Bahasa indonesia, 12 januari 2016
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAMFLET
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Irma Anggraeni Putri
Universitas Negeri Yogyakarta
A. Latar Belakang Masalah
“Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimuli (biasanya simbol-simbol verbal) bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu lain
(komunikate/komunikan)”(Effendy, 1994:4). Komunikasi tidak hanya dilakukan secara lisan,
namun dapat juga secara tertulis. Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan
dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung antara pengirim dan
penerima informasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan manusia,
komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Kita dapat
menggabungkan gambar, simbol, tulisan, angka, dan warna untuk menarik perhatian pembaca.
Pamflet adalah tulisan yang dapat disertai dengan gambar atau tidak, tanpa penyampulan
maupun penjilidan, yang dicantumkan pada selembar kertas pada salah satu sisi atau kedua
sisinya, lalu dilipat atau dipotong setengah, sepertiga, atau bahkan seperempatnya, sehingga
terlihat lebih kecil. Kita juga sering menjumpai pamflet, terutama dalam lingkungan kampus.
Menurut saya, masih terdapat beberapa kesalahan penggunaan kebahasaan dalam pamflet
di lingkungan kampus. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa sebagai
penulis pamflet tentang kaidah-kaidah kebahasaan, seperti Ejaan Yang Disempurnakan,
penulisan unsur serapan, maupun penggunaan kata baku. Pamflet yang baik seharusnya
mengikuti aturan penulisan kebahasaan. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita dapat membuat
pamflet yang menarik tanpa harus keluar dari aturan penulisan kebahasaan. Sehingga pembaca
tertarik dan mengerti apa yang dimaksud dalam pamflet tersebut.
B. Perumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
Apa saja kesalahan yang sering ditemukan dalam pamflet?
Bagaimana pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet?
Bagaimana penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia?
Mengapa dalam menulis pamflet harus sesuai dengan aturan kebahasaan?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Mengetahui kesalahan yang sering ditemukam dalam pamflet.
Mengetahui pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet.
Mengetahui penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia
Mengetahui penulisan pamflet yang baik dan benar sesuai dengan aturan kebahasaan.
D. Tinjauan pustaka
1. Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja
dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam
kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro
1998:290).
Macam-macam Diksi:
a. Kata-kata Denotatif dan Konotatif
Makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak
mengalami perubahan makna.
Contoh kata Denotatif :
Membicarakan
Memperlihatkan
Penonton
Makna Konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
-
Membahas, mengkaji
Menelaah, meneliti, menyelidiki
Pemirsa, pemerhati
b. Kata Umum dan Kata Khusus
Makna Umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata
yang lain.
Makna Khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari
kata yang lain.
Contoh:
Kata Umum
Ikan
Bunga
Kata Khusus
Gurame, Lele, Lumba-lumba, Tuna
Mawar, Melati, Anggrek, Dahlia
c. Kata Makna Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki
makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus memilih kata
yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki
perbedaan dalam konteks penggunaannya.
Contoh Kata Bersinonim :
Cerdas
Besar
Mati
Ilmu
Penelitian
= Cerdik, Hebat, Pintar.
= Agung, Raya
= Mangkat, Wafat, Meninggal
= Pengetahuan
= Penyelidikan
d. Kata Baku dan non-Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah
yang dibakukan. Kaidah standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamus
umum.
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti:
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
-
Penambahan Fonem
Kata Tidak Baku
Imbau
Andal
Utang
-
Pengurangan Fonem
Kata Tidak Baku
Tak
Trampil
Tapi
-
Kata Baku
Himbau
Handal
Hutang
Kata Baku
Tidak
Terampil
Tetapi
Pengubahan Fonem
Kata Tidak Baku
Telor
Obah
Nampak
Kata Baku
Telur
Ubah
Tampak
e. Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang
sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
Untuk keterangan alat di gunakan kata dengan.
Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
Untuk keterangan penyerta di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
Untuk keterangan perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
Untuk keterangan sebab di gunakan kata karena, sebab.
f. Penulisan kata secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar seperti :
Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Selain
kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula terdapat kesalahan sebagai
berikut :
Penulisan partikel “non” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Non-Indonesia
Non-Batak
Nonformal
Penulisan partikel “sub” seperti pada contoh :
Penulisan yang benar
Subbab
Subbagian
Penulisan yang salah
Perjam
Perbulan
Pertahun
Penulisan kata “per” yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau ‘memperlakukannya sebagai’.
Penulisan yang benar
Perbesar
Persingkat
Penulisan yang salah
Sub bab, sub-bab
Sub bagian, sub-bagian
Penulisan pertikel “per” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Per jam
Per bulan
Per tahun
Penulisan yang salah
Non Indonesia
Non Batak
Non Formal, non-formal
Penulisan yang salah
Per besar
Per singkat
Penulisan kata “ pun “ yang mempunyai arti ”juga” harus dituliskan secara terpisah dengan
kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Aku pun
Sedikit pun
Penulisan yang salah
Akupun
Sedikitpun
Penulisan kata “pun” pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus dituliskan
serangkai dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Meskipun
Bagaimanapun
Penulisan kata “pasca” bentuk terikat pasca ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan yang benar
Pascasarjana
Pascapanen
Meski pun
Bagaimana pun
Penulisan yang salah
Pasca sarjana, pasca-sarjana
Pasca panen, pasca-panen
Penulisan awalan tertentu, seperti:
Penulisan yang benar
Bertolak belakang
Mendarah daging
Penulisan yang salah
Bertolakbelakang
Mendarahdaging
g. Homonim, Homofon, Homograf
Homonim
Homo artinya sama, nim berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi
berbeda makna.
Contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam perjudian.
Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna.
Contoh :Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna.
Contoh : Ular kobra itu bisanya mematikan.
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang karena latihan.
h. Kata Abstrak dan Kata Konkrit
Kata abstrak berupa konsep.
Contoh: Kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan.
Kata konkrit berupa objek yang dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen. Membicarakan membahas, mengkaji.
2.
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur Serapan dalam suatu tulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga
ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca.
Ketidakcermatan penulisan unsur serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca dapat
mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicara.
Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa juga harus cermat dan tepat menggunakan kedua
aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan dan tanda baca,
berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang bertalian dengan kedua aspek ejaan Penulisan
Unsur Serapan dalam EYD tersebut.
a.
Penyajian
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integritasinya, unsur
serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapanya
maupun penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan Penulisan
Unsur Serapan dalam EYD dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
b.
Penyerapan secara alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan
dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan
sebagai penyerapan secara alamiah.
Contoh:
c.
Abjad
mode
badan
Ilham
sehat
sirsak
hikayat meja
abad
radio
kitab
kabar
orator
minggu
perlu
potret
arloji
listrik
imitasi
supir
Penyerapan seperti bentuk asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dapat dipakai
dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi,
pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu
banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
shuttle cock
cum laude
bridge
de facto
curriculum vitae
d.
hockey
status quo
Penyerapan dengan terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui
penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih katakata asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dapat berupa satu kata
asing dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata Asing
feed back
e.
Terjemahan Indonesianya
umpan balik (balikan)
medical
pengobatan
take off
lepas landas
point
butir
input
masukan
output
keluaran
Penyerapan dengan perubahan
Unsur-unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan
dan pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam
penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini
dilakukan agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri umum (Internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan
dengan perubahan seperti ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan
mengenai perubahan dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kata Indonesia.
Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut:
Bentuk Asal
Bentuk Serapan
Bentuk Asal
Bentuk Serapan
octaaf
oktaf
caisson
kaison
haematite
hematit
structure
struktur
construction
konstruksi
circulation
sirkulasi
accomodation
akomodasi
acclamation
accent
aksen
technique
teknik
check
cek
effective
efektif
system
sistem
idealist
idealis
station
stasiun
geometry
geometri
fossil
fosil
charisma
aklamasi
karisma
f. Penyerapan akhiran asing
Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga
mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam
kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang
utuh, seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata
implemen, dan kata objektif di samping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain –is, -isme,
-al, –ik, –ika, -wan, -wati, -log, dan –ur.
g.
Unsur serapan diberi imbuhan bahasa Indonesia
Penulisan unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat
diberi imbuhan bahasa Indonesia. Pemberian imbuhan pada unsur serapan ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu proses pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses
pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila unsur serapan itu sudah
dirasakan seperti bahasa Indonesia, maka proses pengimbuhannya mengikuti bahasa Indonesia.
Jika unsur serapan itu masih dirasakan seperti bahasa asing, maka proses pengimbuhannya dapat
saja tidak mengikuti aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
kontak
mengontak
opname
diopname
kritik
mengkritik
terjemah
menerjemahkan
sukses
menyukseskan
protes
memprotes
E.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang akan saya lakukan dalam penelitian ini adalah metodologi pengamatan
(observasi). Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki.
F.
Daftar Pustaka
http://piiekaa.blogspot.com/2012/12/analisis-kesalahan-penggunaan-bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pamflet
http://nevindaelwa.blogspot.com/2013/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Irma Anggraeni Putri
Universitas Negeri Yogyakarta
A. Latar Belakang Masalah
“Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimuli (biasanya simbol-simbol verbal) bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu lain
(komunikate/komunikan)”(Effendy, 1994:4). Komunikasi tidak hanya dilakukan secara lisan,
namun dapat juga secara tertulis. Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan
dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung antara pengirim dan
penerima informasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan manusia,
komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Kita dapat
menggabungkan gambar, simbol, tulisan, angka, dan warna untuk menarik perhatian pembaca.
Pamflet adalah tulisan yang dapat disertai dengan gambar atau tidak, tanpa penyampulan
maupun penjilidan, yang dicantumkan pada selembar kertas pada salah satu sisi atau kedua
sisinya, lalu dilipat atau dipotong setengah, sepertiga, atau bahkan seperempatnya, sehingga
terlihat lebih kecil. Kita juga sering menjumpai pamflet, terutama dalam lingkungan kampus.
Menurut saya, masih terdapat beberapa kesalahan penggunaan kebahasaan dalam pamflet
di lingkungan kampus. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa sebagai
penulis pamflet tentang kaidah-kaidah kebahasaan, seperti Ejaan Yang Disempurnakan,
penulisan unsur serapan, maupun penggunaan kata baku. Pamflet yang baik seharusnya
mengikuti aturan penulisan kebahasaan. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita dapat membuat
pamflet yang menarik tanpa harus keluar dari aturan penulisan kebahasaan. Sehingga pembaca
tertarik dan mengerti apa yang dimaksud dalam pamflet tersebut.
B. Perumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
Apa saja kesalahan yang sering ditemukan dalam pamflet?
Bagaimana pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet?
Bagaimana penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia?
Mengapa dalam menulis pamflet harus sesuai dengan aturan kebahasaan?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Mengetahui kesalahan yang sering ditemukam dalam pamflet.
Mengetahui pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet.
Mengetahui penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia
Mengetahui penulisan pamflet yang baik dan benar sesuai dengan aturan kebahasaan.
D. Tinjauan pustaka
1. Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja
dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam
kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro
1998:290).
Macam-macam Diksi:
a. Kata-kata Denotatif dan Konotatif
Makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak
mengalami perubahan makna.
Contoh kata Denotatif :
Membicarakan
Memperlihatkan
Penonton
Makna Konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
-
Membahas, mengkaji
Menelaah, meneliti, menyelidiki
Pemirsa, pemerhati
b. Kata Umum dan Kata Khusus
Makna Umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata
yang lain.
Makna Khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari
kata yang lain.
Contoh:
Kata Umum
Ikan
Bunga
Kata Khusus
Gurame, Lele, Lumba-lumba, Tuna
Mawar, Melati, Anggrek, Dahlia
c. Kata Makna Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki
makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus memilih kata
yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki
perbedaan dalam konteks penggunaannya.
Contoh Kata Bersinonim :
Cerdas
Besar
Mati
Ilmu
Penelitian
= Cerdik, Hebat, Pintar.
= Agung, Raya
= Mangkat, Wafat, Meninggal
= Pengetahuan
= Penyelidikan
d. Kata Baku dan non-Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah
yang dibakukan. Kaidah standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamus
umum.
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti:
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
-
Penambahan Fonem
Kata Tidak Baku
Imbau
Andal
Utang
-
Pengurangan Fonem
Kata Tidak Baku
Tak
Trampil
Tapi
-
Kata Baku
Himbau
Handal
Hutang
Kata Baku
Tidak
Terampil
Tetapi
Pengubahan Fonem
Kata Tidak Baku
Telor
Obah
Nampak
Kata Baku
Telur
Ubah
Tampak
e. Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang
sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
Untuk keterangan alat di gunakan kata dengan.
Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
Untuk keterangan penyerta di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
Untuk keterangan perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
Untuk keterangan sebab di gunakan kata karena, sebab.
f. Penulisan kata secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar seperti :
Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang
sesudahnya.
Selain
kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula terdapat kesalahan sebagai
berikut :
Penulisan partikel “non” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Non-Indonesia
Non-Batak
Nonformal
Penulisan partikel “sub” seperti pada contoh :
Penulisan yang benar
Subbab
Subbagian
Penulisan yang salah
Perjam
Perbulan
Pertahun
Penulisan kata “per” yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau ‘memperlakukannya sebagai’.
Penulisan yang benar
Perbesar
Persingkat
Penulisan yang salah
Sub bab, sub-bab
Sub bagian, sub-bagian
Penulisan pertikel “per” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Per jam
Per bulan
Per tahun
Penulisan yang salah
Non Indonesia
Non Batak
Non Formal, non-formal
Penulisan yang salah
Per besar
Per singkat
Penulisan kata “ pun “ yang mempunyai arti ”juga” harus dituliskan secara terpisah dengan
kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Aku pun
Sedikit pun
Penulisan yang salah
Akupun
Sedikitpun
Penulisan kata “pun” pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus dituliskan
serangkai dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Meskipun
Bagaimanapun
Penulisan kata “pasca” bentuk terikat pasca ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan yang benar
Pascasarjana
Pascapanen
Meski pun
Bagaimana pun
Penulisan yang salah
Pasca sarjana, pasca-sarjana
Pasca panen, pasca-panen
Penulisan awalan tertentu, seperti:
Penulisan yang benar
Bertolak belakang
Mendarah daging
Penulisan yang salah
Bertolakbelakang
Mendarahdaging
g. Homonim, Homofon, Homograf
Homonim
Homo artinya sama, nim berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi
berbeda makna.
Contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam perjudian.
Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna.
Contoh :Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna.
Contoh : Ular kobra itu bisanya mematikan.
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang karena latihan.
h. Kata Abstrak dan Kata Konkrit
Kata abstrak berupa konsep.
Contoh: Kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan.
Kata konkrit berupa objek yang dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen. Membicarakan membahas, mengkaji.
2.
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur Serapan dalam suatu tulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga
ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca.
Ketidakcermatan penulisan unsur serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca dapat
mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicara.
Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa juga harus cermat dan tepat menggunakan kedua
aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan dan tanda baca,
berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang bertalian dengan kedua aspek ejaan Penulisan
Unsur Serapan dalam EYD tersebut.
a.
Penyajian
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integritasinya, unsur
serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapanya
maupun penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan Penulisan
Unsur Serapan dalam EYD dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
b.
Penyerapan secara alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan
dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan
sebagai penyerapan secara alamiah.
Contoh:
c.
Abjad
mode
badan
Ilham
sehat
sirsak
hikayat meja
abad
radio
kitab
kabar
orator
minggu
perlu
potret
arloji
listrik
imitasi
supir
Penyerapan seperti bentuk asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dapat dipakai
dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi,
pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu
banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
shuttle cock
cum laude
bridge
de facto
curriculum vitae
d.
hockey
status quo
Penyerapan dengan terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui
penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih katakata asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dapat berupa satu kata
asing dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata Asing
feed back
e.
Terjemahan Indonesianya
umpan balik (balikan)
medical
pengobatan
take off
lepas landas
point
butir
input
masukan
output
keluaran
Penyerapan dengan perubahan
Unsur-unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan
dan pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam
penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini
dilakukan agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri umum (Internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan
dengan perubahan seperti ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan
mengenai perubahan dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kata Indonesia.
Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut:
Bentuk Asal
Bentuk Serapan
Bentuk Asal
Bentuk Serapan
octaaf
oktaf
caisson
kaison
haematite
hematit
structure
struktur
construction
konstruksi
circulation
sirkulasi
accomodation
akomodasi
acclamation
accent
aksen
technique
teknik
check
cek
effective
efektif
system
sistem
idealist
idealis
station
stasiun
geometry
geometri
fossil
fosil
charisma
aklamasi
karisma
f. Penyerapan akhiran asing
Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga
mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam
kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang
utuh, seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata
implemen, dan kata objektif di samping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain –is, -isme,
-al, –ik, –ika, -wan, -wati, -log, dan –ur.
g.
Unsur serapan diberi imbuhan bahasa Indonesia
Penulisan unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat
diberi imbuhan bahasa Indonesia. Pemberian imbuhan pada unsur serapan ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu proses pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses
pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila unsur serapan itu sudah
dirasakan seperti bahasa Indonesia, maka proses pengimbuhannya mengikuti bahasa Indonesia.
Jika unsur serapan itu masih dirasakan seperti bahasa asing, maka proses pengimbuhannya dapat
saja tidak mengikuti aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
kontak
mengontak
opname
diopname
kritik
mengkritik
terjemah
menerjemahkan
sukses
menyukseskan
protes
memprotes
E.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang akan saya lakukan dalam penelitian ini adalah metodologi pengamatan
(observasi). Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki.
F.
Daftar Pustaka
http://piiekaa.blogspot.com/2012/12/analisis-kesalahan-penggunaan-bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pamflet
http://nevindaelwa.blogspot.com/2013/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html