Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi a. Tempat Kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per- 05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Sedangkan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1, ayat 1 Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. commit to user 7 b. Potensi Bahaya hazard Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan Tarwaka, 2008. c. Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu 1 Manajemen insiden tingkat lokasi Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian dilokasi atau langsung ditempat kejadian. Penanggulangan ini dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas- petugas lapangan sesuai dengan keahlian masing-masing. Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis. 2 Manajemen Darurat tingkat unit atau tingkat daerah Manajemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana ditingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian. 3 Manajemen Krisis tingkat nasional atau tingkat korporat Manajemen krisis adalah manajemen yang berada pada tingkat paling tinggi, manajemen ini bersifat taktis dan strategis. Tugas dari manajemen krisis adalah menentukan kebijakan commit to user 8 dalam menghadapi suatu bencana atau keadaan darurat Soehatman Ramli, 2010. d. Tahapan Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengolah bencana dengan baik dan aman melalui tiga tahapan sebagai berikut : 1. Pra Bencana Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi ; Soehatman Ramli 2010 : a Kesiagaan Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna berdaya guna. Menbangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin ditengah masyarakat. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana. b Peringatan Dini Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum bencana terjadi adalah peringatan dini. Langkah ini commit to user 9 diperlukan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian darurat atau bencana datang. Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi tekena bencana akan kemungkian datang didaerahnya masing- masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan akan datangnya suatu bencana. c Mitigasi Bencana Menurut Peraturan pemerintah PP No. 21 tahun 2008 Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bahaya. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. Dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian. Mitigasi bencana harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain : commit to user 10 1 Pedekatan Teknis Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya : a Membuat rancangan atau disain yang kokoh dari bangunan sehingga taha terhadap gempa b Membuat material yang tahan terhadap bencana misalnya material tahan api. c Membuat rancangan teknis pengaman, misalnya tanggul banjir, tanggul lumpur, tanggul tangki untuk mengendalikan bahan berbahaya. 2 Pendekatan Manusia Pendekatan secara manusia ditunjukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup mnusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya. 3 Pendekatan Administratif Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat dilakukan pendekatan administratif dalam manajemen bencana khususnya ditahap mitigasi sebagai contoh : a Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana commit to user 11 b Sistem perijinan dengan memasukan aspek analisa resiko bencana c Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industri berisiko tinggi d Mengembangkan program pembinaan dan pelatihan bencana diseluruh tingkat masyarakat dan lembaga pendidikan. e Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat dan organisasi baik pemerintahan maupun industri berisiko tinggi. 4 Pendekatan Kultural Masih ada anggapan dikalangan masyarakat bahwa bencana itu adalah takdir sehingga harus diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan kemampuan berfikir dan berbuat, manusia dapat berupaya menjauhkan diri dari bencana dan sekaligus mengurangi keparahannya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kultural untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah membudaya sejak lama commit to user 12 Upaya pencegahan dan pengendalian bencana disesuaikan dengan budaya lokal dan tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. 2. Saat Kejadian Bencana atau Kejadian Darurat Tahapan paling krusial dalam system manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan. e. Keadaan Darurat Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila terjadi pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan manusia, merusak alat dan lingkungan Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 SMK3 PT Pupuk Kujang. Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyakbahan kimia atau terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalankerusakan salah satu alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang segera diperlukan dalam suatu pabrik perusahaan. Suatu keadaan darurat di suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk commit to user 13 mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin Soehatman Ramli, 2010. Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satubersamaan kejadian, seperti kebocoran menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan dan aset perusahaan Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 SMK3 PT Pupuk Kujang. f. Tanggap Darurat Tanggap darurat bencana respone adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri ; Soehatman Ramli, 2010: 1 Memadamkan kebakaran atau peledakan 2 Menyelamatkan manusia dan korban resque 3 Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting salage commit to user 14 4 Perlindungan masyarakat umum Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi. 2. Rencana Respon Gawat Darurat Sistem rencana respon gawat darurat dalam ISO 14001 serta tertera dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. Tentang sistem respon gawat darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk mengidentifikasi potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat lingkungan serta prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan mengurangi dampak lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan keadaan darurat tersebut. Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran, bocoran gas ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana alam. Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan dibuat rencana untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi keadaan darurat dengan Sertifikasi ISO 14001 : a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana dan prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan darurat sebenarnya atau sumber lainnya dengan uji coba. commit to user 15 Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi tiga, yaitu Sertifikasi ISO 14001 : a. Persiapan Distribusi Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh Pakar Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja setempat yang mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku. Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan rencanamelakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan, Fasilitas, Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap Darurat yang harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam perbaikan selanjutnya dari rencana yang ada sehingga mereka mengetahui keseluruhan rencana dengan baik dan turut merasa sebagai penyumbang saran. Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau dibagikan ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan harus ada di setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja resepsionis, pos penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar. Individu-individu dibawah ini yang harus memiliki salinan yang dikontrol : 1 Setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat 2 Komite Keselamatan 3 Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4 Dinas Pemadam Kebakaran commit to user 16 5 Rumah Sakit setempat 6 Koordinator Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum Keadaan Darurat Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat, hal-hal tersebut adalah : 1 Tim Respon Gawat Darurat Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin. Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena lamanya waktu pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya selama 2 tahun atau lebih jika mereka menginginkannya. commit to user 17 Anggota kunci dari Tim Respon Darurat adalah pemimpin tim. Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai kemampuan memimpin. Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah Tim Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk bergabung dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani masalah ini. Bagian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja harus terlebih dahulu menyerahkan permintaan untuk sukarelawan dalam Respon Gawat Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas individu-individu yang ingin bergabung dalam Respon Gawat Darurat lebih berharga dari mereka yang ditugaskan. Bila tidak cukup sukarelawan yang diperoleh, maka manajer tiap bagian harus menentukan siapa yang harus bergabung dalam Respon Gawat Darurat. Perlu bagi bagian lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mengirimkan salinan dari kebijakan atau dokumen-dokumen lain yang memperinci kebutuhan akan suatu commit to user 18 Respon Gawat Darurat yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak. 2 Peralatan Perlindungan Personil Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau PPE Personal Protective Equipment harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE Personal Protective Equipment yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju tahan bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya. 3 Peralatan Pembersih Tumpahan Bahan Kimia Sebelum keadaan gawat darurat terjadi perlu juga disediakan peralatan untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan darurat dan menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai contoh, keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan bahan kimia berbahaya ; peralatan pembersih yang disediakan meliputi bantal penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan kantong buangan, label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu. 4 Pelatihan Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, cedera, gempa bumi, dan commit to user 19 masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Subyek-subyek yang diberikan termasuk perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang racun, sistem komando kecelakaan, prosedur pembersihan tumpahan bahan kimia, penanganan drum gawat darurat, klasifikasi bahaya pemakain lembar data keamanan bahan, identifikasi dan penilaian bahaya, peralatan perlindungan diri PPE , peralatan pemantauan, pertolongan pertama, penanggulangan kebakaran, petunjuk tindakan gawat darurat dari departemen transportasi, dekontaminasi, dan beberapa topik umum dan spesifik lainnya. Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim Respon Gawat Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar- benar terlatih dalam fungsi Tim Respon Gawat Darurat. Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan. Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut, sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat diperoleh dari universitas atau lokasi lainnya. commit to user 20 5 Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat Tim Respon Gawat Darurat harus mempraktikkan keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur yang benar. Latihan ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada keberhasilan yang dicapai dan masalah yang dijumpai. Latihan harus dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim Respon Gawat Darurat dan sesekali dilakukan secara mendadak. 6 Kondisi Fisik Semua Tim Respon Gawat Darurat harus menjalani tes kebugaran, pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan apakah anggota Tim Respon Gawat Darurat dalam keadaan sehat atau sakit, sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan Tim Respon Gawat Darurat. 7 Komunikasi Tim Respon Gawat Darurat Anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat, juga perlu memberikan beberapa jenis alat commit to user 21 komunikasi gawat darurat pada tiap pimpinan perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja dari tiap situs, penjaga keamanan dan perawat di situs tersebut, karena merekalah sumber daya yang berguna bagi Tim Respon Gawat Darurat bila terjadi keadaan gawat darurat. 8 Rencana Tanggap Darurat Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian gawat darurat terjadi. Rencana yang dibuat harus diperbaharui apabila rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada dan terjadi suatu perubahan penting. 9 Ketersediaan Tim Tim Respon Gawat Darurat harus siap setidaknya selama jam kerja operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang berlangsung terus-menerus, berarti Tim Respon Gawat Darurat harus berada di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas diperlukan tim dalam pergantian shift pada sistem jam kerja. 10 Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat. Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD Ambulans. Dimana penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil commit to user 22 diskusi dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaanpemimpin Tim Tanggap Darurat. 11 Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans. Panduan sangat penting karena banyaknya keadaan “abu-abu” ketika pihak keamanan tidak yakin apakah hal tersebut darurat atau tidak. Bila ada keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan sebagai keadaan gawat darurat dan pihak-pihak terkait segera dihubungi. 12 Peta Evakuasi Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukan lokasi rencana gawat darurat, meja resepsionis, pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, peralatan untuk menangani tumpahan bahan kimia, P3K, dan elemen penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup. commit to user 23 13 Sistem Pemberitahuan Masyarakat Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di seluruh area pabrik tempat pekerja yang sedang berkumpul, termasuk area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan area yang bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji setiap bulan untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan sempurna. 14 Titik Pertemuan di Luar Lokasi Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat. Para penyelia diberitahu bahwa titik ini adalah tempat mereka memimpin segera setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien, maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam shift, sakit atau cuti. 15 Peralatan Gawat Darurat Lain Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang juga harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata, pemadam kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya. commit to user 24 16 Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat dan evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan latihan bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan terpisah. Para pekerja yang harus menangani proses-proses penting harus melakukan latihan mereka setelah giliran tugas mereka selesai. Bila memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama bagi seluruh fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang sesungguhnya. 3. Peringatan dan Tanda Bahaya komunikasi Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada tiga hal yang perlu ditentukan adalah : a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan darurat. b. Melatih personil c. Sistem peringatan dini Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu commit to user 25 pekerja yang ditunjuk perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan sedang seluruh karyawan perlu membiasakan dan memahaminya serta bersiap melaksanakan peran masing-masing sesuai jenis bahaya yang terjadi. Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos masing- masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasi dan prosedur yang ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima komando Syukri Sahab, 1997. 4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat Setelah keadaan darurat terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. a. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan jalannya operasi perusahaan seperti sebelum commit to user 26 bencana terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan seperti semula. b. Rekonstruksi Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaan utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya eran serta masyarakat pada wilayah pasca bencana Soehatman Ramli, 2010. Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian. Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus secepatnya dipulihkan kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai dengan prosedur start up dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi di bawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama adalah mengiventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal Syukri Sahab, 1997. Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk menyusun suatu rencana pemulihan keadaan darurat untuk membantu commit to user 27 pemulihan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi. Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat yaitu Sertifikasi ISO 14001 : 1 Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat ditambah perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti operasi, sistem manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan, prasarana, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan, penjualan, rekayasa, dan mutu. 2 Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan sumber daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada mengalami kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini akan menunjukkan apa yang harus segera diganti. Daftar inventaris ini mencakup orang-orang, file , produk yang dihasilkan dan bahan bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen yang ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian kerugian oleh pihak asuransi. 3 Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap sumber daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus commit to user 28 dibuat untuk menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan menunjukkan di bagian mana cadangan diperlukan. 4 Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi dampak yang potensial harus dipersiapkan untuk sumber daya- sumber daya yang dianggap penting dan mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk terkena dampak atau rusak. Sebagai contoh, hal ini mungkin mencakup peningkatan pelatihan, pembuatan file-file cadangan dan cadangan untuk kegiatan operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan tambahan bagi bahan- bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana Gawat Darurat, persiapan menghadapi gempa dan sistem pemadaman api tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran. 5 Strategi Pemulihan Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu bencana dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi atau dihindari bila bencana yang hebat terjadi. Dalam situasi ini yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah menyiapkan strategi pemulihan dan melakukannya dengan sebaik mungkin. 6 Nomor Telepon dan Kontak Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada strategi pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat. Nomor-nomor telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam commit to user 29 rencana pemulihan bencana. Sebagai tambahan pada apa yang sudah ada dalam rencana respon gawat darurat, nomor-nomor telepon seperti Pemilik Bangunan, Pertahanan Sipil dan Manajemen Puncak harus dimasukkan. 7 Inspeksi Rutin Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan darurat harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan untuk melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan. 8 Pusat Pengendalian Pemulihan Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu gedung, maka pusat pengendalian pemulihan keadaan daruratbencana harus didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian ini dapat didirikan di fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk membuat markas pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat perusahaan, karena bila terjadi bencana keduanya akan lumpuh bersamaan. Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus secanggih organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau tidak bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit, maka markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki beberapa file cadangan. Sebaliknya, jika organisasinya besar, maka commit to user 30 markas pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam hal ini harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit tenaga listrik, cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K, peralatan kantor dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja. 9 Perawatan Pencegahan Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat dengan baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih kecil pada kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi bencana. Kebanyakan fasilitas yang dimiliki bagian-bagian mempunyai jadwal perawatan pencegahan ini, sehingga produksi dapat berjalan normal. Karena itu perlu ditekankan bahwa jadwal tersebut ada dan frekuensi perawatan mencukupi. 10 File dan Sistem Komputer Cadangan Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus dibuat cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya. Sistem perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan operasional juga harus dapat berfungsi di tempat lain, selain dari yang ada di lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket juga harus dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara berkala. 11 Cadangan File-file Dokumen Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus dibuat salinannya dan disimpan di tempat cadangan. Salah satu commit to user 31 alternatif adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke dalam hard disk computer , disket atau mikro film,dan disimpan di lemari yang tahan api. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan scanner atau mentransfer informasi ke dalam komputer. 12 Komunikasi Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional. Karena itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alat- alat komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan radio komunikasi. 13 Persediaan untuk Pekerja Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk kesehatan dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke rumah mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan makanan. 14 Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan selama keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan yang menggunakan atau menyimpan bahan-bahan kimia atau limbah berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, tergantung pada kegiatan operasional, drum dan pompa cadangan commit to user 32 perlu dimiliki bila tangki penyimpanan yang ada hancur selama terjadi bencanakeadaan darurat. 15 Gambar-gambar Fasilitas Lokasi Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan dan disimpan di markas pengendalian bencanakeadaan darurat. 16 Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan menyebarkan rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi. Keseluruhan bagian pemulihan bencana dapat menjadi garis besar umum untuk rencana yang dibuat dan kemudian informasi lokasi yang spesifik dapat ditambahkan. Segera setelah rencana selesai, harus diberikan pada Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan bencana, pos komando keamanan, perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan, petugas keamanan, dan manajemen puncak. Rencana tersebut harus diperbaharui sekurangnya sekali setahun atau lebih cepat bila terjadi perubahan yang besar. b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat , aktivitas- aktivitas berikut ini harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas ini dapat dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah strategi pemulihan sebelumnya. Sertifikasi ISO 14001 commit to user 33 1 Membentuk Tim Pemulihan Bencana Disaster Recovery Team Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan tentang hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja dan sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana DRT . Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan, operasional, dan keuangan. 2 Pemeriksaan Area Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang ditemukan, memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini merupakan pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon Gawat Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan ketiga juga akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis yang ada dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan jumlah biaya yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan rekomendasi-rekomendasi. 3 Kebutuhan para Pekerja Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh, kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini mencakup memberikan informasi kepada keluarga mereka atau membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin mempunyai kebutuhan lain selama atau sesudahnya terjadinya commit to user 34 bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan, minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan. 4 Perusahaan Asuransi Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi datang. 5 Mengumpulkan Mereka yang Terampil Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan pekerjaan- pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa produktif dan berguna 6 Memulihkan Prasarana Utilitas Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana utilitas harus dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air, dan commit to user 35 sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila terdapat bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup terlebih dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali membersihkan uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus dilakukan dengan hati- hati karena dapat membakar uap dari bahan-bahan kimia yang mudah terbakar dan bahan bakar yang ada di lokasi. 7 Memulihkan Komunikasi Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk memulihkan sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan untuk menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat komunikasi lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja maka saluran hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan pekerja dan masyarakat. 8 Perbaikan Fasilitas Pabrik Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan atau mulai memperbaiki pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada fasilitas yang ada mungkin memerlukan pengalihan lokasi sementara. Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan atau sepenuhnya diluar tempat kejadian. Bila terjadi kebakaran, sistem pemadam kebakaran mungkin akan membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan commit to user 36 basah harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah terjadinya kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen yang rusak karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa kerusakan karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah pada kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki. 9 Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan Limbah Berbahaya Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan sulit untuk diperiksa. Karena itu segera memanggil kontraktor yang bekerja di bidang pengujian kebocoran tangki. 10 Memulihkan Sistem KomputerSistem Informasi Manajemen Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem cadangan yang member dukungan pada pelanggan harus dipulihkan commit to user 37 terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka pekerjaan ini akan lebih mudah. 11 Penggantian File-File Penting File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat kembali dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi file- file lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah dibuat dalam disket atau mikro film. 12 Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia dan keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke lokasi lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah lokasi dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan sebelumnya agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat salinannya dan disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan disimpan, mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional. 13 Berurusan dengan Media Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer humas dari situs kejadian. Tidak boleh ada pekerjaan lain yang memberikan pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat membantu menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana. Namun demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan kekacauan dan ketegangan emosional. commit to user 38 5. Perubahan Perbaikan Berkelanjutan Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan sumberdaya- sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif. Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif Sertifikasi ISO 14001.

B. Kerangka Pemikiran