Alih Tangan Kasus Referral

Sanksi terhadap pelanggaran Konselor atau guru bimbingan dan konseling wajib mematuhi kode etik profesi bimbingan dan konseling. Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik profesi bimbingan dan konseling sebagaimana bentukbentuk di atas, maka kepadanya diberikan sangsi sebagai berikut. a. Memberikan teguran secara lisan dan tertulis b. Memberikan peringatan keras secara tertulis c. Pencabutan keanggotan organisasi profesi d. Pencabutan lisensi, jika sudah memilikinya e. Apabila terkait dengan permasalahan hukumkriminal, pelaku akan diserahkan pada pihak yang berwenang menanganinya. Apabila terjadi pelanggaran seperti tercantum di atas maka mekanisme penerapan sangsi yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau masyarakat b. Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di tingkat daerah c. Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif ringan maka penyelesaiannya dilakukan oleh dewan kode etik di tingkat daerah. d. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang disampaikan oleh konseli dan atau masyarakat. e. Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etikdaerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya

6. Alih Tangan Kasus Referral

Referal sebagai layanan pengalitanganan kasus secara internal maupun eksternal, baik kepada individu maupun lembaga. Ketika di sekolah diketemukan masalah yang dihadapi konseli yang melampaui kapabilitas konselor atau guru bimbingan dan konseling, maka penting untuk dilakukan layanan alih tangan kasus. Konselor atau guru bimbingan dan konseling harus mengenali individu atau lembaga yang benar-benar profesional dalam kinerjanya yang diperkirakan ahli dalam membantu konseli yang direferal. Memberikan layanan alih tangan kasus tidak berarti konselor atau guru bimbingan dan konseling gagal dalam memberikan layanan, melainkan memindahkan konseli kepada penolong lainnya yang lebih kompeten, karena konselor mengakui keterbatasannya dan berupaya mengeksplorasi peluang untuk memaksimalkan bantuan yang ditawarkan kepada konseli. Artinya, walaupun dilakukan alih tangan kasus, tanggungjawab memberikan bantuan tetap ada pada konselor atau guru bimbingan dan konseling. Jadi, walaupun konseli telah dikirimkan kepada individu atau lembaga yang lebih berkewenangan membantu masalah konseli, tanggungjawab bantuan tersebut tetap ada pada konselor atau guru bimbingan dan konseling. Beberapa kasus yang diidentifikasi yang kemungkinan konselor atau guru bimbingan dan konselimg tidak berkewenangan membantunya antara lain sebagai berikut. Referal internal: peserta didik berprestasi matematika rendah karena tidak menguasai rumus-rumus matematika, pernafasan peserta didik terganggu yang jika dia berlatih renang akan diperkuat fungsi paru-parunya. Untuk dua contoh kasus tersebut seharusnya konselor atau guru bimbingan dan konseling mereferal konseli kepada guru matematika untuk mengajari aplikasi rumus matematika dan guru olah raga untuk melatih konseli renang. Sedangkan untuk referal internal, contoh kasusnya: siswa telah terbukti dan terindikasi kecanduan narkoba, siswa menjadi korban woman traffecking, siswa mengalami rasa pening kepala yang berkepanjangan. Untuk kasus-kasus tersebut perlu dikirimkan kepada yang lebih berwewenang membantunya yaitu dokter, kepolisian, P2TP2A, woman crisis center, dan semacamnya.

7. Identitas Profesional