berdiameter 10-15 µm dan basofil memiliki ukuran yang hampir sama dengan neutrofil yaitu dengan diameter 10-12 µm Dharmawan, 2002.
Berdasarkan intinya sel darah putih diklasifikasikan menjadi inti bersegmen polimorfonuklear dan tidak bersegmen mononuklear. Sedangkan dilihat dari
sitoplasmanya, leukosit diklasifikasikan menjadi granulosit neutrofil, eosinofil dan basofil dan agranulosit limfosit dan monosit Harvey, 2012.
2.3.1 Leukosit granulosit
Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung granula di dalam sitoplasmanya yakni neutrofil, eosinofil, dan basofil. Granulosit juga digolongkan
menjadi tiga tipe sel berdasarkan sifatnya terhadap zat warna tertentu. Basofil granulnya bersifat basofil ungu, eosinofil granulnya bersifat asidofil, sedangkan
neutrofil granulnya tidak bersifat asidofil ataupun basofil.
Gambar 2.1. Neutrofil Harvey, 2012
Neutrofi merupakan sel darah putih yang terdapat paling banyak dalam kebanyakan hewan. Neutrofil dalam peredaran darah memiliki waktu hanya 5-10
jam dan pada jaringan hanya beberapa hari kemudian akan diapoptosis oleh makrofag dalam limpa dan hati Harvey, 2012. Neutrofil memiliki granul halus
dalam sitoplasma dan intinya bergelambir. Inti kromatinya terlihat pekat dan bergerombol. Inti neutrofil tidak berbentuk bulat melainkan berlobus yang
berjumlah 2-5 lobus bahkan dapat lebih. Pada ruminansia neutrofil memiliki benang kromatin antar gelambir. Neutrofil tua memiliki gelambir lebih banyak
dan lebih jelas dari pada neutrofil muda. Bentuk dari neutrofil muda band cell berbentuk seperti huruf U, V atau S Dharmawan, 2002.
Permukaan sel neutrofil memiliki pseudopodia kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Pseudopodia ini berguna untuk meningkatkan
luas permukaan neutrofil dalam rangka proses fagositosis Weiss and Wardrop, 2010. Terdapat tiga jenis granul butir yang dimiliki oleh neutrofil serta
memiliki fungsi tertentu, yaitu granul spesifik, granul azurofilik dan granul tersier Gartner and Hiatt, 2014, Weiss and Wardrop, 2010. Granul spesifik
mengandung agen fagositosis. Granul azurofilik merupakan lisosom. Granul tersier mengandung glikoprotein yang dimasukkan ke membran sel.
Gambar 2.2. Eosinofil Harvey, 2012
Eosinofil merupakan sel darah besar yang mengandung granula dalam sitoplasmanya, serta dapat dicat dalam pewarnaan yang bersifat asam dan intinya
bergelambir dua polymorph dikelilingi oleh granul asidofil yang cukup besar berukuran 0,5-1,0 µm. Eosinofil dapat hidup hanya 3 sampai 5 hari Dharmawan,
2002. Ukuran bentuk dan jumlah granul eosinofil berbeda tiap spesiesnya. Pada sapi dan babi eosinofil ukurannya sangat kecil. Inti eosinofil mirip dengan inti
neutrofil namun hanya memiliki dua lobus. Lobus tersebut biasanya tertutup oleh granul Harvey, 2012. Ada tiga jenis granul yang dimiliki oleh eosinofil yaitu
granul spesifik, granul primer dan granul padat kecil dense. Granul spesifik mengandung protein sitotoksik kuat yang merupakan granul mayoritas. Granul
eosinofil pada ruminansia berwarna orange cerah Weiss and Wardrop, 2010.
Gambar 2.3. Basofil Harvey, 2012
Basofil merupakan sel darah putih yang jumlahnya paling sedikit di dalam darah hanya berkisar 0,5-1,5. Inti basofil terdiri atas dua gelambir dengan
bentuk tidak beraturan. Granul yang terdapat pada sitoplasma dapat di cat dengan pewarnaan yang bersifat alkalis sehingga akan berwarna biru tua atau ungu agak
cerah dan menutupi inti. Granul pada basofil bersifat asam sehingga memiliki ketertarikan terhadap warna biru pada pewarnaan darah rutin. Terkadang inti dari
basofil bersegmen-segmen atau bahkan tidak teratur. Inti satu, besar berbentuk irregular umumnya seperti huruf S, sitoplasma basofil berisi granul yang lebih
besar, yang seringkali menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mengamati intinya. Granul pada basofil tidak sebanyak granul yang terdapat pada eosinofil,
namun ukurannya bervariasi, tidak begitu berhimpitan dan terpulas biru tua atau coklat Dharmawan, 2002.
2.4 Kerangka Konsep