Fungsi pokok perguruan tinggi keperawatan Sistem pendidikan keperawatan

17 5 Menghayati pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan Nasional. 6 Menggunakan hasil-hasil penelitian untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan upaya-upaya kesehatan. 7 Bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang kesehatan masyarakat.

c. Fungsi pokok perguruan tinggi keperawatan

Dalam melaksanakan fungsi pokok perguruan tinggi, suatu pendidikan tinggi keperawatan tidak hanya dituntut untuk meningkatkan pendidikan, tetapi juga meningkatkan pelaksanaan fungsi penelitian dan pengabdian masyarakat. 1 Fungsi pendidikan Dalam fungsi pendidikan institusi pendidikan tinggi keperawatan menyelenggarakan proses pembelajaran keperawatan melalui sistem belajar aktif dan mandiri. Pengalaman belajaar dirancang untuk mencapai kemampuan akademis dan atau profesional dalam bidang keperawatan. Proses ini juga senantiasa harus merupakan sistem yang mudah untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan. Selain itu pendidikan tinggi keperawatan dapat menjadi pusat perkembangan 18 ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta sebagai masyarakat berpendidikan yang gemar belajar. 2 Fungsi penelitian Dalam menyelenggarakan fungsi ini pendidikan tinggi keperawatan dapat melakukan penelitian, pengumpulan pengolahan informasi yang sesuai dengan keahlian dibidang keperawatan, dengan demikian institusi pendidikan tinggi keperawatan baik bersama institusi setempat atau masing-masing dapat berperan sebagai pusat informasi ilmiah keperawatan maupun pusat sumber daya keperawatan. 3 Fungsi pengabdian masyarakat Fungsi ini dapat dilakukan melalui penerapan berbagai ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan kepada tatanan nyata di masyarakat, misalnya layanan keperawatan. Pemberian edukasi keperawatan, konseling keperawatan, berkontribusi dalam pembentukan komunitas profesional keperawatan. Selain tiga fungsi utama tersebut diatas, pendidikan tinggi keperawatan bertanggung jawab dalam mengembangkan budaya perilaku intelektual, menciptakan suasana akademis yang kondusif, menanamkan rasa disiplin, tanggung jawab dan motivasi terhadap adanya hasil yang terbaik. 19

d. Sistem pendidikan keperawatan

Sesuai dengan hakikat profesi keperawatan yang mengabdi pada masyarakat melalui pelayanan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, maka orientasi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat. Kerangka konsep pendidikan tinggi keperawatan yang merupakan tonggak utama dalam penyusunan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan adalah : 1 Pengadaan ilmu dan teknologi keperawatan. 2 Sikap, tingkah laku dan kemauan profesional keperawatan. 3 Menyelesaikan masalah secaara ilmiah. 4 Belajar dan mandiri. 5 Belajar di masyarakat. Keperawatan sebagai sains lebih bersifat terapan, menggunakan pengetahuan, konsep dan prinsip dari berbagi kelompok ilmu dan merupakan sintesis dari ilmu dasar dan ilmu keperawatan. Pengembangan pendidikan tinggi keperawatan dilakukan dengan memperhatikan pengertian tentang ilmu keperawatan Gaffar, 1999 sebagai berikut : Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik yang pada aplikasinya menggunakan pendekatan dan penyelesaian 20 secara ilmiah yang ditujukan untuk menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia PPNI, 2002. Jenis dan jenjang pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan dengan memperhatikan dua faktor penentu utama yaitu : 1 Perkiraan tuntutan kebutuhan pengembangan keperawatan dimasa yang akan datang khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan. 2 Tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperkirakan akan terjadi dalam kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada yang terjadi saat ini.

3. Program Ners

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1 13 8

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN PERSEPSI TERHADAP MOTIVASI MELANJUTKAN NERS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS Hubungan Antara Minat Dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN PERSEPSI TERHADAP MOTIVASI MELANJUTKAN NERS PADA Hubungan Antara Minat Dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2 6 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Minat Dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Minat Dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3 8 4

BAB 1 PENDAHULUAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

1 9 11

GAMBARAN MINAT MAHASISWA S1 KEPERAWATAN SEMESTER VII MELANJUTKAN KE PROGRAM PROFESI NERS Gambaran Minat Mahasiswa S1 Keperawatan Semester VII Melanjutkan ke Program Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 16

PENDAHULUAN Gambaran Minat Mahasiswa S1 Keperawatan Semester VII Melanjutkan ke Program Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 9

S1 Profesi Ners (Keperawatan)

0 9 29

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DAN HARAPAN DENGAN MINAT MAHASISWA SEMESTER VII MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16