FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)

FACTORS AFFECTING THE LEVEL OF VOLUNTARY DISCLOSURE OF
CORPORATE GOVERNANCE ANNUAL REPORT
(Empirical Studies In Food And Beverage Company Registered In Indonesia
Stock Exchange Year 2008-2011)

ABSTRACT

By

Desti Aripika

This study aims to analyze the factors that influence the level of voluntary
disclosure of corporate governance in the annual report food and beverage
company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The factors examined in
this study are firm size, age listing, the level of leverage, and profitability.
Data collection in this study using purposive sampling method in companies listed
in the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the year 2008 to 2011. There are
11 companies that are used as samples in this study, and there are 59 items to
detect the expression level of voluntary disclosure of corporate governance.
This study uses multiple regression analysis to examine the factors that influence
the level of voluntary disclosure of corporate governance. The results showed that

the independent variables that significantly affect the wider voluntary disclosure
of corporate governance is the size of the company. While the age variable listing,
the level of leverage, and profitability showed no significant effect on the level of
voluntary disclosure of corporate governance.

Keywords: Corporate Governance, Company Size, age listing, the level of
leverage, and profitability

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN
SUKARELA CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)

ABSTRAK

Oleh

Desti Aripika

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dalam laporan tahunan
perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, umur
listing, tingkat leverage, dan profitabilitas.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2008 – 2011. Ada 11 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian
ini, dan terdapat 59 item pengungkapan untuk mendeteksi tingkat pengungkapan
sukarela corporate governance.
Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh
secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela corporate governance
adalah ukuran perusahaan. Sedangkan variabel umur listing, tingkat leverage, dan
profitabilitas tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance.
Kata kunci: Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, umur listing,
tingkat leverage, dan profitabilitas

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM


Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis
dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain
apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya
sanggup menerima hukuman sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, 11 April 2013
Penulis

Desti Aripika

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pelita Jaya Kabupaten Pesisir Barat, pada tanggal 05
Desember 1989, sebagai anak bungsu dari pasangan Bapak Badrin dan Ibu
Martini.
Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Pelita
Jaya, Pesisir Barat. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan
Madrasah Tsanawiyah (MTS) di MTS NU Biha, dan pada tahun 2008 penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di MAN

Krui Pesisir Barat.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik
dan Bakat (PKAB) pada tahun 2008. Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif
di organisasi ROIS FEB dan BIROHMAH Universitas Lampung.

MOTTO



“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap” (Q.S Asy-Syarh: 6-8).



“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”

( Q.S At-Taubah:41 ).

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan penuh sujud syukur kupersembahkan karya kecilku yang penuh
perjuangan ini kepada:

Allah SWT, yang Maha Kuasa akan dunia dan seisinya, dengan kuasa-Nya
lah karya kecil ini bisa terselesaikan dengan baik. Alhamdulillahi
Rabbil’alamiin, terima kasih ya Allah.
Yang tercinta, Bapak dan Emakku, yang selalu memberikan cinta dan do’a
yang tulus sepanjang hidup yang tak kan pernah terbalaskan.
Yang tersayang kakak-kakakku Udo Yunarson Alm, Abang Riza
sekeluarga, Uwo Elya Alm, Kak Ikhwan Alm, Ngah Erni sekeluarga, Kak
Fitri sekeluarga, dan Abang Berlin sekeluarga. Kalian semua luar biasa..!
Ari sayang kalian semua dan begitu merindukan kebersamaan-kebersamaan
kita dahulu.
Yang tersayang keponakan-keponakanku Annisa, Zaky, Salwa, Syafina,
Nadia, Andre dan Yusuf.

Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu ada.
Akuntansi 2008. angkatan terbaik bagiku.
Yang kubanggakan almamaterku Universitas Lampung.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pelita Jaya Kabupaten Pesisir Barat, pada tanggal 05
Desember 1989, sebagai anak bungsu dari pasangan Bapak Badrin dan Ibu
Martini.
Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Pelita
Jaya, Pesisir Barat. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan
Madrasah Tsanawiyah (MTS) di MTS NU Biha, dan pada tahun 2008 penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di MAN
Krui Pesisir Barat.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik
dan Bakat (PKAB) pada tahun 2008. Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif
di organisasi ROIS FEB dan BIROHMAH Universitas Lampung.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vi

I. PENDAHULUAN .......................................................................................

1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................

1

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ............................................................

7


1.2.1 Perumusan Masalah ......................................................................

7

1.2.3 Batasan Masalah ...........................................................................

8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................

9

1.3.1 Tujuan Penelitian ..........................................................................

9

1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................

9


II. LANDASAN TEORI ..................................................................................
10
2.1 Teori Keagenan ......................................................................................
10
2.2 Good Corporate Governance ................................................................

12

2.2.1 Definisi Corporate Governance ...................................................

12

2.2.2 Tujuan dan Prinsip Good Corporate Governance .......................

13

2.3 Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance ......................

16


2.4 Penelitian Terdahulu ..............................................................................

19

2.5 Pengembangan Hipotesis .......................................................................

25

2.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Tingkat Pengungkapan
Sukarela Corporate Governance .................................................

25

2.5.2 Pengaruh Umur listing Pada Tingkat Pengungkapan
Sukarela Corporate Governance .................................................

27

2.5.3 Pengaruh tingkat leverage Pada Tingkat

Pengungkapan Sukarela Corporate Governance .........................

28

2.5.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Tingkat
Pengungkapan Sukarela Corporate Governance .........................

29

III. METODE PENELITIAN .............................................................................

31

3.1 Sumber Data...........................................................................................

31

3.2 Populasi dan Penentuan Sampel ............................................................

31

3.3 Sampel Penelitian...................................................................................

32

3.4 Model Penelitian ....................................................................................

33

3.5 Operasional Variabel Penelitian .............................................................

33

3.5.1 Variabel Dependen ........................................................................

33

3.5.2 Variabel Independen .....................................................................

35

3.6 Alat Analisis ...........................................................................................

36

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................

36

3.6.2 Pengujian Hipotesis ......................................................................

39

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................

40

4.1 Statistik Deskriptif ..................................................................................

40

4.2 Uji Asumsi Klasik ..................................................................................

43

4.2.1 Uji Normalitas ...............................................................................

43

4.2.2 Uji Multikolinearitas .....................................................................

44

4.2.3 Uji Autokolerasi ............................................................................

45

4.2.4 Uji Heterokedastisitas ...................................................................

46

4.3 Goodness of Fit …..................................................................................

46

4.4 Signifikansi Model Regresi (Ftest)….................................................

48

4.5 Pengujian Hipotesis ................................................................................

48

4.6 Pembahasan ………................................................................................

51

V. SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

55

5.1 Kesimpulan .............................................................................................

55

5.2 Keterbatasan Penelitian.........................................................................

56

5.3 Saran...................................................................................................

57

5.4 Implikasi .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

57
58

LAMPIRAN......................................................................................................... 61

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Kriteria Pemilihan Sampel ........................................................................

30

3. Klasifikasi Nilai d ..................................................................... ................

36

4. Hasil Uji Statistik Deskriptif .....................................................................

40

5. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................

44

7. Hasil Uji Statistik Autokorelasi ................................................................

45

8. Interpretasi Hasil Autokorelasi Durbin-Watson .......................................

45

9. Hasil Uji Goodness of Fit .........................................................................

47

10. Hasil Uji Signifikansi Model Regresi (F-test)
11. Hasil Pengujian Hipotesis.........................................................................

48
49

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Model Penelitian..................................................................................... 31

1

BAB 1
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi
yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib
mengenai tata kelola perusahaan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui
pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan menjamin
pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(Prayogi, dalam Yularto 2003). Penelitian mengenai pengungkapan sukarela
corporate governance ini menarik untuk dilakukan karena transparansi praktik
corporate governance merupakan hal yang penting sebagai wujud
pertanggungjawaban manajemen (agent) kepada pemilik (principal) perusahaan
dan pihak lain yang memiliki kepentingan.

Pengungkapan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan
ditangkap oleh pihak eksternal perusahaan sebagai suatu sinyal yang dapat
menggambarkan prospek perusahaan ke depan. Pihak eksternal (stakeholder),
seperti investor menggunakan bantuan informasi sebagai alat analisis yang bisa
menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi (Maines
et al., 2002 dalam Yolanda 2012). Informasi tersebut bisa membantu investor
dalam memprediksi tingkat resiko dan tingkat pengembalian, menilai waktu dan

2

ketidakpastian aliran kas perusahaan sekarang dan dimasa mendatang, serta
menilai dan mengawasi kinerja manajemen perusahaan. Dengan melakukan
prediksi dan penilaian terhadap informasi yang diungkapkan ini, investor
diharapkan dapat mengambil keputusan terbaik dalam berinvestasi. Tetapi,
beberapa tahun terakhir, muncul fenomena ketidakpuasan para stakeholders
terhadap penyajian pengungkapan data keuangan saja, karena komponen
keuangan saja ditemukan tidak mampu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders dalam pengambilan keputusan investasi. (Taures, 2011 dalam
Yolanda 2012). Ketidakpuasan stakeholders ini disebabkan oleh berbagai macam
faktor, salah satunya adalah krisis kepercayaan akan rasa aman investor dalam
berinvestasi. Untuk menciptakan kepercayaan akan rasa aman di mata
stakeholders nya, perusahaan seharusnya memberikan informasi yang lebih rinci
(detail), jelas (clarity), wajar (fair), dan tepat waktu (timely). Dengan kata lain,
informasi yang disampaikan harus transparan memberikan gambaran kinerja dan
operasional perusahaan sesungguhnya.

Menurut Oktoviana (2009) dalam Yularto (2003), pengungkapan informasi
perusahaan harus dilakukan secara berimbang, artinya informasi yang
disampaikan tidak hanya informasi yang bersifat positif saja namun termasuk
informasi yang bersifat negative juga. Tujuan dari hal ini dimaksudkan untuk
menghindari adanya informasi yang salah (disinformasi) dan informasi penting
yang disembunyikan oleh manajemen perusahaan (asimetri informasi) yang dapat
merugikan pihak eksternal. Pengungkapan seperti ini yang nantinya akan
menciptakan kepercayaan dan rasa aman bagi pihak stakeholders.

3

Cadburry (2002) dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) menyatakan bahwa
pengungkapan corporate governance penting untuk dilakukan. Dengan adanya
pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan terbuka
(transparan), maka akan menambah nilai (value) perusahaan bagi stakeholder.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi termasuk hal-hal
penting bagi pengambilan keputusan pemegang saham, kreditor, dan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini didukung dengan adanya Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK Nomor KEP-134/BL/2006, Peraturan Nomor X.K.6 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik
yang memuat ketentuan umum mengenai bentuk dan isi laporan tahunan termasuk
kewajiban perusahaan publik untuk memuat uraian singkat mengenai pelaksanaan
praktik tata kelola perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance pada
dasarnya cukup banyak. Rini (2010) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia.” Faktor-faktor yang
diteliti adalah ukuran perusahaan, umur listing, kepemilikan dispersi, perusahaan
multinasional, dan ukuran dewan komisaris. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan adalah ukuran
perusahaan. Akan tetapi, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi,
perusahaan multinasional, dan ukuran dewan komisaris tidak menunjukkan
pengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance. Sedangkan dalam
penelitian Kusumawati (2007) dengan judul “Profitability and Corporate

4

Governance Disclosure: An Indonesian Study.” Faktor-faktor yang diteliti adalah
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, reputasi auditor, kepemilikan
dispersi, dan tipe industri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variable
independen yang berpengaruh secara signifikan adalah ukuran perusahaan, umur
listing, reputasi auditor, dan kepemilikan dispersi, sementara variabel
profitabilitas, dan tipe industri tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Adapun faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas. Ukuran perusahaan
adalah merupakan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan, yang ukuran
besarannya dapat dilihat dari total aset dari suatu perusahaan. Menurut Yularto
(2003) perusahan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh
lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan
pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan
pemerintah, oleh karena itu perusahaan yang berukuran besar dituntut untuk
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang
berukuran kecil. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusumawati
(2007) menunjukkan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas
pengungkapan corporate governance. Akan tetapi, Robert (1992) dan Davey
(1982) dalam Purnasiwi (2011) penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda
dimana variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan informasi.

5

Umur listing perusahaan merupakan lamanya perusahaan beroperasi menjadi
perusahaan publik (Bhuiyan dan Biswas, dalam Rini 2010). Perusahaan dengan
umur yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan laporan tahunan dan perusahaan yang lebih tua juga lebih
mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Dalam
penelitian sebelumnya Yularto dan Chariri (2003), membuktikan bahwa umur
perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.

Leverage atau debt ratio adalah variabel yang sering digunakan dalam penelitianpenelitan terdahulu untuk menguji determinan dari pengungkapan perusahaan.
Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan atas proporsi penggunaan
hutang dalam membiayai investasi. Perusahaan yang mempunyai proporsi utang
lebih banyak dalam struktur permodalannya akan memiliki biaya keagenan yang
lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang
tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi para
kreditornya (Husaini, 2007 dalam Rini 2010). Itulah kenapa perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage yang tinggi cenderung mengungkapkan informasi
lebih luas. Penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Pramono 2010)
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
sukarela perusahaan. Sedangkan Fahrizqi (2010) dalam penelitiannya
menunjukkan hasil bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan
terhadap pengungkapan informasi sukarela perusahaan.

6

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit.
Pramono (2010) menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang baik

lebih cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi dalam bentuk informasi
sukarela yang lebih lengkap atau banyak dalam laporan tahunan dengan tujuan
untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan, sementara
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang buruk cenderung tidak
mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan berita buruk tersebut ke pasar,
agar nilai perusahaannya tidak turun. Dengan demikian, kenaikan profitabilitas
akan menyebabkan kecenderungan kenaikan tingkat pengungkapan laporan
informasi Corporate Governance, dan dalam penelitian ( Husaini, dalam Rini 2010)
menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap luas
pengungkapan sukarela., hasil ini bertentangan dengan itu penelitian Patten (1991),

Hackston and Milne (1996), Sembiring (2003) dalam penelitian Purnasiwi (2011)
yang menunjukkan hasil bahwa variable profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan informasi sukarela
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Amilia Kartika Rini (2010) yang
berjudul “Analisis luas pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia.” Penelitian ini berbeda dengan yang
dilakukan Amilia Kartika Rini dalam beberapa hal. Pertama, dalam penelitian
Amilia pengungkapan yang diteliti adalah pengingkapan wajib dan sukarela,
sedangkan dalam penelitan ini hanya meneliti tentang pengungkapan sukarela
saja. Kedua Amilia mengukur tingkat pengungkapan corporate governance
dengan menggunakan 105 item rekomendasi pedoman corporate governance
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang mulai berlaku pada tahun

7

2006, sedangkan dalam penelitian ini, tingkat pengungkapan corporate
governance diukur dengan 59 item pengungkapan sukarela yang mengacu pada
pedoman corporate governance terbaru oleh KNKG dan mulai berlaku sejak
2006. Ketiga, perbedaan dalam periode penelitian dan sampel penelitian .
Penelitian Amilia menggunakan periode penelitian tahun 2007-2008 dan sampel
nya adalah semua perusahaan publik di Indonesia, sedangkan periode penelitian
ini menggunakan tahun 2008 – 2011 dan sampel penelitiannya adalah perusahaan
food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.”

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang
dapat diangkat dalam penelitian ini:
1.

Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara positif pada tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance?

2.

Apakah umur listing perusahaan berpengaruh secara positif pada tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance?

8

3.

Apakah tingkat leverage financial berpengaruh secara positif pada tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance?

4.

Apakah profitabilitas berpengaruh secara positif pada tingkat pengungkapan
sukarela corporate governance?

1.2.2. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup
dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: ukuran perusahaan,
umur listing perusahaan, tingkat leveragel, dan profitabilitas. Alasan yang
mendasari pengambilan variabel-variabel ini adalah karena keempat variabel
ini menunjukkan hasil ketidakkonsistenan pada penelitian-penelitian
sebelumnya.
2. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011. Perusahaan food and beverage
adalah salah satu subsektor dari perusahaan manufaktur yang sahamnya stabil
dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi perekonomian, hal ini
karena dalam keadaan apapun masyarakat akan tetap mengkonsumsi makanan
ataupun minuman sebagai kebutuhan pokoknya, alasan inilah yang mendasari
pengambilan sampel perusahaan food and beverage ini.

9

Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
Membuktikan secara empiris pengaruh dari ukuran perusahaan, umur listing
perusahaan, tingkat leverage financial, dan profitabilitas pada tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1. Bagi akademisi, dapat menambah studi literatur tentang faktor kualitas
pengungkapan CG dan menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi praktisi, dapat memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan
aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku
pada ukuran-ukuran moneter.
3. Bagi lembaga regulator, hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai
masukan dalam meningkatkan kualitas standar dan menetapkan peraturan
pengungkapan corporate governance yang sudah ada.

10

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas
pengungkapan corporate governance. Jensen dan Meckling, (1976) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa teori keagenan (agency theory) muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut. Oleh sebab itu (agent) manajer sebagai
pengelola, berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada principal (pemilik). Salah satu bentuk informasi yang diberikan adalah
pengungkapan informasi seperti laporan keuangan. Akan tetapi pada
kenyataannya, hubungan antara pemilik (principal) dengan para (agent) manajer
dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical
information).

Para manajemen biasanya cendrung memiliki lebih banyak informasi tentang
perusahaan, sedangkan para principal menghadapi masalah kurangnya informasi
tentang perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer mengambil keuntungan
untuk memenuhi kepentingan pribadi mereka. Perbedaan kepentingan antara
manajer dan principal yang dibiarkan terus berlanjut dapat memicu timbulnya

11

biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan merupakan biaya yang dikeluarkan
pemilik untuk mengatur dan mengawasi kerja para manajer sehingga mereka
bekerja untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut Jensen and Meckling
(1976) dalam Rini (2010), terdapat tiga jenis biaya keagenan:
1. The Monitoring Expenditures by the Principle. Yaitu biaya monitoring yang
dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi perilaku agent.
2. The Bonding Expenditures by the Agent. The bonding cost yang menjamin
bahwa agent akan mematuhi mekanisme untuk menjamin bahwa mereka tidak
akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan principal.
3. The Residual Loss, yang merupakan penurunan tingkat kesejahteraan
principal maupun agent setelah adanya agency relationship. The Residual
Loss muncul dari kenyataan bahwa terjadi perbedaan antara keputusan yang
diambil oleh agent dengan keputusan yang seharusnya memberikan manfaat
maksimal pada principal.

Menurut Warsono (2009) dalam Pramono ( 2011) salah satu cara untuk
mengurangi perbedaan kepentingan dan asimetri informasi ini adalah dengan
melakukan penerapan dan pengungkapan terkait isu CG, karena dengan penerapan
dan pengungkapan CG yang baik sebagai agent perusahaan diharapkan dapat
melaksanakan tanggung jawab terhadap semua pemangku kepentingan, termasuk
pemegang saham sebagai principal. sehingga konflik kepentingan antara agent
dan principal dapat diminimalisasi.

12

Bhuiyan dan Biswas (2007) berpendapat bahwa tujuan yang mendasari adanya
penelitian mengenai corporate governance dalam akuntansi adalah untuk
menyediakan bukti sejauh mana informasi yang diberikan dalam sistem akuntansi
dapat mengurangi masalah keagenan. Corporate governance menciptakan suatu
sistem yang berhubungan dengan teori keagenan. Hubungan keagenan
menjelaskan konflik kepentingan antara pemilik dana dan pihak manajemen,
namun corporate governance melihat konflik kepentingan tersebut dengan
cakupan lebih tingkat yang melibatkan seluruh stakeholders perusahaan dalam
melakukan pengendalian terhadap perusahaan. Di lain sisi, manajemen sebagai
agent memiliki kesadaran untuk meyakinkan principal bahwa mereka telah
berupaya keras mengurangi perilaku oportunistik mereka dan bekerja demi
kebaikan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menunjukkan i’tikad baik dan memberikan laporan yang komprehensif kepada
principal (Kusumawati dan Riyanto, 2005).

2.2 Good Corporate Governance
2.2.1 Definisi Corporate Governance
Tata kelola perusahaan (bahasa Inggris: corporate governance) secara umum
merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang
mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan
atau korporasi (Fitriyani, 2001). Menurut Surat Edaran Menteri Negara Pasar
Modal dan Pengawas BUMN No.S.106/M.PMP.BUMN/2000, corporate
governance adalah segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis,

13

kebijakan, dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong
dan mendukung adanya pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan
risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban perusahaan
kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Nofianti (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa good corporate
governance adalah suatu sistem yang mengendalikan dan mengkoordinasikan
berbagai partisipan dalam menjalankan bisnis perusahaan sehingga jalannya bisnis
perusahaan tersebut dapat memfasilitasi perusahaan untuk:
1. Menunjukkan akuntabilitas dan tanggung jawab perusahaan;
2. Menjamin adanya keseimbangan diantara berbagai kepentingan dari
pemangku kepentingan (memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh
pemangku kepentingan), termasuk menghargai hak dari pemegang saham
untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya;
3. Melakukan pengungkapan dan transparan dalam setiap informasi (seperti
informasi tentang kinerja perusahaan, kepemilikan, maupun pemangku
kepentingan), termasuk juga transparan dalam membuat suatu keputusan.

2.2.2 Tujuan dan Prinsip Good Corporate Governance
Mulai diterapkannya prinsip good corporate governance di Negara Indonesia
adalah sejak menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan International
Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman
jadwal perbaikan corporate governance di Indonesia (Pramono, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Kep-10/M.EKUIN/08/1999

14

membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang
berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyusul
Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004.
Sejak KNKG didirikan, lembaga tersebut aktif merumuskan dan menyusun
rekomendasi kebijakan nasional tentang pedoman good corporate governance
yang berisi panduan mengenai tujuan serta prinsip-prinsip good corporate
governance di Indonesia.

Tujuan Good Corporate Governance (GCG) pada intinya adalah menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan.
Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris,
direksi, karyawan dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditor,
pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan
(stakeholders) (Arifin, 2005). Dalam corporate governance terdapat beberapa
prinsip yang perlu mendapat perhatian dari perusahaan untuk eksis di pasar yang
bersaing, berdaya inovatif yang tinggi, mampu mengambil risiko yang wajar, dan
senantiasa mengembangkan strategi yang baru untuk mengantisipasi situasi yang
terus berubah dari waktu ke waktu. Untuk itu, setiap perusahaan harus
memastikan bahwa prinsip-prinsip good corporate governance diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan (KNKG, 2006). Prinsipprinsip good corporate governance tersebut meliputi:

15

1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independence)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.

16

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.2.3 Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Laporan tahunan merupakan perangkat utama untuk menyampaikan informasi
yang digunakan oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang
mempunyai kepentingan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan
dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan pengguna informasi
lainnya. Kualitas informasi ini dapat dilihat dari sejauh mana luas pengungkapan
laporan tahunan yang di buat oleh perusahaan (Rini, 2010). Pengungkapan
merupakan langkah akhir dari proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam
bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Kata pengungkapan (disclosure)
memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Menurut Kamus Besar
Akuntansi, pengungkapan adalah
”Informasi yang diberikan sebagai lampiran/pelengkap bagi laporan
keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan (suplemen).
Informasi ini memberikan suatu elaborasi atau penjelasan tentang posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan.”

Kusumawati (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam studi-studi
yang telah dilakukan selama ini, pengungkapan laporan tahunan dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu jenis pengungkapan umum dan pengungkapan tertentu.

17

Pengungkapan umum berupa pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela.
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang memang diharuskan oleh
peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki wewenang atas peraturan tersebut, sedangkan
pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang diungkapkan melebihi dari
apa yang diwajibkan. Pengungkapan tersebut meliputi: financial disclosure, social
responsibility disclosure, environmental disclosure, dan termasuk pengungkapan
aspek tata kelola perusahaan (corporate governance). Seiring berkembangnya isu
mengenai good corporate governance, manajemen memiliki insentif untuk
meningkatkan nilai perusahaan di mata investor dengan cara memberikan
transparansi corporate governance melalui pengungkapan laporan tahunan sesuai
dengan pedoman praktik dan regulasi yang mengatur pengungkapan hal tersebut.
Seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada
keahlian dalam membaca kebutuhan pengguna laporan kuangan namun juga
tergantung pada standar yang dianggap cukup.

Menurut Hendriksen dalam Putri (1997) dalam Rini (2010), terdapat tiga konsep
yang umumnya diungkapkan, yaitu:
1.

Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure).
Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus ada,
sehingga laporan yang disajikan dapat diinterpretasi dengan benar dan tidak
menyesatkan pengguna laporan.

18

2.

Pengungkapan yang wajar (Fair disclosure)
Pengungkapan yang wajar menunjukkan tujuan etis untuk memberikan
perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan
keuangan serta menyediakan informasi yang layak bagi semua pengguna
laporan.

3

Pengungkapan yang lengkap (Full disclosure)
Pengungkapan ini diartikan sebagai penyediaan semua informasi lengkap
yang mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan.

Darrough dalam Na’im dan Rakhman (2000) dalam Rini (2010) mengemukakan
bahwa terdapat dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan
yang ditetapkan standar, yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan
oleh standar akuntansi yang berlaku, jika perusahaan tidak bersedia untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib memaksa
perusahaan untuk mengungkapkannya.
2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan Pengungkapan yang dilakukan secara
sukarela oleh perusahaan tanpa diisyaratkan dan diharuskan oleh peraturan
yang berlaku.

Di Indonesia pengungkapan corporate governance diatur melalui Keputusan
Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-134/BL/2006 Peraturan
X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

19

Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Bab VII Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia (KNKG, 2006) mengenai pernyataan
tentang penerapan pedoman good corporate governance dalam prinsip dasarnya
dinyatakan bahwa:
Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian
penerapan good corporate governance dengan pedoman good corporate
governance ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus
disertai informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan good
corporate governance. Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana
pedoman good corporate governance pada perusahaan tersebut telah
diterapkan.
Walaupun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan
minimum, setiap perusahaan berbeda secara substansial dalam penyampaian
informasi yang bersifat tambahan yang diungkapkan ke pasar modal. Perusahaan
harus kreatif dalam mengungkapkan informasi, terutama informasi yang tidak
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, termasuk hal-hal penting bagi
pengambilan keputusan pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan
lainnya (BAPEPAM, 2006).

2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah:
Pramono (2011) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap kualitas pengungkapan corporate governance pada laporan

20

tahunan perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 selama tahun 2009-2010 dengan
Faktor-faktor yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat persebaran
modal, leverage, dan klasifikasi industri. Sampel yang digunakan sebanyak 66
perusahaan dan terdapat 93 item pengungkapan untuk mendeteksi kualitas
pengungkapan corporate governance. Data yang digunakan ádalah laporan tahunan
perusahaan tahun 2009-2010. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel independent
yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pengungkapan corporate
governance adalah klasifikasi industri. Akan tetapi, ukuran perusahaan,
profitabilitas, tingkat persebaran modal, dan leverage tidak menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap kualitas pengungkapan corporate governance.

Kusumawati dan Riyanto (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
dalam karakteristik perusahaan dan karakteristik dewan komisaris yang
mempengaruhi tingkat transparansi good corporate governance. Karakteristik
Perusahaannya meliputi ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tipe
industri, dan tingkat kepemilikan dispersi. Sedangkan karakteristik dewan
komisaris meliputi ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen,
pemimpin dewan komisaris independen, cross-directorship komisaris, dan crossdirectorship pemimpin dewan komisaris. Data yang digunakan adalah laporan
tahunan 2001 perusahaan yang listed di BEJ. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tingkat
kepemilikan dispersi, ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen,
pemimpin dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap transparansi good
corporate governance.

21

Bhuiyan dan Biswas (2007) melakukan penelitian mengenai pengungkapan
corporate governance pada perusahaan perseroan terbatas yang terdaftar di Dhaka
Stock Exchange (DSE) dengan menggunakan sampel secara acak sebanyak 155
perusahaan dan menggunakan 45 item pengungkapan yang dipertimbangkan
dalam penelitian mereka. Untuk memudahkan analisisnya, maka digunakan
Corporate Governance Disclosure Index (CGDI). Dalam penelitian ini,
pengungkapan corporate governance yang diteliti adalah dengan menggunakan
karakteristik perusahaan sebagai variabel independennya. Karakteristik
perusahaan terdiri dari besaran perusahaan, kepemilikan lokal, perusahaan
multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan, pemberitahuan SEC,
dan ukuran dewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan lokal,
pemberitahuan SEC, dan besar perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan corporate governance. Sedangkan perusahaan
multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan dan ukuran dewan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate
governance.

Rini (2010) dalam penelitiannya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan
publik pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
tahun 2007 dan 2008 dengan menggunakan 105 item pengungkapan dalam
menentukan tingkat pengungkapan corporate governance. Faktor-faktor yang
diuji adalah besaran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi,
perusahaan multinasional, dan ukuran dewan komisaris. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan corporate governance dipengaruhi

22

secara signifikan oleh variabel independen besaran perusahaan.Sedangakan
variabel umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi, perusahaan multinasional,
dan ukuran dewan komisaris tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengungkapan corporate governance.

Fitriani (2001) melakukan pengujian terhadap tingkat pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela dengan variabel besar perusahaan, tingkat leverage,
tingkat likuiditas, status perusahaan, kelompok industri, net profit margin, jenis
KAP. Hasil penelitiannya menunjukkan tingkat pengungkapan wajib dipengaruhi
oleh variabel besar perusahaan, status perusahaan, kelompok industri, net profit
margin, dan jenis KAP. Sedangkan variabel yang mempengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela adalah besar perusahaan, status perusahaan, net profit
margin, dan jenis KAP, dan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan
sukarela dipengaruhi oleh besar perusahaan, status perusahaan, kelompok industri,
net profit margin, dan jenis KAP.

Almilia dan Retrinasari (2007) meneliti tentang kelengkapan pengungkapan
wajib dan sukarela perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian
membuktikan bahwa rasio likuiditas, rasio leverage, besar perusahaan, dan status
perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib. Sedangkan tingkat
pengungkapan sukarela tidak ada variabel yang berpengaruh. Rasio likuiditas,
besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

23

Penelitian Suripto (1999) mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Karakteristik perusahaan
dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage, rasio
likuiditas, basis kepemilikan perusahaan, pengaruh adanya PAKDES 1987,
penerbitan sekuritas serta bank dan non-bank. Penelitian ini menemukan bahwa
variabel ukuran perusahaan dan penerbitan sekuritas secara statistik signifikan
berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela, sedangkan lima variabel yang
lain ditemukan tidak signifikan.

Tabel 2.3
Ringkasann Penelitian Terdahulu

No Nama

1

Variable

Variable Independen

Hasil Penelitian

Peneliti

Dependen

Almilia dan

Luas

Size, leverage, likuiditas,

Size, leverage, likuiditas,

Retrinasari

kelengkapan

NPM, dan status.

dan status berpengaruh

(2007)

pengungkapan

terhadap
luas pengungkapan.

2

Ferry

Kualitas

Ukuran perusahaan,

ukuran perusahaan,

Adriawan

pengungkapan Profitabilitas, tingkat

profitabilitas, tingkat

Pramono

Corporate

persebaran modal,

persebaran modal,

(2011)

Governance.

leverage, klasifikasi

leverage, dan klasifikasi

industri

industri
berpengaruh terhadap
kualitas pengungkapan

3

Marwata

Luas

Aset, penerbitan

(2001)

pengungkapan sekuritas, basis,

sekuritas berpengaruh

Informasi

secara signifikan,

leverage, likuiditas,

Aset dan penerbitan

24

umur, kepemilikan

terhadap luas

asing, dan kepemilikan

pengungkapan.

publik
4

Bhuiyan dan

Pengungkapan Besaran perusahaan,

Kepemilikan lokal,

Biswas

corporate

kepemilikan lokal,

pemberitahuan SEC, dan

(2007)

governance

perusahaan

besar perusahaan

multinasional, lembaga

memiliki pengaruh

keuangan, umur listing

terhadap pengungkapan

perusahaan,

corporate governance

pemberitahuan SEC, dan
ukuran dewan
5

Amilia

Luas

Besaran perusahaan,

Besar perusahaan

Kartika Rini

pengungkapan umur listing, kepemilikan berpengaruh terhadap

(2010)

corporate

dispersi, perusahaan

Governance

multinasional, dan

luas pengungkapan.

ukuran dewan komisaris.
6

Kusumawati

Tingkat

ukuran perusahaan, status ukuran perusahaan, status

dan Riyanto

transparansi

listing, status auditor,

listing, status auditor,

(2006)

good

tipe industri, dan tingkat

tingkat kepemilikan

corporate

kepemilikan dispersi,

dispersi, ukuran

governance

ukuran komisaris,

komisaris, keberadaan

keberadaan komisaris

komisaris independen,

independen, pemimpin

pemimpin dewan

dewan komisaris

komisaris berpengaruh

independen, cross-

terhadap transparansi

directorship komisaris,

good corporate

dan cross-directorship

governance

pemimpin dewan
komisaris.
7

Fitriani

Tingkat

Besar perusahaan, tingkat Besar perusahaan, status

(2001)

kelengkapan

leverage, tingkat

pengungkapan likuiditas, status

perusahaan, kelompok
industri, net profit

25

wajib dan

perusahaan, kelompok

margin, dan jenis KAP

sukarela

industri, net profit

berpengaruh terhadap

margin, jenis KAP

tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dan
sukarela

8

Nurbuana

Luas

Indeks corporate

Indeks corporate

Tunjung

pengungkapan governance, struktur

governance, struktur

Ismoyowati

informasi

kepemilikan, dan dewan

kepemilikan, dan dewan

(2011)

sukarela

komisaris

komisaris,
berpengaruh terhadap
luas pengungkapan
informasi sukarela.

2.4 Pengembangan Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance
Pengaruh ukuran perusahaan pada pengungkapan informasi yang lebih tingkat
berhubungan dengan teori keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa
perusahaan besar memiliki agency costs yang lebih besar daripada perusahaan
kecil (Jensen dan Meckling, 1976). Sebagai upaya untuk mengurangi agency costs
tersebut, pengungkapan informasi yang lebih tingkat mungkin akan dilakukan
oleh perusahaan besar. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena
perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang
besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan
informasi untuk keperluan internal.

Almilia dan Retrinasari, (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan

26

informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang
besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap, sebaliknya
perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki
informasi yang lengkap dan banyak seperti halnya perusahaan yang besar. Dengan
demikian, biaya pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian informasi pada
perusahaan besar merupakan suatu kebutuhan yaitu untuk kepentingan internal
dan eksternal perusahaan, sehingga pengungkapan informasi bagi perusahaan
besar bukanlah suatu masalah. Sedangkan bagi perusahaan dengan sumber daya
yang relatif kecil, pengungkapan informasi yang lengkap membutuhkan adanya
tambahan biaya yang relatif besar dan perusahaan kecil umumnya sulit untuk
mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila
terjun ke bursa. Selain itu, perusahaan kecil umumnya berada pada situasi
persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu
banyak jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam
persaingan sehingga peru

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 33 59

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 17 63

Financial Distress, Corporate Governance dan Karakteristik Peruahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

0 3 165

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 76

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATPENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (periode 2008-2012).

0 0 84

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA LAPORAN TAHUNAN : Studi empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011

0 0 15