PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER DALAM MEMBENTUK SIKAP KONSUMEN (Studi di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Bandar Lampung)

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, BRAND

ASSOCIATION AND PACKAGE INNOVATION OF CLEAR

SHAMPOO ON BUYING INTENTION

By

Wayan Virgus S.

According to the survey of Top Brand Index of shampoo in Indonesia, CLEAR occupied the second position in 2010 and increased in 2011. CLEAR always do the package innovation in order to be competitive in market. This research aims at examining the power affect of brand awareness, brand association and package innovation on buying intention.

The type of this research is explanatory. This research uses convenience sampling technique and questionnaire to collect 100 respondents who stay in the boarding house in kampung baru village. The data is analyzed by using multiple linier regression and classic assumption test. The result of this research shows that brand awareness, brand association and package innovation simultantly influenced the buying intention. In other side partially only package innovation which significantly influence the buying intention. The practice implication is the company of CLEAR shampoo must be always maintaine and develope the package innovation.

Key words: buying intention, brand awareness, brand association, and package innovation


(2)

ABSTRAK

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION DAN INOVASI KEMASAN SHAMPO CLEAR TERHADAP MINAT BELI

Oleh Wayan Virgus S.

Berdasarkan survei Top Brand indeks shampo di Indonesia, CLEAR berhasil menduduki posisi kedua tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011. CLEAR juga terus melakukan inovasi terhadap produk dan kemasannya agar tetap unggul di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan terhadap minat beli shampo CLEAR.

Tipe penelitian ini adalah eksplanatori. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling dan kuisioner untuk mengumpulkan 100 responden yang bertempat tinggal dikos-kosan di Kelurahan Kampung Baru. Data diolah dengan teknik analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat beli sedangkan secara parsial hanya inovasi kemasan yang berpengaruh signifikan. Implikasi secara praktis adalah perusahaan harus tetap mempertahankan dan mengembangkan inovasi kemasan.


(3)

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION DAN

INOVASI KEMASAN SHAMPO CLEAR TERHADAP MINAT

BELI”

(Skripsi)

Oleh

Wayan Virgus Susanti

Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung 2012


(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Tentang Merek ... 11

B. Tinjauan Tentang Kesadaran Merek ... 14

C. Tinjauan Tentang Asosiasi Merek ... 16

D. Tinjauan Tentang Inovasi Kemasan ... 23

1. Pengertian Kemasan ... 23

2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Kemasan ... 24

3. Aspek-aspek Kemasan ... 26

4. Pengertian Inovasi Kemasan ... 28

E. Tinjauan Tentang Minat Beli ... 30

1. Pengertian Minat Beli ... 30

2. Hubungan Antar Variabel ………... 35

F. Kerangka Pemikiran………... 37

III. Metode Penelitian ... 39

A. Tipe Penelitian ... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

E. Sumber Data ... 43

F. Metode Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 44

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

1. Uji Validitas ……… 45

2. Uji Reliabilitas ……… 51

I. Uji Asumsi Klasik ... 52

J. Analisis Regresi Berganda ... 54


(5)

2. Pertanyaan Pengantar ... 60

B. Gambaran Distribusi Jawaban Responden ... 61

1. Kesadaran Merek ... 62

2. Asosiasi Merek ... 66

3. Inovasi Kemasan ... 70

4. Minat Beli ... 74

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

1. Uji Normalitas ... 76

2. Uji Multikolenieritas ... 78

3. Uji Heteroskedastisitas ... 78

D. Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

1. Persamaan Regresi ... 80

2. Koefisien Korelasi ... 81

3. Pengaruh Variabel X Terhadap Y Bersama-sama ... 82

4. Pengujian Hipotesis dengan Uji F ... 82

5. Pengaruh Masing-masing Variabel X Terhadap Y ... 83

E. Pembahasan ... 85

V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Lampiran 2 Distribusi Jawaban Responden Pada Penelitian Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dengan Analisis Faktor Lampiran 4 Uji Reliabilitas Menggunakan Nilai Alpha Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik dengan SPSS

Lampiran 6 Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 7 Tabulasi Silang Karakteristik Responden


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Varian Produk CLEAR ... 7

1.2 TOP Brand Index Shampo ... 8

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.2 Validitas Awal ... 49

3.3 Validitas Akhir... 50

3.4 Hasil Uji Reliabilitas... 51

4.1 Tabulasi Silang Karakteristik Responden ... 57

4.2 Merek Shampo yang Diketahui Responden ... 60

4.3 Merek shampoo Anti Ketombe Yang Paling Diingat ... 61

4.4 Mengingat Merek Shampo CLEAR ... 62

4.5 Warna-warna Pada Kemasan Shampo CLEAR ... 63

4.6 Mengenal Merek Shampo CLEAR ... 62

4.7 Varian Shampo CLEAR Cukup Dikenal ... 64

4.8 Merek Shampo CLEAR Melekat Kuat ... 65

4.9 Ciri Khas Shampo CLEAR Sebagai Shampo Antiketombe ... 66

4.10 Mengetahui dengan baik Kemasan Shampo CLEAR ... 67

4.11 Varian Jenis dan Ukuran Kemasan Shampo CLEAR... 67

4.12 CLEAR Memberi Manfaat Sesuai Kebutuhan Rambut... 68

4.13 Manfaat Shampo CLEAR Terhadap Rambut ... 69

4.14 Harga Beli CLEAR Sesuai Kualitas ... 69

4.15 Gambar Kemasan CLEAR Menarik ... 70

4.16 Bentuk Kemasan CLEAR Unik ... 71

4.17 Logo KemasanCLEAR Unik ... 72

4.18 Kombinasi Warna Kemasan CLEAR serasi ... 72

4.19 Desain Huruf Kemasan CLEAR Bagus ... 73

4.20 CLEAR Membangkitkan Rasa Tertarik ... 74

4.21 CLEAR Membangkitkan Rasa Ingin Membeli ... 75

4.22 CLEAR Membangkitkan Keyakinan Membeli ... 76

4.23 Pengujian Multikolenieritas ... 78

4.24 Kesimpulan Hasil Uji Heteroskedastisitas... 79


(8)

MOTTO

Simple Living High thinking

Hidup Sederhana Berpikir tinggi

Hasilkan Apa yang Kau Butuhkan, Gunakan Apa yang Kau hasilkan

Jaya Varnasrama


(9)

MOTTO

Simple Living High thinking

Hidup Sederhana Berpikir tinggi

Hasilkan Apa yang Kau Butuhkan, Gunakan Apa yang Kau hasilkan

Jaya Varnasrama


(10)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana / Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerma sanksi akademik yang berlaku.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang membuat pernyataan,

Wayan Virgus Susanti NPM. 0816051042


(11)

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Guru Kerohanianku

H.H Bhakti Raghava Svami Maharaja

Sri Sri Radha Madhana Gopal

Karya ini Tercipta Atas Karunia yang Luar Biasa dari

Beliau

MY BELOVED FAMILY:

NYOMAN SUDI(MY DAD)

KETUT SUDARTI (MY MOM)

MADE APRIANE (MY BROTHER)

NYOMAN LUSIANI (MY SISTER)

Teman-teman Asrama Prahlada dan Kunti Devi

Prabhu dan Mataji Semua

SELURUH KELUARGA DAN SAHABAT-SAHABATKU

ALMAMATERKU TERCINTA


(12)

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Guru Kerohanianku

H.H Bhakti Raghava Svami Maharaja

Sri Sri Radha Madhana Gopal

Karya ini Tercipta Atas Karunia yang Luar Biasa dari

Beliau

MY BELOVED FAMILY:

NYOMAN SUDI(MY DAD)

KETUT SUDARTI (MY MOM)

MADE APRIANE (MY BROTHER)

NYOMAN LUSIANI (MY SISTER)

Teman-teman Asrama Prahlada dan Kunti Devi

Prabhu dan Mataji Semua

SELURUH KELUARGA DAN SAHABAT-SAHABATKU

ALMAMATERKU TERCINTA


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Debby Chandra dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 28 Maret 1990. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tommy Chandra dan Ibu Efridanim.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Xaverius 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Bandar Lampung jurusan akuntansi diselesaikan tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis melalui jalur SNMPTN. Penulis merupakan salah satu penerima Beasiswa BCA Finance pada tahun 2009 hingga Juni 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan yang pernah diikuti antara lain Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis periode 2010-2011 sebagai anggota bidang Enterpreneur. Pada Juli 2011, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Rumbih Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.


(14)

SANWACANA

Segala pemujian kepada Guru Maharaja dan Sri Radha Madhana Gopal yang telah senantiasa melimpahkan karunia Beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan bimbingan baik itu berupa moral, spiritual maupun material kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos, M.A.B. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Baroroh Lestari, S.Sos., M.A.B. selaku Dosen Pembahas yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.

4. Bapak Drs. A. Efendi, M. M. selaku Dosen Pembimbing Utama Akademik

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan serta saran kepada penulis.


(15)

memberikan arahan, masukan serta saran kepada penulis.

6. Damayanti, S.Sos, M.A.B selaku Pembimbing Akademik

7. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.

8. Orang tuaku yang selalu member support dan doa.

9. Adik-adikku, Made Apriane dan Nyoman Lusiani yang selalu

mendukungku.

10. Untuk Prabhuku, Prabhu Satvata, makasih ya untuk supportnya.

Semangat!!!

11. Prabhu dan Mataji, teman-teman asrama, Mbak Sita, Mataji Maduri,

Dekni, Sintawati, Prabhu Narayana, Prabhu Karandara, Prabhu Sitaram, Prabhu Govinda, Prabhu Nyoman, Prabhu Dikal, Babe, Prabhu Syamapriya, Prabhu Mayapur Chandra, Prabhu Prema, Prabhu Santa, terima kasih atas dukungan dan karunianya.

12. Sahabat-sahabatku di Jurusan Administrasi Bisnis 2008: Tante Sri Maryati

yang imut, Debby Chandra yang selalu semangat, Eka Renny yang pemalu, Umeh Sarastya Satiti yang sabar, Weni Syabet Cella yang selalu siap mengantarku, Mamank Jojo yang girly, Nyak Vivin yang bohai, Taufik yang suka ngajak berantem dan Papi Riko yang bijaksana.

13. Semua teman-teman di Jurusan Administrasi Bisnis terutama angkatan

2008 (Eva, Maria, Sisi, Cici, Erin, Endah, Dora, Rita, Muti, Irna, Nadia, Devi, Nurul, Evi D, Laura, Riris, Evi, Anggun P. Anggun S, Nika, Oliv,


(16)

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak produk yang sejenis dengan manfaat yang hampir sama ditawarkan di pasaran yang memicu ketatnya persaingan antar perusahaan. Diperkuat dengan teknologi yang semakin modern yang membuat persaingan semakin tajam. Lingkungan yang dinamis serta beragamnya permintaan pasar menuntut perusahaaan agar dapat bersaing secara kompetitif. Persaingan yang ada membuat manajer menyadari sepenuhnya untuk mengoptimalkan sumber daya dan aset-aset perusahaan dalam rangka memaksimalkan kinerja serta mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.

Salah satu aset untuk mencapai hal tersebut adalah melalui merek. Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah perusahaan dan membedakannya dari barang-barang yang ditawarkan oleh pesaing (Boone and Kurtz, 2001). Merek digunakan untuk menguasai pasar.


(18)

Merek merupakan unsur penting dari citra produk. Jika konsumen peka terhadap sebuah merek tertentu, dimanapun kemunculan merek tersebut akan menjadi iklan bagi perusahaan. Merek berfungsi mengidentifikasi diri seorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dengan produk sejenis dari penyaji lain.

Ekuitas merek merupakan seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki pelanggan merek, anggota saluran distribusi dan perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan dan keunggulan yang dapat membedakannya dengan merek pesaing. Ekuitas merek merupakan sebuah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam bersaing dan menguasai pasar. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk brand platform (landasan merek) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang lama.

Pengelolaan ekuitas merek yang baik mampu meningkatkan keunggulan bersaing. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat mengarahkan konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu (Durianto et. al, 2001).


(19)

Yoo, et al., (2000) menjelaskan bahwa ekuitas merek berkaitan dengan nilai tambah sebuah nama merek yang sangat berhasil dan dihargai dimana-mana yang diberikan sebuah produk. Nilai ini merupakan sebuah kombinasi dari faktor-faktor seperti, kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty). Dalam penelitian ini akan dibahas dua faktor saja yaitu kesadaran merek (brand awareness) dan asosiasi merek (brand associations). Brand awareness dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan oleh perusahaan, menciptakan familiarity konsumen terhadap merek dan menunjukkan komitmen kepada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu konsumen dapat mengenal suatu merek, sampai pada tingkat di mana merek menjadi dominant brand recalled, merek sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi indentitas kategori produk.

Brand association adalah suatu hubungan antara sebuah merek dengan citra lain yang menyenangkan. Para pemasar menciptakan kesadaran merek dan menghubungkannya dengan orang lain yang juga menggunakan produk tersebut, dengan seorang selebriti popular, dengan daerah geografis tertentu, atau bahkan dengan para pesaingnya.


(20)

Membangun ekuitas merek dianggap sebagai bagian penting dalam pengelolaan merek karena ekuitas merek memberikan beberapa manfaat bagi suatu perusahaan. Sebagai contoh, tingkat ekuitas merek yang tinggi diketahui mengarah pada tinggginya preferensi dan kemauan membeli konsumen (Pappu, et al.,2006).

Disamping ekuitas merek, inovasi juga dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam mencapai keunggulan bersaing. Inovasi produk berguna agar merek dan produk yang sudah dikenal dan tertanam dibenak konsumen tidak diabaikan atau hilang seiring berjalannya waktu dan munculnya beragam produk baru. Tujuan utama dari inovasi produk adalah untuk memenuhi permintaan pasar sehingga produk inovasi merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai keunggulan bersaing bagi perusahaan (Han, et al., 1998)

Konsumen umumnya menginginkan produk-produk yang inovatif sesuai dengan keinginan mereka. Konsumen memilih suatu produk bukan hanya atas dasar memenuhi kebutuhan saja tetapi juga memilih produk yang menawarkan atribut yang menarik dan terbaik. Karena pentingnya atribut bagi konsumen, maka produsen berusaha untuk memperhatikan kualitas produk serta atributnya yang nantinya akan mampu bersaing dengan produk-produk lain di pasaran.


(21)

Dewasa ini, persaingan produk shampo semakin ketat. Banyak bermunculan merek shampo yang mewarnai pasar. Berdasarkan hasil riset IFT www. Indonesiafinancetoday.com (diakses 29 Desember 2011), ada dua produsen shampo yang memiliki penguasaaan pangsa pasar shampo terbesar, yaitu: PT Unilever Indonesia dengan produknya CLEAR, Sunsilk, Dove dan Lifebuoy dan PT P&G Home Product dengan produknya Pantene, Head&Shoulders dan Rejoice.

Menurut hasil riset CLEAR Hairology, segmen pasar shampo antiketombe di Indonesia menduduki pangsa pasar terbesar, mencapai 40 % dari segmen pasar shampo dan CLEAR menempati posisi tertinggi sebagai merek shampo antiketombe yang melekat dibenak konsumen.

CLEAR merupakan salah satu merek shampo antiketombe dari PT Unilever Tbk yang telah diluncurkan di Indonesia sejak tahun 1975. Produk CLEAR telah dipasarkan secara luas dan menembus pasar nasional bahkan sampai ke pelosok. Pangsa pasar utama CLEAR adalah remaja dan anak muda usia 18-25 tahun yang umumnya pada rentang usia tersebut memiliki masalah ketombe.

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung merupakan daerah yang dekat dengan pusat pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi negeri dan swasta. Karena merupakan tempat yang dekat dengan pusat pendidikan sebagian besar penduduknya adalah para pelajar dan


(22)

mahasiswa yang tinggal di kos-kos sekitar Kelurahan Kampung Baru yang sebagian besar berasal dari luar kota bahkan luar provinsi Bandar Lampung. Anak-anak kos yang ada di kampung baru pada umumnya adalah pelajar atau mahasiswa yang masuk dalam kategori usia remaja dan anak muda yang cocok untuk segmen shampo CLEAR. Dari hasil prasurvei yang dilakukan terhadap anak kos yang ada di Kelurahan Kampung Baru, Kedaton, tujuh dari sepuluh anak kos tersebut menyebutkan CLEAR saat ditanya merek shampo antiketombe. Hal ini menunjukkan bahwa CLEAR merupakan merek yang melekat dibenak konsumen sebagai shampo antiketombe.

CLEAR selama bertahun-tahun menyajikan produk anti ketombe yang bermutu tinggi. Untuk dapat bertahan di pasaran dan unggul dalam persaingan, CLEAR terus melakukan inovasi terhadap produknya. Berikut beberapa inovasi yang telah dilakukan CLEAR terhadap produk dan kemasannya.


(23)

Tabel 1.1

Varian Produk CLEAR

Profil produk Jenis varian

CLEAR Active Care

CLEAR Ice Cool

CLEAR Scalp & Oil Control

CLEAR Itch & Dry Scalp Care

CLEAR Hair Fall Devence

CLEAR Women

CLEAR Men

Sumber: www.unilever.com (diakses 14 November 2011)

Sejak kehadirannya pertama kali pada tahun 1975 penjualan CLEAR secara konsisten mengalami pertumbuhan yang baik setiap tahun. Dewasa ini CLEAR menjadi salah satu merek shampo antiketombe terbesar di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya Shampo CLEAR sebagai salah satu Top Brand dalam kategori produk shampo. Penghargaan Top Brand ini diberikan kepada merek yang menjadi pilihan utama masyarakat dan pelanggan yang disajikan pada tabel 1.2 berikut.


(24)

Tabel 1.2

Top Brand Index Shampo Tahun 2010

Merek TBI 2010 TBI 2011

Sunsilk 25,9 % 25,8 Clear 20,8 % 21,0 % Pantene 20,1 % 20,2 % Lifebuoy 12,2 % 10,7 %

Sumber : Marketing 02/X/Feb 2010/2011

Top Brand Index terdiri dari tiga indikator yaitu Mind Share (kekuatan merek didalam benak ingatan konsumen), Market Share (kekuatan merek di dalam pasar tertentu) dan Commitment Share (kekuatan merek dalam mendorong konsumen membeli kembali dimasa mendatang). Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 CLEAR memperoleh TBI (Top Brand Index) sebesar 20,8 % menempati urutan kedua setelah sunsilk yang merupakan merek shampo dengan segmen yang berbeda dengan CLEAR (merek shampo untuk rambut hitam). Kemudian Top Brand Index shampoo CLEAR mengalami peningkatan di tahun 2011 sebesar 0,2 % yang artinya bahwa Top Mind Share, Top Market Share dan Top Commitment Share shampo CLEAR meningkat sebagai shampo pilihan konsumen untuk solusi perawatan rambut. Komitmen CLEAR untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan kekuatan mereknya dilakukan dengan terus melakukan inovasi terhadap produknya sesuai dengan permintaan konsumen serta memperkuat mereknya agar mampu tetap unggul bersaing dipasaran.


(25)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Brand Awareness, Brand Association dan Inovasi kemasan shampo CLEAR terhadap Minat Beli ”.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Brand awareness terhadap minat beli konsumen? 2. Seberapa besar pengaruh Brand association terhadap minat beli

konsumen?

3. Seberapa besar pengaruh Inovasi Kemasan terhadap minat beli konsumen?

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui besarnya pengaruh Brand Awareness terhadap minat beli konsumen.

2. Mengetahui besarnya pengaruh Brand association terhadap minat beli konsumen.

3. Mengetahui besarnya pengaruh inovasi kemasan terhadap minat beli konsumen.


(26)

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi

Diharapakan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan langkah tepat guna menguatkan ekuitas merek serta inovasi kemasan dalam rangka memenangkan persaingan dan menarik minat beli konsumen.

b. Bagi Akademisi

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya yang nantinya akan mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Merek 1. Pengertian Merek

Hampir setiap jenis rancangan produk menggunakan beberapa cara agar konsumen dapat membedakannya dari produk lain. Menurut Kotler (1995) dalam Reva (2007) merek merupakan nama, istilah, simbol, desain ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang dimaksudkan untuk membedakannya dengan pesaing.

Merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kmbinasi dari unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah perusahaan dan membedakannya dari produk-produk-produk-produk yang ditawarkan oleh para pesaing (Boone and Kurtz, 2001)

Aaker (1997) berpendapat bahwa merek merupakan nama dan simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok


(28)

penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor.

Sedangkan menurut Stanton (1991) dalam Reva (2007) merek adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur - unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata - kata yang dapat terbaca, serta brand mark yang berbentuk simbol. Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini:

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali desain, dan lain-lain. Mercedes menyatakan sesuatu mahal, produk yang dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.

2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut "mahal" cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga orang yang mengendarai

mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai.

3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya.


(29)

Dengan demikian produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat.

4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi, efisien, dan berkualitas tinggi.

5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosikan dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya. Pemakai

Dimension Kiddies tentunya adalah anak-anak.

Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, tanda, simbol atau desain atau kombinasi unsur-unsur tersebut, yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing dalam perdagangan. Beberapa bagian merek antara lain adalah nama merek, tanda merek, merek dagang, dan

copyright. Nama merek adalah bagian dari merek dimana bagian dari merek yang dapat disebutkan atau dieja. Tanda merek adalah bagian dari merek yang tidak dapat dieja atau disebutkan, seperti simbol, desain atau warna atau huruf huruf yang berbeda. Merek dagang adalah merek atau bagian merek yang diberikan untuk melindungi secara hukum, yaitu untuk melindungi penjual


(30)

untuk menggunakan hak eksklusif untuk menggunakan nama merek atau tanda merek. Copyright merupakan hak hukum eksklusif yang diberikan untuk menggandakan, mempublikasikan dan menjual segala sesuatu yang berbentuk buku, music dan karya seni. (http//:Frommarketing.blogspot.com, diakses 17 November 2011)

B. Tinjauan Tentang Brand Awareness

Pengertian Brand Awareness

Brand awareness merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap suatu merek dalam benak mereka, dimana hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat dan mengenali ciri khas sebuah merek dan mengaitkannya kedalam kategori tertentu. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk meningkatkan pangsa merek.

Menurut Aaker (1997) brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Brand awareness memberi nilai pada pelanggan dengan memperkuat interpretasi atau proses, informasi, dan rasa percaya diri, memberi nilai pada perusahaan dengan memperkuat efisiensi dan efektifitas pemasaran, kesetiaan merek, harga atau laba, perluasan merek, dan keuntungan kompetitif. Pengenalan konsumen terhadap merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi (Aaker, 1997) adalah sebagai berikut:


(31)

1. unaware brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat terendah dalam piramida merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2. brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek dimana pengenalan merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan dengan bantuan.

3. brand recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa lewat bantuan.

4. top of mind (puncak pikiran) adalah merek yang pertama kali diingat ketika konsumen ditanya tentang kategori suatu produk yang dapat diingat kembali secara spontan tanpa bantuan.

Peran brand awareness dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai. Nilai-nilai yang tercipta dari brand awareness menurut Durianto et al. (2004) antara lain:

1. jangkar bagi asosiasi lain 2. familiar atau rasa suka 3. substansi atau komitmen 4. mempertimbangkan merek

Kesadaran nama atau familiaritas juga merupakan penggerak ekuitas merek. Kesadaran tanpa diferensiasi menghasilkan nama merek komoditi yang


(32)

terkenal yang dapat menjadi keuntungan secara marjinal (Knapp, 2002). Semakin tinggi tingkat kesadaran tentang merek, berarti produk tersebut berada dalam benak konsumen sebelum merek lain (Durianto et al., 2004). Selanjutnya kesadaran merek bukan menjadi suatu daya ingat saja, namun merupakan suatu proses pembelajaran bagi konsumen terhadap suatu merek. Membangun brand awareness biasanya dilakukan dalam waktu yang lama karena penghafalan bisa berhasil dengan repetisi dan penguatan. Dalam kenyataannya, merek-merek dengan tingkat pengingatan kembali yang tinggi merupakan merek-merek yang berusia lama.

C. Tinjauan Tentang Brand Association

Pengertian Brand Association

Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang tentang suatu merek. Brand association yang terkait dengan merek akan semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya intensitas interaksi konsumen dengan merek. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung dengan berbagai brand associations yang kuat. Berbagai brand association yang saling berhubungan tentang merek akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak brand association yang saling berhubungan tersebut, semakin kuat brand imagenya. Pada umumnya brand asssociation terhadap


(33)

merek menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut (Aaker, 1997).

Dalam prakteknya didapati banyak sekali kemungkinan variasi dari brand association yang dapat memberikan suatu nilai bagi suatu merek, dipandang dari sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna. Berbagai fungsi brand associations tersebut adalah

1. Help process/retreive information (membantu proses penyusunan informasi)

2. Differentiate (membedakan) Suatu kesan dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain.

3. Reason to buy (alasan pembelian) Brand associations membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen (costumer benefits) yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.

4. Create possitive attitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif) Beberapa brand associations mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. Brand associations tersebut dapat menciptakan serta mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.


(34)

5. Basis for extensions (landasan untuk perluasan) Suatu brand associations dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan suatu rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya.

Menurut Aaker (1997) suatu asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis namun juga mempunyai tingkatan kekuatan. Kaitan pada sebuah merek akan semakin kuat jika dilandasi dengan pengalaman untuk mengkomunikasikannya dan apabila kaitan didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lainnya. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam semua kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Nilai mendasar dari sebuah merek seringkali merupakan kumpulan dari asosiasinya.

Aaker (1997) mengemukakan bahwa ada 11 tipe asosiasi merek, yaitu: atribut produk, atribut tak berwujud, manfaat bagi pelanggan, harga relatif, penggunaan atau aplikasi, pengguna atau pelanggan, orang terkenal, gaya


(35)

hidup atau kepribadian, kelas produk, kompetitor, negara atau wilayah geografis.

1. Atribut produk

Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning adalah mengasosiasikan suatu obyek dengan salah satu atau beberapa atribut atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian suatu produk.

2. Atribut tak berwujud

Penggunaan atribut tak berwujud, seperti kualitas keseluruhan, kepemimpinan, teknologi, inovasi, atau kesehatan ada kalanya bisa lebih bertahan. Tetapi pengembangan asosiasi ini bisa berbahaya dan memungkinkan mendapatkan suatu tingkat asosiasi produk yang berada diluar kontrol perusahaan.

3. Manfaat bagi pelanggan

Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi pelanggan. Terdapat dua manfaat bagi pelanggan, yaitu (a) manfaat rasional, adalah manfaat yang berkaitan erat dengan suatu atribut dan bisa menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional; (b) manfaat psikologis seringkali merupakan konsekuensi ekstrim dalam pembentukan sikap yang merupakan manfaat yang berkaitan dengan perasaan yang timbul ketika membeli atau menggunakan merek tersebut.


(36)

4. Harga relatif

Pada umumnya merek hanya perlu berada di satu harga tertentu agar dapat memposisikan diri dengan jelas dan berjauhan dengan merek-merek lain pada tingkat harga yang sama. Untuk menjadi bagian dari segmen utama (premium sement), sebuah merek harus menawarkan suatu aspek yang dipercaya unggul dalam kualitas, atau sungguh-sungguh dapat memberikan jaminan harga optimum.

5. Penggunaan / Aplikasi

Produk dapat mempunyai beberapa strategi positioning, walaupun hal ini mengundang sejumlah kesulitan. Suatu strategi positioning lewat penggunaan (positioning by use strategy) mewakili posisi kedua atau ketiga untuk merek tersebut, suatu posisi yang dengan sengaja berusaha meluaskan pasar atas merek tersebut.

6. Pengguna / Pelanggan

Strategi posisioning pengguna (user positioning strategy), yaitu mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan, sangat efektif karena bisa memadukan antara strategi posisioning dengan strategi segmentasi. Mengidentifikasikan sebuah merek dengan segmen yang ditargetkan seringkali menjadi cara yang tepat untuk memikat segmen tersebut. Problem dari asosiasi yang kuat terutama asosiasi penggunaan dapat membatasi kesanggupan sebuah merek untuk memperluas pasarnya.


(37)

7. Orang terkenal / biasa

Mengaitkan seseorang yang terkenal dengan sebuah merek bisa mentransferkan asosiasi-asosiasi ini ke merek tersebut. Salah satu karakteristik penting bagi sebuah merek untuk bisa dikembangkan adalah kompetensi teknologi, kesanggupan mendesain, dan proses manufaktur sebuah produk. Dengan mengaitkan antara merek produk dan orang terkenal yang sesuai dengan produk tersebut akan memudahkan merek tersebut mendapat kepercayaan dari pelanggan.

8. Gaya hidup/kepribadian

Sebuah merek bisa diilhami oleh para pelanggan dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk

Beberapa produk perlu membuat keputusan positioning yang menentukan dan melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.

10. Kompetitor

Kompetitor bisa menjadi aspek dominan dalam strategi positioning, karena kompetitor mungkin mempunyai suatu pencitraan yang jelas, sangat mengkristal, dan telah dikembangkan selama bertahun-tahun sehingga dapat digunakan sebagai jembatan untuk membantu mengkomunikasikan pencitraan dalam bentuk lain berdasarkan acuan tersebut. Terkadang tidak penting seberapa bagus pelanggan beranggapan atau berpikir tentang anda, yang lebih penting adalah mereka percaya bahwa anda lebih baik atau sama bagusnya


(38)

dengan seorang kompetitor tertentu. Positioning dengan mengaitkan para kompetitor bisa mejadi cara jitu untuk menciptakan suatu posisi yang terkait pada karakteristik produk tertentu, terutama harga dan kualitas (price quality). Produk-produk yang sulit dievaluasi cenderung menggunakan kompetitor yang sudah mapan untuk membantu menjalankan tugas positioning.

Positioning dengan mengaitkan kompetitor bisa dilakukan melalui iklan komparatif, dimana kompetitor dengan eksplisit disebutkan dan dibandingkan berkenaan dengan suatu karakteristik produk atau lebih.

11. Negara/wilayah geografis

Sebuah negara bisa menjadi simbol yang kuat, asalkan negara itu mempunyai hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Asosiasi negara bisa menjadi kompleks dan penting apabila negara berusaha mengembangkan strategi global. Disamping beberapa tipe atau acuan yang telah disebutkan, beberapa merek juga memiliki asosiasi dengan berbagai hal lain yang belum disebutkan. Dalam kenyataannya, tidak semua merek produk memiliki semua asosiasi di atas. Merek tertentu berasosiasi dengan beberapa hal diatas. Merek lainnya berasosiasi dengan beberapa hal yang lain (Durianto,dkk, 2001)


(39)

D. Tinjauan Tentang Inovasi Kemasan

1. Pengertian Kemasan

Kemasan merupakan kegiatan yang fokus pada produk dan diadakan khusus untuk memperoleh perlindungan dan kemudahan. Peranan kemasan dalam pemasaran semakin meningkat dan mulai diakui sebagai suatu kekuatan utama dalam persaingan pasar.

Menurut Swasta (1996) kemasan didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain dan pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang.

Kotler dan Amstrong (1997) mendefinisikan, kemasan merupakan kegiatan dalam mendesain dan memproduksi container atau pembungkus untuk suatu produk.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemasan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk melindungi isi produk dimana kemasan tersebut terdiri dari warna, ukuran, teks dan gambar yang memberikan ciri dari perusahaan yang lain.

Menurut Kotler (2002) ada berbagai faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan penggunaan kemasan sebagai sebuah sarana alat pemasaran yaitu:


(40)

 Swalayan

Dengan banyaknya produk yang dijual dipasar swalayan atau supermarket, maka makin banyak produk yang dijual dengan cara pembeli mengambil sendiri barang yang diperlukannya, dan ini menyebabkan bahwa kemasan harus menjalankan banyak tugas penjual, kemasan harus mampu memikat konsumen, memberikan manfaat-manfaat produk.

 Kemakmuran Konsumen

Dengan meningkatnya pendapatan konsumen, maka ini berarti bahwa konsumen bersedia untuk membeli sedikit lebih mahal untuk penampilan, keandalannya dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

 Citra Perusahaan dan merk

Ada banyak perusahaan menyadari bahwa adanya kekuatan yang terdapat dalam suatu kemasan yang telah dirancang dengan cermat dan mempunyai kemampuan membuat para konsumen mengenal perusahaan dan merk dari kemasan tersebut.

 Peluang inovasi

Dengan adanya pengemasan yang inovatif dapat memberi manfaat yang sangat besar bagi konsumen dan laba bagi perusahaan.

2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Kemasan

Jika dilihat dari jenisnya maka kemasan dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, menurut Kotler (2000), yaitu:


(41)

1. Primary Package (Kemasan dasar)

Adalah kemasan yang digunakan sebagi kemasan utama, kemasan yang langsung menyentuh produk yang bersangkutan

2. Secondary Package (Kemasan Tambahan)

Adalah kemasan yang digunakan untuk melindungi kemasan primer dan yang dibuang jika produk itu hendak digunakan.

3. Shipping Package (Kemasan Pengiriman)

Adalah kemasan yang dipergunakan pada waktu penyimpanan, pengangkutan dan identifikasi, shipping package ini harus bisa melindungi primary package dan secondary package selama proses pengiriman barang dari produsen ke konsumen.

Dilihat dari jenis kemasan tersebut diatas, maka kemasan itu harus dirancang dengan baik dan mempunyai kemampuan untuk secara langsung membuat konsumen mengenal perusahan atau merek dari kemasan tersebut. Fungsi kemasan adalah untuk melindungi produk tersebut dalam pengangkutan dari produsen ke konsumen atau pemakai industri. Disamping itu juga barang-barang yang diberi bungkus biasanya lebih praktis, lebih bersih dan lebih sulit menguap, tumpah ataupun rusak.

Kemasan juga dimasukkan dalam program pemasaran perusahaan dengan suatu kemasan barang-barang dapat dibedakan dengan barang yang


(42)

dihasilkan oleh perusahaan lain, kemasan sering pula mengubah kesan dari konsumen karena konsumen mempunyai tanggapan bahwa barang yang ada didalamnya juga ikut berubah, tapi perlu diingat bahwa kemasan yang dirubah tidak selalu membawa perubahan pada isinya.

Pemberian kemasan pada barang merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemungkinan laba bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin sehingga diharapkan dapat memikat konsumen lebih banyak lagi, maka dari itu suatu perusahaan harus dapat membuat suatu kemasan yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan yang sesuai dengan sifat dan bentuk dari produk yang dikemasnya.

3. Aspek-aspek dari Kemasan

Aspek-aspek dari kemasan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kemasan sebagai bagian dari produk

Dalam membeli suatu produk.konsumen didorong oleh faktor-faktor, yaitu mutu dari suatu produk dan harga dari produk tersebut dapat dijangkau oleh konsumen. Produk harus dalam keadaan masih baik ketika akan dibeli oleh konsumen agar konsumen megetahui mutu atau kualitas dari produk tersebut terjamin pada waktu mereka membelinya dari toko atau pasar.

Dalam melakukan pengemasan terhadap suatu produk harus sesuai dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, yaitu bahwa suatu kemasan


(43)

itu harus dapat melindungi isi produk dari debu, kotoran, pengaruh alam, suhu, kelembaban udara, cuaca dan juga serangga.

Berdasarkan pada konsep-konsep suatu produk, kita dapat melihat suatu produk dari beberapa sudut, menurut Kotler (1997) yaitu:

a. Produk Inti (core product)

Berisikan tentang pemecahan masalah atau manfaat inti yang diperoleh konsumen ketika mereka membeli suatu produk.

b. Formal Produk

Obyek fisik maupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

c. Produk Tambahan (Augmented Product)

Semua manfaat yang dapat diterima oleh konsumen pada waktu mereka membeli atau setelah melakukan pembelian.

b. Kemasan sebagai bagian dari promosi

Pembeli akan bersedia membayar lebih mahal untuk suatu produk yang dikemas dengan baik, dan ini berarti bahwa akan terjadi peningkatan penjualan, karena kemasan merupak suatu alat yang digunakan untuk meningkatkan penjualan maka dapat dikatakan bahwa kemasan merupakan bagian dari kegiatan promosi.


(44)

Kegiatan promosi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan didalam memasarkan suatu produk yang dihasilkan dan perusahaan tersebut mempuyai harapan bahwa kegiatan promosi tersebut akan dapat meningkatkan volume penjualan yang tinggi dan juga dapat menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

4. Pengertian Inovasi Kemasan

Konsumen selalu menginginkan hal terbaik dari suatu produk dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Konsumen pun terkadang merasa jenuh ketika mengkonsumsi produk dan menginginkan untuk mengkonsumsi produk yang baru yang lebih enak, lebih menarik, lebih hebat, lebih unik dan sebagainya. Untuk mempertahankan pelanggan, maka perusahaan harus melakukan inovasi terhadap produknya agar keinginan konsumen terhadap produk yang lebih fres, baru serta lebih unik dapat terpenuhi. Inovasi merupakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Inovasi juga berarti proses atau hasil pengembangan dan pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (juga termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan jasa) dan sistem


(45)

yang baru yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (Http/id.wikipedia.org/asiki/INOVASI diakses 25 Oktober 2011).

Praktik inovasi yang sederhana dapat dilakukan salah satunya melalui inovasi kemasan. Inovasi kemasan, dimana sentuhan pembaruan dilakukan pada aspek kemasan, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik (attractiveness) sehingga secara visual akan cukup kompetitif untuk bersaing dengan produk lain. Kemasan yang menarik dapat menjadi alat promosi yang efektif (Http://www.directionconsulting.com/INOVASI.pdf

diakses 25 Oktober 2011).

Dharmesta (1996) mengungkapkan bahwa inovasi kemasan merupakan praktek perubahan kemasan dari kemasan lama menjadi desain kemasan baru guna memperbaiki segi-segi kurang baik pada kemasan. Masih menurut Dharmesta, ada beberapa faktor yang dapat mendorong inovasi kemasan antara lain:

a. Tekanan persaingan

b. Bahan-bahan baru atau metode kemasan terbaru yang ada

c. Kekhawatiran bahwa suatu produk terlihat usang sehingga kehilangan tempat di pasaran


(46)

Menurut Dharmesta (1996), ada dua alasan untuk melakukan inovasi kemasan yaitu:

a. Untuk mengatasi penurunan penjualan

b. Untuk memperluas pasar dengan menarik kelompok konsumen baru.

E. Tinjauan Tentang Minat Beli

1. Pengertian Minat Beli

Minat beli menurut Howard (1994) merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu. Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan.

Liang (1995) menyatakan bahwa minat merupakan landasan bagi konsentrasi dalam belajar. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut. Minat merupakan suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi pada obyek, kegiatan dan pengalaman tertentu, selanjutnya menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang dimiliki seseorang berbeda dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau lebih kecil tergantung pada masing-masing orangnya.

Minat merupakan sesuatu hal yang penting, karena minat merupakan suatu kondisi yang mendahului sebelum individu mempertimbangkan atau membuat


(47)

keputusan untuk membeli suatu barang, sehingga minat membeli merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan oleh para produsen atau penjual. Menurut Susanto (1997), individu yang mempunyai minat membeli menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang tersebut. Adanya minat individu ini menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang menyakinkan dirinya bahwa barang tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya dan apa yang menjadi minat individu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan yang akhirnya menimbulkan realisasi berupa perilaku membeli.

Persepsi terhadap kualitas produk pada tiap-tiap orang berbeda, sehingga akan membawa minat membeli yang berbeda pula. Persepsi seseorang tentang kualitas suatu produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang kualitas produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian.

Pengertian minat beli mencakup tiga hal, yaitu adanya perasaan tertarik, adanya perhatian, dan kecenderungan untuk melakukan pembelian. Minat diartikan sebagai suatu sikap yang membuat orang senang akan obyek, situasi, dan ide tertentu. Hal ini akan diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari dan mendapatkan obyek yang diinginkan.

Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang tidak dapat menghasilkan obyek pemenuhannya sendiri. Sebagian obyek itu dihasilkan atau dibuat oleh pihak


(48)

lain. Proses pemenuhan kebutuhan yang melibatkan pihak lain akan memulai kegiatan jual beli.

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat beli adalah suatu ketertarikan terhadap produk atau barang dan menimbulkan motivasi atau keinginan untuk memperolehnya sehingga akan timbul tindakan pembelian.

Lucas dan Britt dalam Setyawati (2003) mengatakan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam minat beli antara lain:

1. Perhatian, adanya perhatian dari konsumen terhadap suatu produk.

2. Ketertarikan, setelah adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik dalam diri konsumen.

3. Keinginan, berlanjut pada perasaan untuk menginginkan atau memiliki produk tersebut.

4. Keyakinan, kemudian timbul keyakinan pada diri individu terhadap produk tersebut sehingga menimbulkan keputusan (proses akhir) untuk memperolehnya dengan tindakan membeli.

5. Keputusan membeli.

Disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam minat beli adalah sebagai berikut: 1. Ketertarikan (interest) yang menunjukan adanya pemusatan perhatian dan

perasaan senang.

2. Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki.


(49)

3. Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna, dan keuntungan dari produk yang akan dibeli.

Aspek perhatian tidak digunakan karena masih berupa perhatian belum bisa dikatakan sebagai minat karena tidak adanya dorongan untuk memiliki. Tidak digunakannya aspek keputusan karena bukan lagi merupakan minat tetapi sudah menimbulkan perbuatan membeli.

Konsumen cenderung menilai kualitas suatu produk berdasarkan faktor-faktor yang mereka asosiasikan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat bersifat intrinsik yaitu karakteristik produk seperti ukuran, warna, rasa atau aroma dan faktor ekstrinsik seperti harga, citra toko, citra merek dan pesan promosi. Apabila atribut-atribut yang terdapat dalam suatu produk itu sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen, maka ini akan menimbulkan minat membeli (Schiffman and Kanuk dalam Cahyono, 1990).

Produsen sebagai pembuat suatu produk, pastilah memiliki harapan agar produk yang dihasilkannya dapat laku dipasaran. Tetapi bagaimanakah sikap dari konsumen sendiri terhadap barang tersebut, apakah mereka akan memandang barang tersebut sebagai barang yang bagus, menarik, tahan lama ataukah barang tersebut jelek, tidak menarik, mudah rusak dan sebagainya yang diharapkan dari apa yang telah didengar atau dilihat oleh masyarakat itu dapat menimbulkan minat mereka untuk membeli.


(50)

F. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Kesadaran Merek dengan Minat Beli

Menurut Kwan (2001) pengetahuan terhadap keberadaan merek akan berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Konsumen akan cenderung membeli produk dengan merek yang sudah mereka kenal dibandingkan dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga mereka. Semakin tinggi tingkat kesadaran merek seseorang maka minat beli konsumen terhadap produk dengan merek tersebut meningkat karena merek itulah yang pertama diingatnya. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Fery Adhi Setyawan (2011) yang menyatakan bahwa unsur-unsur ekuitas merek salah satunya adalah kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

H1: kesadaran merek berpengaruh positif terhadap minat beli

2. Hubungan Asosiasi Merek dengan Minat Beli

Ayuni at. al (2006) menyatakan bahwa asosiasi merek yang kuat akan memunculkan kesan yang kuat dari konsumen terhadap suatu merek. Asosiasi yang positif terhadap suatu merek akan mendorong konsumen untuk memakai merek. Hal tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Fery Adhi setyawan (2011) dan Munfaridin (2010) dengan hasil bahwa asosiasi merek berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli.


(51)

Konsumen akan cenderung memakai merek yang dianggap oleh khalayak sebagai merek yang baik, berkualitas, dipakai oleh orang terkenal dan handal. Merek yang mempunyai assosiasi yang baik dimata masyarakat biasanya akan mudah diterima dan dikonsumsi. Selain itu, Simamora (2001) menyatakan bahwa asosiasi merek yang baik akan menimbulkan alasan untuk membeli.

H2: Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap minat beli

3. Hubungan Inovasi Kemasan dengan Minat Beli

Menurut Wirya (1999) sebuah kemasan yang buruk akan memberikan citra yang kurang menarik terhadap suatu produk yang baik dan tidak akan dapat menolong menjual produk apapun. Tetapi, sebuah kemasan yang baik akan lebih berdaya guna dan membangkitkan serta menarik minat beli. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian dari Ashari Satrio Muharam (2011) yang menyatakan bahwa inovasi kemasan berpengaruh terhadap minat beli.

Hasil penelitian dari Ayrina Tjahaja dan Herlin Hidayat (2009) menunjukkan bahwa kemasan berpengaruh terhadap minat beli. Penerapan desain grafis dengan unsur-unsur berupa warna, logo, ilustrasi, huruf dan tata letak mampu meningkatkan suatu daya tarik yang disebut sebagai daya tarik visual. Daya tarik visual pada sebuah kemasan merupakan inti dalam merebut perhatian


(52)

konsumen. daya tarik akan diserap otak sadar dan otak bawah sadar yang akan mempengaruhi tidakan konsumen baik secara sadar maupun tanpa disadari.

H3: inovasi kemasan berpengaruh positif terhadap minat beli

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. H1 : Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap minat beli

2. H2 : Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap minat beli

3. H3 : Inovasi kemasan berpengaruh positif terhadap minat beli

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu telah diuraikan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek serta inovasi kemasan memiliki pengaruh terhadap minat beli. Minat beli merupakan ketertarikan terhadap produk dan menimbulkan keinginan untuk memperolehnya sehinggan nantinya akan timbul tindakan pembelian.

Kesadaran merek merupakan penerimaan dibenak konsumen tentang suatu merek dalam mengingat dan mengenali ciri khas merek bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori tertentu. Kesadaran merek meliputi kemampuan mengingat merek dalam level Top Of Mine (puncak pikiran), mengenal dan


(53)

mengingat merek. Melekatnya suatu merek di benak konsumen akan memperkuat interpretasi/ kesan serta pengetahuan terhadap merek sehingga akan membuat konsumen lebih mengingat merek tersebut dibandingkan merek lain dengan kategori yang sama. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap minat beli karena konsumen akan cenderung memilih merek yang sudah mereka kenal dibanding merek yang tidak mereka kenal.

Asosiasi merek merupakan ingatan yang muncul mengenai sebuah merek berkaitan dengan hal- hal yang berhubungan dengan merek tersebut. Asosiasi merek meliputi hal- hal yang berkaitan dengan merek seperti atribut produk, manfaat bagi pelanggan, harga relatif serta pesaing. Asosiasi yang kuat terhadap merek akan memunculkan kesan yang kuat terhadap merek dan merek yang memiliki asosiasi yang baik akan mudah diterima dan mendorong minat konsumen terhadap merek tersebut.

Inovasi kemasan merupakan aktivitas pembaruan terhadap kemasan dengan atau tanpa mengubah isinya dengan tujuan meningkatkan daya tarik serta keunggulan dalam bersaing dengan produk lain. Inovasi kemasan yang menarik akan mampu merebut perhatian konsumen yang akan menarik minat mereka untuk membeli produk tersebut.


(54)

Berikut ini model kerangka pemikiran yang terbentuk dalam penelitian ini:

Kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa minat beli yang merupakan variabel terikat dipengaruhi oleh tiga variabel bebas yaitu brand awareness

(X1), brand association (X2) serta inovasi kemasan (X3).

Brand Awareness

(X1)

Brand Association

(X2)

Minat Beli

(Y)

Inovasi Kemasan (X3)


(55)

BAB III

Metode Penelitian

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variabel-variabel dengan variabel-variabel yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2) dan inovasi kemasan (X3) terhadap minat beli yang dimaksudkan untuk membangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramal dan mengontrol suatu gejala (Sugiono, 1999).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek yang diteliti yang memiliki variasi nilai. Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis di atas, variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:


(56)

- Variabel Bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah lain terjadi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Brand

Awareness, Brand Association dan Inovasi Kemasan.

- Variabel Terikat

Merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variable yang lain yang bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel

yang diteliti Definisi Indikator Item

Brand

Awareness merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap suatu merek dalam benak mereka, dimana hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat dan mengenali ciri khas sebuah merek, dan mengaitkannya kedalam kategori tertentu.

kemampuan mengingat merek dalam level top of mind, kemampuan mengenali merek, dan kemampuan konsumen dalam - mengingat merek dengan baik - mengenal merek dengan baik

- merek melekat kuat di benak


(57)

mengingat kembali merek.

Brand

Association segala kesan yang muncul di benak seseorang tentang suatu merek.

Atribut produk, manfaat bagi pelanggan, harga relatif, kompetitor/pes aing -mengetahui kemasan -mengingat karakteristik -manfaat sesuai kebutuhan rambut - harga beli sesuai kualitas - kualitas bersaing Inovasi

Kemasan sentuhan pembaruan dilakukan pada aspek kemasan, dengan memperbaiki segi-segi kurang baik yang ada pada kemasan guna meningkatkan daya tarik (attractiveness) sehingga secara visual akan cukup kompetitif untuk bersaing dengan produk lain

Warna, bentuk, logo, ilustrasi huruf, gambar - kombinasi warna kemasan serasi - bentuk kemasan unik - logo unik - desain huruf bagus

- gambar menarik Minat Beli suatu ketertarikan terhadap

produk atau barang dan menimbulkan motivasi atau keinginan untuk

memperolehnya sehingga akan timbul tindakan pembelian.

Ketertarikan, keinginan, keyakinan -membangkitkn rasa tertarik -membangkitkan keinginan membeli -membangkitkan keyakinan untuk membeli


(58)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak kos yang ada di lingkungan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Alasan dipilihnya populasi ini adalah karena populasi penelitian ini sesuai dengan sasaran segmen pasar CLEAR yaitu anak muda dan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian karena lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal peneliti serta dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 100 sampel. Hal ini didasarkan atas pendapat Singarimbun dan Effendi (1995), bahwa untuk menentukan jenis sampel bilamana analisa yang dipakai adalah teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30 obyek. Kemudian sesuai dengan pernyataan Ferdinand (2006), ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah memadai bagi banyak penelitian.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling yaitu cara memilih anggota dari populasi untuk dijadikan sampel berdasarkan kemudahan.


(59)

Pada penelitian ini digunakan teknik convenience sampling dengan cara mendatangi calon responden ke tempat-tempat kos mereka dan melakukan wawancara singkat untuk mengetahui apakah responden yang ditemui memenuhi kriteria yang diinginkan kemudian jika sesuai dengan kriteria maka akan dilanjutkan dengan memberikan lembar kuisioner untuk diisi oleh responden dan jika tidak sesuai dengan kriteria maka tidak dilanjutkan untuk memberikan kuisioner. Responden didampingi pada saat mengisi lembar kuisioner.

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam variabel penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tanpa perantara). Data primer yang ada dalam penelitian ini

merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telahditentukan

(anak kos di daerah Kampung Baru, Kedaton, Bandar Lampung) berupa

data mentah dengan skala Likert untuk mengetahui respon dari responden

yang ada mengenai pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan terhadap minat beli.

F. Metode Pengumpulan Data Kuesioner

Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang


(60)

harus diisi oleh responden. Dalam penelitian ini kuisioner menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan metode skoring sebagai berikut: 1= Sangat Tidak Setuju (STS)

2= Tidak Setuju (TS) 3= Netral (N)

4= Setuju (S)

5= Sangat Setuju (SS)

Angka satu menunjukkan bahwa responden tidak mendukung terhadap pernyataan yang diberikan. Kemudian angka lima menunjukkan bahwa responden mendukung pernyataan yang diberikan.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Data yang sudah masuk diperiksa apakah terdapat kekeliruan dalam mengisinya, ada yang tidak lengkap dan ada yang tidak sesuai. Pemeriksaan didasarkan pada ukuran-ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya.


(61)

2. Coding

Dilakukan dengan pemberian tanda pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama untuk mempermudah pengolahan data yang telah diperoleh.

3. Tabulating

Mengelompokkan jawaban yang sama dengan teliti dan teratur kemudian dihitung mana yang termasuk dalam kategori. Kegiatan ini dilaksanakan sampai terwujud tabel-tabel yang berguna dan penting pada data kuantitatif.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau variabel berdasarkan kemiripannya. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang tinggi. Item-item yang memiliki korelasi yang tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor. Analisis faktor merupakan salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah peubah-peubah yang saling independen antara satu dengan yang


(62)

lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal (Http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php) diakses 18 Februai 2012.

Untuk menentukan suatu kelompok variabel layak atau tidak layak sebagai

faktor digunakan Eigen Value. Dimana jika Eigen value tersebut lebih

besar atau sama dengan satu (> 1) maka dinyatakan layak atau diterima. Sedangkan untuk mengetahui sumbangan masing-masing faktor akan dilihat dari total varian masing-masing faktor. Kemudian untuk melihat peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dilihat dari besarnya loading variabel yang bersangkutan, dimana loading terbesar mempunyai peranan utama. Untuk menentukan faktor minimum guna mencapai varian maksimum digunakan principle component analysis. Bila terdapat loading yang berbeda maka hipotesis diterima.

Pada dasarnya analisis faktor dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

a. Matrik Korelasi

Data yang telah terkumpul akan diproses dalam komputer dan akan menghasilkan matrik korelasi. Berdasarkan koefisien korelasi dapat diidentifikasikan variabel-variabel tertentu yang hampir tidak memiliki korelasi lain sehingga dapat dikeluarkan analisis lebih lanjut.


(63)

b. Ekstraksi faktor

Setelah variabel disusun kembali berdasarkan korelasi hasil langkah pertama, maka program komputer akan menetukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk menentukan jumlah faktor yang diterima atau layak, secara empiris data dapat dilihat pada eign value suatu faktor yang besarnya lebih atau sama dengan 1 (>1).

c. Rotasi

Hasil ektraksi faktor yang sering kali masih sulit untuk menetukan pola atau pengelompokkan variabel-variabel secara bermakna dengan rotasi dapat diidentifikasikan dengan memilih nilai loading lebih besar.

Statistik yang terkait dengan analisis faktor adalah sebagai berikut:

a. Barlett test of spericity merupakan tes statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa antar variabel tidak berkorelasi.

b. Correlation matrik F merupakan korelasi antar semua variabel yang diteliti dan elemen diagonal dihilangkan.

c. Communality merupakan jumlah variance yang dimiliki semua variabel yang dianalisis atay yang dapat dikatakan sebagai proposi variance yang dapat dijelaskan oleh faktor umum.


(64)

d. Eigen Value merupakan nilau yang mewakili total variance yang dijelaskan oleh setiap faktor.

e. Faktor loading plot merupakan titik potong dari variabel asli yang menggunakan faktor loading sebagai koordinat.

f. Faktor matrik F memuat faktor-faktor loading dari seluruh variabel

pada faktor-faktor yang telah terpilih.

g. Faktor score merupakan estimasi nilai skor bagi setiap responden dari satu faktor.

h. Kaiser-Meyer-Olkin-Measure of sampling adequency. Indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (0.5-1.0) menunjukkan bahwa analisis tersebut tepat dan tidak tepat bila di bawah 0.5.

Hasil uji validitas 16 item kuisioner yang dilakukan terhadap 100 orang dapat dilihat pada tabel berikut:


(65)

Tabel 3.2 Validitas awal

Rotated Component Matrixa Component

1 2 3 4

BA1 .800

BA2 .777

BA3 .716

BAS1 .722

BAS2 .454

BAS3 .752

BAS4 .477

BAS5 -.561

IK1 .619

IK2 .758

IK3 .735

IK4 .601

IK5 .609

MB1 .892

MB2 .946

MB3 .932

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.

Beberapa item yang tidak mengelompok pada variabelnya dibuang, yaitu BAS2 dan BAS5, sehingga hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut:


(66)

Tabel 3.3 Validitas akhir

Rotated Component Matrixa Component

1 2 3 4

BA1 .765

BA2 .832

BA3 .731

BAS1 .740

BAS3 .806

BAS4 .608

IK1 .627

IK2 .744

IK3 .731

IK4 .620

IK5 .615

MB1 .896

MB2 .958

MB3 .940

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.

Berdasarkan tabel diatas maka dari 16 item pertanyaan yang diujikan terdapat 14 item yang memenuhi syarat validitas menurut analisis faktor. Pertanyaan yang tidak memenuhi syarat tersebut tidak dianalisis lebih lanjut.


(67)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Menurut Umar (2003) reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam gejala yang sama. Untuk mencari reliabilitas keseluruhan item

dalam penelitian ini dilakukan dengan koefisien Cronbach Alpha.

Pengukuran koefisien Cronbach alpha dalam penelitian ini dilakukan

dengan alat bantu program SPSS 16.

Hasi pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Kesadaran merek (X1) 0.699 Reliabel Asosiasi merek (X2) 0.545 Reliabel Inovasi kemasan (X3) 0.711 Reliabel

Minat Beli (Y) 0.939 Reliabel

Sumber: Data diolah, 2012 (lampiran 4)

Pada banyak penelitian, item pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,6. Namun pada penelitian ini nilai alpha > 0,5 sudah reliabel, hal ini didasarkan pada pendapat Dwi Priyatno (2008) bahwa item pertanyaan dikatakan sudah reliabel jika nilai alpha > 0,5.


(68)

H. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier dan bisa dipergunakan untuk melakukan peramalan, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak, karena model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak dapat dilihat pada

bentuk distribusi datanya, yaitu pada histogram maupun normal

probability plot. Pada histogram, data dikatakan memiliki distribusi yang normal jika data tersebut berbentuk seperti lonceng. Sedangkan

pada normal probability plot, data dikatakan normal jika ada

penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ghozali (2006) menyebutkan jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(69)

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2006).

Multikolinearitas dalam penelitian ini dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka hal

ini menunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance

kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, namun jika berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.


(70)

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan pendekatan rank korelasi dari Spearmen (Sudarmanto dalam Dwi Lestari 2011).

I. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: brand

awereness (X1), brand associations (X2) dan Inovasi kemasan (X3) terhadap minat beli (Y) shampo CLEAR. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan : Y = Minat Beli

b1,b2,b3, b4 = Koefisien regresi X1 = Brand awareness

X2 = Brand association X3 = Inovasi kemasan e = Kesalahan Pengganggu


(71)

J. Uji Hipotesis (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006). Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05 ditentukan sebagai berikut :

 Apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya

bahwa ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Apabila F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya


(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Kesadaran merek berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap minat beli. Hal ini berarti kesadaran merek tidak terlalu menjadi pertimbangan dalam membentuk minat beli konsumen terhadap shampo CLEAR. Kesaran merek terdiri dari mengingat merek dengan baik, mengenal merek dengan baik dan merek melekat kuat di benak. Dari jawaban responden secara umum diketahui bahwa responden mampu mengingat merek dengan baik, mampu mengenal merek dengan baik serta merek melekat kuat di benak responden. Secara keseluruhan pada pertanyaan terbuka, responden menyebutkan merek CLEAR pada urutan pertama untuk jenis shampo antiketombe, sebagian besar responden mengenali dengan baik lebih dari 3 varian shampo CLEAR serta responden mengetahui ciri khas yaitu sensasi dingin dari shampo CLEAR.

2. Asosiasi merek berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap minat beli. Artinya bahwa asosiasi merek tidak terlalu dijadikan


(73)

pertimbangan oleh konsumen dalam memiliki minat beli terhadap shampo CLEAR. Asosiasi merek terdiri dari mengetahui dengan baik kemasan shampo CLEAR, manfaat CLEAR sesuai dengan kebutuhan rambut dan harga beli sesuai kualitas. Jawaban responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyetujui bahwa responden mengetahui dengan baik kemasan shampo CLEAR, manfaat CLEAR sesuai dengan kebutuhan rambut serta harga beli shampo CLEAR sesuai dengan kualitasnya. Pada pertanyaan terbuka, sebagian besar responden dapat menyebutkan variasi jenis kemasan namun kurang tepat dalam menyebutkan jenis ukuran kemasan serta dapat menyebutkan manfaat shampo CLEAR sesuai kebutuhan rambut.

3. Inovasi kemasan berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli. Ini berarti bahwa bila terjadi peningkatan terhadap inovasi kemasan maka akan terjadi peningkatan terhadap minat beli. Konsumen sangat mempertimbangkan inovasi kemasan dalam membentuk minat beli. Inovasi kemasan terdiri dari gambar kemasan menarik, bentuk kemasan unik, logo kemasan unik, kombinasi warna kemasan serasi serta desain huruf bagus. Sebagian besar responden menjawab setuju untuk kelima pernyataan tersebut namun banyaknya jawaban netral pada kombinasi warna kemasan serasi dan desain tulisan bagus disebabkan karena kurangnya variasi dan kurang beragamnya desain


(74)

tulisan dan kombinasi warna pada setiap inovasi kemasan shampo CLEAR.

4. Kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai koefisien korelasi sebesar 33,0%.

5. Kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap minat beli dengan nilai R square sebesar 10,9%. Artinya variasi perubahan pada minat beli dapat dijelaskan oleh variabel kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan sebesar 10,9% sedangkan selebihnya yaitu 89,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. SARAN

Saran bagi produsen shampo CLEAR adalah mempertahankan dan mengembangkan inovasi kemasan yang dapat meningkatkan minat beli konsumen. Dalam penelitian ini, ada lima elemen yang mempengaruhi minat beli yaitu gambar, bentuk, logo, warna dan desain huruf. Berikut saran yang dapat diberikan:


(75)

1. Mempertahankan inovasi gambar kemasan shampo CLEAR yang menarik, kreatif dan inovatif yang sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Mempertahankan inovasi bentuk kemasan shampo CLEAR yang

unik, menarik dan memiliki ciri khas yang berbeda dari merek shampo yang lain.

3. Mempertahankan daya tampilan logo kemasan yang unik dan diminati oleh konsumen. Logo tetap dipertahankan karena merupakan identifikasi dari produk.

4. Meningkatkan kombinasi warna kemasan shampo CLEAR yang

beragam dan terkesan ceria untuk segmen pasar remaja.

5. Meningkatkan inovasi desain huruf kemasan shampo CLEAR yang bervariasi di setiap inovasi kemasan agar konsumen tidak merasa jenuh.

6. Bagi para peneliti di masa mendatang yang akan melakukan penelitian tentang inovasi kemasan sebaiknya menentukan salah satu produk shampo secara spesifik agar hasil dari penelitian lebih bersifat khusus sehingga hasil penelitian lebih konkrit. Dengan adanya fokus kajian terhadap satu jenis/ tipe produk seperti itu dapat mempermudah produsen shampo dalam melakukan pengembangan tipe produk tersebut agar semakin terarah.


(1)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20.571 3 6.857 3.914 .011a

Residual 168.179 96 1.752

Total 188.750 99

a. Predictors: (Constant), inovasikemasan, asosiasimerek, kesadaranmerek b. Dependent Variable: minatbeli

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 13.064 3.200 4.082 .000

kesadaranmerek -.108 .144 -.074 -.750 .455 .953 1.049

asosiasimerek -.268 .151 -.173 -1.774 .079 .978 1.022

inovasikemasan .206 .085 .239 2.436 .017 .965 1.037


(2)

Coefficient Correlationsa

Model inovasikemasan asosiasimerek kesadaranmerek

1 Correlations inovasikemasan 1.000 .059 .170

asosiasimerek .059 1.000 -.123

kesadaranmerek .170 -.123 1.000

Covariances inovasikemasan .007 .001 .002

asosiasimerek .001 .023 -.003

kesadaranmerek .002 -.003 .021

a. Dependent Variable: minatbeli

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) kesadaranmerek asosiasimerek inovasikemasan

1 1 3.987 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .007 23.528 .00 .22 .06 .51

3 .005 29.339 .00 .44 .66 .02

4 .001 55.801 1.00 .34 .28 .46


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 11.2462 14.3655 12.6500 .45583 100

Residual -3.35359 2.85878 .00000 1.30337 100

Std. Predicted Value -3.080 3.763 .000 1.000 100

Std. Residual -2.534 2.160 .000 .985 100


(4)

Lampiran 7

TABULASI SILANG KARAKTERISTIK RESPONDEN

Jeniskelamin * Umur * Uangsaku * Merekshampoyangdipakai Crosstabulation Merekshampoyang

dipakai Uangsaku

Umur

Total

kecil besar

CLEAR kecil Jeniskelamin lakilaki Count 1 2 3

% within Umur 50.0% 100.0% 75.0%

perempuan Count 1 0 1

% within Umur 50.0% .0% 25.0%

Total Count 2 2 4

% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%

sedang Jeniskelamin lakilaki Count 15 33 48

% within Umur 65.2% 66.0% 65.8%

perempuan Count 8 17 25

% within Umur 34.8% 34.0% 34.2%

Total Count 23 50 73

% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%

besar Jeniskelamin lakilaki Count 3 0 3

% within Umur 100.0% .0% 42.9%

perempuan Count 0 4 4

% within Umur .0% 100.0% 57.1%

Total Count 3 4 7

% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%

Sunsilk sedang Jeniskelamin perempuan Count 6 6

% within Umur 100.0% 100.0%

Total Count 6 6


(5)

besar Jeniskelamin perempuan Count 1 1

% within Umur 100.0% 100.0%

Total Count 1 1

% within Umur 100.0% 100.0%

Pantene sedang Jeniskelamin perempuan Count 2 3 5

% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%

Total Count 2 3 5

% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%

Dove sedang Jeniskelamin perempuan Count 2 2

% within Umur 100.0% 100.0%

Total Count 2 2

% within Umur 100.0% 100.0%

Head&shouders sedang Jeniskelamin perempuan Count 2 2

% within Umur 100.0% 100.0%

Total Count 2 2


(6)

Lampiran 8


Dokumen yang terkait

Analisi pengaruh celebrity endorser, brand image,dan persepsi konsumen terhadap keputusan produk sabun lux :studi kasus mahasiswa uin syarif hidayatullah

1 11 122

PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER DALAM MEMBENTUK SIKAP KONSUMEN (Studi di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Bandar Lampung)

0 58 85

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL PERSON ENDORSER PADA IKLAN TELEVISI DAN HUBUNGANNYA DENGAN BRAND IMAGE PRODUK HAND & BODY LOTION CITRA (Studi Pada Mahasiswa di Semarang).

0 8 15

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL PERSON ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE PADA IKLAN SABUN MANDI LUX DI SURABAYA TIMUR.

0 0 91

Typical and Celebrity endorser

0 0 17

STRATEGI PEMILIHAN CELEBRITY ENDORSER PR

0 0 13

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER IKLAN TELEVISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP BRAND IMAGE PRODUK SHAMPO CLEAR

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER IKLAN TELEVISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP BRAND IMAGE PRODUK SHAMPO CLEAR - repository perpustakaan

0 0 14

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER IKLAN TELEVISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP BRAND IMAGE PRODUK SHAMPO CLEAR

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER IKLAN TELEVISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP BRAND IMAGE PRODUK SHAMPO CLEAR - repository perpustakaan

0 0 14