Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum II.1.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono— alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi
bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan
untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel solar dari minyak bumi. Namun, biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum,
meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama di dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan
cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Adapun keuntungan pemakaian biodiesel di antaranya sebagai berikut : 1.
Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin
2. Cetane
number tinggi bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin
3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik
daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin 4.
Dapat diproduksi secara lokal 5.
Mempunyai kandungan sulfur yang rendah 6.
Menurunkan emisi gas buang 7.
Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility
petroleum diesel sampai 500 www.energiterbarukan.net
Beberapa sifat fisis bahan bakar diesel antara lain :
1. Pour Point
Titik tuang Pour Point adalah suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat dituang atau mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu.
Selain itu pour point juga menunjukkan suhu terendah di mana bahan bakar masih dapat dipompa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
2. Flash Point
Flash point adalah suhu terendah dimana suatu campuran bahan bakar dalam campurannya dengan udara akan menyala kalau dikenai nyala uji
pada kondisi tertentu. Semula flash point dimaksudkan untuk keamanan, untuk mengetahui sampai suhu berapa oaring masih dapat bekerja dengan aman dengan
suatu produk minyak bumi tanpa timbul bahaya kebakaran. Tetapi kemudian ternyata flash point dapat juga digunakan untuk menunjukkan volatilitas relatif
produk minyak bumi.
3. Kinematic Viscosity
Viskositas adalah suatu ukuran resistansi suatu fluida untuk mengalir. Semakin tinggi nilai viskositas semakin kecil kemampuan fluida tersebut untuk
mengalir. Viskositas suatu bahan bakar minyak sangat tergantung pada temperatur, dimana nilai viskositas akan turun apabila temperatur naik. Untuk
biodiesel viskositas biasanya dinyatakan dalam viskositas kinematik, yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu volum tertentu fluida untuk mengalir karena
pengaruh gaya gravitasi pada pipa kapiler yang telah dikalibrasi viscosimeter .
Selanjutnya viskositas kinematis dapat dihitung dengan persamaan : ν = C.t ....................................................................................... 1
dengan, ν = Viskositas Kinematis cSt
C = Konstanta Viscosimeter t = Waktu Alir detik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
4. Angka
Cetane
Angka cetane mengukur penyalaan bahan bakar ketika diinjeksikan ke dalam mesin. Angka cetane juga merupakan indikasi dari kemulusan
pembakaran. Angka cetane dari biodiesel tergantung pada distribusi asam lemak dalam minyak nabati. Semakin panjang rantai karbon asam lemak dan semakin
banyak molekul jenuhnya, angka cetane semakin tinggi Ariwibowo, 2008.
5. Angka Asam
Angka asam adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam satu gram contoh biodiesel SNI 04-7182-
2006, www.bsn.or.id
.
Bilangan asam total total acid number-TAN merupakan indikasi adanya asam lemak bebas atau asam yang terbentuk karena degradasi
minyak dan pembakaran. Keasaman juga dapat berasal dari proses pembuatan biodiesel yang tidak tepat. Jika nilai asam lebih dari 0,01 mg KOHgram dapat
berakibat pada deposit di sistem bahan bakar dan menurunkan umur pompa dan saringan Tyson, 2001.
6. Angka Iodium
Angka iodium adalah ukuran empirik banyaknya ikatan rangkap dua di dalam asam-asam lemak penyusun biodiesel dan dinyatakan dalam sentigram
iodium yang diabsorpsi per gram contoh biodiesel -massa iodium terabsorpsi. Satu mol iodium terabsorpsi setara dengan satu mol ikatan rangkap
www.bsn.or.id
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
8. Angka Penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang
pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat
molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya mg NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
9. Densitas
Densitas produk minyak menunjukkan berat-ringannya produk tersebut. Dalam spesifikasi produk minyak memang densitas ini dimasukkan
dalam spesifikasi produk berupa range density. Walaupun dimasukkan dalam spesifikasi produk, namun density bukan merupakan spesifkasi produk yang
utama tapi tentu tetap harus dipenuhi. Seperti misalnya premium dan pertamax, yang jadi spesifkasi produk yang utama adalah nilai oktan-nya; sedangkan
diesel, yang jadi spesifikasi produk yang utama adalah cetane number-nya. www.migas-indonesia.com
10. Nilai Kalor
Nilai kalor bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar yang di gunakan setiap satuan waktu.Makin tinggi nilai kalor bahan bakar
menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar semakin tinggi. Tidak ada standart khusus yang menentukan kalor maksimal yang harus dimiliki bahan bakar mesin
diesel.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Tabel II.1 Sifat Fisik Biodiesel
www.biodiesel.org.,2005
II.1.2 Biodiesel dari Minyak Nabati II.1.2.1 Minyak Nabati
Pengertian ilmiah paling umum dari istilah ‘biodiesel’ mencakup sembarang dan semua bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya
hayati atau biomassa. Sekalipun demikian, makalah ini akan menganut definisi yang pengertiannya lebih sempit tetapi telah diterima luas di dalam industri, yaitu
bahwa “biodiesel adalah bahan bakar mesin motor diesel yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak” Soerawidjaja,2006 .
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang paling umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
adalah minyak nabati. Minyak nabati dan biodiesel tergolong ke dalam kelas besar senyawa-senyawa organik yang sama, yaitu kelas ester asam-asam lemak. Akan
Specific gravity 0,87 to 0,89
Kinematic viscosity 40 C
3,7 to 5,8 Cetane Number
46 to 70 Higher Heating Value, BtuLb
16.928 to 17.996 Sulfur, wt
0,0 to 0,0024 Cloud Point,
C -11 to 16
Pour Point, C
-15 to 13 Iodine Number
60 to 135 Lower Heating Value, BtuLb
15.700 to 16.735
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
tetapi, minyak nabati adalah triester asam-asam lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester asam-asam lemak dengan
metanol. Perbedaan wujud molekuler ini memiliki beberapa konsekuensi penting dalam penilaian keduanya sebagai kandidat bahan bakar mesin diesel :
1. Minyak nabati yaitu trigliserida berberat molekul besar, jauh lebih besar dari biodiesel yaitu ester metil. Akibatnya, trigliserida relatif mudah mengalami
perengkahan cracking menjadi aneka molekul kecil, jika terpanaskan tanpa kontak dengan udara oksigen.
2. Minyak nabati memiliki kekentalan viskositas yang jauh lebih besar dari minyak dieselsolar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan
bakar di dalam mesin diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan atomization yang baik ketika minyak nabati disemprotkan ke dalam kamar
pembakaran. 3. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asam-asam
lemak. Akibatnya, angka setana minyak nabati lebih rendah daripada angka setana ester metil. Angka setana adalah tolok ukur kemudahan
menyalaterbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Di luar perbedaan yang memiliki tiga konsekuensi penting di atas,
minyak nabati dan biodiesel sama-sama berkomponen penyusun utama ≥ 90
berat asam-asam lemak. Pada kenyataannya, proses transesterifikasi minyak nabati menjadi ester metil asam-asam lemak, memang bertujuan memodifikasi
minyak nabati menjadi produk yaitu biodiesel yang berkekentalan mirip solar, berangka setana lebih tinggi, dan relatif lebih stabil terhadap perengkahan. Semua
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar namun dengan proses-proses pengolahan tertentu Y.M Choo, 1994.
II.1.2.2 Komposisi Dalam Minyak Nabati
Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri dari trigliserida- trigliserida asam lemak mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati,
mencapai sekitar95-b, asam lemak bebas Free Fatty Acid atau biasa disingkat dengan FFA, mono- dan digliserida, serta beberapa komponen-komponen lain
seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur. Bahan-bahan mentah pembuatan biodiesel adalah Mittelbach, 2004 :
a. Trigliserida-trigliserida, yaitu komponen utama aneka lemak dan minyak- lemak, dan
b. Asam-asam lemak, yaitu produk samping industri pemulusan refining lemak dan minyak-lemak.
II.1.3 Trigiliserida
Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-asam lemak, yaitu asam-asam karboksilat beratom karbon 6 sd 30. Trigliserida banyak dikandung
dalam minyak dan lemak, merupakan komponen terbesar penyusun minyak nabati. Selain trigliserida, terdapat juga monogliserida dan digliserida. Struktur molekul dari
ketiga macam gliserid tersebut dapat dilihat dibawah ini :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Gambar II.1 Struktur Molekul Trigliserida
II.1.4 Asam Lemak Bebas
Gambar II.2 Struktur Molekul Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida, digliserida, monogliserida dan gliserin bebas. Hal ini dapat
disebabkan oleh pemanasan dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati.
Dalam proses konversi trigliserida menjadi alkil esternya melalui reaksi transesterifikasi dengan katalis basa, asam lemak bebas harus dipisahkan atau
dikonversi menjadi alkil ester terlebih dahulu karena asam lemak bebas akan mengkonsumsi katalis. Kandungan asam lemak bebas dalam biodiesel akan
mengakibatkan terbentuknya suasana asam yang dapat mengakibatkan korosi pada peralatan injeksi bahan bakar, membuat filter tersumbat dan terjadi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
sedimentasi pada injektor www.journeytoforever.com. Pemisahan atau konversi asam lemak bebas ini dinamakan tahap preesterifikasi.
II.1.5 Minyak Biji Karet Rubber Seed Oil
Karet adalah tanaman perkebunanindustri tahunan berupa pohon batang lurus yang pertama kali ditemukan di Brasil dan mulai dibudidayakan
tahun 1601. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di
Kebun Raya Bogor. Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan komoditas lainnya yaitu: 1. Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu
dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, 2. Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah
lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis,
3. Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan 4. Memiliki prospek harga yang cukup baik. Prima Tani, 2006.
Pohon karet akan dapat dipanen getahnya pada usia 5 tahun dan memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Berdasarkan statistik perkebunan
karet di Indonesia 2002 luas kebun karet di Indonesia mencapai 3.318.105 Ha dan diperkirakan mampu menghasilkan minyak biji karet sebesar 25.622.406,8
literth. Buah karet berbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
buah akan masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya. Biji karet terdiri dari 40-50 kulit yang keras, berwarna coklat, 50-60 kernel yang
berwarna putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 40 – 50 minyak, 2,71 abu, 3,71 air, 2,17 protein dan 24,21 karbohidrat. Ini menunjukkan
bahwa biji karet berpotensi untuk dijadikan sumber minyak nabati. Tetapi kandungan air yang cukup besar dalam biji karet dapat memicu hidrolisis
triglyserida menjadi FFA. Oleh karenanya, diperlukan pengeringan sebelum pengepresan. Biji karet merupakan limbah pertanian yang tidak mempunyai nilai
ekonomi, tidak memerlukan lahan subur, pemeliharaan yang intensif dan ketersediaannya melimpah Luthfi,2008.
a Biji Karet b Kernel Biji Karet
Gambar II.3 Biji Karet dan Kernel Biji Karet Tabel II.2 Kandungan Minyak Dalam Beberapa Biji – Bijian
Biji Berat
Karet 40-50 Jarak 54
Inti Sawit 47 – 52
Wijen 33 – 57
Kacang Tanah 46 – 52
Ketaren, 1986
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang berdasarkan sifat mengeringnya termasuk jenis minyak mengering, yaitu minyak yang mempunyai
sifat dapat mengering jika kena oksidasi dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Adapun perbedaan minyak hewani dan nabati adalah :
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati. Tipe dan persentase asam lemak tergantung jenis tanaman dan kondisi
pertumbuhan tanaman. Kandungan asam lemak bebas FFA pada minyak mentah biji karet sekitar 17 dan bilangan asam sekitar 34.
II.1.6 Sifat Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Karet
Di dalam pengembangan minyak atau bahan bahan lainnya yang perlu diperhatikan terutama adalah sifat sifat dari fisika dan kimia daripada minyak atau
bahan tersebut. Adapun sifat sifat fisika dan kimia serta susunan asam lemak dari minyak biji karet adalah sebagai berikut :
Tabel II.3 Sifat – Sifat Fisika Minyak Biji Karet :
Luthfi,2008 .
Parameter Nilai
Nilai Kalor 18850 Jg
Refractive Indeks 40 o C 1,466 – 1, 469
Rapat Rata – Rata 0,925 gr ml
Refractive Indeks40
o
C 1,466 – 1,469
Specific Grafity 15
o
C 0,924 – 0,93 C
Kekentalan Kinematik100
o
F 41,58 Cst
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Tabel II.4. Sifat – Sifat Kimia Minyak Biji Karet
Parameter Nilai
Bilangan Iod 132 – 148 g I2100 g minyak
Bilangan Penyabunan 190 – 195 mg KOHg minyak
Bilangan Asam 4 – 40
Asam lemak Jenuh 24
Asam lemak tidak jenuh 76
Fraksi tak tersabunkan 0,5 – 1
Sumber: Luthfi,2008
Tabel II.5. Susunan Asam Lemak Biji Karet Asam Lemak
Komposisi Berat
Asam Palmitat 11
Asam Arachidat 1
Asam stearat 12
Asam Oleat 17
Asam Linoleat 35
Asam Linolenat 24
Total 100
Luthfi,2008
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
II.1.7 Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH
3
OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas berbau lebih ringan daripada etanol. Ia digunakan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh
bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol dalam jumlah kecil di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan
bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2CH
3
OH + 3 O
2
→ 2 CO
2
+ 4 H
2
O .................................. 2 Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati - hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering
digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan racun ini akan menghindarkan industri dari pajak yang
dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras minuman beralkohol.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
http:id.wikipedia.orgwikiMetanol, 2009
II.1.8. NaOH Natrium hidroksida NaOH, juga dikenal sebagai soda kaustik,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas , tekstil, air minum , sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah
basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia
tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
http:id.wikipedia.orgwikiNatriumHidroksida, 2009
II.1.9 Asam Phospat
Asam phospat digunakan dalam berbagai jenis industri, antara lain digunakan untuk membuat senyawa – senyawa phospat, terutama garam – garam
phospat Super Phospat, Double dan Triple Super Phospat ynag banyak digunakan dalam industri pupuk dan tanaman. Kirk and Orthmer, 1952
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Sifat – Sifat Asam Phospat : 1.
Tidak Berwana atau Jernih 2.
Berbentuk Kristal 3.
Berat Molekul : 98 4.
Specific Grafity : 1,834 5.
Melting Point : 42,35 °C 6.
Boiling Point : 213 °C 7.
Larurt Dalam Air dan Alkohol faith, WL Keyes, 2ed
II.1.10. .Asam Sulfat
Asam sulfat H
2
SO
4
merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai
banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami
di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis.Walaupun asam sulfat yang mendekati 100 dapat dibuat, ia akan melepaskan SO
3
pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3. Asam sulfat 98 lebih stabil untuk
disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98 umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai
jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
10, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,
33,53, asam baterai,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
62,18, asam bilik atau asam pupuk,
73,61, asam menara atau asam glover,
97, asam pekat. http:id.wikipedia.orgwikiAsam Sulfat, 2009
II.1.11 Syarat Mutu Biodiesel
Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berSguna apabila produk yang dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi syarat mutu yang telah
ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah
disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN tanggal 22 Februari 2006 Soerawidjaja,2006.
Tabel II.6 Persyaratan Kualitas Biodisel yang Diinginkan
berdasarkan angka penyabunan, angka asam, serta kadar gliserol total dan gliserol bebas; rumus perhitungan dicantumkan dalam FBI-A03-03
Soerawidjaja, 2006
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Parameter yang menunjukkan keberhasilan pembuatan biodiesel dapat dilihat dari kandungan gliserol total dan gliserol bebas maksimal 0,24-b
dan 0,02-b serta angka asam maksimal 0,8 dari biodiesel hasil produksi. Terpenuhinya semua persyaratan SNI-04-7182-2006 oleh suatu biodiesel
menunjukkan bahwa biodiesel tersebut tidak hanya telah dibuat dari bahan mentah yang baik, melainkan juga dengan tata cara pemrosesan serta pengolahan
yang baik pula.
Tabel II.7 Spesifikasi Solar Sesuai SK Dirjen Migas No.3657K24DJM2006
No Karakteristik Unit
Super Reguler
1 Berat jenis pada suhu 15
C kgm
3
820-860 815-870 2
Viskositas kinematik pada suhu 40 C mm
2
s 2.0-4.5 2.0-5.0
3 Angka setana indeks
≥5148 ≥48-45
4 Titik nyala 40
C C
≥55 ≥60
5 Titik tuang
C ≤18
≤18 6
Korosi lempeng tembaga 3 jam pada 50
C ≤kelas 1
≤kelas 1
7 Residu karbon
massa ≤0.30
≤30 8 Kandungan
air mgkg
≤500 ≤50
9 T9095 C
≤340360 370 10 Stabilitas
oksidasi gm
3
≤25 - 11 Sulfur
mm ≤0.05
≤0.35 12
Bilangan asam total mg-KOHg
≤0.3 ≤0.6
13 Kandungan abu
mm ≤0.01
≤0.01 14 Kandungan
sedimen mm
≤0.01 ≤0.01
15 Kandungan FAME
mm ≤10
≤10 16
Kandungan metanol dan etanol vv
Tak terditeksi Tak terditeksi 17 Partikulat
mgl ≤10 -
SK Dirjen Migas No. 367524DJM2006 memperbolehkan penambahan bioetanol sampai dengan 10 vv.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
II.1.12 Pemurnian Minyak
Untuk mendapatkan minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak harus dimurnikan dari kotoran atau bahan yang terdapat di dalamnya. Cara
pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap : 1.
Pengendapan settling dan pemisahan gum deguming , bertujuan menghilangkan partikel – partikel halus yang tersuspensi atau yang
berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan adsorben, terkadang juga dilakukan dengan centrifuge.
2. Netralisasi dengan Alkali, bertujuan memisahkan senyawa – senyawa
terlarut seperti fosfatida, asam lemak bebas dan hidrokarbon. Lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi dipisahkan dengan
menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali. Sedangkan lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang
rendah cukup ditambahakan NaOH atau garam NaCO
3
, sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.
3. Pemucatan, bertujuan menghilangkan zat – zat warna dalam minyak
dengan penambahan adsorbing agent seperti arang aktif, tanah liat atau dengan reaksi – reaksi kimia. Setelah penyerapan warna, lemak disaring
dalam keadaan vakum. 4.
Penghilangan bau deodorisasi lemak, dilakukan dalam botol vakum, kemudian dipanaskan dengan mengalirkan uap panas yang akan membawa
senyawa volatil. Selesai deodorisasi, lemak harus segera didinginkan untuk mencegah kontak dengan O
2
.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
II.2 Landasar Teori