Pengembangan Profesional modul h profesional smp

8. Pengembangan Profesional

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang meliputi a konsultasi, b menyelenggarakan program kerjasama, c berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan satuan pendidikan, d melakukan penelitian dan pengembangan. Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tujuannya tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara utuh diarahkan untuk memberikan kesempatan kepada konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan dalam jabatan maupun kegiatan-kegiatan pengembangan dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling, baik di tingkat pusat, daerah, dan juga melalui aktivitas Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling. Peningkatan kapasitas dan kompetensi konselor atau guru bimbingan dan konseling akan mendorong meningkatnya kualitas layanan bimbingan dan konseling. a. Konsultasi; dalam konteks bimbingan dan konseling mempunyai dua makna. Pertama, sebagai layanan bantuan kepada siswa melalui individu lain yang lebih berkewenangan. Posisi aktivitas ini ada pada layanan peminatan dan perencanaan individual serta pada layanan responsif. Kedua, sebagai bagian dari dukungan sistem dalam proses pengembangan profesionalitas konselor atau guru bimbingan dan konseling. Pada posisi kedua ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang secara tidak langsung menfasilitasi mengembangkan kemandirian peserta didikkonseli. Tujuan konsultasi pada dukungan sistem ini untuk a meningkatkan dan mengembangkan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik, b meningkatkan komunikasi melalui menyampaikan informasi yang diperlukan oleh orang-orang yang kompeten, c mendudukkan peran dan fungsi dari semua fihak dalam meningkatkan lingkungan belajar kondusif, d meningkatkan layanan ahli untuk kepentingan pengembangan peserta didik mencapai perkembangan optimal, e memperluas pendidikan in- service bidang layanan bimbingan dan konseling bagi guru mata pelajaran, wali kelas, dan pimpinan sekolah, f menciptakan sebuah lingkungan yang memadukan seluruh komponen pendidikan yang bisa membentuk sebuah lingkungan yang tepat bagi pencapaian perkembangan optimal peserta didik adaptasi dari Shertzer dan Stone, 1981. b. Menyelenggarakan program kerjasama; dimana guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan memperhatikan efisiensi pelaksanaan layanan dan keefektifan pencapaian tujuan. Ke dalam, guru bimbingan dan konseling bekerjasama dengan guru mata pelajaran dan pimpinan sekolah untuk mengambil peran sesuai kewenangan masing- masing dalam menfasilitasi perkembangan peserta didik. Ke luar, kerjasama bsa dibangun dengan individu dan atau lembaga yang memiliki kaitan dengan pelaksanaan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir. c. Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan satuan pendidikan; dalam batas-batas kewengan dan fungsi bimbingan dan konseling, konselor melaksanakan tugas-tugas tambahan yang berorientasi pada layanan kepada peserta didikkonseli. Dalam diskusi dengan banyak praktisi bimbingan dan konseling, diajukan pertanyaan, “Apakah bersedia untuk menjadi petugas piket di sekolah? ” Rata-rata konselor atau guru bimbingan dan konseling menjawab, “Tidak bersedia”. Alasan secara umum, konselor atau guru bimbingan dan konseling tidak boleh menghukum. Ada kesalahan persepsi bahwa fungsi petugas piket itu menghukum. Bagaimana jika tawaran itu diterima dan diterapkan model Mengelola Sekolah Tanpa Kegagalan: Menggapai Kondisi Violent Zero via Eliminate Punishment Triyono, 2007. Belajar dari Konseling Realitas Glasser, kita coba terapkan konsep 3 R‟s Responsibility, Reality, dan Right untuk mendisiplinkan siswa. Sebagai contoh, saat peserta didik datang terlambat, biasanya guru sebagai petugas piket menghukum mereka. Alih-alih menghukum, peserta didik tersebut diiisolasi sebenatar untuk memikirkan rencana keberangkatan ke sekolah esuk harinya. Apa yang direncanakan diminta untuk menuliskannya sebagai kontrak perilaku. Rencana yang baik ini sudah harus di-reinforce. Kita diajari predictive reassurance , misalnya dengan mengatakan, “Yusi telah membuat rencana yang bagus, jika benar-bnenar you lakukan, aku yakin you tidak akan terlambat lagi.” Cara ini akan lebih baik daripada menghukum mereka. Tentun saja masih banyak aktivitas lain, misalnya dalam Penerimaan Peserta Didik Baru, menyelenggarakan Career Days, College Days, dan beberapa aktivitas sekolah yang lain. Coba kita pikirkan apa yang bisa direncakan untuk mengisi waktu luang peserta didik pasca ujian sekolah? d. Melakukan penelitian dan pengembangan; salah satu kompetensi konselor atau guru bimbingan dan konseling adalah melaksanakan penelitian PTBK terutama untuk mengembangkan praksis bimbingan dan konseling yang lebih tepat bagi peserta didik.

9. Organisasi Profesi