Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sapi Bali

dalam pembentukan sel darah merah, terutama dalam pembentukan hemoglobin. Sedangkan Zn, Mn, Se dan Cu sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk sistem kekebalan tubuh, baik secara humoral ataupun seluler Arthington, 2006; Ahola et al., 2010. Kebutuhan mineral sangatlah penting dalam sistem pertahanan, terutama proses hematopoiesis. Mineral dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti mencampurnya dalam pakan. Bentuk pemberian mineral dapat diberikan berupa : bentuk mix dan cetak.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak dalam pakan dapat berpengaruh terhadap struktur histologi sel granulosit sapi bali? 2. Apakah pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak dalam pakan dapat berpengaruh terhadap histomorfometri sel granulosit sapi bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap struktur histologi dan histomorfometri sel granulosit sapi bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai pengaruh pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap struktur histologi dan histomorfometri sel granulosit sapi bali. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali

Sapi bali adalah salah satu sapi unggul Indonesia, diketahui bahwa sapi bali memiliki kemampuan untuk beradaptasi tinggi terhadap lingkungan setempat yakni dapat beradaptasi dengan kondisi daerah yang tropis dan panas, ataupun basah dan tahan terhadap beberapa jenis ektoparasit. Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang merupakan domestikasi dari banteng liar Bibos banteng. Sapi bali Bos sondaicus telah mengalami domestikasi sebelum 3.500 SM di wilayah pulau Jawa, Bali, dan Lombok Bandini, 2004. Sapi bali mempunyai beberapa sinonim diantaranya; Bos javanicus, Bos banteng, dan Bos sondaicus Hardjosubroto dan Astuti, 1993. Banteng merupakan nenek moyang sapi bali yang hidup bebas saat ini yang hanya dapat ditemukan di hutan lindung Baluran, Jawa Timur dan Ujung Kulon, Jawa Barat Handiwirawan dan Subandriyo, 2004. Keunikan fisik sapi bali yakni memiliki ukuran tubuh yang sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk, kaki yang ramping, memiliki cermin hidung, kuku, rambut ujung ekor berwarna hitam, kaki dibawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih, kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantat dan pada paha bagian dalam warna putih tersebut tampak berbentuk oval, serta pada daerah punggung selalu ditemukan rambut hitam yang membentuk garis garis belut yang memanjang dari gumbah hingga pangkal ekor Batan, 2006. Sapi betina berwarna merah bata dan sapi jantan berwarna hitam ketika dewasa. Keunikan lain dari sapi bali yakni perubahan warna yang terjadi pada sapi jantan yang dikebiri dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan Darmadja, 1980. Selain keunikan-keunikan di atas sapi bali juga memiliki keunikan seperti bentuk tanduk pada sapi jantan yang paling ideal disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalan tumbuhnya tanduk mula-mula dari dasar yang sedikit keluar lalu membengkok ke atas, kemudian pada ujungnya agak membengkok keluar. Sedangkan bentuk tanduk pada sapi betina yang ideal disebut manggul gangsa dimana jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi ke arah belakang sedikit melengkung ke bawah dan pada ujungnya agak mengarah ke bawah dan ke dalam Hardjosubroto, 1994. Sapi bali tidak hanya memiliki keunikan dan keunggulan seperti yang telah dipaparkan di atas. Sapi bali juga memiliki beberapa kelemahan seperti pertumbuhannya yang lambat, rentan terhadap penyakit Jembrana JD, ingusan atau Malignant Catarrhal Fever MCF, dan Bali Ziekta Pane, 1990. Williamson and Payne 1993 mengklasifikasikan taksonomi sapi bali sebagai berikut : Phylum : Chordata Sub phylum :Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Artiodactyla Sub ordo : Ruminantia Family : Bovidae Genus : Bos Spesies : Bos Sondaicus Sapi bali di Bali memiliki beberapa fungsi yakni sebagai tenaga kerja pertanian, sumber pendapatan, sarana upacara keagamaan dan sebagai sarana hiburan atau obyek pariwisata Batan, 2006. Sistem pemeliharaan sapi bali di Bali masih sangat tradisional hal ini disebabkan masyarakat menganggap pekerjaan beternak sapi hanya sebagai pekerjaan sampingan saja. Sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap pemberian pakan yang cenderung seadanya saja. Padahal pemberian konsentrat pakan tambahan sangat penting untuk sapi bali baik untuk peningkatan bobot badan dan sistem kekebalan tubuh. Pakan sapi bali di Bali umumnya terdiri dari pakan hijauan, konsentrat penguat dan pakan tambahan, karena pemberian pakan tambahan ataupun konsentrat pada sapi bali mampu meningkatkan kualitas dari sapi tersebut baik dari bobot badan ataupun dari segi kualitas daging yang dihasilkan. Selain kebutuhan pakan hijauan dan pakan campuran konsentrat, sapi bali juga membutuhkan pakan tambahan seperti halnya kebutuhan akan mineral yang terkandung di dalam pakan sapi bali. Sistem pemberian pakan yang tradisional bahkan terkesan seadanya menyebabkan sapi bali akan mengalami kekurangan mineral. Pemberian mineral pada sapi terbukti efektif dapat meningkatkan bobot badan sapi mencapai 0,8 kghari Suwiti el al., 2013.

2.2 Mineral