Financial Distress, Corporate Governance dan Karakteristik Peruahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

FINANCIAL DISTRESS, CORPORATE GOVERNANCE DAN
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata-1 (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun Oleh :
Anggita Rizki Hapsari
109081000188

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH
JAKARTA
1435 H/2015

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I.

IDENTITAS PRIBADI
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Status
Agama
Alamat Rumah
No. Telepon / HP
Email

II.

PENDIDIKAN FORMAL
1997 – 2003
2003 – 2006
2006 – 2009
2009 – 2015


III.

:
:
:
:

SDN 03 Pagi, Jakarta selatan .
SMPN 98, Jakarta Selatan.
SMAN 109, Jakarta Selatan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI
2003
2006
2006

IV.

: Anggita Rizki Hapsari

: Magetan, 03 Juli 1991
: Perempuan
: Belum Menikah
: Islam
: Citayam, Kp. Pabuaran GG kapuk RT/RW:
006/005. Pabuaran, Bogor.
: (021) 90530172/ 0857-780-68-347
: gitagita1991@yahoo.co.id

: Anggota Paskibra SMPN 98 Jakarta
Selatan.
: Anggota OSIS SMAN 109 Jakarta Selatan.
: Anggota theater SMAN 109 Jakarta
Selatan.

PENGALAMAN KERJA
2012
2013
Juli 2014-Sekarang


: PT. Jaya Konstruksi
Jabatan: Staff Arsip.
: PT ABC
Jabatan : Marketing Staff .
: PT. Nielsen Indonesia.
Jabatan: FDR. Preferens Data.

v

ABSTRACT
This study was to analyze the factors of voluntary disclosure in the annual
report listed on Indonesian stock exchange. Independent variables were assessed
in this study is financial distress, corporate governance was reflection by the
proportion of independent commissioners and committee audit while the
characteristic of the company was reflected by leverage, profitability and firm
size, dependent variables in this study is voluntary disclosure. The population was
publicly traded manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange
the period 2009 to 2013. Sampling technique was done by purposive
sampling.The number of populations included in this study as many as 25
companies for a total study sample was 125 annual reports. Type of regression

model used in this study is multiple regression using SPSS 22.Results of this study
indicated that financial distress,committee audit, ,firm size has significant. while
the independent variables were not significantly affected independent
commissioners, leverage, profitability.
Keywords: Financial Distress, Corporate Governance, Characteristic of the
company, Voluntary disclosure

vi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah financial distress, corporate governance dicerminkan dengan
komisaris independen dan komite audit, karakteristik perusahaan dicerminkan
dengan leverage, profitabitas dan ukuran perusahaan, sedangkan variabel
dependennya adalah jumlah pengungkapan sukarela. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di BEI periode 2009
sampai 2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.
Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 25 perusahaan

sehingga total sampel penelitian adalah 125 laporan tahunan. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa financial distress, komite audit dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, sedangkan
komisaris independen, leverage dan profitabilitas tidak mempengaruhi luas
pengungkapan sukarela.
Kata kunci
: Financial Distress, Corporate Governance, Karakteristik
Perusahaan, Pengungkapan Sukarela,

vii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’alaa atas segala nikmat, rahmat,
karunia, hidayah dan inayah-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan seluruh seluruh saudara saudara kita sesama
muslim.

Alhamdulillahi rabbil’alamin tak lupa penulis ucapkan dan dengan Rahmat
dan Ridho-Nya akhirnya skripsi dengan judul “Financial Distress, Corporate
Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada
Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go
Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)” dapat
diselesaikan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak lepas dari dukungan, bantuan,
bimbingan, dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah Subhanahu wata’alaa, atas segala nikmat dan karunia yang
diberikan, nikmat sehat dan akal yang sangat luar biasa, sehingga bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Untuk kedua orang tuaku tercinta terimakasih atas seluruh kasih sayang
dan dan cintanya. Dukungan yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai
terselesaikannya skripsi ini. Selalu mendoakan dan menyemangati penulis
, semoga Allah selalu melindungi ayah dan ibu.
3. Bapak Prof. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan juga
masukan-masukan yang sangat positif dan membantu menyempurnakan

skripsi ini.
4. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen pembimbing II yang
selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan

viii

juga

masukan-masukan

yang

sangat

positif

dan

membantu


menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, S.E.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Bapak Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik.
8. Seluruh jajaran dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu mulai dari semester awal sampai dengan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk PT. AC Nielsen selaku tempat penulis bekerja yang telah
memberikan dukungan dan perhatian yang mendalam terhadap penulis,
serta terkhusus untuk Bapak Joe Pandiangan selaku Ketua tim Referens
data yang sangat baik hati telah memberikan dukungan, masukan dan izin
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk Adik-Adik yang selalu mendoakan penulis Alya Ayuni N dan Restu
Pangestu. I love you guys.
11. Untuk Ilham Prabowo tersayang yang sudah menemani diseparuh
perjalanan hidup. Terimakasih atas dukungan, semangat dan waktu yang
selalu diluangkan untuk penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. I love

you forever.
12. Untuk teman-teman seperjuangan terkhusus terutama teruntuk Ratih
Kurniati Putri, Risti Kurnia Ainanur yang selalu menyemangati penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kalian Luar Biasa.
13. Untuk Erna Hadian ningsih yang selalu meluangkan waktunya untuk
mengajarkan SPSS dan membantu mengerjakan skripsi.
14. Seluruh teman-teman Manajemen E yang sangat awesome. Nobody can
beat us!

ix

Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik. Namun tidak mustahil jika pepatah, ”tak ada
gading yang tak retak“ masih ada dalam penyusunan skripsi ini. Kesempurnaan
skripsi ini memang semata-mata adalah berkat karunia Allah SWT. Oleh karena
itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Tangerang, 22 September 2015
Penulis

Anggita Rizki Hapsari

x

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................

iv

ABSTRACT ................................................................................................

vi

ABSTRAK .................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ...............................................................................

viii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xv

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................

1

B. Perumusan Masalah .........................................................

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................

10

1. Tujuan Penelitian .......................................................

10

2. Manfaat Penelitian .....................................................

11

LANDASAN TEORI
A. Teori yang Relevan dan Penelitian Terdahulu ................

13

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ...... ……………..

13

2. Teori Sinyal (Signal Theory) ............. ……………..

17

3. Luas Pengungkapan Sukarela ........... ……………….

20

xi

4. Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ................

23

5. Corporate Governance .............................................

28

a. Komisaris Independen ........................................

33

b. Komite Audit ......................................................

34

6. Karakteristik Perusahaan............................................

38

a. Leverage ...............................................................

38

b. Profitabilitas ........................................................

41

c. Ukuran Perusahaan (Size) ...................................

43

B. Keterkaitan antar variabel ..............................................

35

1. Financial Distress dan Pengungkapan Sukarela .....

46

2. Komisaris Independen dan Pengungkapan Sukarela

47

3. Komite Audit dan Pengungkapan Sukarela ..............

48

4. Leverage dan Pengungkapan Sukarela .....................

49

5. Profitabilitas dan Pengungkapan Sukarela ...............

49

6. Ukuran Perusahaan (Size) dan

BAB III

Pengungkapan Sukarela ...........................................

50

C. Penelitian Terdahulu .......................................................

51

D. Kerangka Pemikiran .......................................................

62

E. Hipotesis Penelitian ........................................................

63

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................

64

B. Metode Penentuan Sampel...............................................

64

C. Metode Pengumpulan Data ..............................................

66

1. Penelitian Pustaka (Library Research) .....................

66

xii

BAB IV

2. Penelitian Lapangan (Field Research)......................

66

D. Metode Analisis Data.......................................................

66

1. Statistik Deskriptif ....................................................

67

2. Uji Asumsi Klasik.....................................................

67

a. Uji Normalitas ...................................................

67

b. Uji Multikolinieritas ..........................................

68

c. Uji Autokorelasi.................................................

69

d. Uji Heteroskedastisitas ......................................

70

3. Pengujian Hipotesis ..................................................

70

4. Uji Statistik ...............................................................

72

5. Koefesien Determinasi ..............................................

72

6. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F) .....................

73

7. Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t) ...

74

E. Operasional Variabel Penelitian ......................................

75

1. Variabel Dependen (terikat)......................................

75

2. Variabel Independen (bebas) ....................................

76

a. Financial distress ..............................................

77

b. Corporate Governance......................................

78

c. Karakteristik Perusahaan ...................................

80

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................

83

1. Deskripsi Objek Penelitian .......................................

83

2. Deskripsi Sampel Penelitian .....................................

84

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ...................................

88

xiii

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................

88

2. Uji Asumsi Klasik.....................................................

91

a. Uji Normalitas ...................................................

92

b. Uji Multikolinieritas ..........................................

95

c. Uji Heteroskedastisitas ......................................

96

d. Uji Autokorelasi.................................................

98

3. Uji Hipotesis .............................................................

99

a. Koefisien Determinasi .......................................

100

b. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F) ..............

101

c. Uji Signifikansi Parameter Individual(Statistik t) 102
4. Analisis Regresi Berganda ........................................
BAB V

107

PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................

110

B. Implikasi ..........................................................................

112

C. Saran ................................................................................

113

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

115

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................

123

xiv

DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu .............................................

52

1.1 Tabel Operasional ..........................................................

82

4.1 Tabel Seleksi Sampel ......................................................

85

4.2 Tabel Daftar Nama Sampel Perusahaan .........................

86

4.3 Tabel Statistik Deskriptif ................................................

88

4.4 Tabel Kolmogorov-Smirnov............................................

94

4.5 Tabel Uji Multikolonieritas ............................................

95

4.6 Tabel Uji Heteroskedastisitas .........................................

98

4.7 Tabel Uji Autokorelasi ...................................................

99

4.8 Tabel Koefisien Determinan ...........................................

100

4.9 Tabel Uji Signifikansi Simultan .....................................

101

4.10Tabel Uji Signifikansi Parameter Individual ..................

103

xv

DAFTAR GAMBAR
2.3 Skema kerangka pemikiran.............................................

62

4.1 Grafik Histogram ............................................................

92

4.2 Grafik Normal Plot .........................................................

93

4.3 Grafik scatterplot ............................................................

97

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Daftar Nama Perusahaan Sampel ...................................

123

2.

Indeks Pengungkapan Sukarela ......................................

125

3.

Financial distress............................................................

127

4.

Corporate Governance ...................................................

129

5.

Karakteristik Perusahaan ................................................

133

6.

Indikator Voluntary Disclosure ......................................

139

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Penelitian
Perusahaan

perseroan

terbatas

mempunyai

kewajiban

untuk

menyampaikan laporan keuangan perusahaannya. Laporan perusahaan yang
disampaikan kepada Bapepam dapat berupa laporan keuangan maupun
laporan tahunan. Dalam penyusunan laporan keuangan diperlukan proses
yang tidak mudah, banyak aspek yang perlu diperhatikan antara lain; kepada
siapa laporan keuangan ditujukan apakah pihak eksternal, internal ataukah
pihak penyedia dana (debitur), bagaimana dampak penyajian laporan
keuangan tersebut pada perusahaan selanjutnya.
Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan
informasinya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan
tersebut juga merupakan media pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
bagi para manajer dalam organisasi (Mujiyono dan Magdalena, 2010).
Informasi pada laporan keuangan dan laporan tahunan sangat
membantu investor dalam pengambilan keputusan transaksi investasi di
pasar modal. Bagi pihak-pihak di luar manajemen perusahaan, laporan
keuangan perusahaan merupakan media informasi untuk mengetahui kondisi
perusahaan. Sejauh mana informasi dapat diperoleh tergantung pada sejauh
mana keterbukaan informasi dan pengungkapan (disclosure) pada pelaporan
keuangan emiten (Nuryaman, 2009).

1

Agar informasi yang terdapat dalam laporan tahunan dapat dipahami
oleh penggunanya, perusahaan memerlukan pengungkapan secara memadai.
Perusahaan

diharapkan

lebih

transparan

dan

akuntabilitas

dalam

pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan yang luas
dibutuhkan oleh pengguna informasi khususnya investor dan kreditor guna
mengambil keputusan investasi. Perusahaan tidak hanya mengungkapkan
apa yang diwajibkan oleh regulator tetapi juga menyampaikan informasi
lain diluar yang diwajibkan untuk menarik perhatian investor. Kualitas
informasi keuangan antara lain tercermin pada luas pengungkapan laporan
yang diterbitkan perusahaan.
Pengungkapan dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) yang merupakan pengungkapan yang diwajibkan
oleh pemerintah atau badan pembuatan standar (misalkan Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh lembaga yang berwenang (Rahmawati dan Mutmainah,
2004:87).
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi melebihi
yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai
laporan keuangan (Pancawati, 2008). Pentingnya pengungkapan sukarela
dengan pelaporan keuangan dilakukan oleh manajemen untuk menghindari
terjadinya asimetri informasi yang dapat memicu terjadinya konflik

2

keagenan

antara manajemen dengan pemegang saham, disamping itu

praktik pengungkapan sukarela memiliki kontribusi dalam menurunkan
biaya agensi yang timbul akibat terjadinya asimetri informasi antara pihak
principal dan agen (Faten, 2003).
Dengan adanya pengungkapan sukarela diharapkan para pemakai
laporan keuangan akan semakin lengkap informasinya dalam memahami
kegiatan operasional perusahaan dan semakin menunjukkan transparansi
perusahaan. Informasi keuangan yang diberikan oleh setiap perusahaan pada
laporan tahunan berbeda-beda. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan
yang beraneka ragam terkait banyaknya informasi yang mereka ungkapkan
kepada public.
Perusahaan akan mengungkapkan sedikit informasi apabila mereka
merasa

pengungkapan

yang

berlebihan

akan

menyingkap

rahasia

perusahaan kepada pesaing ataupun di hadapan pihak lain. Nasir dan
Abdullah (2004) menjelaskan, perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan akan mengungkapkan informasi lebih sedikit daripada perusahaan
yang sehat keuangannya. Hal ini menyiratkan bahwa ada keterkaitan antara
kesulitan keuangan dengan luasnya pengungkapan sukarela. Istilah kesulitan
keuangan bisa disebut dengan financial distress. Financial distress suatu
kondisi dimana perusahaan mengalami penyimpangan dan tekanan
keuangan yang secara bertahap akan mengarah kepada kebangkrutan (Plat
dan Platt, 2006). Financial distress merupakan salah satu ancaman bagi

3

keberlangsungan hidup perusahaan. Pentingnya sebuah perusahaan untuk
menghindari kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan.
Banyaknya alasan dan penyebab terjadinya financial distress pun sulit
untuk dijelaskan begitupun dengan hasil penelitian tentang financial
distresss berbeda-beda. Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:176)
apabila ditinjau dari kondisi keuangan ada tiga keadaan yang menyebabkan
financial distress yaitu faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan
modal, besarnya beban utang dan bunga serta menderita kerugian. Ketiga
aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu harus dijaga
keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress
yang mengarah kepada kebangkrutan.
Platt dan Platt (2006) menentukan kriteria dari perusahaan yang
mengalami financial distress sebagai berikut : “Negative EBITDA, interest
coverage, Negative EBIT, Negative net income, Cash flow lebih kecil dari
current maturities of long term debt, serta tidak ada pembagian deviden”.
Krisis keuangan pernah terjadi di kawasan Asia Selatan tahun 1997.
Krisis mulai dari Thailand, terus menyerbu Philipina, Indonesia, Malaysia
dan Korea Selatan. Hal ini diyakini karena adanya kegagalan penerapan
good corporate governance. Di Indonesia konsep corporate governance
secara resmi diperkenalkan pada tahun 1999 manakala Pemerintah
membentuk sebuah Komite Nasional Corporate Governance (KNCG).
Sebagaimana negara-negara lainnya, melalui KNCG membuat kode

4

corporate governance nasional pada tahun 2000, yang kemudian direvisi
pada tahun 2006 (Kamal, 2011).
Penerapan prinsip corporate governance juga erat kaitannya dengan
pengungkapan informasi perusahaan kepada publik, karena berguna untuk
mengurangi asimetri informasi. Dengan adanya penerapan prinsip
corporate governance yang baik akan memberikan keterbukaan informasi
yang akurat dan tepat waktu, kejelasan fungsi dan tanggung jawab organ
perusahaan, kepatuhan peraturan yang berlaku.
Nalim (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Good Corporate
Governance Dalam Perspektif Islam mengatakan: “Corporate governance
adalah bagaimana perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya kepada
pemegang saham (stakeholders) dan pemegang amanah (stockholders)
lainnya. Corporate governance pada dasarnya merupakan mekanisme
bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut suatu hak dan
kuasa tertentu”.
Good corporate governance adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar yang berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun dengan iklim usaha di suatu
Negara (KNKG, 2006). Sedangkan Good corporate governance menurut
OECD (2004), good corporate governance adalah salah satu elemen kunci
dalam

meningkatkan

efisiensi

dan

pertumbuhan

ekonomi

serta

meningkatkan kepercayaan investor. Forum Corporate Governance for
Indonesia (FCGI) (2001) menjelaskan: “Corporate governance adalah

5

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.
Corporate governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan
untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang.Perusahaan yang
menerapkan corporate governance akan menjadi daya tarik bagi investor
untuk menanamkan modalnya. Sejarah corporate governnace Indonesia
berhubungan erat dengan krisis financial Asia Selatan 1997.
Luas pengungkapan sukarela antara perusahaan dalam industri satu
dengan industri lainnya berbeda-beda. Perbedaan dipicu oleh kandungan
resiko masing-masing industri yang berbeda (Rahmawati dan Mutmainah,
2004:88). Luas pengungkapan dapat dipengaruhi oleh karakteristik
perusahaan seperti budaya perusahaan, bidang usaha, proses produksi, pasar,
sumber daya dan lain-lain. Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban. Kinerja (performance)
meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profitabilitas). Sedangkan dari
pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe
auditor dan status perusahaan (Pancawati,2008:67).
Karateristik perusahaan seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, dan
leverage menunjukkan posisi keuangan dan kondisi perusahaan. Kondisi ini
mencerminkan bagaimana manejemen mengelola perusahaan dengan

6

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Apabila
kinerja perusahaan baik, manajemen akan melakukan pengungkapan yang
lebih luas, begitu pun sebaliknya. Pentingnya pengungkapan sukarela
membuat banyak penelitian mengenai pengungkapan sukarela baik
penelitian yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nancy Yunita (2012)
mengenai pengungkapan sukarela menunjukkan hasil yang tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian dalam penelitiannya dia
mengungkapkan

bahwa

pengaruh

proporsi

kepemilikan

manajerial

,kepemilikan institusional kualitas audit tidak memiliki pengaruh terhadap
voluntary disclosure.
Dalam penelitiannya Ming Liu,et.al (2009:137) menemukan pengaruh
positif antara komite audit dengan pengungkapan sukarela. Primastuti
(2012) Sunil Nandi dan Ghosh (2012) dalam penelitiannya membuktikan
tingkat pengungkapan perusahaan dan ukuran komite audit berpengaruh
positif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mujiono dan Magdalena
(2010) dari penelitiannya memberikan bukti empiris mengenai efek
leverage, saham publik, size, proporsi komite audit independen pada
pengungkapan sukarela baik secara partial maupun simultan hasilnya
menunjukkan bahwa leverage secara tidak signifikan mempunyai efek
negatif pada pengungkapan sukarela begitu juga dengan saham publik, size
dan proporsi komite audit independen yang tidak signifikan pada
pengungkapan sukarela.

7

Nasir dan Abdullah (2004) menjelaskan perbedaan pengungkapan
informasi perusahaan yang mengalami financial distressed: “Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan akan mengungkapkan informasi lebih
sedikit daripada perusahaan yang sehat keuangannya”.
Penerapan corporate governance merupakan salah satu alat untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas yang diperkirakan berhubungan
dengan pengungkapan sukarela. Independensi komite audit juga menjadi
penentu luas pengungkapan sukarela. Di samping itu komisaris independen
juga berpengaruh, semakin besar proporsi komisaris independen maka
tingkat pengawasan manajerial akan semakin efektif dan kemudian
perusahaan lebih banyak melakukan pengungkapan sukarela.
Penelitian mengenai kondisi financial distress, corporate governance
dan karakteristik perusahaan dengan pengungkapan sukarela belum banyak
dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan mengungkapkan hasil yang
berbeda. Dari latar belakang ini, penulis tertarik meneliti hubungan antara
financial distress, penerapan mekanisme corporate governance dan
karakteristik perusahaan sehingga diharapkan pengungkapan sukarela dapat
diterapkan oleh perusahaan. Penelitian ini berjudul “Financial Distress,
Corporate

Governance

dan

Karakteristik

Perusahaan

terhadap

Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)”.

8

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

yang telah

dijabarkan

maka

peneliti

merumuskan masalah berikut:
1.

Bagaimana pengaruh secara simultan financial distress, proporsi
dewan komisaris independen, komite audit, leverage, profitabilitas,
dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia?

2.

Bagaimana pengaruh secara parsial financial distress terhadap
pengungkapan

sukarela

dalam

laporan

tahunan

perusahaan

manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
3.

Bagaimana pengaruh secara parsial proporsi dewan komisaris
independen terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?

4.

Bagaimana

pengaruh

pengungkapan

sukarela

secara
dalam

parsial

komite

laporan

audit

tahunan

terhadap
perusahaan

manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
5.

Bagaimana pengaruh secara parsial leverage terhadap pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat
di Bursa Efek Indonesia?

6.

Bagaimana pengaruh secara parsial profitabilitas perusahaan terhadap
pengungkapan

sukarela

dalam

laporan

tahunan

perusahaan

manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?

9

7.

Bagaimana pengaruh secara parsial ukuran perusahaan (size)
perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?

C.

Tujuan dan Manfaat penelitian
1.

Tujuan penelitian
1.

Menganalisa pengaruh secara simultan financial distress,
proporsi dewan komisaris independen, komite audit, leverage,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan

perusahaan secara

simultan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
2.

Menganalisa pengaruh secara parsial financial distress tehadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

3.

Menganalisa pengaruh secara parsial proporsi dewan komisaris
independen tehadap pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.

4.

Menganalisa pengaruh secara parsial komite audit tehadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

10

5.

Menganalisa pengaruh secara parsial leverage terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

6.

Menganalisa pengaruh secara parsial profitabilitas terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

7.

Menganalisa pengaruh secara parsial ukuran perusahaan
terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

2.

Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
a.

Bagi penulis : penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai financial distress ,corporate governance,
karakteristik

perusahaan

serta

pentingnya

pengungkapan

sukarela juga sebagai salah satu syarat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
b.

Bagi investor : penelitian ini dapat menambah informasi bagi
investor sebagai alat bantu pengambilan keputusan investasi
yang tepat sehingga tidak terpaku pada ukuran moneter saja.

c.

Bagi perusahaan : penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan

bahwa

fianancial

distress

perusahaan

dapat

menurunkan nilai perusahaan serta membantu mendorong
pengungkapan sukarela.

11

d.

Bagi pemerintah : penelitian ini diharapkan mampu mendorong
pemerintah memperluas pengungkapan sukarela, sehingga
pengungkapan informasi keuangan dapat mengurangi kesalahan
dalam pengambilan keputusan.

12

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Teori Relevan yang dan Penelitian Terdahulu
1.

Teori Keagenan (Agency Theory)
Ketika perusahaan masih berbentuk perusahaan perorangan,
masalah keagenan tidak mungkin timbul karena pemilik perusahaan
adalah juga sebagai manajer perusahaan. dengan demikian tidak
mungkin terjadi perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajer.
Demikian juga dengan perusahaan yang berbentuk persekutuan, belum
ada pemisahan antara pemilik dan manajer perusahaan secara hukum.
Dengan berkembangnya suatu perusahaan, si pemilik tidak mungkin
melaksanakan semua fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu
perusahaan, karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan sebagainya.
Dalam kondisi yang demikian pemilik perlu menunjuk pihak (agent)
lain yang professional untuk mengelola kegiatan perusahaan dengan
lebih baik (Sudana, 2011:11).
Mujiyono (2004) menjelaskan esensi dari teori keagenan
manajemen dianologkan sebagai: “Agen (manajer) dan pihak pemilik
perusahaan (pemegang saham) sebagai principal. Dalam hubungan
antara principal dan agent, principal mengajak agen untuk melayani
kepentingan principal dan mendelegasikan wewenang kepada agen
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian sebagai wujud
pertanggungjawaban, agen akan berusaha untuk memenuhi seluruh

13

keinginan pihak prinsipal dalam hal pengungkapan sukarela yang
lebih luas”.
Karena adanya pemisahan pemisahan antara pemilik dan pihak
pengelola (manajemen) kemungkinan adanya perbedaan kepentingan
diantara kedua belah pihak tidak bisa dihindari (Sundana, 2011:11).
Pentingnya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen
kepada pemegang saham didasarkan pada teori keagenan (agency
theory).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan teori keagenan adalah :
“Hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa
perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara
pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut”.
Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual di antara dua
pihak, yaitu principal dan agent. Principal menyediakan fasilitas dan
dana untuk menjalankan perusahaan, di pihak lain manajemen sebagai
agent mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanatkan
pemegang saham kepadanya. Agent diwajibkan memberikan laporan
periodik pada principal tentang usaha yang dijalankannya (Rahmawati
dan Mutmainah, 2004:89). Hubungan agensi ini seharusnya dapat
membuat perusahaan meningkatkan nilainya karena dikelola oleh
orang yang mengetahui dan memahami bagaimana menjalankan usaha

14

serta diawasi ketat oleh pemilik, namun yang terjadi sebaliknya
(Sulistyanto, 2008:117).
Perilaku dari manajer/agen untuk bertindak hanya untuk
menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan
pihak lain/pemilik perusahaan dalam hal ini menimbulkan asymmetric
information.

Dampak

asymmetric

information

memungkinkan

manajer mengambil keputusan dan kebijakan yang kurang bermanfaat
bagi perusahaan. Adanya kondisi ini menimnulkan tata kelola
perusahaan yang kurang sehat karena tidak adanya keterbukaan dari
manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada prinsipal
sebagai pemilik perusahaan (Dista, 2012).
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham (principal) yang tercermin pada meningkatnya harga
saham. Namun tujuan tersebut sering bertentangan dengan tujuan
pihak manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan. Adanya pihakpihak seperti pemegang saham, debtholder dan manajemen yang
mempunyai kepentingan berbeda sering memunculkan konflik
keagenan (agency problem) (Purwandari,2012).
Berdasarkan teori keagenan, antara pemilik perusahaan dan para
manajer memiliki kepentingan yang berbeda dalam upaya pencapaian
tujuan perusahaan. Perbedaan kepentingan tersebut dapat memicu
terjadinya

konflik

keagenan

yang

disebabkan

oleh

adanya

kesenjangan antara pihak manajer dan pemilik perusahaan atas

15

informasi yang mereka miliki mengenai kondisi perusahaan (Ratih
dan Merkusiwati, 2011:3).
Konflik keagenan yang terjadi dapat diminimumkan dengan
mekanisme pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingan
tersebut. Namun adanya mekanisme pengawasan akan memunculkan
biaya agensi (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) membagi
biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan
residual loss.
a.

Biaya Monitoring: biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk
mengawasi aktivitas dan perilaku manajer antara lain membayar
auditor untuk

mengaudit laporan keuangan perusahaan dan

premi asuransi untuk melindungi aset perusahaan.
b.

Biaya Bonding: biaya yang ditanggung oleh manajer untuk
memberi jaminan kepada pemilik bahwa manajer tidak
melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.

c.

Residual Loss: biaya yang ditanggung oleh prinsipal untuk
mempengaruhi keputusan manajer meningkatkan kesejahteraan
principal.
Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi adalah dengan

melakukan pengungkapan informasi perusahaan. Pihak manajemen
diwajibkan memberikan laporan periodik kepada pihak prinsipal
tentang kondisi perusahaan yang dijalankannya. Sementara pihak
prinsipal akan menilai kinerja manajemennya melalui laporan

16

keuangan yang disampaikan, sehingga laporan keuangan merupakan
sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya (Rahmawati dan
Mutmainah, 2007:89).
Sedangkan mekanisme eksternal dilakukan melalui aktifitas
pengawasan oleh pasar modal, pembuat undang-undang, penanaman
professional dari para investor (Dista, 2012).
Dorongan ini ditunjukkan sebagai alat penggerak yang
digunakan untuk mengurangi asimetri informasi dan biaya agensi
yang ditimbulkan dari konflik keagenan. Pihak principal juga dapat
membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat
insentif yang layak kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya
pengawasan untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent
(Prastiwi dan Puspitaningrum, 2013:2).
Dapat disimpulkan dari pengertian tersebut bahwa agency
theory adalah hubungan antara pemilik perusahaan (principal) dan
manajemen (agent) dimana masing masing pihak berperan penting
dalam menjalankan dan menentukan keberhasilan suatu perusahaan.
Principal menginginkan kemajuan perusahaan atas kepemilikikan
modal yang mereka keluarkan untuk usaha perusahaan tersebut
sedangkan agent menginginkan kompensasi dari usahanya tersebut.
2.

Teori Sinyal (Signalling Theory)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan
perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau

17

peraturan dari badan pengawas. Salah satu jenis informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di
luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak
berkaitan dengan laporan keuangan.
Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Di
samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang
dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun
informasi tersebut tidak diwajibkan.
Teori sinyal membuat manajemen perusahaan sebagai agen,
memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan
kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan adanya
asimetri informasi atau ketidakseimbangan penguasaan informasi
antara agen dengan prinsipal (konflik keagenan). Hal ini disebabkan
oleh agen yang memiliki lebih banyak informasi mengenai
perusahaan. Informasi perusahaan terangkum dalam laporan tahunan
perusahaan yang pada umumnya dipublikasikan kepada publik,
sehingga laporan tahunan menjadi penting bagi pihak eksternal
perusahaan (Primastuti, 2012:18).

18

Pengungkapan informasi tersebut dapat dianggap sebagai sinyal
untuk pasar modal, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi,
mengoptimalkan biaya keuangan (financing cost) dan meningkatkan
nilai perusahaan (Primastuti, 2012 :18).
Teori ini dapat menjelaskan hubungan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) dengan luas pengungkapan
informasi. Ketika perusahaan mengalami financial distressed maka
perusahaan mempunyai bad news yang menunjukkan sinyal negatif
bagi para investor sehingga ini akan mempengaruhi keterbukaan
manajemen

dalam

melakukan

pengungkapan,

sedangkan

jika

perusahaan sehat keuangannya berarti perusahaan mempunyai good
news bagi investor sehingga hal ini akan mempengaruhi pihak
manajemen dalam memberikan informasi perusahaan. Manajemen
berminat

menyampaikan

informasi

yang

dapat

meningkatkan

kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi
tersebut tidak diwajibkan.
Beberapa penelitian seperti yang dilakukan Abdullah dan Nasir
(2004) menunjukkan bahwa perusahaan yang sehat keuangannya
cenderung untuk mengungkapkan informasi lebih banyak daripada
perusahaan yang mengalami financial distressed. Definisi financial
distressed firms diartikan sebagai perusahaan yang menghadapi
penurunan kinerja keuangan sebagai akibat manajemen yang buruk
atau krisis keuangan. Penurunan kinerja keuangan dapat ditandai

19

dengan ekuitas yang negatif. Kinerja keuangan merupakan prestasi
dan kondisi keuangan perusahaan yang dinilai dengan ukuran tertentu.
Classen (1999) menjelaskan dalam penelitian ini, financial
distress diukur dengan menggunakan interest coverage ratio (ICR).
bahwa: “Financial distress terjadi saat perusahaan tidak bisa
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, di mana perusahaan tidak
bisa membayar hutang-hutangnya kepada kreditur. Pemakaian hutang
akan menimbulkan kewajiban financial yang bersifat tetap (biaya
bunga) dan ICR menunjukkan apakah kewajiban tersebut dapat
dipenuhi dari hasil penggunaan hutang terhadap operating profit
(EBIT). Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala
pengungkapan secara penuh. Dengan adanya kesediaan manajemen
dalam pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang
dapat ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau bahkan
memadai tidak perlu penuh”.
3.

Luas Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan menjadi ajang
untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor terutama
pengungkapan yang bersifat sukarela. Laporan tahunan adalah laporan
yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan
keuangan) dan informasi non-keuangan.
Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu

20

negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Luas
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan secara positif
berhubungan

dengan

banyaknya

jumlah

pengungkapan

yang

diberikan. Semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi
pengungkapan minimum, tetapi secara substansial perusahaan akan
berbeda-beda dalam hal jumlah pegungkapan informasinya ke pasar
modal (Pancawati, 2008:70).
Ming liu,et.al (2009:122) mencatat bahwa investor global dan
kreditor membuat keputusan mereka berdasarkan informasi yang
dipublikasikan dalam berbagai laporan non-keuangan, keuangan, dan
ekonomi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terdaftar. Investor
dan kreditur juga meninjau profitabilitas, kondisi keuangan, dan
kondisi non-keuangan, seperti informasi karyawan, direktur, dan
transaksi saham internal sebelum membuat keputusan investasi.
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan diluar informasi
yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan
pemakai laporan keuangan. Pancawati (2008:70) mengidentifikasi tiga
tingkat pengungkapan sebagi berikut:
a.

Adequate disclosure
Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan
yang berlaku, dimana informasi dan angka-angka yang disajikan

21

dalam laporan tahuanan dapat diinterpretasikan oleh investor
dan para pihak yang berkepentingan.
b.

Fair or ethical disclosure
Pengungkapan

yang

wajar

secara

tidak

langsung

menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang
sama kepada semua pemakai laporan keuangan untuk menerima
informasi yang handal sehingga tidak ada ketimpangan
informasi antar para pembacanya.
c.

Full disclosure
Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi
yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti
penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat.
Menurut mereka terlalu banyak informasi akan membahayakan.
Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan
mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan
keuangan sulit ditafsir oleh para penggunanya.
Pengukuran luas pengungkapan sukarela dalam penelitian ini

menggunakan daftar pengungkapan sukarela tanpa pembobotan.
Metode tanpa pembobotan dipilih karena:
1.

Laporan tahunan ditunjukkan untuk pihak umum sehingga
memungkinkan para pemakai mempunyai persepsi yang
berbeda-beda sehingga memungkinkan adanya item suatu

22

informasi yang dianggap penting bagi pihak tertentu tetapi tidak
penting bagi pihak lain.
2.

Untuk menghindari pemberian bobot secara tidak objektif
terhadap item-item informasi. Hasil penelitian Nasir dan
Abdullah (2004) maupun Evi dan Rosa (2014) menggunakan
peskoran baik dengan pembobotan maupun tanpa pembobotan
telah berhasil membuktikan bahwa hasilnya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.

4.

Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Evi dan Rosa (2013) mengamati dinamika kesulitan keuangan
perusahaan di Indonesia dan menyimpulkan bahwa krisis keuangan di
Indonesia telah dimulai sejak penghapusan subsidi BBM pada bulan
Oktober 2005 dan memuncak ketika krisis keuangan global terjadi di
Amerika Serikat pada kuartal IV awal tahun 2007. Fenomena ini
mengarah ke delisting perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, seperti Bahtera Adimina Samudera Corp dan Texmaco
Jaya Corp.
Nasir dan Abdullah (2004) juga mengungkapkan bahwa:
“Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan adalah sebuah
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan deflasi akibat dampak
dari krisis ekonomi dan miskin manajemen yang ditunjukkan oleh
laba bersih negatif berturut-turut dalam dua tahun”.

23

Financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan
sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Kebangkrutan adalah
kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak
mampu menjalankan operasi dengan baik. Sistem peringatan untuk
mengantisipasi adanya financial distress perlu dikembangkan karena
dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan
untuk memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kebangkrutan (Platt,
2006).
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010) financial distress
pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini
disebabkan oleh bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan
pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang
disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti
berikut ini : terjadinya pengurangan deviden, penutupan perusahaan,
kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran direksi dan jatuhnya
harga saham. dalam penelitian terdahulu financial distress dapat
diartikan sebagai berikut :
a.

Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi
(net operating income) negatif, digunakan oleh Hofer (1980)
dan Whitaker (1999).

b.

Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al.
(1996).

24

c.

Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi
kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990).

d.

Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif,
diguanakan oleh Asquith,et.al. (1991) dan Pindando,et.al.(2006).

e.

Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, diguanakan oleh
John, et. al. (1992) dalam Platt (2004).

f.

Stock–based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai
asset kurang dari nilai hutang dan flow–based insolvency yaitu
arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban,
digunakan oleh Altman (1993).

g.

Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang
saat ini digunakan Whitaker (1999).

h.

Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah
dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan
perencanaan restrukturisasi, digunakan pada penelitian Tirapat
dan Nittayagasetwat (1999).

i.

Negatif EBITDA interest coverage, Negatif EBIT, Negative Net
Income digunakan oleh Platt (2004).

j.

Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating
income negative) dan selama lebih dari satu tahun tidak
melakukan pembayaran deviden, digunakan oleh Almilia dan
Kristijadi (2003).

25

k.

Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku
ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah
merger, digunakan oleh Almilia (2004).
Ketidakmampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari

asset atau milik kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi
tidak cukup untuk melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua
bagian yaitu stock dan flow. Keduanya menggambarkan mengenai
ketidakmampuan perusahaan membayar hutang (insolvency) stockbased insolvency terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan bersih
yang negatif dan nilai asset kurang dari nilai hutang. Flow-based
insolvency terjadi ketika arus kas yang berjalan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban yang diminta (Rodoni & Ali, 2010 : 176).
Menurut Lizal (2002) mengelompokkan penyebab-penyebab
kesulitan dan menamainya dengan Model Dasar Kebangkrutan atau
Trinitas penyebab kesulitan keuangan. Ada tiga alasan yang mungkin
mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu:
a.

Neoclassical model
Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber
daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika
kebangkrutan

mempunyai

campuran

aset

yang

salah.

Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan
laporan laba-rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur
profitabilitas) dan liabilities/assets.

26

b.

Financial model
Pada kasus ini campuran aset benar tapi struktur keuangan
salah dengan batasan likuiditas. Hal ini berarti bahwa walaupun
perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia
harus bangkrut dalam jangka

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

1 5 137

PENDAHULUAN Pengaruh Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 2 8

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

0 6 30

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Studi Empiri

0 1 12

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ).

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DENGAN LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DENGAN LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JA

0 2 15

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 9 20

Hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015).

0 2 145

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)

0 4 10

ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 2013-2015) - repository perpustakaan

0 0 17