Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. 16
Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain hasil tes kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kreativitas, dan tes prestasi belajar.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor hendaknya dapat memanfaatkan hasil tes untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, sehingga layanan yang diberikan tepat
sesuai kebutuhan dan kondisi peserta didikkonseli. 2. Teknik non tes
Teknik non tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen yang terstandar dan tidak standar. Teknik asesmen non tes yang sering
digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain: a observasi, b wawancara c angket, d sosiometri, e dokumentasi, f biografi ataupun autobiografi.
Instrumen pengumpul data yang sering digunakan untuk mengenali masalah serta kebutuhan layanan bantuan antara lain: a daftar cek masalah DCM, b alat ungkap
masalah AUM, c inventori tugas perkembangan ITP, d Alat Ungkap Peminatan Peserta Didikkonseli SMP.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat menggunakan instrumen yang dikembangkan sendiri dengan langkah-langkah sebagaimana penginstruksian instrumen
tes. Adapun langkah-langkah pengembangan meliputi: menetapkan tujuan penyusunan instrumen, menentukan aspek dan atau dimensi yang diukur, merumuskan definisi
operasional, memilih cara pengukuran yang digunakan, menyusun instrumen dan lembar jawaban, merumuskan manual penggunaan instrumen, penyekoran atau pengolahan,
serta interpretasinya.
E. Pemanfaatan data Hasil asesmen untuk Memahami Peserta DidikKonseli
Data hasil asesmen kebutuhan terhadap peserta didikkonseli digunakan untuk membuat profil individual, profil kelas, menyusun program tahunan dan semesteran, dan
merencanakan pemberian layanan. 1. Membuat profil individual setiap peserta didikkonseli
Berdasarkan data hasil asesmen maka setiap peserta didikkonseli dapat disusun profil yang menggambarkan tentang identitas diri peserta didik, karakteristik tugas
perkembangan, klasifikasi kecerdasan, bakat, minat, efikasi diri, motivasi belajar, kesiapan belajar, arah karir, kematangan sosial, kematangan emosi, manajemen konflik,
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. 17
regulasi diri dalam belajar, prestasi akademik dan non akademik yang dimiliki, latar belakang keluarga-sekolah-masyarakat dan lain-lain, serta gambaran tentang kelebihan
dan kelemahan setiap peserta didikkonseli. 2. Membuat profil kelas
Berdasarkan data individual peserta didikkonseli tersebut, maka dikembangkan profil kelas, sehingga tiap kelas memiliki profilnya sendiri-sendiri. Profil sebaiknya
dituangkan ke dalam bentuk matrik, misalnya dalam format landscape excel, atau dalam bentuk grafik sehingga semua data dapat dimasukkan. Dengan profil kelas ini dapat
diketahui kedudukan peserta didikkonseli dalam kelas antara lain peta potensi kelas, dan sosiogram. Profil yang diperoleh akan menggambarkan variasi kebutuhan layanan
bimbingan dan konseling yang meliputi: bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Membuat program tahunan dan semesteran Berdasarkan profil individual dan kelas, disusun rancangan program tahunan dan
semesteran yang memuat komponen layanan layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dukungan sistem dan bidang layanan
bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar, karir. 4. Menyusun rancangan pemberian layanan bimbingan dan konseling
Berdasarkan profil individual dan kelas disusun rancangan pemberian layanan bimbingan dan konseling secara individual, kelompok, klasikal, kelas besar atau lintas
kelas, dan atau menggunakan media.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. 18
BAB III PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING