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Media yang digunakan hanya menggunakan gambar sederhana, padahal seharusnya menggunakan objek secara langsung, misalnya bunga, biji, ataupun tumbuhan. Penggunaan sumber belajar yang hanya memanfaatkan buku cetak membuat pembelajaran kurang berwarna. Padahal, jika memanfaatkan internet, media massa, atau lingkungan terdekat, akan membuat siswa semakin memahami materi tersebut. Untuk itu, diperlukan strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan materi tersebut. Hal ini juga terkait dengan pendekatan pembelajaran yang seharusnya lebih menekankan pada pembelajaran secara kontekstual. Sehingga anak dapat lebih memahami secara konkrit materi yang dipelajari.

Umumnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mengikuti pembelajaran di kelas dengan aktif. Akan tetapi, jika diadakan tes tertulis ataupun diadakan diskusi di lain waktu, banyak siswa lupa tentang materi yang telah dipelajari bersama, mereka hanya menghafal materi tersebut sehingga memperoleh hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai yang didapatkan berdasarkan tes awal pada saat pra-penelitian. (Lampiran 3 dan Lampiran 4)

Gaya belajar siswa yang memilih untuk menghafal materi pelajaran IPA tentu saja tidak dapat dibenarkan, karena IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau


(15)

prinsip-prinsip dengan cara menghafal saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Banyak hal yang perlu dikuasai siswa agar memiliki prestasi belajar IPA yang memadai sehingga perlu diterapkan penggunaan metode dan pendekatan yang sesuai oleh guru dalam pembelajaran.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Penguasaan materi secara keseluruhan oleh siswa memerlukan proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Mengutip pendapat Khanalim (2007: 3) pencapaian suatu produk yang diharapkan, yaitu siswa mampu memahami IPA secara komprehensif dengan tidak menghafal pelajaran, dapat dilakukan dengan menciptakan suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa (students centered hands-on activities). Dalam pendekatan pembelajaran ini, semua topik atau materi yang diberikan selalu berorientasi pada aktivitas siswa. Siswa tidak lagi hanya duduk di kursi mereka selama pembelajaran, tetapi semua siswa melakukan sesuatu sesuai materi yang sedang dipelajari dengan memberi pengalaman langsung. Selain itu juga siswa selalu diajak dan dirangsang untuk dapat memecahkan masalah melalui pendekatan inkuiri.


(16)

Peran evaluasi pembelajaran tak kalah penting untuk mengiringi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan RPP terancang. Sebab dengan evaluasi ini akan dapat diketahui apakah pendekatan pembelajaran yang dipilih telah sesuai dengan tujuan materi yang diharapkan. Idealnya, menurut Arikunto (2005: 57) evaluasi dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi persyaratan evaluasi, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) objektivitas, 4) praktibilitas, dan 5) ekonomis. Maka alangkah kurang bermakna jika pembelajaran tanpa perencanaan dan evaluasi.

Meskipun dalam kenyataan, perencanaan dan evaluasi pembelajaran ini belum dapat dilaksanakan secara maksimal oleh guru. Keterbatasan waktu guru dalam menerapkan sistem evaluasi yang baik dan ideal merupakan salah satu penyebabnya. Guru masih kurang memperhatikan dan melaksanakan evaluasi proses. Evaluasi sering diadakan dalam bentuk pilihan ganda atau uraian, yang hanya mengukur kemampuan kognitif dalam hal membedakan dan menggunakan ingatan jangka pendek. Padahal materi ”Perkembangbiakan Tumbuhan” ini sebaiknya menggunakan bentuk evaluasi yang bisa mengoptimalkan potensi siswa dalam menjelaskan, menguraikan, mengamati, melakukan aktivitas, menganalisis, dan menyimpulkan.

Terwujudnya tujuan di atas, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran kontekstual, yang menuntut pendidik dapat mengeksplorasi dan mengkombinasi aneka sumber belajar yang ada di sekitar peserta didik, baik itu di sekolah maupun di rumah. Karena segala sesuatu yang ada di sekitar mereka diyakinkan


(17)

mampu memberi pengalaman langsung, dengan begitu peserta didik dapat melihat dan terlibat langsung di dalamnya. Selain itu juga, bahwasanya di dalam ruang kelas dengan segala fungsinya, gedung sekolah dengan kelengkapannya, halaman sekolah dengan pagar dan lapangan upacara, tersimpan berbagai macam ayat-ayat IPA.

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran IPA di atas, maka perlu dilaksanakan sebuah penelitian tindakan (action research). Penelitian ini dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran yang ada, pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 6 di Sekolah TMI adalah dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan pembelajaran kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat membantu pembelajaran berjalan lebih bermakna dan lebih meningkatkan prestasi. Pendekatan pembelajaran ini tidak menyebabkan siswa menghafal, tetapi sebuah pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Pendekatan pembelajaran ini memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Kelas, dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan.


(18)

Berdasarkan pernyataan di atas, agar prestasi belajar IPA Kelas 6 Sekolah TMI dapat lebih baik dari sebelumnya, perlu dilakukan penelitian mengenai "Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Kelas 6 Sekolah TMI Bandar Lampung".

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kekhawatiran orang tua dan guru terhadap nilai Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional (UASBN) khususnya untuk Mata Pelajaran IPA.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA belum disusun dengan memasukkan komponen pembelajaran kontekstual.

3. Pemilihan pendekatan pembelajaran belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4. Keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi Perkembangbiakan Tumbuhan secara kontekstual.

5. Sebagian besar siswa memiliki gaya belajar menghafal, sehingga siswa kurang memahami materi yang bersifat analisis.

6. Fasilitas yang tersedia belum dimanfaatkan secara maksimal.

7. Evaluasi pembelajaran belum sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

8. Prestasi belajar IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI Bandar Lampung semester ganjil 2009-2010 pada pokok bahasan “Perkembangbiakan Tumbuhan” kurang baik dengan nilai rata-rata 64,45 untuk kelas 6A dan 64,04 untuk


(19)

kelas 6B, sehingga diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkannya, seperti pembelajaran kontekstual.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI yang belum disusun dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI belum dilakukan secara kontekstual.

3. Evaluasi pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI secara kontekstual belum dilakukan.

4. Prestasi belajar Mata Pelajaran IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI belum sesuai harapan.

1.4 Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan perbaikan penyusunan RPP Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual?

2. Bagaimanakah peningkatan perbaikan pelaksanaan tindakan proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?


(20)

3. Bagaimanakah peningkatan perbaikan pelaksanaan tindakan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan pada Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI?

4. Bagaimanakah tindakan peningkatan prestasi belajar Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran kontekstual siswa kelas 6 semester ganjil Sekolah TMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2009 – 2010.

Secara khusus, tujuan penelitian adalah untuk:

1. Menyusun RPP Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Mendeskripsikan tindakan pelaksanaan proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. 3. Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan evaluasi pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan pada Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI.

4. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar Mata Pelajaran IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI.


(21)

1.6 Manfaat Peneliti

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah Teknologi Pendidikan, khususnya kawasan desain dan pengelolaan pembelajaran IPA di jenjang Sekolah Dasar.

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu:

1. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat memperoleh kemudahan dalam mempelajari Mata Pelajaran IPA,

2. Bagi guru, diharapkan guru memperoleh tindakan alternatif dalam pendekatan pembelajaran IPA,

3. Bagi sekolah, akan terbantu terciptanya sekolah yang melaksanakan pembelajaran IPA yang bermakna dan efisien.


(1)

Peran evaluasi pembelajaran tak kalah penting untuk mengiringi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan RPP terancang. Sebab dengan evaluasi ini akan dapat diketahui apakah pendekatan pembelajaran yang dipilih telah sesuai dengan tujuan materi yang diharapkan. Idealnya, menurut Arikunto (2005: 57) evaluasi dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi persyaratan evaluasi, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) objektivitas, 4) praktibilitas, dan 5) ekonomis. Maka alangkah kurang bermakna jika pembelajaran tanpa perencanaan dan evaluasi.

Meskipun dalam kenyataan, perencanaan dan evaluasi pembelajaran ini belum dapat dilaksanakan secara maksimal oleh guru. Keterbatasan waktu guru dalam menerapkan sistem evaluasi yang baik dan ideal merupakan salah satu penyebabnya. Guru masih kurang memperhatikan dan melaksanakan evaluasi proses. Evaluasi sering diadakan dalam bentuk pilihan ganda atau uraian, yang hanya mengukur kemampuan kognitif dalam hal membedakan dan menggunakan ingatan jangka pendek. Padahal materi ”Perkembangbiakan Tumbuhan” ini sebaiknya menggunakan bentuk evaluasi yang bisa mengoptimalkan potensi siswa dalam menjelaskan, menguraikan, mengamati, melakukan aktivitas, menganalisis, dan menyimpulkan.

Terwujudnya tujuan di atas, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran kontekstual, yang menuntut pendidik dapat mengeksplorasi dan mengkombinasi aneka sumber belajar yang ada di sekitar peserta didik, baik itu di sekolah maupun di rumah. Karena segala sesuatu yang ada di sekitar mereka diyakinkan


(2)

mampu memberi pengalaman langsung, dengan begitu peserta didik dapat melihat dan terlibat langsung di dalamnya. Selain itu juga, bahwasanya di dalam ruang kelas dengan segala fungsinya, gedung sekolah dengan kelengkapannya, halaman sekolah dengan pagar dan lapangan upacara, tersimpan berbagai macam ayat-ayat IPA.

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran IPA di atas, maka perlu dilaksanakan sebuah penelitian tindakan (action research). Penelitian ini dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran yang ada, pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 6 di Sekolah TMI adalah dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan pembelajaran kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat membantu pembelajaran berjalan lebih bermakna dan lebih meningkatkan prestasi. Pendekatan pembelajaran ini tidak menyebabkan siswa menghafal, tetapi sebuah pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Pendekatan pembelajaran ini memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Kelas, dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan.


(3)

Berdasarkan pernyataan di atas, agar prestasi belajar IPA Kelas 6 Sekolah TMI dapat lebih baik dari sebelumnya, perlu dilakukan penelitian mengenai "Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Kelas 6 Sekolah TMI Bandar Lampung".

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kekhawatiran orang tua dan guru terhadap nilai Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional (UASBN) khususnya untuk Mata Pelajaran IPA.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA belum disusun dengan memasukkan komponen pembelajaran kontekstual.

3. Pemilihan pendekatan pembelajaran belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4. Keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi Perkembangbiakan Tumbuhan secara kontekstual.

5. Sebagian besar siswa memiliki gaya belajar menghafal, sehingga siswa kurang memahami materi yang bersifat analisis.

6. Fasilitas yang tersedia belum dimanfaatkan secara maksimal.

7. Evaluasi pembelajaran belum sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

8. Prestasi belajar IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI Bandar Lampung semester ganjil 2009-2010 pada pokok bahasan “Perkembangbiakan Tumbuhan” kurang baik dengan nilai rata-rata 64,45 untuk kelas 6A dan 64,04 untuk


(4)

kelas 6B, sehingga diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkannya, seperti pembelajaran kontekstual.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI yang belum disusun dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI belum dilakukan secara kontekstual.

3. Evaluasi pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI secara kontekstual belum dilakukan.

4. Prestasi belajar Mata Pelajaran IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI belum sesuai harapan.

1.4 Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan perbaikan penyusunan RPP Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual?

2. Bagaimanakah peningkatan perbaikan pelaksanaan tindakan proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?


(5)

3. Bagaimanakah peningkatan perbaikan pelaksanaan tindakan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan pada Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI?

4. Bagaimanakah tindakan peningkatan prestasi belajar Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran kontekstual siswa kelas 6 semester ganjil Sekolah TMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2009 – 2010.

Secara khusus, tujuan penelitian adalah untuk:

1. Menyusun RPP Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Mendeskripsikan tindakan pelaksanaan proses pembelajaran Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. 3. Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan evaluasi pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan pada Mata Pelajaran IPA kelas 6 Sekolah TMI.

4. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar Mata Pelajaran IPA siswa kelas 6 Sekolah TMI.


(6)

1.6 Manfaat Peneliti

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah Teknologi Pendidikan, khususnya kawasan desain dan pengelolaan pembelajaran IPA di jenjang Sekolah Dasar.

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu:

1. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat memperoleh kemudahan dalam mempelajari Mata Pelajaran IPA,

2. Bagi guru, diharapkan guru memperoleh tindakan alternatif dalam pendekatan pembelajaran IPA,

3. Bagi sekolah, akan terbantu terciptanya sekolah yang melaksanakan pembelajaran IPA yang bermakna dan efisien.