Pengaruh Biaya Operasional Dan Biaya Kualitas Terhadap Laba Pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa Dan Cor
PENGARUH BIAYA OPERASIONAL DAN
BIAYA KUALITAS TERHADAP LABA PADA
PT. PINDAD (PERSERO) DIVISI TEMPA DAN COR
The Influence Of Operational Cost And Cost Of Quality On The
Profit At PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa And Cor
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Sidang untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: SURYA KUSUMA
21107081
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
ii
ABSTRAK
Pengaruh Biaya Operasional Dan Biaya Kualitas Terhadap LabaPada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa Dan Cor
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor baik secara simultan maupun parsial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengujian statistik yang digunakan adalah asumsi klasik, regresi linier berganda, korelasi person, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 17.0
Hasil Penelitian menunjukan bahwa secara parsial biaya operasional berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap laba. sementara biaya kualitas berpengeruh signifikan dengan arah positif terhadap laba. selain itu, secara simultan baik biaya operasional dan biaya kualitas berpengaruh signifikan dan memiliki pengaruh sebesar 77,9% terhadap laba, sisanya 22,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti harga jual, volume penjualan dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa biaya operasional dan biaya kualitas memiliki pengaruh kuat terhadap laba.
(3)
i
ABSTRACT
The Influence Of Operational Cost And Cost Of Quality On The Profit At PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa And Cor
This research was conducted at PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa and Cor. The purpose of this study is to find an impact of Operational Cost And Cost Of Quality On The Profit At PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa And Cor either simultaneously or partially.
The method used in this research are descriptive method and verifikative with quantitative approach. The statistic test used are the classical assumptions, multiple linear regression, correlation pearson, the coefficient of determination, hypothesis testing and also use the help of an application program of SPSS 17.0.
The results show that partially operational cost have significant impact with negative direction on the profit. While the cost of quality have significant impact with positive direction on the profit. In addition, simultaneously both the operational cost and cost of quality have significant impact of about 77.9% on the profit, the rest 22.1% is impacted by other factors such as selling prices, sales volume, etc. The conclusion is that operational cost and cost of quality has a strong impact on the profit.
(4)
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis melaksanakan penelitian pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Dimana judul yang diambil yaitu: “PENGARUH BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA KUALITAS TERHADAP LABA PADA PT. PINDAD (PERSERO) DIVISI TEMPA DAN COR”.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, M.S., Ak. Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak khususnya kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan do’a dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran, baik berupa petunjuk,
(5)
iv
bimbingan, pengarahan, maupun bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia dan Dosen Wali Kelas Akuntansi-2. 4. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan arahan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini. 5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si. selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan arahan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Staf Dosen Pengajar Universitas Komputer Indonesia yang telah
membekali penulis dengan pengetahuan.
7. Seluruh staf dosen pengajar program studi akuntansi yang telah memberikan ilmu serta motivasinya.
8. Staf Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Mbak Senny dan Mbak Dona serta A gugun) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya. 9. M. Aswar Aritiu Pohan, SE., Ak. selaku pembimbing perusahaan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi di PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor dan telah memberikan pengarahan dan waktunya selama penyusunan laporan skripsi ini.
(6)
v
10.Seluruh staf dan karyawan PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor. 11.Seluruh staf dan karyawan PT. PINDAD (Persero).
12.Adikku yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
13.Semua sahabat-sahabatku terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 14.Teman-teman di Akuntansi, Manajemen, Desain, Teknik dan seluruh
pihak yang telah membantu penyelesaian laporan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga ketulusan do’a dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan dari Sang Pencipta Allah SWT, Amin. Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2011
(7)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi yang semakin berkembang dan terus menerus berkembang sekarang ini. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam berbisnis, penguasaan pasar, dan mendapatkan laba yang maksimum. Agar dapat bertahan dalam persaingan dan kompetisi ini setiap perusahaan dituntut untuk melakukan aktivitasnya secara efisien dan efektif mungkin sehingga perusahaan mampu untuk menghadapi segela situasi dan kondisi di era globalisasi ini.
Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai, tujuan dasar dari perusahaan misalnya pencapaian kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, efisiensi biaya, kesejahteraan karyawan dan pemilik perusahaan, dan lain-lain. Ada pun tujuan utama dari setiap perusahaan adalah pencapaian laba semaksimum mungkin yang bisa perusahaan dapatkan dari aktivitas perusahaan. Dalam mencapai tujuannya, para manajer harus bisa mengantisipasi segala perubahan situasi dan kondisi baik yang ada didalam perusahaan maupun diluar perusahaan.
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka diperlukan pengorbanan yaitu berupa biaya-biaya. Biaya merupakan unsur penting yang harus dikorbankan untuk kepentingan dan kelancaran dalam rangka menjalankan segala aktivitas operasi perusahaan, karena biaya harus dahulu dikeluarkan
(8)
Bab I Pendahuluan | 2
sebelum menghasilkan suatu produk. Biaya juga merupakan unsur pengurang yang sangat besar dalam hubungannya untuk mencapai laba.
Biaya operasional merupakan biaya yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Karena, produk yang dihasilkan perusahaan melalui proses produksi yang panjang dan produk harus sampai kepada konsumen melalui serangkaian aktivitas yang saling menunjang. Tanpa aktivitas operasional yang terarah maka produk yang dihasilkan tidak akan memiliki manfaat bagi perusahaan.
Semakin berkembangnya atau besarnya suatu perusahaan maka semakin meningkat pula aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan. Semakin meningkatnya aktivitas perusahaan akibatnya akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan. Maka agar tidak terjadi pemborosan-pemborosan dan penyelewengan biaya yang dikeluarkan harus dipergunakan se-efisien dan se-efektif mungkin untuk menekan biaya. Untuk itu perusahaan perlu melakukan suatu perencanaan dan pengawasan biaya operasional dengan baik.
Produk yang berkualitas dapat mempunyai daya saing tersendiri dalam persaingan dan kompetisi yang sangat ketat ini. Upaya untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya dengan produk berkualitas agar produk yang diharapkan oleh konsumen sesuai dengan kenyataan sehingga konsumen merasakan kepuasan. Untuk itu, perusahaan harus senantiasa meningkatkan kualitas produknya maupun jasa.
(9)
Bab I Pendahuluan | 3
Memperbaiki kualitas secara terus-menerus merupakan sesuatu yang penting dalam membangun masa depan bisnis yang berkelanjutan. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kualitas ini dapat diukur sehingga dapat digunakan sebagai alat perencanaan, pengendalian atau bahkan pengambilan keputusan atas kualitas dari suatu produk yang dihasilkan. Maka untuk menjawab pertanyaan itu, fungsi akuntansi harus mengetahui berapa besarnya apa yang disebut dengan biaya kualitas (cost of quality) yang dikeluarkan perusahaan untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen. Pengukuran kualitas melalui biaya kualitas dapat dilakukan karena kualitas tidak hanya dapat ditentukan oleh gambaran visual dari bentuk fisik produk saja, tetapi bias juga dilihat dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk berkualitas tersebut. Dan tentu pengukuran melalui biaya (berupa ukuran finansial) akan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pengendalian, perencanaan, dan pengambilan keputusan.(Budi Susanto,2005:1)
Dalam rangka tetap fokus pada kepuasan pelanggan, sebuah program timbal balik yang efektif dari pelanggan pada perusahaan sangat diperlukan. Salah satu jenis imbal balik dari pelanggan adalah adanya pengaduan atau keluhan (klaim) ke tidak puasan atas produk yang mereka beli. Bagi perusahaan keluhan dari pelanggan adalah informasi yang terbaik atas suatu produk. Informasi tersebut dapat digunakan pada saat situasi yang buruk, misalnya terjadi penurunan permintaan yang berpengaruh pada turunnya jumlah produksi. Setiap perusahaan harus memiliki prosedur yang digunakan
(10)
Bab I Pendahuluan | 4
untuk mengelola keluhan-keluhan dari pelanggan dengan cara menerima keluhan-keluhan tersebut. Jangan sampai bersitegang dengan pelanggan, anggap sebagai pengukur kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. kemudian memberikan informasi atas keluhan tersebut kepada semua orang yang terlibat. Analisilah keluhan tersebut dengan cara menelusuri penyebab-penyebabnya, jika memungkinkan menghilangkan akar dari penyebabnya. Hasil dari seluruh investigasi terhadap penyebab terjadinya keluhan, dilaporkan atau diumumkan pada seriap orang yang telibat dalam proses pembuatan produk tersebut. (Rohmini Indah Lestari:1999)
Banyak konsumen beranggapan bahwa harga produk yang tinggi identik dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, kualitas produk yang tinggi cenderung diikuti oleh harga yang mahal. Jika menetapkan harga produk yang murah, maka perbedaan harga dengan pesaing harga harus ditonjolkan. Bagaimana memenuhi keinginan konsumen akan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing, tetapi tidak menurunkan tingkat laba yang diterima oleh perusahaan. Ini merupakan masalah yang harus dihadapi perusahaan dan para manajer harus berkerja keras untuk berusaha memenuhinya.
Beberapa kaitan dengan kualitas produk yaitu konsistensi kualitas dan harga. Konsistensi kualitas produk sangatlah penting untuk citra atau nama baik perusahaan. Produk yang bagus tetapi kadang produk yang dihasilkan tidak sebagus produk yang dihasilkan sebelumnya mengakibatkan citra atau nama baik perusahaan akan turun dikarenakan tidak stabilnya kualitas produk
(11)
Bab I Pendahuluan | 5
yang dihasilkan. Konsistensi merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada saat dan tengah melakukan penjualan. Harga yang tidak bersaing bersaing pun dapat menyebabkan para konsumen lari ke produk lainnya. Untuk itu bagaimana cara perusahaan agar dapat menjaga konsistensi kualitas produknya dan memiliki harga yang dapat besaing dalam pangsa pasar untuk meraih laba. Selain konsistensi dan harga, disain yang menarik juga merupakan satu faktor lain yang beperan dalam menembus pasar.
Demi mempertahankan perusahaan, manajer harus menyusun anggaran biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas perusahaan dengan baik. Dengan demikian perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan efektif dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu untuk memperoleh laba yang maksimum serta memberikan produk-produk yang berkualitas. Keadaan demikian akan membuat perusahaan dapat mempertahankan dan dapat meningkatkan kelangsungan hidupnya.
Dalam penelitian ini penulis mamilih PT. PINDAD (Persero) sebagai subyek penelitian. PT. PINDAD (Persero) adalah salah satu industri manufaktur Indonesia yang bergerak dalam pembuatan produk-produk militer dan produk komersial. Kegiatan utamanya mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan serta perawatan produk.
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat data perbandingan biaya opeasional dengan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dibawah ini:
(12)
Bab I Pendahuluan | 6
Tabel 1.1
Perbandingan Biaya Operasional dengan Laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor Periode 2006-2010
Tahun Biaya Operasional Laba
2006 Rp 48.087.483.798,00 Rp 8.584.993.897,00 2007 Rp 59.738.779.657,00 Rp 9.819.301.601,00 2008 Rp 111.379.489.554,00 Rp 12.952.625.560,00 2009 Rp 228.376.725.961,00 Rp (1.224.915.720,00) 2010 Rp 192.919.675.595,00 Rp 16.318.432.362,00
Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui perbandingan biaya operasional dan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut menunjukan bahwa biaya operasional meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2009 sedangkan pada tahun 2010 biaya operasional menurun. Pada tahun 2007 dan 2008 biaya operasional meningkat disertai dengan laba meningkat. Biasanya biaya operasional dapat menurunkan tingkat laba tetapi pada tahun 2007 dan 2008 keduanya mengalami peningkatan.
Pada tahun 2007 dan 2008 biaya operasional meningkat disertai dengan laba disebabkan oleh peningkatan penjualan pada tahun 2007 dan tahun 2008 sehingga laba tetap dapat mengalami peningkatan.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat data perbandingan biaya kualitas dengan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dibawah ini:
(13)
Bab I Pendahuluan | 7
Tabel 1.2
Perbandingan Biaya Kualitas dengan Laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor Periode 2006-2010
Tahun Biaya Kualitas Laba
2006 Rp 282.491.990,00 Rp 8.584.993.897,00 2007 Rp 288.159.777,00 Rp 9.819.301.601,00 2008 Rp 295.299.281,00 Rp 12.952.625.560,00 2009 Rp 312.333.524,00 Rp (1.224.915.720,00) 2010 Rp 325.635.821,00 Rp 16.318.432.362,00
Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor mengelami kenaikan selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 kecuali pada tahun 2009 mengalami penurunan dan kerugian sebesar Rp. (1.224.915.720,00) sedangkan biaya kualitas yang dikorbankan terus meningkat dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan table di atas, biaya kualitas yang dikorbankan dapat meningkatkan laba. Tetapi pada tahun 2009 biaya kualitas yang dikorbankan tidak disertai dengan meningkatnya laba.
Menurunnya laba sebelum pajak pada tahun 2009 disebabkan oleh penjualan inter yang pada saat itu menggunakan transfer cost bukan transfer price khusus dan bunga untuk dropping dana pada saat itu dibayar oleh unit usaha. Hal itu mengakibatkan PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor mengalami kerugian sebesar Rp. (1.224.915.720,00) pada tahun 2009.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul ”Pengaruh Biaya Operasional Dan Biaya Kualitas Terhadap Laba Pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor”.
(14)
Bab I Pendahuluan | 8
1.2Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan biaya operasional dan peningkatan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
2. Kenaikan biaya kualitas tidak selalu disertai dengan kenaikan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
3. Adanya penurunan laba akibat dari banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana biaya operasional, biaya kualitas dan laba pada PT. PINDAD (Persero)Divisi Tempa dan Cor.
2. Seberapa besar pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara simultan. 3. Seberapa besar pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap
(15)
Bab I Pendahuluan | 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dilakukan penelitian ini untuk mengumpulkan informasi dan meneliti mengenai pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara biaya operasional dan biaya kualitas pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
2. Untuk mengetahui pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara simultan.
3. Untuk mengetahui pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara parsial.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi, bahan informasi dan masukan yang diperlukan perusahaan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dan strategi dalam meningkatkan laba perusahaan.
(16)
Bab I Pendahuluan | 10
2. Bagi pihak lainya
Dapat menjadi bahan perbandingan bagi pihak lain yang melakukan penelitian pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan akademis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian menambah dan memperluas wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman mengenai pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba.
2. Bagi Akademika
Sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai biaya operasional, biaya kualitas dan laba.
(17)
Bab I Pendahuluan | 11
1.5Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor yang bertempat di Jl. Jend. Gatot Subroto No.517 Bandung 40284 Telp. 022-7321137.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan, di mulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan Agustus 2011. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat di lihat pada Tabel 1.3 di bawah ini:
Tabel 1.3 Waktu Penelitian
Tahap Prosedur Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Juli
I
Tahap Persiapan:
Membuat outline dan proposal UP
Meminta surat pengantar keperusahaan Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan: Bimbingan Up
Pendaftaran Seminar UP Seminar UP
Revisi UP
Membuat outline dan proposal skripsi Penelitian di Penyusunan skripsi Bimbingan skripsi III Tahap Pelaporan:
Menyiapkan draft skripsi Sidang skripsi
Penyempurnaanlaporan skripsi
(18)
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Biaya Operasional 2.1.1.1 Pengertian Biaya
Definisi biaya menurut Kuswadi (2008:46) menyatakan bahwa:
“Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapat barang dagang, baik yang diproduksi sendiri maupun yang merupakan hasil pembelian dari pihak lain (misal supplier atau pemasok) hingga barang tersebut terjual kembali kepada pihak pembeli (pemakai/pelanggan) baik yang berkaitan dengan maupun di luar usaha pokok perusahaan”.
Definisi biaya menurut T.Gilarson (2003:125) menyatakan bahwa:
“Biaya diartikan semua pengorbanan yang perlu untuk semua proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan semua pengeluaran dan pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi di mulai dari memperoleh barang hingga barang tersebut terjual kembali yang diharapkan akan memperoleh manfaat dimasa yang akan datang, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku.
(19)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 13
MenurutT.Gilarson (2003:125) menyatakan bahwa:
“Terdapat empat unsur yang perlu diperhatikan dalam biaya diantaranya adalah:
1. Pengorbanan
2. Pengorbanan yang perlu untuk produksi 3. Dinilai dalam uang
4. Menurut harga pasar yang berlaku”. 1. Pengorbanan
Pengorbanan yang sesungguhnya adalah pemakaian faktor-faktor produksi atau sumber-sumber ekonomi: bahan-bahan yang habis dipakai, waktu dan tenaga yang dicurahkan, peralatan dan mesin yang terpakai, upah karyawan yang harus dibayar dan sebagainya.
Masalah pertama yang dihadapi oleh produsen adalah menentukan berapa jumlah perngorbanan tersebut. Untuk itu, semua pengorbanan harus diukur dengan teliti (dikuantitatifkan): berapa kg bahan yang habis terpakai, berapa jam kerja yang telah dicurahakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, berapa jam mesin yang diperlukan untuk pembuatan suatu barang, dan sebagainya.
2. Pengorbanan yang perlu untuk produksi
Yang dihitung sebagai biaya hanyalah pengorbanan yang perlu saja, artinya yang tidak dapat dihindarkan. Jadi, pemborosan bahan atau waktu yang sebenarnya tidak perlu itu seharusnya tidak ikut dihitung sebagai biaya.
Misalnya: karena kurang hati-hati seorang tukang cat menjatuhkan sebuah kaleng cat, sehingga tumpah semua. Ini bukan biaya yang perlu untuk proses produksi,
(20)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 14
maka tidak boleh di hitung sebagai biaya produksi yang nantinya akan dibebankan pada konsumen.
Lain halnya, pada penjahit pakaian. Di sini, tentunya ada sisa-sisa kain yang terpotong dan harus dibuang. Ini tidak dapat dihindari, maka termasuk biaya produksi. Andai kata sisa-sisa seperti itu masih dapat dimanfaatkan atau dijual, ini termasuk laba.
3. Dinilai dalam uang
Semua biaya produksi dinilai dalam uang. Pengeluaran yang memang harus dibayar dengan uang, seperti harga beli bahan-bahan atau gaji pegawai, sudah dengan sendirinya termasuk perhitungan biaya. Tetapi dapat terjadi bahwa ada hal-hal yang sebenarnya termasuk biaya produksi tetapi tidak dibayar dengan uang. Misalnya, tenaga sendiri atau bahan-bahan yang diambil dari kebun sendiri. Karena tidak menyangkut pengeluaran uang, maka kerap kali juga tidak dihitung sebagai biaya. Padahal sebenarnya tenaga sendiri dan bahan-bahan itu juga harus ikut diperhitungkan sebagai biaya. Padahal sebenarnya tenaga sendiri dan bahan-bahan itu juga harus ikut diperhitungkan sebagai biaya, meskipun tidak berupa pengeluaran uang. Contoh lain adalah penyusutan gedung dan alat-alat produksi, yang betul-betul termasuk biaya, biarpun tidak ada satu sen pun yang dikeluarkan untuk itu. Biaya seperti itu, secara ekonomis harus dihitung sebagai biaya produksi tetapi bukan merupakan pengeluaran uang, sering juga disebut biaya implisit.
(21)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 15
4. Menurut harga pasar yang berlaku
Banyak orang memperhitungkan nilai bahan atau barang sama dengan harga yang dulu telah dibayar untuk membeli barang atau bahan tersebut atau disebut “harga perolehan”. Tetapi berapa yang dulu dibayar untuk membeli suatu barang itu sebenarnya tidak penting lagi. Apalagi dalam masa kenaikan harga umum (inflasi). Agar suatu usaha bias berjalan terus (agar kontinuitas usaha terjamin), yang lebih penting adalah berapa harga yang harus dibayar sekarang kalau beli barang yang sama lagi. Jadi yang dipakai sebagai pedoman untuk penentuan besarnya biaya dalam kalkulasi harga pokok adalah harga pasar yang berlaku sekarang (sama dengan pada saat penjualan), meskipun dahulu mungkin dibeli dengan harga yang lebih rendah atau mahal. Harga yang harus dibayar sekarang untuk menggantikan barang itu (untuk membeli barang yang sama) disebut harga (nilai) pengganti, sedangkan harga yang dulu telah dibayar disebut harga historis atau harga perolehan.
2.1.1.2 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Mulyadi (2009:13) menyatakan bahwa:
“Biaya dapat dikalasifikasikan sebagai berikut: 1. Biaya menurut objek pengeluaran
2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
3. Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
4. Biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
(22)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 16
1. Biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara pengklasifikasian ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar klasifikasi biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok:
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan biaya gaji karyawan bagian yang melakukan produksi.
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya promosi dan biaya gaji karyawan bagian yang melakukan pemasaran
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.
(23)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 17
3. Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Dalam hubungannya denga sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan menjadi dua kelompok:
a. Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. 4. Biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat dikelompokan menjadi:
a. Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya semi variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
(24)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 18
d. Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
5. Biaya atas dasar jangka waktu manfaat
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Biaya yang menpunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran tersebut.
2.1.1.3 Pengertian Biaya Operasional
Definisi biaya operasional menurut Sofyan Assauri (1999:11) menyatakan bahwa:
“Suatu pengorbanan sumber daya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan perusahaan dalam mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut.”
Definisi biaya operasional menurut Ardiyos (2001:655) menyatakan bahwa: “Biaya operasi adalah suatu beban yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka menunjang kegiatan operasional perusahaan. Biasanya mengacu pada beban penjualan dan beban administrasi dan umum dan tidak termasuk perhitungan harga pokok penjualan (cost good sold).”
(25)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 19
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulakan bahwa biaya operasional (operational cost) adalah biaya-biaya yang dikorbankan untuk menunjang dan berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan, mencakup semua aktivitas yang menghasilkan produk atau jasa dalam satu periode.
2.1.1.4 Klasifikasi Biaya Operasional
Menurut Usry & Hammer (1996:37) diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait menyatakan bahwa:
“Total biaya operasional terdiri dari biaya pabrikasi, dan beban komersial”. Unsur-unsur biaya operasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Biaya pabrikasi
Biaya pabrikasi sering disebut biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya ini merupakan jumlah dari tiga unsur biaya sebagai berikut: a. Bahan baku langsung adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan
bahan siap untuk digunakan.
b. Pekerja atau tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan.
c. Overhead pabrik adalah biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan semua biaya produksi lainnya yang tidak dibebankan langsung pada suatu produk tertentu.
(26)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 20
- Bahan tidak langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakainnya sedemikian kecil, atau sedemikian rutin, sehingga tidak dianggap sebagai bahan langsung yang tidak berguna atau tidak ekonomis.
- Pekerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung terlibat pada proses produksi.
2. Beban komersial di bagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Beban pemasaran (distribusi dan penjualan) adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, dimulai pada saat biaya produksi berakhir yaitu pada saat proses produksi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap untuk dijual. biaya ini meliputi beban penjualan dan pengiriman.
b. Beban administrasi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakn kegiatan produksi dan pemasaran produk meliputi beban yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya operasional terdiri dari terdiri dari biaya pabrikasi (bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
(27)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 21
2.1.2 Biaya Kualitas
2.1.2.1 Pengertian Kualitas
Kualitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan agar dapat bersaing dan meraih pangsa pasar. Kualitas sering digunakan untuk menggambarkan keindahan, kebaikan, kemahalan, dan kemewahan. Definisi kualitas menurut Anang Hidayat (2007:1) menyatakan bahwa:
“Kualitas adalah sebuah pendekatan strategis yang merupakan kebangkitan dari konsep-konsep strategi dalam aktivitas bisnis korporasi”.
Definisi kualitas menurut Soewarso Hardjosoedarmo (1997:7) menyatakan bahwa:
“Kualitas adalah karakteristik produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulakan bahwa Kualitas adalah karakteristik atau nilai-nilai dari keunggulan produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai, yang dapat diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan berkelanjuatan.
Produk dan jasa bias dikatakan berkualitas jika telah memenuhi atau melebihi harapan pemakainya. Kualitas sendiri dibagi menjadi 9 dimensi. Tabel 2.1 menunjukan dimensi kualitas yang terfaktor pada pendekatan strategi dan nilai-nilai kompetitif.
(28)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 22
Tabel 2.1 Dimensi Kualitas
Dimensi Maksud dan Contoh
Performance Karakteristik utama produk, misalnya gambar jernih
pada layar televisi
Features Karakteristik tambahan, fasilitas atau fitur tambahan,
misalnya remote control
Conformance Spesifikasi industri dan standar industri
Reliability Konsistensi kinerja
Durability Masa daya guna atau ketahanan produk, mencakup
masa garansi dan perbaikan
Service
Pertanggung jawaban atas permasalahan-permasalahan produk dan berbagai keluhan konsumen terhadap produk
Aesthetics
Berbagai karakteristik yang berhubungan dengan psikologis produsen, penyalur atau dealer, dan konsumen
Reputation
Kinerja yang telah tercapai dan berbagai kesuksesan yang diraih, seperti pencapaian target penjualan, kepuasan konsumen, dan lain-lain
Sumber : Anang Hidayat, 2007:4 2.1.2.2 Pengertian Biaya Kualitas
Definisi biaya kualitas menurut Blocher, Chen, Lin (2000:220) yang diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani menyatakan bahwa:
“Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan „opportunity cost‟ dari hilangnya waktu produksi dan
penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas”.
Definisi biaya kualitas menurut Schroeder (1997:180) menyatakan bahwa: “Biaya kualitas adalah biaya karena tidak memenuhi persyaratan atau kebutuhan pelanggan, yaitu biaya karena melakukan hal yang salah”.
(29)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 23
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulakan bahwa biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah, mengidentifikasi, memperbaiki produk berkualitas rendah atau tidak memenuhi syarat kualitas untuk membuat produk berkualitas dan meningkatkan kualitas produk.
Biaya yang terjadi atau yang mungkin akan terjadi berhubungan dengan desain, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Biaya dan kualitas merupakan salah satu kesatuan dan bukanlah suatu yang perlu dipertentangkan atau sesuatu yang berlawanan. Oleh karena itu, dalam pengertian ini tidak mungkin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan biaya rendah.
Kualitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula, dengan kata lain peningkatan kualitas pasti berkaitan dengan peningkatan biaya. Biaya tinggi berarti harga jual juga tinggi, tetapi harga jual tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas tinggi, karena tingginya harga produk dapat pula disebabkan oleh faktor lain seperti: terlalu jauhnya proses produksinya, terlalu rumit dalam proses, margin yang diperoleh terlalu tinggi, pengaruh daya beli konsumen dan pengaruh hukum permintaan dan penawaran.
2.1.2.3 Klasifikasi Biaya Kualitas
Menurut Blocher, Chen, Lin (2000:220) yang diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani menyatakan bahwa:
“Biaya kualitas dapat dikelompokan menjadi empat kategori utama: 1. biaya pencegahan
2. biaya penilaian
3. biaya kegagalan internal, dan 4. biaya kegagalan eksternal”.
(30)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 24
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mencegah terjadinya cacat kualitas. Biaya pencegahan meliputi:
a. Biaya pelatihan kualitas
Pengeluaran-pengeluaran untuk program-program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan biaya instruksi, biaya staf klerikal dan macam-macam biaya dan bahan pakai untuk buku pegangan dan manual instruksi.
b. Biaya pencegahan kualitas
Upah dan overhead untuk pencegahan kualitas, lingkungan kualitas, desain prosedur baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan, dan evaluasi
supplier.
c. Biaya pemeliharaan peralatan
Biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki dan menginspeksi peralatan produksi, proses dan sistem. d. Biaya penjaminan supplier
Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas.
2. Biaya penilaian (appraisal cost)
Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya. Biaya penilaian meliputi:
(31)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 25
a. Biaya pengujian dan inspeksi
Biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan mengispeksi bahan yang datang, produk dalam proses dan produk selesai atau jasa.
b. Peralatan pengujian
Pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan atau mempertahankan fasilitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses.
c. Audit kualitas
Gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas. d. Pengujian secara laborat
e. Pengujian dan evaluasi lapangan f. Biaya informasi
Biaya untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas. 3. Biaya kegagalan internal
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai dengan pengiriman kepada pelanggan. Beberapa biaya kegagalan internal adalah:
a. Biaya tindakan koreksi
Biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
(32)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 26
b. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi
Bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.
c. Biaya proses
Biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak direncanakan, dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali. d. Biaya ekspedisi
Biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan atau pengerjaan kembali. e. Biaya inspeksi dan pengujian ulang
Gaji, upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk-produk yang telah diperbaiki.
4. Biaya kegagalan eksternal
Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pada pelanggan, dan laba yang gagal diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya-biaya ini meliputi:
a. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan
Gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada pelanggan (departemen „costumer service‟) memperbaiki produk yang
(33)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 27
dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut.
b. Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk
Biaya administrasi untuk menengani pengembalian produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum, biaya penyelesaiaan hukum.
c. Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan
Margin kontruksi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.
2.1.3 Laba
2.1.3.1 Pengertian Laporan Laba Rugi
Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan. Laporan yang menyajikan data tentang pendapatan dengan biaya disebut dengan laporan laba rugi. Laporan laba rugi pada dasarnya akan menghasilkan informasi akhir yaitu laba atau rugi.
Definisi Laporan laba rugi menurut Muhammad Gade (2005:87) menyatakan bahwa:
“Laporan laba rugi (profit and loss statement) merupakan ringkasan penerimaan, biaya, dan pengeluaran suatu perusahaan selama suatu periode akuntansi”.
Definisi laporan laba rugi menurut Menurut Zaki Baridwan (2004:29) menyatakan bahwa:
(34)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 28
“Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya -biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulakan bahwa laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menginformasikan penerimaan, pengeluaran dan biaya-biaya dari kegiatan usaha selama suatu periode tertentu.
Dalam laporan rugi laba pada umumnya terdiri dari pendapatan yang diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Pada setiap periode akuntansi perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan.
Menurut M. Fuad, dkk (2000:167) menyatakan bahwa:
“komponen-komponen yang terdapat dalam laporan laba rugi terdiri dari: laba bersih atau rugi bersih, pendapatan, beban, harga pokok produksi, dan harga pokok penjualan”.
1. Laba bersih atau rugi bersih
Laba dalam laporan laba rugi dapat diperoleh dengan pengurangan antara pendapatan dan semua beban. Laba bersih diperoleh jika jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah beban. Rugi bersih di derita perusahaan jika jumlah pendapatan lebih kecil dibandingkan jumlah beban.
Untuk tujuan internal, laba difokuskan pada laba operasi, yaitu laba sebelum memperhitungkan bunga dan pajak. Sedangkan untuk tujuan eksternal, laba yang
(35)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 29
diperhitungkan adalah laba bersih, yaitu laba setelah memperhitungkan bunga dan pajak.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu organisasi sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu.
3. Beban
Istilah beban dalam prakteknya mempunyai pengertian mendua, yaitu biaya yang digunakan dalam kaitannya dengan harga perolehan (harga pokok) serta biaya dalam arti beban atau expense. Untuk tujuan internal, beban difokuskan dalam artian biaya, sedangkan untuk tujuan ekternal lebih difokuskan pada beban. 4. Harga pokok produksi
Barang-barang yang dibuat dan kemudian dijual, biasanya terdiri dari tiga unsur utama biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, upah tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
5. Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan adalah nilai barang-barang dagangan yang terdiri dari biaya pembelian, ongkos angkut, dan biaya bongkar muatan sampai di tempat pengecer.
Laporan laba rugi menunjukan tingkat keuntungan atau kerugian perusahaan, maka laporan laba rugi pada umumnya dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kinerja dari hasil yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode.
(36)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 30
Pada umumnya untuk perusahaan manufaktur laporan laba rugi terdiri dari penjualan, harga pokok produksi, biaya usaha, serta pendapatan dan biaya lainnya. Di bawah dapat dilihat bentuk laporan rugi laba perusahaan manufaktur.
PT. Karya Puspita Laporan Rugi-Laba
Untuk tahun Yang Berjalan tanggal 31 Desember 20XX
Pendapatan penjualan Rp.xxx
Kos penjualan:
Persediaan awal produk jadi Rp.xxx
Kos produksi:
Persediaan awal produk dalam proses Rp.xxx
Biaya Produksi:
Biaya bahan baku Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx
Biaya overhead pabrik Rp.xxx +
Rp.xxx +
Rp.xxx
Persediaan akhir produk dalam proses Rp.xxx -
Kos produksi Rp.xxx +
Kos produk yang tersedia untuk dijual Rp.xxx
Persediaan akhir produk jadi Rp.xxx -
Kos penjualan Rp.xxx -
Laba bruto Rp.xxx
Biaya usaha:
Biaya administrasi Rp.xxx
Biaya pemasaran Rp.xxx +
Rp.xxx -
Laba bersih usaha Rp.xxx
Pendapatan diluar usaha Rp.xxx
Biaya diluar usaha Rp.xxx -
Rp.xxx -
Laba bersih sebelum pajak Rp.xxx
Pajak penghasilan Rp.xxx -
Laba bersih setelah pajak Rp.xxx
(37)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 31
2.1.3.2 Pengertian Laba
Laba sering digunakan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukur penilaian dan sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Definisi laba menurut M. Nafarin(2007:788) menyatakan bahwa:
“Laba (income) adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu”.
Definisi laba menurut Muhammad Gade (2005:31) menyatakan bahwa:
“Laba pada dasarnya merupakan selisih antara penghasilan atau pendapatan dengan biaya atau beban yang dikeluarkan”.
Definisi laba menurut Zaki Baridwan (2004:29) menyatakan bahwa:
“Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik”.
berdasarkan definisi di atas dapat disimpulakan bahwa laba merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang diperoleh dari transaksi-transaksi atau kejadian yang mempengaruhi badan usaha dalam suatu periode tertentu. Laba dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penjualan dan maminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan.
(38)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 32
Perhitungan laba suatu perusahaan dilakukan setiap bulan, namun untuk tujuan praktis perhitungan laba dilakukan pada akhir periode akuntansi. Perhitungan laba dituangkan dalam suatu laporan yaitu laporan laba rugi.
2.1.3.3 Jenis-Jenis Laba
Laba adalah salah satu hal penting dalam dalam suatu perusahaan. Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
1. Laba kotor (gross profit)
Selisih dari penjualan dengan harga pokok penjualan atau harga pokok produksi. 2. Laba operasional
Selisih dari laba bruto dikurangi biaya operasional perusahaan. 3. Laba sebelum pajak
Laba operasional ditambah atau dikurang dengan pendapatan dan biaya lain di luar pokok perusahaan. Istilah lain dari laba sebelum pajak adalah EBIT (Earnings Before Interest and Taxes).
4. Laba setelah pajak
Laba bersih perusahaan setelah dikurangi pajak. Dengan kata lain merupakan pendapatan atas seluruh biaya dalam satu periode (1 tahun) kemudian dikurangi dengan pajak. Istilah lain dari laba setelah pajak adalah EAT (Earnings After Tax).
(39)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 33
2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel
2.1.4.1 Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba
Biaya operasional adalah salah satu faktor yang mempengeruhi laba perusahaan. Jika pendapatan yang diperoleh perusahaan lebih besar dari biaya operasional maka akan diperoleh laba. Dan jika pendapatan yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari biaya operasional maka akan diperoleh rugi atau terjadi penurunan pada laba yang diperoleh. Untuk memperoleh laba maka perusahaan harus dapat mempergunakan biaya operasional se-efisien mungkin.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Jopie Jusuf (2008:35) menyatakan bahwa:
“Bila perusahaan dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi pemborosan biaya (seperti pemakaian alat kantor yang berlebih) akan mengakibatkan menurunya net profit”.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar biaya operasional suatu perusahaan dapat menurunkan laba dan sebaliknya jika dapat menekan biaya operasional, maka dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan.
2.1.4.2 Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba
Pengaruh biaya kualitas terhadap laba terlihat pada menurunnya tingkat produk cacad dan rusak, pengembalian produk (return) dari pelanggan. Sehingga akan berpengaruh pada menurunnya biaya perbaikan dan garansi. Produk yang berkualitas menyebabkan rendahnya persediaan di gudang. Sebab perusahaan dapat
(40)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 34
mengerjakan proses produksi sesuai dengan jadwal sehingga perputaran persediaan menjadi lebih lancar dan tentunya laba akan dapat terealisasi dengan cepat.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Blocher, Chen dan Lin (2002:200) yang diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani:
“Meningkatnya kualitas pada suatu produk yang dihasilkan maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi”.
Dapat disimpulakan bahwa dengan meningkatkan kualitas suatu produk, perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dan dapat meningkatkan laba yang tinggi.
2.2Kerangka Pemikiran a. Naratif
Tujuan utama dari beroperasinya suatu perusahaan adalah untuk mencapai laba semaksimum mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan biaya-biaya untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan, karena seluruh kegiatan perusahaan membutuhkan biaya yang cukup untuk menghasilkan hasil yang baik dari kegitan perusahaan tersebut. biaya-biaya tersebut dikorbankan untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang.
Biaya yang dikorbankan untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan disebut biaya operasional. Besarnya biaya operasional perusahaan akan berpengaruh terhadap peroleh laba perusahaan. Oleh karena itu, biaya operasional hendaknya dipergunakan se-efisien mungkin untuk menekan biaya operasional dan
(41)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 35
ditujukan untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan. Biaya operasional yang dikorbankan hendaknya terhindar dari terjadinya pemborosan dan penyelewengan agar tidak mengurangi terlalu besar laba yang diperoleh.
Kualitas produk yang baik merupakan satu hal yang sangat penting untuk meraih pasar, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen berpengaruh positif untuk perusahaan agar konsumen ataupun mitra usaha tetap loyal dan percaya pada kualitas produk yang ditawarkan. Untuk memperoleh kepercayaan tersebut diperlukan strategi kualitas. Kualitas dari produk yang dihasilkan pada akhirnya akan menaikkan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk. Hal ini juga akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, yaitu akan menghindarkan adanya pemborosan, meminimalkan biaya-biaya, dan pada akhirnya adalah meningkatnya keuntungan. Maka di perlukan biaya untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu dengan biaya kualitas.
(42)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 36
b. Bagan Kerangka Pemikiran
(43)
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis | 37
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan asumsi atau dugaaan atau pernyataan sementara yang masih lemah kebenaranya dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, maka harus di uji dahulu.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : Biaya operasional dan biaya kualitas tidak berpengaruh signifikan terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara simultan dan parsial.
H1 : Biaya operasional dan biaya kualitas berpengaruh signifikan terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara simultan.
H2 : Biaya operasional dan biaya kualitas berpengaruh signifikan terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor secara parsial.
(44)
39
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Objek Penelitian merupakan sesuatu target atau sasaran untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Objek penelitian yang di teliti dari penelitian ini terdiri dari biaya operasional, biaya kualitas dan laba.
3.2Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara mencari, memperoleh, mengumpulkan informasi, baik berupa data primer maupun data sekunder guna untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Definisi metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:147) menyatakan bahwa:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
(45)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 39
Definisi metode verifikatif menurut Manshuri (2009:45) yang dikutip dalam Umi Narimawati (2010:29) menyatakan bahwa:
“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa
dengan kehidupan”.
Definisi analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2010:31) adalah sebagai berikut:
“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik
yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart
(diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data
yang telah disajikan.”
Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah dikumpulakan dan memeriksa benar tidaknya suatu pengujian yang ada baik dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan dengan mengatasi masalah serupa dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik..
Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba yang di teliti apakah diterima atau ditolak.
(46)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 40
Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan jelas bagaimana pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba. Sedangkan, untuk pendekatan yang digunakan tersebut, karena data biaya operasional, biaya kualitas dan laba yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.
3.2.1 Desain Penelitian
Sebelum kita melakukan penelitian kita perlu melakukan perencanaan dan pelaksanaan penelitian dengan membuat desain penelitian. Definisi desain penelitian menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2008:36) menyatakan bahwa:
“Desain penelitian merupakan proses peneltian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara menyeluruh”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan proses penelitian yang dilakukan penulis dalam bentuk rancangan atau struktur penyelidikan yang dibuat khusus untuk menunjang kegiatan penelitian.
Menurut Sugiyono (2011:11) penjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut:
“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan.”
(47)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 41
Dalam penelitian ini penulis menetapkan desain penelitian yang mencakup proses sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Untuk menentukan sumber masalah harus mencari dan menentukan fenomena yang terjadi sebagai dasar penelitian.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan masalah pokok dalam suatu penelitian yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis), maka memerlukan referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat dijadikan sebagai bahan untuk jawaban sementara (hipotesis).
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka dikeluarkan dugaan sementara untuk menjawabnya, jawaban itu disebut hipotesis.
5. Metode penelitian
Untuk menguji hipotesis maka diperlukan metode penelitian yang sesuai. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu menggunakan metode survei dengan teknik analisis data menggunakan metode deskriptif.
(48)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 42
6. Menyusun instrument penelitian
Insrumen digunakan untuk menggumpulkan data penelitian. Untuk mendapatkan data yang berkualitas maka diperlukan pula kualitas alat (instrument) yang baik. instrument pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari data Laporan Keuangan
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah akhir dari suatu penelitian yang berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah di uji, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2008:58) menyatakan bahwa:
“Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, maka hendaknya dilakukan penjabaran sejumlah variabel, lengkap dengan konsep, indikator, ukuran, dan skala”.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang digunakan yaitu dua variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel Independen (Variabel X)
Definisi variabel independen menurut Sugiyono (2011:4) menyatakan bahwa:
“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
(49)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 43
Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen (variabel X) yaitu biaya operasional (variabel X1) dan biaya kualitas (variabel X2).
2. Variabel Dependen (Variabel Y)
Definisi variabel dependen menurut Sugiyono (2011:4) menyatakan bahwa:
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Data yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini yaitu laba (variabel Y).
Penjabaran dari variabel penelitian, beserta unsur-unsur terkait diaplikasikan dalam bentuk table, dengan maksud memperjelas konsistensi dan kebenarannya. Pada Tabel 3.1 merupakan penjabaran dari kedua variabel tersebut di atas beserta indikator-indikatornya.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Biaya operasional (X1)
Suatu pengorbanan sumber daya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan perusahaan dalam mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang
mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut.
Sofyan Assauri (1999:11)
-Biaya produksi -Biaya penjualan -Biaya administrasi
(50)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 44
Biaya Kualitas (X2)
Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan
dengan „opportunity cost‟
dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
Blocher,Chen,Lin (2000:220)
-Biaya pencegahan (prevention cost) -Biaya penilaian
(appraisal cost) -Biaya kegagalan internal (internal failure cost) -Biaya kegagalan
eksternal (external failure cost)
Rasio
Laba (Y)
laba pada dasarnya merupakan selisih antara penghasilan atau pendapatan dengan biaya atau beban yang di keluarkan.
Muhammad Gade(2005:31)
-Penjualan – harga pokok produksi – biaya usaha + pendapatan lainnya - biaya lainnya
Rasio
3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data-data tersebut adalah data yang diperoleh dari laporan keuangan PT.PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi dan mempelajari mengenai populasi yang akan diteliti. Apakah populasi tersebut memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan sampel tersebut.
(51)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 45
1. Populasi
Definisi populasi menurut Sugiyono (2011:61) menyatakan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan dan laporan biaya kualitas pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor sejak awal berdirinya pada tahun 1808 sampai dengan sekarang tahun 2011.
2. Sampel
Definisi sampel menurut Sugiyono (2011:62) menyatakan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili)”.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis yaitu dengan menggunakan teknik nonprobability sampling.
Definisi Nonprobability sampling menurut Sugiyono (2011:66) menyatakan bahwa:
“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
(52)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 46
Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive.
Definisi sampling purposive menurut Sugiyono (2011:68), adalah sebagai berikut:
“Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu”.
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor yang merupakan data keuangan terbaru.
2. Untuk memenuhi data yang menunjukkan data-data keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi, laporan biaya kualitas dan laporan biaya operasional.
3. Data yang diolah merupakan data selama tahun 2004-2010.
4. Sampel yang diambil sebanyak 7 (tujuh) tahun karena sudah dianggap
representatif (mewakili) untuk dilakukan penelitian.
Sehingga sampel pada penelitian ini adalah laporan laba rugi, laporan biaya kualitas dan laporan biaya operasional tahunan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor, yaitu selama 7 tahun.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
(53)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 47
1. Penelitian Lapangan (Field research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi subyek penelitian dengan mengambil data berupa data sekunder. Data tersebut diperoleh dengan cara:
a. Pengamatan (Observaion)
Yaitu teknik penelitian dengan melakukan peninjauan secara langsung pada objek penelitian.
b. Wawancara (Interview)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian.
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen dan bukti-bukti yang berkaitan dengan objek penelitian yang dibutuhkan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Yaitu penelitain yang dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari, meneliti dan menelaah data dengan menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun yang digunakan untuk mencari dan menyusun data yang telah diperoleh serta mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Peneliti melakukan analisa
(54)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 48
terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kualitatif
Menurut Sugiyono (2010:14) analisis kualitatif adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti
ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara
mendetail”. 2. Analisis Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :
“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.
Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah
disajikan”.
Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan multiple linear regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas uji normalitas, multikolinieritas, dan uji
(55)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 49
autokorelasi. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:
a.Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan untuk menentukan kenormalan data dapat diukur dengan melihat angka probabilitasnya (Asymtotic Significance), yaitu:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.
Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(56)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 50
Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan di uji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
b.Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan memiliki korelasi antar variabel bebas (variable independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk pengujian ada tidaknya multikoliniearitas adalah melihat:
a. Nilai toleransi
b. Variance Inflation Factors (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai toleransi < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10
(57)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 51
Sumber: Gujarati, 2003: 351
Dimana adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya.
Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003: 362).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen). (Gujarati, 2003: 406)
Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola
(58)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 52
tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Korelasi antar observasi ini diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):
Sumber: Gujarati, 2003: 467
Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:
a. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat
autokorelasi.
b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat
(59)
Bab III Objek Dan Metode Penelitian | 53
Sumber: Sugiyono,2011:275
c. Jika dL D-W dU atau 4 – dU D-W 4 – dL, tidak ada kesimpulan.
2. Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi berganda menurut Sugiyono (2011:275) menyatakan bahwa:
“Analisis yang digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (di naik turunkan nilainya)”.
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menerangkan besarnya pengaruh biaya operasional dan biaya kualitas terhadap laba. Persamaan analisis regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: Y : Laba
a : Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1 dan X2 = 0)
X1 : Biaya operasional
X2 : Biaya kualitas
β1 : Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel
terikat Y, apabila variabel bebas X2 dianggap konstan.
β2 : Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel
(1)
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan | 108
Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung > ttabel (3,903 > 2,776), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti biaya kualitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba. Berdasarkan uji hipotesis dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho sebagai berikut:
Gambar 4.8 Hasil Uji t Biaya KualitasTerhadap Laba
e) Pengambilan keputusan hipotesis
Berdasarkan Gambar 4.8 di atas dapat di lihat bahwa thitung sebesar 3,756 berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa biaya kualitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
Daerah Penolakan Ho Daerah
Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0
t 0,975;7= 2,776
(2)
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai biaya operasional, biaya kualitas dan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Biaya operasional PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor cenderung meningkat setiap tahunnya. Rata-rata peningkatan biaya operasional sebesar 33,12% setiap tahunnya. Dan biaya kualitas PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata peningkatan biaya kualitas sebesar 3,25% setiap tahunnya.
2. Secara bersama-sama biaya operasional dan biaya kualitas berpengaruh terhadap laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor.
3. Biaya operasional memiliki pengaruh terhadap laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor, dimana jika biaya operasional menurun maka dapat mengakibatkan peningkatan perolehan laba dan sebaliknya.. Dan biaya kualitas memiliki pengaruh juga terhadap laba PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor. dimana jika biaya kualitas meningkat maka akan berpengaruh pada peningkatan perolehan laba.
(3)
Bab V Kesimpulan Dan Saran | 110
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai biaya operasional, biaya kualitas dan laba pada PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Biaya operasional dan biaya kualitas memiliki pengaruh kuat terhadap laba. oleh karena itu, ke dua variabel tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan laba.
2. Biaya operasional sebaiknya dipergunakan se-efisien mungkin sesuai kebutuhan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan dan mengawasi pengeluaran biaya operasional agar tidak terjadi pemborosan-pemborosan dan penyelewengan yang akan menambah biaya yang semakin besar dan akan mengurangi perolehan laba.
3. Perusahaan hendaknya terus menjaga serta meningkatkan kualitas produk melalui biaya kualitas karena biaya kualitas bertujuan agar produk cacad dan rusak dapat diminimalkan sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengerjaan ulang dan perbaikan dapat berkurang sehingga akan menghasilkan produk-produk yang memenuhi standar kualitas.
(4)
111
DAFTAR PUSTAKA
Anang Hidayat. 2007. Strategi Six Sigma : Peta Pengembangan Kualitas Dan
Kinerja Bisnis. PT Elex Media Komputindo; Jakarta
Ardiyos, 2001. Kamus Besar Akuntansi. Citra Harta Prima, Jakarta
Blocher, Chen, Lin. 2000. Manajemen Biaya : Dengan Tekanan Stratejik Jilid 2
Diterjemahkan Oleh A. Susty Ambarriani. Salemba Empat; Jakarta
Case, karl E. & Fair, Ray C.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8 Deterjemahkan
Oleh Y. Andri Zaimur. Erlangga; Jakarta
Eddy Soeryanto Soegoto. 2008. Marketing Research. PT. Elex Media Komputindo; Jakarta
Gaspersz, Vincent. 2006. Continuous Cost Reduction Through Lean-Sigma
Approach:Strategi Dramatika Reduksi Biaya Dan Pemborosan Menggunakan
Pendekatan Lean-Sigma. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometri Dasar. Erlangga; Jakarta
Jopie Jusuf, 2008, Analisis Kredit Untuk Account Officer. PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
Kuswadi. 2008. Pencatatan Keuangan Usaha Dagang Untuk Orang - Orang Awam.
Elex Media Komputindo; Jakarta
M. Fuad, dkk. 2000. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
M. Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan : Edisi 3. Salemba Empat; Jakarta Moh.Nazir. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Ghalia Indonesia; Jakarta
Muhammad Gade. 2005. Teori Akuntansi. Almahira; Jakarta
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya : Edisi 5. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen TKPN; Yogyakarta
Schroeder. 1997. Manajemen Operasi Pengambilan Keputusan dalam Fungsi
(5)
| 112
Sisin Hasinah. 2007. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih
Soewarso Hardjosoedarmo. 1997. Dasar - Dasar Total Quality Management. BPFE;
Yogyakarta
Sofyan Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. LPEE Universitas
Indonesia; Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta; Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta; Bandung
Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta; Bandung
T.Gilarson. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius;Yogyakarta Tina Yuliana. 2007. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Bersih
Umi Narimawati, dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Panduan Awal Menyusun
Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Genesis;
Bekasi.
Usry, Milton F. & Hammer, Lawrance H.. 1996. Akuntansi Biaya Perencanaan &
PengendalianDiterjemahkan Oleh Alfonsus Sirait. Penerbit Erlangga; Jakarta
(6)
144
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Surya Kusuma
Tempat, Tanggal, Lahir : Kediri, 25 November 1989
Alamat : Jl. Mig Raya No.34 Komplek Melong Green
Garden, Cimahi 40534
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
Tahun Sekolah
1995 s.d 2001 SD Melong 4 Cimahi
2001 s.d 2004 SMP 4 Cimahi
2004 s.d 2007 SMA 6 Cimahi