ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN MENJADI PERMUKIMAN DI DESA BATUMARTA I KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OKU TAHUN 2005-2010

(1)

KABUPATEN OKU TAHUN 2005-2010

( Skripsi )

PANDAIKA KUSUMA WARDHANA 0643034026

Pembimbing I : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si Pembimbing II : Dedy Miswar, S.Si. M.Pd Pembahas : Drs. Edy Haryono, M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

KABUPATEN OKU TAHUN 2005-2010

Oleh

PANDAIKA KUSUMA WARDHANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

KABUPATEN OKU TAHUN 2005-2010

(Skripsi)

Oleh

PANDAIKA KUSUMA WARDHANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN MENJADI PERMUKIMAN DI DESA BATUMARTA I

KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OKU

TAHUN 2005-2010

Oleh

PANDAIKA KUSUMA WARDHANA

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang luas perubahan lahan perkebunan menjadi permukiman, ke arah mana perubahannya serta faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari perkebunan menjadi permukiman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan cara observasi, dokumentasi dan interpretasi foto udara. Analisa data yang digunakan yaitu teknik analisis peta, foto udara dan teknik persentase. Objek dalam penelitian adalah seluruh kenampakan perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU tahun 2005-2010.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1). Luas lahan perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman seluas 1,18 Ha (2,4% dari areal perkebunan). (2). Arah perubahan permukiman Desa Batumarta I ke segala arah yang wilayahnya meliputi di Blok A, Blok P, Pasar Unit 1, dan Blok S. (3). Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman yaitu, topografi yang datar, aksesbilitas lancar, ketersediaan lahan perkebunan karet semakin sempit, ketersediaan fasilitas umum, dan harga tanah meningkat.


(5)

ANALYSIS LAND USE CHANGE IN THE VILLAGE OF PLANTATION RETREAT BATUMARTA I

DISTRICT LUBUK RAJA REGENCY OKU YEAR 2005-2010

By

PANDAIKA KUSUMA WARDHANA

The study aims to investigate the vast plantations of changes to the retreat, in which direction of change and the factors that cause changes in land use from farming to retreat.

The method used in this study using exploratory research methods. The technique used for collection is by way of observation, documentation and interpretation of aerial photographs. Analysis of data analysis techniques used maps, aerial photographs and percentage of engineering. Objects in the study is all the appearance of the plantation has been changed into the Village Batumarta I District Lubuk Raja Regency OKU year 2005-2010.

Based on the analysis and discussion it can be concluded that:

(1). Plantation area that has been changed into the settlement area of 1.18 ha (2.4% of the plantation). (2). Direction of change in village settlements in all directions I Batumarta whose territory included in Block A, Block P, Market Unit 1, and Block S. (3). Factors causing changes in land use into residential estates, namely, the topography is flat, smooth accessibility, availability of more narrow rubber plantations, the availability of public facilities, and land prices rise.


(6)

RAJA KABUPATEN OKU TAHUN 2005-2010

Nama Mahasiswa No.Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

: : : : :

Pandaika Kusuma Wardhana 0643034026

Pendidikan Geografi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si Dedy Miswar, S.Si. M.Pd

NIP 195707251985031001 NIP 197411082005011003

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi

Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs.Zulkarnain, M.Si


(7)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si

Sekretaris :Dedy Miswar, S.Si. M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Edy Haryono, M.Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 196003151985031003


(8)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Pandaika Kusuma Wardhana 2. NPM : 0643034026

3. Program Studi : Pendidikan Geografi

4. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

6. Alamat : Jln. Bumi Manti gang M.Said Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung

7. Telp/Hp : 085768730667

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012

Pandaika Kusuma Wardhana NPM 0643034026


(9)

Pandaika Kusuma Wardhana dilahirkan di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 12 Agustus 1988, yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Moch. Sirod (Alm) dan Ibu Nurbaiti Iriani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Handayani Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Sumatera Selatan pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 032 Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Sumatera Selatan pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 02 Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Sumatera Selatan pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Baturaja Kecamatan Lubuk raja Kabupaten OKU Sumatera Selatan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB). Selama menjadi mahasiswa, mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan Terpadu di Dataran Tinggi Dieng, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandung , dan DKI Jakarta pada tanggal 30 Juni sampai 7 Juli 2009. Dan juga mengikuti Program Pengalaman Lapangan di SMA N 13 Bandar Lampung.


(10)

apabila engkau telah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan) maka bersusah payahlah (mengerjakan yang lain)

(QS. Al-Insyirah: 6-8)

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tegar dan


(11)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap rasa cinta dan kasih sayang serta kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku :

 Ibundaku tercinta yang telah tulus ikhlas membesarkanku, mendidikku, memberikan kasih sayangnya dan selalu mendoakan serta menanti keberhasilanku. Terima kasih tak terhingga atas doa dan cintanya yang takkan terbalas kecuali dengan syurganya Allah SWT.


(12)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah serta inayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Perkebunan Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dosen pembimbing dan dosen pembahas penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si selaku pembimbing Utama dan Bapak Dedy Miswar, S.Si. M.Pd selaku pembimbing Pembantu yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis tentang penyusunan skripsi ini, serta Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si selaku Dosesn Pembahas/Penguji Utama yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan


(13)

Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs.Zulkarnain, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

6. Keluargaku, dan sahabat-sahabatku Agus, Alfian, Cempaka, Joko, Gede, Okta, Icha, Adul dan Diky yang telah memberikan dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kakak dan adikku yang memberikan dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(14)

x

Halaman

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Permasalahan Penelitian... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Kegunaan Penelitian... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Geografi ... 10

2. Penggunaan Lahan ... 12

3. Luas Lahan Yang di Miliki... 14

4. Permukiman ... 16

5. Perkebunan... 17

6. Pengertian Teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara ... 18

7. Peta dan Fungsi Peta ... 24

B. Kerangka Pikir... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Alat dan Bahan ... 30

C. Objek Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 31

1. Variabel Penelitian... 31

2. Definisi Operasional Variabel ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Teknik Observasi ... 32


(15)

xi

A. Kondisi Geografis ... 36

1. Letak,Luas dan Batas Adminitrasi... 36

a. Letak Astronomis ... 36

b. Letak Adminitratif... 37

c. Luas Daerah Penelitian... 39

d. Batas Daerah Penelitian ... 39

2. Keadaan Morfologis ... 41

3. Keadaan Hidrologi ... 41

4. Keadaan Klimatologi ... 41

5. Letak Sosial Ekonomi... 45

6. Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005 Berdasarkan Interpretasi Google Earth Skala 1:15.000 ... 45

B. Kondisi Sosiografis ... 50

1. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk... 50

2. Kepadatan Penduduk ... 52

3. Komposisi Penduduk ... 53

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 54

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 60

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 61

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 ... 63

B. Arah Perkembangan Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010... 67

C. Faktor yang Menyebabkan Perubahan Lahan Perkebunan Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 ... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 84

B. Saran... 85 DAFTAR PUSTAKA


(16)

xii

Tabel Halaman

1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Se Kecamatan Lubuk Raja

Tahun 2010 ... 3 2. Kepadatan Penduduk Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU

Tahun 2005-2010 ... 4 3. Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2005-2010... 6 4. Zona Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidth-Ferguson ... 42 5. Data Curah Hujan di Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2001-2010 ... 43 6. Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2005 ... 46 7. Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2010 ... 48 8. Pertumbuhan Penduduk Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja

Kabupaten OKU Tahun 2010 ... 50 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa

Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun

2010 ... 55 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di

Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun

2010 ... 61 11. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Batumarta I Kecamatan

Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2010... 62 12. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Perkebunan Tahun

2005-2010 ... 63 13. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Desa Batumarta I ... 80 14. Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Batumarta I... 81


(17)

xiii

Gambar Halaman

1. Grafik Kepadatan Penduduk Desa Batumarta I Kecamatan

Lubuk Raja Tahun 2005-2010... 4

2. Bagan Hubungan Manusia, Lingkungan, dan Perubahan ... 13

3. Diagram Alir Penelitian ... 28

4. Peta Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU ... 38

5. Peta Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja ... 40

6. Zona Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ... 44

7. Grafik Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2005... 46

8. Peta Penggunaan Lahan Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005 ... 47

9. Grafik Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2010... 48

10. Peta Penggunaan Lahan Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2010... 49

11. Piramida Penduduk Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2010 ... 56

12. Peta Lahan Perkebunan Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005... 65

13. Peta Lahan Perkebunan Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2010... 66

14. Lahan Perkebunan Menjadi Permukiman Tahun 2010 ... 67

15. Permukiman Tahun 2010... 68

16. Peta Lahan Permukiman Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005 ... 69


(18)

xiv

18. Peta Lahan Permukiman Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk

Raja Tahun 2010 ... 71

19. Peta Topografi yang Di Overlay dengan Base Map Jalan dan Permukiman ... 74

20. Keadaan Jalan Provinsi ... 76

21. Keadaan Jalan Desa... 77

22. Kondisi Jalan yang Menghubungkan Ke Permukiman ... 77

23. Kondisi Jalan yang Menghubungkan Ke Perkebunan... 78

24. Ketersediaan Lahan Perkebunan Berubah Menjadi Permukiman ... 79

25. Contoh Sarana Pendidikan (SMA N 2 OKU) ... 80

26. Contoh Sarana Kesehatan (Klinik Rawat Inap) ... 81

27. Contoh Sarana Umum Lainnya (Pom Bensin dan Pasar Gotong Royong) ... 82


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, nampak adanya keterkaitan yang nyata antara manusia dengan lingkungan alam (lahan), yang digunakan manusia untuk tempat tinggal, tempat beraktivitas.

Di daerah ini ketersediaan lahannya mengalami perubahan lahan yang cepat. Kondisi tersebut terjadi karena daerah ini merupakan daerah pusat kegiatan, baik bidang pemerintahan, perdagangan dan berbagai fasilitas yang lain.

Bertolak dari uraian tersebut, untuk di Kecamatan Lubuk Raja khususnya Desa Batumarta I terlihat terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak direncanakan secara baik, yang mengakibatkan terjadinya ketidak nyamanan bagi warga desa, tidak terjadi keseimbangan penggunaan kebutuhan akan lahan, tidak terjadi keseimbangan antara alam sebagai tempat tinggal, seperti lahan perkebunan karet berubah fungsi menjadi lahan non perkebunan, pemanfaatan hutan yang berfungsi sebagai pelindung berubah fungsi menjadi lahan permukiman.

Lahan sebagai salah satu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan bertambahnya jumlah manusia yang mendiami


(20)

permukaan bumi, di ikuti perkembangan kegiatan usaha dan budayanya, maka semakin bertambah pula tuntutan kehidupan yang dikehendaki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini mengakibatkan kebutuhan manusia makin meningkat, sedangkan persediaan lahan yang cukup untuk menompang kehidupan manusia di atas nya adalah terbatas, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan usaha-usaha pengelolaan penggunaan lahan. Untuk keperluan ini, penggunaan lahan yang mempunyai potensi tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan lahan yang intensif untuk berbagai macam kegiatan.

Berdasarkan profil Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005. Kecamatan Lubuk Raja memiliki luas 68,71 Km2, dalam perkembangannya mengalami perubahan yang sangat pesat, akibat terjadinya pertumbuhan penduduk desa yang semakin meningkat, sehingga terjadi kecenderungan ketersediaan luas lahan dari tahun ketahun semakin terbatas, antara lain banyak didirikannya rumah-rumah dan toko di sisi kanan kiri jalan, ketersediaan lahan kosong menjadi semakin menyempit, belum lagi ditambah perubahan penggunaan lahan yang tak terencana yang berakibat pada penggunaan lahan yang tak teratur dan terjadi lebih cepat dari program pemerintah setempat.

Jumlah penduduk di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Secara alamiah jumlah penduduk di suatu wilayah dari waktu kewaktu akan terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan karena Kecamatan Lubuk Raja termasuk daerah yang relatif datar, sehingga banyak di dirikan


(21)

permukiman penduduk. Untuk jumlah penduduk dan luas di Kecamatan Lubuk Raja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Se Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2010

No Desa Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa)

1 Batumarta I 8,15 4084

2 Batu Winangun 11,26 4211

3 Batumarta II 19,16 10869

4 Lekis Rejo 16,08 5005

5 Lubuk Banjar 14,06 3248

Sumber: Monografi Kecamatan Lubuk Raja 2010

Dari tabel di atas, desa yang mempunyai luas wilayah yang paling luas adalah Desa Batumarta II dengan luas 19,26 Km2 dengan jumlah penduduk 10.869 jiwa. Sedangkan desa yang paling sempit luas wilayah nya adalah Desa Batumarta I dengan luas 8,15 Km2 dengan jumlah penduduk 4.084 jiwa. Dalam penelitian ini peneliti mengambil wilayah Desa Batumarta I karena daerah ini banyak perkebunan karet yang berubah fungsi ke permukiman dibandingkan desa lainnya.

Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 kepadatan penduduk Desa Batumarta I cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 1 berikut:

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005-2010

No Tahun Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)


(22)

2 2006 416,9

3 2007 437,7

4 2008 441,8

5 2009 452,5

6 2010 501

Sumber: Monografi Desa Batumarta I

Gambar 1. Grafik Kepadatan Penduduk Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005-2010

Berdasarkan tabel dan gambar bahwa dari tahun ke tahun kepadatan penduduk mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah kepadatan penduduk sebesar 394,6 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2010 jumlah kepadatan penduduk sebesar 501 jiwa/km2. Kepadatan penduduk dari tahun 2005-2010 mengalami peningkatan sebesar 106,4 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk berhubungan dengan lahan yang tersedia, lahan yang tersedia tidak pernah mengalami perluasan. Namun jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan hal yang akan terjadi adalah kepadatan penduduk.


(23)

Kepadatan penduduk yang terjadi di Desa Batumarta I dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dikatakan sangat padat (lebih dari 400 jiwa/km2). Hal yang menyangkut masalah ini adalah wilayah Kecamatan Lubuk Raja difungsikan sebagai areal permukiman, danhome industri. (Monografi Kecamatan Lubuk Raja 2010).

Pertumbuhan penduduk akan berpengaruh besar pada perubahan lahan. Seberapa cepat pertumbuhan penduduk maka akan memberikan dampak perubahan lahan yang besar pula. Meningkatnya penduduk suatu daerah akan membuat semakin banyak dibutuhkan fasilitas umum. Membutuhkan semakin banyak lahan permukiman. Membutuhkan lebih banyak lapangan usaha yang tidak hanya tergantung dari sektor perkebunan. Dengan lahan perkebunan yang tetap bahkan berkurang maka tidak akan cukup memberikan mata pencaharian yang cukup dengan tingkat perkembangan masyarakat.

Penggunaan lahan di Desa Batumarta I terdiri dari permukiman, perkebunan, hutan, tanah kosong dan taman makam pahlawan. Hasil interpretasi Google Earth untuk penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 2 berikut:

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Batumarta I Tahun 2005-2010

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Tahun 2005 Luas (ha) Tahun 2010

1 Permukiman 7,12 10,3

2 Perkebunan 25,00 23,82

3 Kebun Campuran 5,61 3,61

4 Hutan 9,78 9,78


(24)

6 Pekarangan 2,15 2,15

7 Taman Makam Pahlawan 2,00 2

Jumlah 60,00 60,00

Sumber: Hasil Interpretasi Google Earth Skala 1:15.000

Berdasarkan tabel 3 diatas penggunaan lahan permukiman dengan luas wilayah 7,12 ha pada tahun 2005 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan luas wilayah sebesar 10,3 ha. Hal ini membuktikan bahwa di Desa Batumarta I mengalami perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengkaji tentang Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Perkebunan Menjadi Permukiman Di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2005-B. Permasalahan Penelitian

Terjadinya perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010.

C. Rumusan Masalah

Bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman di Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010, dengan titik tekan permasalahan ini yaitu:


(25)

1. Berapa luas lahan perkebunan karet yang berubah menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010?

2. Kemanakah arah perkembangan permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengetahui luas perubahan lahan perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010.

2. Mengetahui arah perkembangan permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010.

3. Mengetahui faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 2010.


(26)

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Geografi pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai aplikasi ilmu untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU.

3. Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak-pihak terkait tentang penggunaan lahan.

4. Sebagai salah satu aplikasi pengetahuan yang telah didapat selama pendidikan di bangku kuliah dalam memecahkan masalah yang terdapat di lapangan. 5. Sebagai suplemen bahan ajar mata pelajaran Geografi SMA Kelas XI

Semester I dengan pokok bahasan Sumber daya alam.

F. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup objek yaitu perubahan penggunaan lahan perkebunan karet di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU.

2. Ruang lingkup subjek yaitu para penduduk yang mengubah lahan di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU.

3. Ruang lingkup tempat dan waktu, yaitu Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010.

4. Ruang Lingkup ilmu yaitu geografi permukiman.

Geografi Pemukiman adalah suatu studi geografi mengenai perkembangan pemukiman di suatu wilayah di permukaan bumi. Yang dibahas pada Geografi Pemukiman yaitu bilamana suatu wilayah bilamana suatu wilayah mulai dihuni manusia; bagaimana perkembangan pemukiman itu selanjutnya; bagaimana bentuk pola pemukiman; dan faktor-faktor geografi apakah yang


(27)

mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman. (Nursid Sumaatmadja, 1988:55-56).

Berdasarkan pendapat di atas maksud dengan geogarfi permukiman adalah suatu lahan yang telah ditempatkan manusia untuk bermukim, lambat laun akan terus berkembang, dari desa ke kota, dari kecamatan menjadi kabupaten. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perkembangan atau pertambahan penduduk yang terus meningkat.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Dalam geografi kita akan mempelajari segala sesuatu yang tampak di permukaan bumi, baik bentuk kehidupan, kenampakan permukaan bumi dengan segala gejala-gejalanya maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti benda-benda di luar angkasa, keadaan dan benda-benda-benda-benda di dalam bumi maupun di permukaan bumi. Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannya. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geogarfi.

Menurut Bintarto (1979:9) menyatakan bahwa, Geografi mencari penjelasan bagaimana tatalaku subsistem lingkungan fisikal di permukaan bumi dan bagaimana manusia menyebarkan dirinya sendiri di permukaan bumi dalam kaitannya dengan faktor fisikal lingkungan dan dengan manusia lain.

Sedangkan dalam Seminar dan lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, (1997:11), menyatakan bahwa:

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam


(29)

konteks keruangan. Fenomena yang dimaksud adalah gejala yang ada dipermukaan bumi, baik lingkungan alam maupun mengenai makhluk hidup yang didalamnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna memenuhi kebutuhan hidup dan contohnya adalah kegiatan perkebunan. Sehubungan dengan penelitian analisis perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2005-2010. Maka penelitian ini akan menekankan pada permukiman. Dari uraian di atas maka permukiman adalah faktor-faktor geografis penduduk bermukim di suatu daerah, serta kaitannya dengan faktor-faktor geografis yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan daerah. Kemudian kelangsungan hidup untuk menentukan permukiman harus memperhatikan ketersediaan tempat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perencanaan.

Jadi yang dibahas permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan dan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perekonomian dan penghidupan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dalam aspek keruangan manusia, manusia akan selalu berhubungan dengan alam sekitar untuk melakukan semua aktivitasnya. Begitu pula dengan alam yang memerlukan perawatan dari manusia untuk kelestariannya sehingga terjadi suatu hubungan timbal balik antar keduanya.

Uraian di atas sangat cocok bagi kehidupan penduduk di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja yang akan diteliti dalam aktivitas dalam perkebunan karet


(30)

yaitu berubahnya penggunaan lahan perkebunan karet yang sangat dipengaruhi oleh faktor alam, misalnya tanah, musim, iklim.

Ditinjau dari ilmu geografi khususnya geografi permukiman, aktivitas permukiman di daerah penelitian ini sangat bergantung pada alam serta didukung oleh kemampuan manusia yang cukup. Dengan kondisi tersebut maka perkembangan perkebunan karet yang di dukung dengan kemampuan manusia nya pada bidang tersebut maka di daerah penelitian ini maka akan tambah subur, berkembang, dan lebih baik bagi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat yang membudidayakan.

2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara menetap atau berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun, spiritual, ataupun kedua-duanya.

Menurut Sugandhy dalam Aulia Yusran (2006: 44) mengungkapkan bahwa, Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien.

Menurut Malingreau dalam Suhadi Purwantoro (2000: 6) menyatakan bahwa, Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental construct yang didisain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan. Identifikasi, pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan.


(31)

Selanjutnya menurut Bintarto dalam Aulia Yusran (2006:49) dari hubungan yang dinamis ini timbul suatu bentuk aktivitas yang menimbulkan perubahan. Perubahan yang terjadi adalah perubahan struktur penggunaan lahan melalui proses perubahan penggunaan lahan, meliputi:

a) Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan yang terjadi setempat dengan tidak perlu mengadakan perpindahan, mengingat masih adanya ruang, fasilitas dan sumber-sumber setempat. b) Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi

pada suatu tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu bentuk aktifitas atau perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain karena daerah asal tidak mampu mengatasi masalah yang timbul dengan sumber dan swadaya yang ada

c) Perubahan tata laku (behavioral change), yakni perubahan tata laku penduduk dalam usaha menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam hal restrukturisasi pola aktifitas.

Gambar 2. Bagan Hubungan Manusia, Lingkungan dan Perubahan

Selanjutnya Camp (1974) dalam David P. Paine (1993:478) memberikan batasan mengenai perencanaan tata guna lahan, yaitu sebagai proses pengorganisasian pengembangan dan penggunaan lahan dan sumberdaya nya dengan suatu cara


(32)

yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam jangka waktu yang panjang, seraya menjaga fleksibilitas untuk suatu kombinasi yang dinamis dari keluaran sumber daya untuk masa depan.

Pada masyarakat modern kebutuhan akan lahan, bukan lagi sebagai sumber kehidupan tetapi hanya sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan non pertanian. Meskipun tidak menggantungkan langsung pada hasil lahan, tetapi kebutuhan akan lahan untuk permukiman dan kegiatan makin tinggi.

Dalam penelitian perubahan penggunaan lahan adalah lahan perkebunan karet menjadi lahan non perkebunan yang dijadikan sebagai tempat permukiman, tempat pembangunan toko-toko dan gedung pusat instansi-instansi.

3. Luas Lahan Yang di Miliki

Semakin bertambahnya jumlah penduduk bertambah pula angkatan kerja (usia produktif). Sebagai akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk adalah semakin sempitnya luas lahan pertanian khususnya di daerah pedesaan semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan persediaan tanah untuk lahan perkebunan semakin menyempit, akibat kebutuhan pangan tidak terpenuhi dengan maksimal.

Luas atau sempitnya lahan juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan bagi petani yang mengusahakan tanamannya tersebut. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang diusahakan maka pendapatan juga akan semakin besar. Jadi besar kecilnya pendapatan petani dari usaha tani dapat ditentukan oleh luas lahan garapannya. Sayogyo (1987:102) mengungkapkan makin luasnya usaha tani maka


(33)

semakin besar penghasilan rumah tangga petani, namun bila lahan perkebunan yang diusahakan tersebut sempit maka pendapatannya akan rendah.

Hal ini didukung oleh pendapat Soekartawi (1990:4) bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan pengolahan yang baik. Menurut Fhadoli Hernanto (1990:64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar b. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2

hektar

c. Lahan garapan luas yaitu lahan yang hnnya lebih dari 2 hektar.

Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas kepemilikan lahan perkebunan karet akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi kecil, dengan demikian para petani yang memiliki lahan pertanian yang sempit melakukan perubahan mata pencaharian. Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lahan perkebunan yang diubah oleh kepala rumah tangga petani.

4. Permukiman

Permukiman penduduk selalu mengalami perubahan dan perkembangan tidak akan terpecahkan secara tuntas mengingat pertumbuhan penduduk di muka bumi ini tidak terhenti. Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:191) Permukiman adalah


(34)

bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia, yang meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.

Agar lebih mudah mengenali pengaruh lingkungan terhadap karakteristik permukiman dalam hal ini tentang persebarannya dapat diamati melalui keterkaitan hubungan antara masing-masing objek yang tergambar pada citra. Sebagai contoh keterkaitan hubungan yang dapat diamati adalah sebagai berikut: permukiman di daerah yang relatif datar atau landai lebih padat dan tersebar secara merata, terutama bila dibandingkan dengan permukiman yang berada di daerah yang kemiringan lereng nya relatif lebih besar akan tampak kepadatan permukiman lebih kecil.

Seperti yang dikemukakan oleh geograf Misra dalam Daldjoeni (1998:67) tentang pola permukiman yaitu:

a. Segi empat panjang, tipe ini paling umum dan salah satu penyebabnya adalah mungkin bentuk pertaniannya dan karena kekompakan desa membutuhkan letak rumah penduduk yang saling berdekatan.

b. Bujur sangkar, tipe ini muncul di persilangan jalan. Dapat pula muncul di permukiman berbentuk segi empat panjang yang terbagi atas empat blok. c. Desa memanjang, kondisi alami dan budayawi setempat telah membatasi

terjadi nya pemekaran desa kearah-arah tertentu sehingga dipaksa memanjangkan diri.

d. Desa pinggir jalan raya, desa ini memanjang jalan raya biasanya pasar kedapatan ditengah dan jalan kereta api menyusur jalan raya tersebut. Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka pendirian atau pengembangan daerah permukiman perlu perencanaan yang matang, jika tidak dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan yang menyangkut masalah kesehatan atau dalam hal pembinaan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya dapat menghambat program-program pembangunan di masa yang akan datang.


(35)

5. Perkebunan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2005:521), perkebunan merupakan sebidang tanah yang ditanami oleh pohon musiman atau tanah yang luas yang ditanami oleh beberapa jenis tanaman atau tunggal.

Sedangkan Menurut Undang-Undang RI (2004: 2), perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/ atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak selalu demikian, adalah terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke pembeli. (http://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan. html diakses Jam 23.14 tanggal 15 Mei 2012).

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah lahan perkebunan karet yang berubah menjadi permukiman dan fasilitas-fasiltas umum lainnya.


(36)

Menurut Lilliesand dan Kiefer dalam Mulyadi Kusumowidagdo, dkk (2007: 5), penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji. Proses tersebut di atas merupakan bagian-bagian dalam penginderaan jauh yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Penginderaan jauh yang dipakai dalam penelitian ini adalah sistem penginderaan jauh fotografik, yaitu sistem penginderaan jauh yang di dalam merekam objek menggunakan kamera sebagai sensor, menggunakan film sebagai detektor, dan menggunakan tenaga elektromagnetik yang berupa spektrum tampak dan atau perluasannya. Perluasan spektrum tampak dapat berupa saluran inframerah dekat maupun saluran ultraviolet dekat. Perekaman objek atau pemotretan dapat dilakukan dari udara maupun antariksa, yang hasil perekamannya setelah diproses menjadi foto udara atau foto satelit (Sutanto, 1994:2).

Menurut Sutanto (1994:3), unsur pokok pembentuk sistem penginderaan jauh fotografi terdiri dari tenaga, objek, sensor, dan keluaran (output), sebagai berikut:

a. Tenaga

Penginderaan jauh sistem fotografik pada umumnya menggunakan tenaga alamiah. Matahari merupakan sumber tenaga yang utama. Tenaga yang digunakan yaitu tenaga elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,3 µm hingga 0,9 µm. Mata manusia juga merupakan sensor, yaitu sensor alamiah, kepekaannya terhadap tenaga elektromagnetik berkisar 0,4 µm hingga 0,7 µm, yaitu sebatas spektrum tampak. Karena mata manusia peka terhadap spektrum tampak maka film yang pertama dibuat orang kepekaan nya sebatas spektrum tampak, filmnya disebut film pankromatik, fotonya juga disebut foto pankromatik (Susanto, 1994:4).

b. Objek

Objek yang dapat digambarkan pada foto udara terbatas yang tampak, yaitu objek di permukaan bumi yang tidak terlindung oleh objek lainnya. Objek di bawah permukaan tanah dan objek yang tertutup oleh vegetasi tidak dapat


(37)

tergambar pada foto udara. Meskipun demikian, ada objek yang tak tampak tetapi dapat ditafsirkan berdasarkan objek yang tampak. Sebagai contoh, jenis batuan dapat ditafsirkan berdasarkan topografi, pola aliran dan vegetasi penutupnya. Antara objek dan tenaga terjadi interaksi, ada lima interaksi yaitu: transmisi, serapan, pantulan, hamburan dan pancaran. Di dalam bentuk tranmisi, tenaga menembus objek dengan mengalami perubahan kecepatan sesuai dengan indeks pembiasan antara dua objek yang bersangkutan. Tenaga pantulan yaitu tenaga yang dipantulkan oleh benda dengan sudut datang sebesar sudut pantulnya, tanpa mengalami perubahan kecepatan. Hamburan yaitu pantulan secara acak. Tenaga pancaran sebenarnya berupa tenaga serapan yang kemudian dipancarkan oleh benda penyerapnya ( Estess dalam Sutanto, 1994:5).

c. Sensor

Sensor penginderaan jauh fotografi berupa kamera. Ada lima jenis kamera yang digunakan di dalam penginderaan jauh fotografik, yaitu kamera kerangka untuk pemetaan atau biasa disebut kamera metrik/ kamera kartografi, kamera kerangka untuk keperluan tinjau, dirancang untuk menyajikan gambaran objek dengan resolusi spasial yang tinggi, lebih menekankan pada informasi semantik atau informasi jenis, kualitas, dan agihan objek. Kamera panoramik termasuk kamera tinjau karena sudut pandangnya yang besar melebihi 1000, maka pada foto panoramik terjadi distorsi yang besar pula. Kamera strip bekerja tanpa penutup lensa atau shutter, pada saat pemotretan sinar masuk ke kamera melalui celah sempit yang dibuat melintang terhadap arah jalur terbang. Kamera multispektral berupa beberapa kamera yang diarahkan ke satu titik fokus (multikamera) atau satu kamera dengan beberapa lensa (kamera multilensa). Pada tiap pemotretan dihasilkan beberapa foto udara hitam putih yang menggambarkan daerah yang sama, akan tetapi wujudnya berbeda karena saluran elektromagnetik yang digunakan berbeda-beda (Sutanto, 1994:9). Disamping lensa, film dan filter sangat besar pengaruhnya terhadap gambaran objek foto udara.

1) Film

Pada umumnya dinamakan berdasarkan kepekaannya terhadap saluran atau spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam pemotretan, film yang terkandung dalam foto udara yang digunakan pada penelitian ini adalah film pankromatik.

2) Fungsi filter yaitu untuk mengatur sinar yang masuk ke kamera. Sesuai dengan fungsinya maka filter dibedakan atas enam jenis, yaitu filter penyerap, filter penahan, filter penerus saluran sempit, filter penyaring gangguan atmosfer (interference filter), filter anti ketidak seragaman (antivignetting filter), dan filter untuk kompensasi warna bagi film berwarna. Filter yang digunakan untuk kamera multispektral foto udara pankromatik hitam putih adalah filter penerus saluran sempit karena pada pemotretan multisaluran, tiap saluran dapat dirinci lagi atas bagian yang sempit.

d. Keluaran (output).

Keluaran sistem penginderaan jauh sistem fotografik berupa foto udara dan foto satelit. Foto udara pada umumnya dibuat dengan menggunakan pesawat terbang sebagai wahananya.


(38)

Interpretasi foto udara adalah suatu kegiatan mengkaji suatu objek dengan hasil berupa laporan berdasarkan pengamatan fisik yang tampak pada foto udara. Keberhasilan di dalam interpretasi foto sangat bervariasi tergantung pada latihan dan penafsir, sifat objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan (Lillisand/Kiefer, 1990:114).

Menurut Sutanto (1994:35), kepekaan filmnya maka foto udara dibedakan atas: 1) Foto ultraviolet adalah film yang mempunyai kepekaan terhadap panjang

gelombang antara 0,3 µm 0,4 µm. Saluran ultraviolet medium (0,3 µm 0,2 µm) dan saluran ultravilet jauh (0,2 µm 0,02 µm) hingga saat ini belum dapat digunakan untuk penginderaan jauh (Lavigne dalam Sutanto, 1994:35). 2) Foto Ortokromatik dibuat dengan film ortokromatik yang peka terhadap

panjang gelombang 0,4 µm 0,56 µm.

3) Foto Pankromatik Hitam Putih adalah film yang mempunyai kepekaan panjang gelombang antara 0,36 µm sampai dengan 0,72 µm. Kepekaannya hampir sama dengan kepekaan mata manusia.

4) Foto Pankromatik Berwarna adalah film yang terdiri dari tiga emulsi, yaitu lapis atas yang peka biru, lapis tengah yang peka hijau dan biru, dan lapis bawah yang peka merah dan biru, umumnya diproses menjadi film negatif dan positif.

5) Foto Inframerah Hitam Putih adalah film yang terdiri dari satu emulsi yang diikatkan pada alas dan penguatnya. Film inframerah hitam putih peka terhadap saluran ultraviolet dekat, spektrum tampak, dan saluran inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 µm sapai dengan 1,2 µm.

6) Foto Inframerah Berwarna adalah film yang dirancang untuk merekam saluran hijau, saluran merah, dan saluran inframerah hingga panjang gelombang 0,9 µm.

7) Foto Multispektral adalah penginderaan objek dengan menggunakan lebih dari satu spektrum elektromagnetik yang penginderaannya dilakukan pada saat yang sama dan dari tempat serta ketinggian yang sama dan merupakan keluaran penginderaan jauh multispektral dengan cara fotografik.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan keruangan (spasial) melalui interpretasi foto udara, perolehan data dan perubahan lahan dengan menggunakan foto udara pankromatik berwarna skala 1:10.000 tahun 2005 disertai dengan survei dan kerja lapangan, kemudian perolehan data adalah hasil penelitian ini, dapat dikenali pada citra foto udara karena adanya perbedaan rona, warna, tekstur, bayangan, bentuk, pola dan situs pada citra foto


(39)

udara dengan menampilkan figur objek dengan karakteristiknya yang spesifik, unsur tersebut merupakan unsur dasar interpretasi citra foto udara, seperti yang dikemukakan Lillisand/Kiefer (1990:115) yang mempertimbangkan delapan karakteristik dalam penerapan untuk mengetahui kenampakkan pada citra foto udara, antara lain:

1) Bentuk ialah konfigurasi atau kerangka suatu objek yang dapat dicirikan sehingga citranya dapat diidentifikasikan langsung berdasarkan bentuknya.

2) Ukuran adalah atribut objek antara lain berupa jarak, luas, tinggi, kemiringan lereng, dan volume. Karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi harus selalu diingat skalanya.

3) Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak objek bentukkan manusia maupun alamiah, perbedaan pola antara bentukan manusia dan alamiah mudah dikenali dari keteraturannya di lapangan.

4) Bayangan bersifat menyembunyikan detail yang berada di daerah gelap. Objek atau gejala yang tertutup oleh bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar, disamping menutup objek atau gejala lain.

5) Rona dapat diukur dengan dua cara, yaitu dengan mata biasa dan dengan menggunakan alat. Dengan mata biasa pada umumnya terdiri atas lima tingkat yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam.

6) Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, seperti beledu, dan belang-belang.

7) Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu situs dapat diartikan sebagai letak objek terhadap kenampakkan-kenampakkan lingkungan sekitarnya atau letak objek terhadap objek-objek lain yang ada di dekatnya.

8) Asosiasi lebih berhubungan dengan objek bentukan manusia. Beberapa objek berasosiasi erat sehingga suatu objek dapat ditandai dengan adanya objek lain.

6.a. Alat Dasar Interpretasi Foto Udara

Menurut Lillisand/Kiefer, (1990:119) perlengkapan interpretasi foto udara biasanya bertindak satu diantara tiga tujuan pokok, yaitu pengamatan foto, pengukuran kenampakan foto, dan memindahkan hasil interpretasi ke peta dasar.


(40)

Proses interpretasi foto udara secara khusus meliputi pengamatan stereoskopik untuk menampilkan pandangan tiga dimensional bagi medan.

Efek ini memungkinkan karena kita mempunyai dua arah pengamatan. Artinya, karena kita mempunyai dua arah pandangan. Apabila objek terletak pada tempat yang berbeda jaraknya, maka setiap mata akan mengamati objek yang sedikit berbeda. Perbedaan oleh dua pengamatan itu disatukan oleh otak yang menghasilkan kesan kedalaman. Dengan demikian maka pengamatan yang diberikan oleh dua mata kita yang terpisah, dapat memberikan kesan tiga dimensional. Kenampakan dimensional permukaan medan dapat dihasilkan dengan mengamati foto udara sebelah kiri pasangan stereo dengan mata kiri dan foto udara sebelah kanan dengan mata kanan. Stereoskop mempermudah proses pengamatan stereoskop.

6.b. Teknik Interpretasi Citra Foto Udara

Didalam teknik interpretasi citra terdapat beberapa cara agar dalam pelaksanaan interpretasi lebih akurat hasilnya, cara tersebut antara lain:

1) Data acuan

Data acuan yang dimaksud yaitu biasa berupa pustaka, pengukuran, analisa laboratrium, peta, kerja lapangan, dan foto udara.

2) Kunci interpretasi citra

Kunci interpretasi citra berupa keterangan objek yang digambar, unsur interpretasi dan keterangan citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman dan lokasi daerahnya.


(41)

Penanganan data merupakan penyiapan plastik transparan, menyusun citra tiap satuan perekaman. Mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan kertas penyekat di antara nya meletakan citra yang akan digunakan sebagai pembanding disebelah yang akan diinterpretasi dan pada saat citra dikaji tumpukan menghadap kebawah dalam urutan nya.

4) Pengamatan Stereoskopik

Syarat pengamat stereoskopik antara lain adanya daerah yang bertampalan dan yang paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks adalah perubahan letak objek pada citra terhadap titik atau sistem acuan. (Sutanto, 1994:150). 5) Metode Pengkajian

6) Konsep Multi

Konsep multi ialah cara perolehan dan analisa data penginderaan jauh yang meliputi:

a. Multi spektral b. Multi tingkat c. Multi temporal d. Multi arah e. Multi polarisasi

f. Multi disiplin (Estess, 1985 dalam Sutanto, 1994:152).

7. Peta dan Fungsi Peta


(42)

Pengertian peta menurut (Juhadi dan Dewi Liesnoor Setyowati, 2001:1) adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam dua dimensional.

Selanjutnya menurut ICA (1973:1) peta adalah pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran, simbol, dan sistem generalisasi (penyederhanaan).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan peta sangat diperlukan mengkaji perubahan penggunaan lahan, yang dalam hal ini adalah perubahan penggunaan lahan Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu.

b. Fungsi Peta

Dalam penelitian ini, peta berfungsi untuk mengetahui luas penggunaan lahan tahun 2005, luas lahan perkebunan karet dan permukiman tahun 2005-2010, daerah mana yang mengalami perubahan dan kearah mana perubahannya. Dalam penelitian ini peta yang digunakan adalah peta penggunaan lahan tahun 2005 yang diambil dari peta citra satelit (google earth).

c. Tujuan Pembuatan Peta

Tujuan pembuatan peta dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2005-2010.


(43)

1) Penggolongan peta menurut isi

a) Peta umum atau peta rupa bumi, yaitu peta yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Contoh: peta dunia, atlas dan peta geografi yang berisi informasi umum.

b) Peta Tematik, adalah peta yang memuat tema-tema khusus untuk kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu pengetahuan, perencanaan, pariwisata, dan sebagainya.

c) Peta Navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau bertujuan praktis untuk membantu para navigasi laut penerbangan maupun perjalanan. Unsur yang digambarkan dalam chart meliputi route perjalanan dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai panduan perjalanan seperti lokasi kota-kota, ketinggian daerah/bukit-bukit, maupun kedalaman laut.

2) Penggolongan peta berdasarkan skala (scale)

 Peta skala sangat besar : > 1:10.000

 Peta skala besar : < 1:100.000 1:10.000

 Peta skala sedang : 1:100.000 1:1.000.000

 Peta skala kecil : > 1:1.000.000

e. Komposisi Peta

Komposisi disebut juga tata letak peta. Komposisi peta merupakan unsur terpenting dalam mengatur informasi tepi peta. Informasi tepi peta adalah segala semua keterangan yang terdapat di tepi peta, pada bagian atas, bawah atau samping kanan dan kiri peta.


(44)

f. Komponen Peta

1) Judul 2) Skala 3) Orientasi 4) Garis tepi 5) Lintang dan Bujur 6) Sumber 7) Legenda 8) Insert Peta 9) Pembuat

B. Kerangka Pikir

Mengingat semakin bertambahnya jumlah penduduk yang ada di Desa Batumarta I sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang semakin pesat pula. Ini semua didukung dengan keadaan topografi yang relatif datar dan adanya fasilitas yang didirikan di Batumarta I, seperti permukiman, transportasi, pertokoan, lembaga kependidikan dan lain-lain. Pembangunan yang terus dilakukan di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan yang ada khususnya penggunaan terhadap permukiman. Lokasi yang baik bagi suatu wilayah permukiman adalah apabila lokasi tersebut mudah dijangkau dari lokasi-lokasi yang ada di sekitarnya dan juga dapat memberikan nilai sosial, ekonomi, politik, dan strategis.

Membangun wilayah untuk berbagai keperluan khususnya untuk pembangunan permukiman harus memperhatikan kondisi morfologisnya, karena bentuk morfologi berpengaruh terhadap pembangunan permukiman dan aktivitas penduduk yang tinggal di permukiman tersebut. Morfologi yang reliefnya datar akan memberikan kemudahan dan keuntungan dalam pembangunan permukiman.

Bila di wilayah lokasi permukiman tersedia fasilitas sosial seperti tersedianya prasarana dan transportasi, pasar, lembaga pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain-lain semakin banyak penduduk yang akan bermukim di daerah tersebut.


(45)

(46)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif, Menurut M. Zainuddin, (2008:48), bahwa metode penelitian eksploratif adalah suatu metode penelitian yang masalahnya belum pernah dijajaki, belum pernah diteliti orang lain.

Sedangkan menurut F.C Dane dalam Sopiah (2010:19) mengemukakan bahwa metode eksploratif merupakan suatu penelitian yang berusaha menemukan sebab akibat dari suatu peristiwa atau ploblematika baru.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka eksploratif adalah metode panelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan gejala-gejala sosial maupun fisik untuk mengetahui hubungan penelitian ini, sehingga dapat diinterpretasikan sejelas-jelasnya. Jadi dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan atau memaparkan analisis perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2005-2010.


(47)

1. Alat yang di gunakan

a. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat yang mengalami perubahan.

b. Komputer

Komputer digunakan dalam pembuatan peta dan membuat peta dengan menggunakan program:

- R2V, untuk mendigitasi hasil interpretasi Foto Udara.

- Arc Info, untuk menganalisis hasil digitasi interpretasi foto udara. - Arc View, untuk mengukur luas penggunaan lahan dan melayout

peta.

2. Bahan yang digunakan

a. Citra Satelit dari Google Earth Skala 1:15.000 Tahun 2005, untuk membuat peta penggunaan lahan tahun 2005 dan 2010.

b. Data Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005 dan 2010.

C. Objek Penelitian

Wilayah Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu, yang mengalami perubahan penggunaan lahan menjadi permukiman. Kecamatan ini terbagi menjadi 5 desa yakni, Desa Batumarta I, Desa Batu Winangun, Desa Batumarta II, Desa Lekis Rejo, dan Desa Lubuk Banjar. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah wilayah Desa Batumarta I.


(48)

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:48) variabel penelitian dapat diartikan sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah luas lahan yang dimiliki penduduk yang melakukan perubahan, arah perubahan penggunaan lahan dan dan faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan penduduk di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Definisi Operasionnal Variabel

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi variabel operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Masri Singarimbun, 1995: 46), dalam penelitian ini perlu mendefinisikan variabel penelitian yang akan diteliti, variabel yang diteliti sebagai berikut:

a. Desa

Desa adalah suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial ekonomi, politis, kulturil, yang terdapat di situ dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1977:11). Desa dalam arti umum adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya bermata pencaharian di bidang agraris (Daldjoeni, 1998: 53).


(49)

Arti desa ditinjau dari segi hubungannya dengan struktur pemerintah maka desa atau nama aslinya yang setingkat yang merupakan kesatuan masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu badan hukum dan adalah pula badan pemerintahan yang merupakan bagian wilayah kecamatan yang melingkup nya (I. Nyoman Beratha, 1981: 27).

b. Perubahan penggunaan lahan

Dalam penelitian ini adalah perubahan aktifitas yang dilakukan penduduk terhadap penggunaan lahan dari suatu bentuk lahan perkebunan menjadi tempat permukiman, toko-toko dan instansi-instansi pemerintahan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Menurut Moh. Pabundu Tika (2005: 44), mengemukakan bahwa observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Sedangkan menurut Usman Rianse (2009: 213), menyatakan bahwa observasi adalah suatu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik yang diselidiki.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang topografi desa/kecamatan yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman. Pada penilitian ini maka peniliti akan menggunakan alat GPS.


(50)

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang bersifat sekunder seperti data (1). jumlah penduduk dan luas wilayah, (2). letak administrasi, dan (3). jumlah lahan perkebunan yang berubah sebagai tempat permukiman. Sumber-sumber data tersebut dapat diperoleh dari kantor desa atau kecamatan seperti monografi di setiap desa koperasi perkebunan, pihak pengelola usaha tani mandiri, dan lain sebagainya yang bersifat dokumen atau tertulis guna mendukung penelitian ini.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua analisis: a. Analisis Peta

Analisis peta digunakan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan:

- Luas perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman dari tahun 2005-2010.

- Arah perubahan dan sebaran penggunaan lahan permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2005 dan 2010.

- Faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan perkebunan karet menjadi permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2005-2010.

Dengan menggunakan teknik analisis peta dapat diketahui berbagai gejala geografi. Nursid Sumaatmadja (1988:63) mengemukakan bahwa:


(51)

-jenis tanah, jenis vegetasi, pemukiman, penduduk, bagi kepentingan-kepentingan analisa keruangan harus dipetakan. Dari penyebaran berbagai geografi pada peta tadi, kita dapat mengadakan interpretasi dan analisa keruangan gejala yang

Dalam menganalisa peta, sebelumnya dilakukan interpretasi foto udara untuk memperoleh peta dimana dalam menginterpretasi foto udara yang perlu dilakukan adalah:

1) Melakukan pengenalan objek permukiman dan perkebunan. 2) Melakukan interpretasi rona, bentuk serta ciri-ciri ukuran.

3) Kenampakan objek permukiman dan perkebunan yang dituangkan dalam bentuk peta sementara.

b. Teknik Analisa Kuantitatif Persentase

Teknik Analisa Kuantitatif Persentase, yaitu dalam bentuk tabulasi sebagai dasar untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Data yang diperoleh dimasukan kedalam tabel menurut kategori tabel kemudian dipersentasekan menurut frekuensi jawaban, yang dirumuskan sebagai berikut:

100

%

N

f

Dimana:

% : persentase

f : nilai yang diperoleh

N : jumlah seluruh nilai


(52)

Teknik analisa kuantitatif persentase digunakan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan:

1) Berapa persen perkembangan lahan permukiman dari tahun 2005-2010 2) Berapa persen perubahan lahan perkebunan dari tahun 2005-2010 3) Faktor penyebab terjadinya perubahan lahan perkebunan menjadi


(53)

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan Karet yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010

Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan perkebunan karet tahun 2005 dan data monografi Desa Batumarta I tahun 2010 dapat diketahui perubahan luas lahan perkebunan karet yang menjadi permukiman dari tahun 2005-2010, ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Perkebunan Karet Tahun 2005-2010

No Tahun Luas (Ha) Persentase

1 2005 25 51,2

2 2010 23,82 48,8

Perubahan 1,18 2,4

Berdasarkan Tabel 12 bahwa tahun pada 2005 lahan perkebunan karet menempati areal seluas 25 ha (51,2%). Pada tahun 2010 lahan perkebunan menempati areal seluas 23,82 ha (48,8%). Dalam kurun waktu lima tahun lahan perkebunan telah mengalami perubahan seluas 1,18 ha (2,4%).

Perubahan yang terjadi di Desa Batumarta I umumnya menjadi permukiman, perubahan lahan akan terus terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini jelas akan mengurangi produktivitas getah karet yang ada di Desa Batumarta I, jika hal yang sama terjadi di daerah lain maka penduduk akan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.


(54)

Berdasarkan hasil interpretasi google earth tahun 2005 lahan perkebunan karet dapat dikenali dengan ciri memiliki tekstur kasar dan berbentuk bintang. Penggunaan lahan perkebunan dapat di lihat dari segala arah di Desa Batumarta I.

Mengenai penggunaan lahan perkebunan karet tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 12. Sedangkan pada tahun 2010 berdasarkan hasil survey di lapangan tahun 2010 lahan perkebunan sudah banyak mengalami perubahan, pada umumnya perubahannya menjadi permukiman. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman diantara nya yaitu di Blok A, Blok P, Pasar Unit 1, dan Blok S. Desa Batumarta I yang letaknya dekat dengan jalan lintas Palembang - Lampung dan jalan poros Batumarta yang jadi jalan utama yang ada di Kecamatan Lubuk Raja.

Penggunaan lahan perkebunan karet tahun 2010 untuk wilayah Desa Batumarta I menempati areal 23,82 ha (48,8%). Jika dilihat pada gambar 15 perkebunan di Desa Batumarta I tahun 2010, dilahan perkebunan telah banyak permukiman yang menyebar dan tidak merata.


(55)

(56)

Dengan adanya permukiman baru tersebut maka lahan perkebunan karet yang ada di Desa Batumarta I berubah menjadi lahan permukiman. Ini dapat dilihat pada gambar berikut:


(57)

Gambar 14. Lahan Perkebunan Menjadi Permukiman Tahun 2010

Lahan perkebunan karet telah berubah fungsi menjadi lahan permukiman, hal ini akan mengurangi produktivitas getah karet yang ada di Desa Batumarta I dan sekitarnya. Pada masa yang akan datang lahan perkebunan karet akan terus berubah fungsi, perubahan yang paling memungkinkan adalah lahan perkebunan karet menjadi permukiman.

B. Arah Perkembangan Permukiman Di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010

Berdasarkan hasil interpretasi peta tahun 2005 dan survey lapangan tahun 2010 bahwa arah perkembangan permukiman tahun 2010 dapat dilhat dari berbagai arah. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman diantara nya di Blok A cenderung berkembang ke arah Timur, Blok P berkembang k earah Timur dan Barat, Pasar Unit 1 berkembang ke arah Utara dan Selatan , dan Blok S cenderung berkembang ke arah Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta perkembangan permukiman Desa Batumarta I. Sebagai contoh lahan permukiman tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut:


(58)

Gambar 15. Permukiman Tahun 2010

Berdasarkan Gambar 15, bahwa lahan permukiman pada tahun 2010 banyak didirikan pada lahan perkebunan karet, lahan permukiman pada umumnya terletak di pinggir perkebunan dan dekat dengan jalan raya. Apa bila hal ini terus terjadi maka dimasa yang akan datang produktivitas getah karet yang ada di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja akan menurun.


(59)

(60)

(61)

C. Faktor yang Menyebabkan Perubahan Penggunaan Lahan Perkebunan Karet Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005-2010

Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu hal yang wajar bagi pembangunan desa, sebagai tanda ada nya perkembangan dalam desa. Perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan lahan perkebunan karet menjadi permukiman, atas dasar kepentingan untuk perbaikan ekonomi penduduk serta perkembangan kecamatan khususnya Desa Batumarta I.


(62)

Berdasarkan hasil Interpretasi peta Tahun 2005 Skala 1:15.000 dan hasil survey dilapangan tahun 2011 bahwa Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja selama kurun waktu 5 tahun telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman. Perubahan lahan perkebunan menjadi lahan permukiman di Desa Batumarta I karena adanya daya tarik di daerah tersebut yang berupa:

1) Topografi/ Relief

Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Jadi keadaan topografi adalah keadaan tempat dari perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi, yang mana keadaan topografi pada suatu daerah akan berpengaruh kepada aktivitas penduduk pada mata pencahariannya. Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU ini termasuk dataran rendah dengan ketinggian maksimum 120 meter di atas permukaan laut dan hampir seluruh wilayah desa merupakan daerah yang relatif datar dan kemiringan lerengnya rata-rata 0-2%.

Pada umumnya penduduk lebih memilih daerah yang relatif datar dan kemiringan yang rendah sebagai tempat tinggal dan membentuk sistem perkampungan. Jika lereng curam maka air akan dengan mudah membawa material yang ada di permukaan tanah sehingga terkikis sehingga menjadikan tanah kurang subur. Proses pengangkutan material bisa disebabkan oleh air dan udara.

Di daerah yang datar aktivitas akan berjalan lebih lancar dibandingkan dengan daerah yang tidak datar. Faktor keamanan, seperti ancaman dari


(63)

longsor. Karena daerah yang datar maka banyak dimanfaatkan oleh petani untuk lahan perkebunan dan persawahan. Ditambah lagi daerah secara ekonomis lebih efisien, misalnya dalam pembangunan tempat tinggal akan lebih murah biayanya. Berikut ini adalah peta topografi yang dioverlay dengan base map jalan dan permukiman:


(64)

Dari peta di atas dapat terlihat bentuk relief dari daerah penelitian dan juga dapat terlihat bahwa hampir seluruh perkampungan berada pada lokasi yang datar dan kemiringan yang rendah. Meskipun pada tempat yang memiliki beda ketinggian.

2) Aksesbilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara gerografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, serta penyaluran dan penyebaran informasi yang merata secara terus menerus ke segenap daerah, hingga di ujung desa memerlukan sarana transportasi yang baik dan seimbang dengan luas daerah.


(65)

Transportasi didaerah penelitian sangat lancar karena jarak pusat wilayah pemerintahan kecamatan dengan desa/ kelurahan terjauh berjarak 9 Km, dengan Ibu Kota Kabupaten OKU berjarak 20 Km. Jarak tempuh dari permukiman ke pusat kota dapat dijangkau dalam waktu ± 20- 30 menit. Disamping itu hubungan dengan desa lain dan kecamatan semakin terbuka sehingga juga mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi khususnya yang berhubungan dengan distribusi barang dan pelayanan jasa diantara masyarakat.

Pada daerah penelitian aksesbilitas di Desa Batumarta I ini termasuk lancar dan aksesbilitas paling utama adalah akses dari jalur darat. Sedangkan akses lain berupa jalur sungai, laut maupun udara tidak ada pada daerah penelitian. Akses darat yang dapat ditempuh berupa akses jalan raya dan jalan setapak/jalan tanah.

Jalan di Desa Batumarta I ini terdiri dari beberapa jalan utama berupa jalan provinsi, jalan desa dan jalan setapak. Jalan provinsi ini menghubungkan antara Kabupaten Martapura dan Kota Baturaja.

Selain itu jalan provinsi ini juga menghubungkan antara Provinsi Lampung dan Provinsi Palembang khususnya Kota Baturaja dan sekitarnya. Gambar dibawah ini adalah gambaran keadaan jalan provinsi tersebut:


(66)

Gambar 20. Keadaan Jalan Provinsi

Selain jalan provinsi akses jalan selanjutnya adalah jalan utama desa. Jalan ini menghubungkan dari jalan provinsi sebagai jalan utama menuju desa-desa di daerah penelitian. Jalan ini juga menghubungkan antara desa satu dengan desa lainnya. Selain itu jalan utama desa ini dapat menghubungkan menuju Kecamatan Peninjauan. Berikut adalah gambaran keadaan jalan desa yang dapat menuju ke Kecamatan Peninjauan.


(67)

Kemudian terdapat juga jalan desa, jalan ini menghubungkan jalan utama desa ke permukiman penduduk yang berlokasi bukan di pinggiran jalan utama desa.

Gambar 22. Kondisi Jalan yang Menghubungkan Ke Permukiman Jalan setapak atau jalan tanah merupakan akses penduduk menuju ke perkebunan mereka. Jalan ini juga dapat berupa jalan permukiman-permukiman baru yang dulunya adalah daerah perkebunan yang beralih fungsi.


(68)

Gambar 23. Kondisi Jalan yang Menuju Ke Perkebunan 3) Ketersedian Lahan

Lahan merupakan faktor paling berperan, baik dalam kependudukan dan juga faktor ekonomi terutama sektor pertanian. Lahan yang ada umumnya digunakan sebagai lahan perkebunan yaitu komoditas karet. Lahan perkebunan inilah yang menjadi penompang ketersedian lahan untuk dijadikan perkampungan di daerah penelitian, dahulu sebagian besar wilayah Desa Batumarta I merupakan lahan perkebunan yang cukup produktif. Namun lambat laun dengan bertambahnya jumlah penduduk Di Desa Batumarta I lebih memilih lahan perkebunan sebagai alternatif untuk bermukim. Dari data statistik pada tahun 2005, ketersediaan lahan sekitar 25 Ha menjadi 23,82 Ha pada tahun 2010.

Bila dirata-ratakan pertumbuhan pertahun sekitar 0,236 Ha. Berdasarkan data diatas ketersediaan lahan perkebunan dari tahun 2005-2010 mengalami penurunan. Mengenai ketersediaan lahan perkebunan yang dapat dijadikan


(69)

sebagai lahan permukiman, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 25 berikut:

Gambar 24. Ketersedianya Lahan Perkebunan Berubah menjadi Permukiman Dari Gambar 25 dapat dilihat bahwa terdapat bangunan tempat tinggal penduduk yang menempati lahan perkebunan. Hal ini sebagai bukti bahwa lahan perkebunan terus mengalami perubahan lahan menjadi permukiman.

4) Ketersediaan Fasilitas Umum

Apabila suatu desa memiliki fasilitas-fasilitas umum yang dapat menunjang kebutuhan penduduknya, maka memugkinkan sekali bahwa desa tersebut akan berkembang dengan pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari sarana-sarana yang tersedia seperti:

a) Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di Desa Batumarta I dapat dilhat dalam Tabel. 13 dibawah sebagai berikut:


(70)

No Blok / Dusun Sarana Pendidikan

TK SD SMP SMA

1 Blok A 0 1 0 0

2 Blok B 1 1 0 0

3 Blok P 0 1 0 0

4 Blok S 1 1 0 0

5 Pasar Batumarta I 1 1 1 1

Sumber: Data Monografi Desa Batumarta I tahun 2010

Berdasarkan Tabel 13 diatas sarana pendidikan yang ada di Desa Batumarta I sudah maju, hal tersebut dapat dilihat dengan tersedianya pendidikan yang paling rendah sampai pendidikan menengah atas. Desa Batumarta I memiliki 3 buah Taman Kanak-Kanak, 5 buah Sekolah Dasar, 1 buah Sekolah Menengah Pertama dan 1 buah Sekolah Menengah Atas.

Gambar dibawah ini adalah gambaran sarana pendidikan di Desa Batumarta I tersebut:

Gambar 25. Contoh Sarana Pendidikan (SMA N 2 OKU)


(71)

Sarana kesehatan yang ada di Desa Batumarta I dapat disajikan dalam Tabel.14 sebagai berikut

Tabel.14Jumlah Sarana Kesehatan Di Desa Batumarta I No Blok / Dusun Sarana Kesehatan

Apotik Puskesmas Klinik Bidan Dokter

1 Blok A 1 1 0 2 0

2 Blok B 1 1 0 2 0

3 Blok P 0 1 0 1 1

4 Blok S 0 1 0 1 0

5 Pasar Batumarta I 2 0 1 3 4

Sumber: Data Monografi Desa Batumarta I tahun 2010

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada di Desa Batumarta I sudah sangat merata, hal tersebut dapat dilihat pada masing-masing blok. Desa Batumarta I memiliki 4 apotik, 4 puskesmas, 1 klinik rawat inap, 9 seorang bidan dan 5 seorang dokter. Desa Batumarta I tidak memiliki Rumah Sakit dikarenakan desa Batumarta I berbatasan dengan pusat Kota Baturaja sehingga masyarakat yang ingin berobat ke Rumah Sakit langsung ke Kota Baturaja. Gambar dibawah ini adalah gambaran sarana kesehatan di Desa Batumarta I tersebut:

Gambar 26. Contoh Sarana Kesehatan (Klinik Rawat Inap) c) Sarana Umum Lainnya


(72)

Disamping itu Desa Batumarta I mempunyai sarana umum lainnya seperti Kantor Desa, Pasar Gotong Royong, Bank, Kantor Pos, Pom Bensin , Polsek, Lapangan Futsal dan lain-lain. Oleh karena itu masyarakat Desa Batumarta I tidak perlu ke pusat kota kalau ada hal-hal penting. Dibawah ini merupakan contoh sarana umumnya lainnya.

Gambar 27. Contoh Sarana Umum Lainnya (Pom Bensin dan Pasar Gotong Royong)

Dengan tersedianya fasilitas tersebut penduduk akan mudah dan tidak perlu jauh-jauh ke pusat kota dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat penarik penduduk untuk bermukim di Desa Batumarta I.

5) Harga Tanah

Berdasarkan hasil survey (tanggal 15 Februari 2012) bahwa harga tanah 2012 di Desa Batumarta I cukup bervariasi namun bila dirata-rata harga tanah di dekat jalan raya kurang lebih Rp.150.000.000/Ha. Sedangkan harga tanah di bagian dalama kurang lebih Rp.75.000.000/Ha.

Sedangkan harga tanah tahun 2005 di dekat jalan raya kurang lebih Rp.50.000.000/Ha dan harga tanah bagian dalam kurang lebih 25.000.000/Ha.


(73)

Harga tersebut lebih murah bila dibandingkan dengan daerah lain seperti Kecamatan Baturaja Timur. Hal ini yang menjadi daya tarik penduduk untuk memilih Desa Batumarta I sebagai tempat permukiman.

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk akan erat kaitannya dengan semua faktor-faktor diatas. Tidak hanya satu faktor yang berpengaruh, tetapi hampir semua faktor akan berpengaruh. Setiap orang pasti akan memperhitungkan segala sesuatunya dalam membuat tempat bermukim. Mulai dari tempat yang aman, mudah dijangkau, dekat dengan pekerjaan, fasilitas umum yang mudah dan pastinya berada dekat keramaian.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial. Tidak hanya mementingkan lokasi yang aman dan datar tetapi jauh dari peradaban. Tidak juga berada pada tempat yang ramai tetapi jauh dari pekerjaan, tidak efisien.

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa lahan perkebunan pada tahun 2005 menempati areal seluas 25 ha (51,2%) dan pada tahun 2010 lahan perkebunan berkurang menjadi seluas 23,82 ha (48,8%). Arah perkembangan permukiman tahun 2010 cenderung ke segala arah. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman diantara nya di Blok A, Blok P, Pasar Unit 1, dan Blok S. Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman yaitu, topografi yang datar, aksesbilitas yang lancar, ketersedianya lahan, ketersediaan fasilitas umum, dan harga tanah meningkat.


(74)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk yang semakin dewasa ini merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia.

Kecamatan Lubuk Raja merupakan daerah pengembangan dari Kabupaten OKU, dari analisis peta google earth tahun 2005 skala 1:15.000 dalam kurun waktu 5 tahun terjadi banyak perubahan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa:

1) Lahan perkebunan pada tahun 2005 menempati areal seluas 25 ha (41,6%) dan pada tahun 2010 lahan perkebunan berkurang menjadi seluas 23,82 ha (39,7%). Lahan perkebunan yang semakin sempit maka dapat mengurangi produktivitas getah karet yang ada di Desa Batumarta I, jika hal yang sama terjadi di daerah lain maka penduduk akan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.

2) Arah perkembangan permukiman tahun 2010 cenderung ke segala arah. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman


(1)

83

Harga tersebut lebih murah bila dibandingkan dengan daerah lain seperti Kecamatan Baturaja Timur. Hal ini yang menjadi daya tarik penduduk untuk memilih Desa Batumarta I sebagai tempat permukiman.

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk akan erat kaitannya dengan semua faktor-faktor diatas. Tidak hanya satu faktor yang berpengaruh, tetapi hampir semua faktor akan berpengaruh. Setiap orang pasti akan memperhitungkan segala sesuatunya dalam membuat tempat bermukim. Mulai dari tempat yang aman, mudah dijangkau, dekat dengan pekerjaan, fasilitas umum yang mudah dan pastinya berada dekat keramaian.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial. Tidak hanya mementingkan lokasi yang aman dan datar tetapi jauh dari peradaban. Tidak juga berada pada tempat yang ramai tetapi jauh dari pekerjaan, tidak efisien.

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa lahan perkebunan pada tahun 2005 menempati areal seluas 25 ha (51,2%) dan pada tahun 2010 lahan perkebunan berkurang menjadi seluas 23,82 ha (48,8%). Arah perkembangan permukiman tahun 2010 cenderung ke segala arah. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman diantara nya di Blok A, Blok P, Pasar Unit 1, dan Blok S. Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi permukiman yaitu, topografi yang datar, aksesbilitas yang lancar, ketersedianya lahan, ketersediaan fasilitas umum, dan harga tanah meningkat.


(2)

84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk yang semakin dewasa ini merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia.

Kecamatan Lubuk Raja merupakan daerah pengembangan dari Kabupaten OKU, dari analisis peta google earth tahun 2005 skala 1:15.000 dalam kurun waktu 5 tahun terjadi banyak perubahan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa:

1) Lahan perkebunan pada tahun 2005 menempati areal seluas 25 ha (41,6%) dan pada tahun 2010 lahan perkebunan berkurang menjadi seluas 23,82 ha (39,7%). Lahan perkebunan yang semakin sempit maka dapat mengurangi produktivitas getah karet yang ada di Desa Batumarta I, jika hal yang sama terjadi di daerah lain maka penduduk akan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.

2) Arah perkembangan permukiman tahun 2010 cenderung ke segala arah. Daerah perkebunan yang mengalami perubahan menjadi permukiman


(3)

85

diantara nya di Blok A cenderung berkembang ke arah Timur, Blok P berkembang ke arah Timur dan Barat, Pasar Unit 1 berkembang ke arah Utara dan Selatan , dan Blok S cenderung berkembang ke arah Utara. 3) Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan perkebunan menjadi

permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU yaitu, topografi yang datar, aksesbilitas yang lancar, ketersediaan lahan perkebunan karet di Desa Batumarta I sekitar 25 Ha pada tahun 2005 menjadi 23,82 Ha pada tahun 2010 yang menyebabkan semakin sempitnya mata pencaharian masyarakat Desa Batumarta I, ketersediaan fasilitas umum yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin padat, dan harga tanah dari tahun 2005 ke 2010 mengalami peningkatan harga.

B. Saran

Kepada pihak Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja hendaknya memberi pengetahuan tentang perubahan penggunaan lahan sangat merugikan banyak pihak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anominus. 2005.Monografi Kecamatan Lubuk Raja Tahun 2005-2010. Anominus. 2010.Monografi Desa Batumarta I Tahun 2005-2010.

---. 2010. Badan Meteorologi dan Geofisika Sumatera Selatan Tahun 2010.

---. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Fokusmedia: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten OKU.Sensus Penduduk Kabupaten OKU. Bintarto R. 1977.Geografi Kota. Yogyakarta: UP. Spring.

Bintarto, R, dan Surostopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisis Geografi. LP3ES: Jakarta.

Bintarto. 1998. Geografi Penduduk dan Demografi. Badan Penelitian Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Daldjoeni. 1998.Geografi Desa dan Kota. PT Alumni: Bandung.

Juhadi daan Dewi Liesnoor Setyowati. 2001.Disain dan Komposisi Peta Tematik. Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Hernanto, Fhadoli. 1990.Pembangunan Pertanian di Pedesaan. LP3ES: Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan. html diakses Jam 23.14 tanggal 15 Mei

2012.

Kusumowidagdo, Mulyadi. 2007. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra. Lapan dan Unnes: Semarang.


(5)

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Pabundu Tika, Mohammad, 2005.Metode Penelitian Geografi. PT Bumi Aksara: Jakarta.

David Paine. 1993. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumber Daya. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Purwantoro, Suhadi. 2000. Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tahun 1987-1996 Berdasarkan Foto Udara. UGM: Yogyakarta.

Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan Aplikasi.PT Alfabeta: Bandung.

Sadiman, Arif Sukadi.1993. Metode dan Analisis Penelitian-Penelitian Mencari Hubungan. Erlangga. Jakarta

Sayogyo. 1987.Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE: Jakarta.

Soekarwati. 1990.Pembangunan Pertanian. PT Rajagrafindo: Jakarta.

Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi: Yogyakarta.

Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi (Buku Ajar). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia (Diktat). FKIP Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan.Alumni: Bandung.

Meteorologi Dan Klimatologi. Angkasa. Banding.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Lillisand/Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Trisnaningsih. 2006. Demografi Teknik. (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung


(6)

Yusran, Aulia. 2006. Kajian Perubahan Tata Guna Lahan Pada Pusat Kota Cilegon.Universitas Diponegoro : Semarang

Zainuddin, Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. PT Refika Aditama: Malang.


Dokumen yang terkait

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Permukiman Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2011.

0 2 13

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Permukiman Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2011.

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Permukiman Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2011.

0 2 24

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2005 DAN TAHUN 2013 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005 Dan Tahun 2013.

0 2 15

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2005 DAN TAHUN 2013 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005 Dan Tahun 2013.

0 2 12

PERUBAHAN BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2005-2010.

0 3 24

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 1995-2010.

0 2 24

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2005-2010.

0 2 18

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005 Dan Tahun 2009.

0 2 14

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005 Dan Tahun 2009.

1 4 15