Pedoman Pembinaan Pengobatan Tradisional Akupresur
615.822
PERATURA
o REKTUR JENDERAl
B A GIZI OA KESEHATAN IBU DAN ANAK
o OR HK 01 01181.44050/2011
TE TANG
PEDOMAN PEMBINAAN
PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2011
Ind
p
615 .822
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
Ind
p
Indonesia.Kementerian Kesehatan RIDirektorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pedoman pembinaan pengobat tradisional akupresur
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.2011
ISBN 978-602-9364-37-8
1. Jualil
I. ACCUPRESSURE
II. THERAPEUTICS
KATA PENGANTAR
Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas tersusunnya Pedoman
Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi Petugas Kesehatan
Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi
Petugas
Kesehatan ini ditujukan sebagai acuan untuk membina , mengembangkan, dan
mengawasi penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh pengobat tradisional.
Diharapkan seluruh aspek dari penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh
pengobat tradisional di Indonesia dapat terselenggara dengan sebaiki-baiknya
dan dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kami menyadari dalam pelaksanaan pembinaan pengo bat tradisional
akupresur, akan banyak menghadapi tantangan dan kendala, untuk itu kami
harapkan adanya saran , masukan dan tanggapan demi sempurnanya
pelaksanaan kebijakan ini.
Kepada seluruh piihak yang turut berperan dalam penyusunan pedoman ini ,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas buah pikiran dan
sumbang saran yang telah diberikan .
Semoga Pedoman Pembindaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi Petugas
Kesehatan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
tradisional di Indonesia.
Jakarta, September 2011
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif d n Komplementer
dr. Abidinsya
. 9 , DSHM, M.Kes
NIP. 19570525 198412 1 001
SAMBUTAN
Pembangunan kesE!hatan
bertujuan untuk meningkatakan
kesadaran ,
kemauan dan kemarnpuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh.
Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan salah satu kegiatan dari 17
upaya kesehatan sebagaimana tertuang dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 48 ayat 1. Berbagai jenis pelayanan kesehatan tradisional
banyak berkembang di masyarakat, salah satunya adalah pelayanan
akupresur yang diberikan oleh pengobat tradisional. Pelayanan akupresur yang
diselenggarakan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
manfaat
dan
keamanannya, oleh karena itu pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggara pelayanan perlu dilakukan.
Dengan adanya Pedoman Pembinan Pengobat Tradisional Akupresur Bagi
Petugas Kesehatan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan tradisional yang diselenggarakan masyarakat sehingga dapat
mewujudkan pelayanan yang aman dan bermanfaat guna mendukung
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Jakarta, September 2011
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Dr.
amet Riyadi Yuwono, DTM & H, MARS
ii
DAFTAR 151
HAL
KATA PENGANTAR
5AMBUTAN DIREKTUR
セiendral@
BINA GIZI DAN KIA
ii
DAFTAR 151
iii
TIM PENYU5UN
v
PERATURAN DIREKTUR セiendral@
BINA GIZI DAN KIA
NOMOR HK 01.01/B1.4/4050/2011 TENTANG PEDOMAN
PEMBINAAN PENGOBAT TRADI510NAL AKUPRE5UR
BABI
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
BAB II
1
3
4
4
4
PEMBINAAN DAN PENGAWA5AN PELAYANAN
KE5EHATAN TRADI510NAL
A.
B.
BAB III
Latar Belakang
Tujuan
Sasaran
Ruang Lingkup
Pengertian
Pembinaan dan Pengawasan
Tahap dan Pola Pembinaan
8
9
PEMBAGIAN PERAN DALAM PEMBINAAN DAN
PENGAWA5AN PELAYANAN KE5EHATAN
TRADI510NAL
A.
B.
Kementerian Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi
C.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
D.
E.
F.
G.
Puskesmas
Lintas Sektor Terkait
Organisasi Profesi Kedokteran dan Kesehatan
Asosiasi Pengobat Tradisional
11
12
13
14
14
15
15
iii
BABIV
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
A.
B.
C.
D.
E.
BABV
Pelaksanaan Pembinaan
Dukungan Kebijakan dalam Pembinaan Akupresur
Indikator Keberhasilan
Sanksi
Daftar Tilik Pembinaan Pengo bat Tradisional
Akupresur
PENUTUP
16
17
18
18
18
25
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan Akupresur pad a kasus terpilih
2. Formulir A : Permohonan STPT
3. Formulir B : Biodata pengobat tradisional
4. Contoh Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
5. Contoh lampiran STPT
6. Format Pencatatan dan Pelaporan
iv
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
dr. Abidinsyah Siregar, DHSM , MKes
Koordinator
dr. Yuniati Situmorang, MKes
Kontributor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
dr. Adiningsih S.M .Epid , M.Kes , Sp .AK
dr. Hasan Mihardja , M.Kes , Sp.AK
dr. Tomy Hardjatno, MS , SpAK
Purwanta , SH , MH
Dr. dr Aragar Putri, MRDM
drg . Wahyu Sulistianingsih, MPHM
drg. Phutut Tri Prasetyo S, M.Kes
dr. Farsely Mranani
dr. Nanda Agus Prasetya
Nelly Hutagaol , SH
Ns. Yuli Nazlia Sidy, S.Kep
Tinexcelly SKM
dr. Elis Batti , MKM
Akhmad Yani Suryana, SKM , MKes
dr. Harifin Hafid
Yusti Aryani
Hj . Siti Maryanah
Editor
1.
drg . Dyah Ermayatri, DESS
2.
Anang Subur, SKM, MPH
3.
Tjutju Turaeni, S.Sos , MKM
4.
Triyani, SKp
5.
Devi Zuarni , SKM
6.
Dr. Ina Farhaniah
7.
Ratih Kusuma Dewi, A.Md
Sekretariat
1.
Siti Juwariyah , S.Sos
2.
Suharto
v
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU
DAN ANAK
NOMOR : 01.01/B1.4/4050/2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
I
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Menimbang
a. bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan
warisan budaya bangsa yang tumbuh dan berkembang
serta terpelihara secara turun mehurun di kalangan
masyarakat;
b. bahwa salah satu bentuk pelayanan KFsehatan tradisional
yang berkembang saat ini di masyarakat diantaranya
pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan pijat
akupresur;
c. bahwa agar pelayanan pengobat tradisional akupresur
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan kemanannya,
tidak bertentangan dengan norma dan budaya yang
berlaku
di masyarakat serta dapat memberikan
perlindungan
kepada
masyarakat perlu
dilakukan
pembinaan dan pengawasan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
tentang Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional
Akupresur;
Mengingat
1.
Undang-Undang
nomor
8 "I ahyn
1999
tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
2.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548) ;
4.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
5.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
6.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor 3637);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah ,
Pemerintah Daerah Provinsi , dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737) ;
9.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/Menkes/SKlVII/2003
tentang
Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional ;
10. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
922/Menkes/SKlXl2008
Tentang
Pedoman
Teknis
Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Kesehatan Antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi , dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
11. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
96/Menkes/PerNI2008 Tentang Wadah Pembungkus,
Penandaan Serta Periklanan Kosmetik dan Alat
Kesehatan .
12. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
741/Menkes/PerNII/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota;
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/PerNIII/2010 Tentang Organisasi dan
Tatalaksana Kementerian Kesehatan ;
14. Peraturan
Menteri
1175/Menkes/PerNIII/2010
Kosmetik;
Kesehatan
Tentang
Izin
Nomor
Produksi
15. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1176/Menkes/PerNII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika .
16. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1189/Menkes/PerNIII/2010
Tentang
Produksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
17. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1190/Menkes/PerNIII/2010 Tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
18. Peraturan
Menteri
1191/Menkes/PerNII12010
Kesehatan.
Kesehatan
Nomor
Tentang Penyaluran Alat
19. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1787/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Iklan dan Publikasi
Pelayanan Kesehatan ;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK TENTANG PEDOMAN
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR.
Pasal1
Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bertujuan untuk :
a.
b.
c.
Pengelola program memahami tahap pembinaan yang terdiri dari tahap
informatif, formatif, dan normatif.
Pengelola program memahami pola pembinaan pelayanan kesehatan
tradisional yang terdiri dari pola toleransi, integrasi, dan tersendiri.
Pengelola program mampu melaksanakan pembinaan dan pengawasan
akupresur di wilayah kerjanya .
Pasal2
Pedoman Pembinaan Pengo bat Tradisional Akupresur digunakan sebagai
pedoman bagi pengelola program di pusat dan di daerah yang meliputi :
a.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
b.
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka Kesehatan
Tradisional Masyarakat (LKTM)
c.
Dinas Kesehatan Provinsi
d.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
e.
Puskesmas
f.
Instansi Pemerintah terkait lainnya
g.
Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan akupresur
h. Asosiasi Pengobat Tradisional terkait.
Pasal 3
Pedoman Pembinaan Pengo bat Tradisional Akupresur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan ini .
Pasal4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 2 Desember 2011
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI
DAN KESEHATAN I U DAN ANAK,
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK
NOMOR : HK.01.01/BI.4/4050/2011
TANGGAL : 2 DESEMBER 2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN PENGOBAT
TRADISIONAL AKUPRESUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Oalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka
pembangunan
kesehatan
dilaksanakan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat.
Oalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 59 bahwa
pelayanan
kesehatan
tradisional
terbagi
menjadi
pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan yang
menggunakan ramuan ,
dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya , serta tidak
bertentangan dengan norma agama . Oi sisi lain pada pasal 61
dinyatakan bahwa masyarakat diberi kesempatan yang seluasluasnya untuk mengembangkan , meningkatkan dan menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya.
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan
Oaerah
menyatakan
bahwa
bidang
kesehatan
merupakan urusan bersama/ konkuren antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah . Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui
peningkatan upaya kesehatan termasuk di antaranya pelayanan
kesehatan tradisional.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 374/MENKES/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengobatan
tradisional merupakan bagian dari subsistem Upaya Kesehatan .
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan (pengembangan)
dimana
pelayanan
kesehatan
tradisional
merupakan
upaya
kesehatan pilihan (pengembangan).
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa
yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara
turun temurun di kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu
sampai kini dengan kecenderungan yang terus meningkat.
Komitmen Asean dalam
"Declaration of the 7
th
Asean Health
Ministers" 22 April 2004 di Penang Malaysia, menghendaki integrasi
pelayanan
kesehatan
tradisional
ke dalam
sistem
pelayanan
kesehatan sebagai bag ian dari pelayanan kesehatan dasar.
Salah satu pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan yang
banyak berkembang dalam masyarakat adalah pijat. Pijat telah
dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala sebagai bag ian dan upaya
untuk membuat mereka lebih sehat dan telah memberi andil yang
cukup besar dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Jenis pijat yang berkembang saat ini diantaranya adalah akupresur.
2
Dalam
rangka
mewujudkan
dipertanggungjawabkan
bertentangan
dengan
pelayanan
manfaat
norma
akupresur
dan
keamanannya,
berlaku
yang
yang
serta
dapat
tidak
memberikan
perlindungan kepada masyarakat penerima pelayanan, maka dalam
penyelenggaraannya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan .
Pembinaan
terhadap
pelayanan
akupresur
dilakukan
secara
berjenjang oleh Kementerian Kesehatan , Dinas Kesehatan Provinsi ,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota , Puskesmas, dengan melibatkan
Lintas Sektor terkait dan Asosiasi pengobat tradisional pijat, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing .
Sehubungan dengan hal di atas disusunlah pedoman pembinaan
akupresur bagi petugas, agar dapat digunakan sebagai acuan bagi
pengelola program di Pusat maupun di Daerah , sehingga masyarakat
pemberi maupun
penerima pelayanan dapat terlindungi serta
mendapat pemahaman tentang pelayanan kesehatan tradisional
khususnya akupresur secara baik dan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan panduan bagi pengelola program di pusat dan di
daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan
tradisional
khususnya
akupresur
dipertanggungjawabkan
keamanan
dan
agar
manfaatnya
dapat
bagi
kesehatan.
2. Tujuan khusus :
a. Pengelola program
memahami tahap pembinaan yang terdiri
dari tahap informatif, formatif dan normatif
3
b. Pengelola program memahami pola pembinaan
pelayanan
kesehatan tradisional yang terdiri dari pol a toleransi, integrasi,
dan tersendiri.
c.
Pengelola program mampu melaksanakan pembinaan dan
pengawasan akupresur di wilayah kerjanya.
c.
Sasaran
1. Kementerian Kesehatan RI
2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM)
3. Dinas Kesehatan Provinsi
4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
5. Puskesmas
6. Instansi Pemerintah terkait lainnya
7. Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
akupresur
8. Asosiasi pengobat tradisional terkait
D. Ruang Lingkup
Lingkup pembinaan meliputi pengobat tradisional akupresur, fasilitas,
metode, bahan dan alat yang digunakan dalam pelayanan pengobat
tradisional akupresur.
E. Pengertian
1.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan
dengan
cara
dan
obat
yang
mengacu
pad a
pengalaman dan keterampilan turun menurun secara empiris,
dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat
4
2.
Griya kesehatan tradisional adalah fasilitas
yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih pengobat tradisional.
3.
Pengobat Tradisional (Battra) adalah seseorang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional yang ilmunya diperoleh melalui
pengalaman turun-temurun dan atau pendidikan non formal.
4.
Pengobat tradisional keterampilan adalah orang yang kompeten
dalam
melakukan
pelayanan
kesehatan
tradisional
dengan
menggunakan keterampilan manual, menggunakan alat dan
teknologi, atau dengan olah pikiran/mental.
5.
Akupresur adalah
tradisional
salah satu bentuk pelayanan
keterampilan
dengan
cara
kesehatan
merangsang
titik-titik
tertentu melalui penekanan pad a permukaan tubuh, dengan
menggunakan jari maupun benda tumpul untuk tujuan kebugaran
atau membantu mengatasi masalah kesehatan.
6.
Pengobat tradisional lulusan luar negeri adalah Warga Negara
Indonesia yang telah mengikuti pendidikan dan atau pelatihan di
luar negeri dan telah memiliki sertifikat tentang
pelayanan
kesehatan tradisional dan bekerja di Indonesia sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
7.
Pengobat tradisional asing adalah pengobat tradisional Warga
Negara Asing yang memiliki visa tinggal terbatas atau izin tinggal
terbatas atau izin tinggal tetap untuk maksud bekerja di wilayah
Republik
Indonesia setelah
mendapatkan
rekomendasi
dari
Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan izin kerja tenaga
asing dari Kementerian terkait.
8.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
5
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan .
9.
Surat Terdaftar Pengo bat Tradisional (STPT) adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
pengobat tradisional setelah mendaftar ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk pengobatan tradisional yang metodenya
belum
terbukti
aman
dan
bermanfaat
secara
ilmiah
bagi
kesehatan.
10. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional
(SP3T) adalah wadah untuk pengkajian, penelitian, pengujian,
pendidikan , pelatihan dan pelayanan dalam rangka penelitian
serta jaringan informasi dan dokumentasi kesehatan tradisional.
11 . Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) adalah Unit
Pelaksana Teknis setingkat eselon III di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang bertugas melaksanakan pemantauan, evaluasi
dan pelayanan kesehatan tradisional.
12. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) adalah Unit
Pelaksana Teknis setingkat eselon IV di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang bertugas melaksanakan pemantauan , evaluasi
dan pelayanan kesehatan tradisional.
13. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggungjawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
14. Asosiasi
Pengobat
Tradisional
adalah
himpunan
pengobat
tradisional yang metode pengobatannya sejenis dan melakukan
pembinaan serta pengawasan terhadap anggotanya .
15. Alat Kesehatan
adalah bahan , instrumen , aparatus, mesin ,
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah,
mendiagnosa , menyembuhkan
dan
meringankan
6
penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh
16. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
me me gang
kekuasaan
Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah
daerah.
18. Menteri
adalah
menteri yang
lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang kesehatan.
7
BABII
PEMBINAAN DAN PENGAW ASAN
PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
BAB II
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
A. Pembinaan Dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional yang
dilaksanakan meliputi :
1. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keamanan dan
manfaatnya bagi kesehatan .
2. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas sampai
ke Kementerian Kesehatan.
3. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
ditujukan untuk semua jenis pelayanan kesehatan tradisional yang
ada di masyarakat, diselenggarakan bersama lintas program dan
lintas sektor terkait dengan mengikut sertakan asosiasi pengobat
tradisional yang ada.
4. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
dllaksanakan berdasarkan metode yang digunakan, ramuan dan
atau keterampilan .
5. Untuk menjamin keamanan dan manfaat pelayanan kesehatan
tradisional yang ada di masyarakat, perlu dilakukan penapisan
terhadap metode, alat maupun bahan yang digunakan melalui
penelitian, pengkajian dan pengujian .
6. Penapisan dilakukan oleh SP3T, BKTM dan LKTM , Perguruan
Tinggi, dan institusi lainnya.
7. Pengujian, sertifikasi, akreditasi pengo bat tradisional/pengobat
tradisional asing! metode!obat tradisional, dilakukan oleh "Tim
8
Penguji"
yang
terdiri
dari
Tim
atau
institusi
yang
ditunjuk
Pemerintah, meliputi unsur Pemerintah, unsur asosiasi pengo bat
tradisional , pakar ilmuan terkait, pakar kesehatan serta lembaga
terkait (Iembaga penelitian, lembaga pendidikan , dsb).
8. Pelayanan kesehatan tradisional yang telah diuji ternyata terbukti
bermanfaat, aman bagi kesehatan dan sesuai dengan kaidah ilmu
kedokteran, dapat diintegrasikan ke dalam fasilitas pelayanan
kesehatan
atau
dapat dikembangkan secara tersendiri apabila
tidak sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran.
B. Tahap Dan Pola Pembinaan
Oinas Kesehatan Provinsi dan Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan
koordinasi
pembinaan
dengan
SP3T
dan
atau
BKTM/LKTM terdekat melalui tahap dan pola pembinaan sebagai
berikut:
1. Tahap Pembinaan
a. Tahap Informatif
Tahapan untuk menjaring semua metode pelayanan kesehatan
tradisional, yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia
tetapi keberadaannya diakui oleh masyarakat, termasuk yang
secara rasional belum terbukti bermanfaal.
b. Tahap Formatif
Tahapan
kesehatan
untuk
melakukan
tradisional
yang
seleksi
telah
terhadap
secara
pelayanan
rasional
dapat
dibuktikan mekanismenya terhadap kesehatan untuk dapat
dilakukan uji coba dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini
dilakukan oleh
SP3T,
BKTM/LKTM
terdekat
beserta
Unit
Teknisnya.
9
c. Tahap Normatif
Tahapan untuk mengusulkan agar jenis pelayanan kesehatan
tradisional
yang
telah
secara
rasional
dan
berdasarkan
observasi klinik dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan
manfaatnya. diintegrasikan ke dalam fasilitas kesehatan formal
atau dikembangkan secara tersendiri di masyarakat.
2. Pola Pembinaan
a. Pola Toleransi
Pembinaan
terhadap
semua
jenis
pelayanan
kesehatan
tradisional yang diakui keberadaannya di masyarakat dimana
pembinaan diarahkan hanya untuk mengurangi efek sam ping
yang mung kin terjadi .
b. Pola Integrasi
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang
secara rasional terbukti aman dan bermanfaat melalui pengujian
dari Tim yang berwenang . mempunyai kesesuaian dengan
hakekat ilmu kedokteran dan merupakan bagian integral dari
pelayanan
kesehatan
modern
dan
dapat dilaksanakan
di
fasilitas kesehatan formal.
c. Pola Tersendiri
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang
secara
rasional
dipertanggung
terbukti
jawabkan
aman .
tetapi
bermanfaat
memiliki
dan
kaidah
dapat
tersendiri
sehingga dikembangkan dan dibina secara tersendiri .
10
BAB III
PEMBAGIAN PERAN DALAM
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
BAB III
PEMBAGIAN PERAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan
kesehatan tradisional , pembagian peran dari institusi terkait adalah
sebagai berikut :
A. Kementerian Kesehatan
1.
Merumuskan
kebijakan,
pengawasan
dan
tradisional
sistem,
pola,
pengembangan
tahap
pelayanan
pembinaan ,
kesehatan
yang mencakup metode, bahan, obat, alat
dan
pengo bat tradisional.
2.
Menyusun
Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria
(NSPK)
pelayanan kesehatan tradis ional.
3.
Melakukan sosialisasi NSPK pelayanan kesehatan tradisional
yang meliputi pedoman , petunjuk teknis, bimbingan teknis dan
supervisi
4.
Mengarahkan kegiatan penapisan melalui pengkajian , teknis dan
pengujian di SP3T, BKTM dan LKTM .
5.
Menetapkan jenis atau metode pelayanan kesehatan tradisional
yang aman dan bermanfaat
6.
Mengembangkan strategi penerapan integrasi hasil penapisan
pelayanan kesehatan
tradisional ke dalam fasilitas pelayanan
kesehatan .
7.
Mengembangkan
sistem
monitoring
keamanan
dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
8.
Mengembangkan kerjasama luar negeri di bidang pelayanan
kesehatan tradisional
II
9.
Mengembangkan peran pengobat tradisional sebagai motivator
dan komunikator pesan kesehatan .
10. Merumuskan
penggerakan
dan
pemberdayaan
masyarakat
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara
mandiri
11 . Melakukan penapisan teknis terhadap pengobat tradisional asing
yang akan bekerja di Indonesia , ditandai dengan Rekomendasi
Menteri Kesehatan.
12. Melakukan pengawasan terhadap iklan dan publikasi pelayanan
kesehatan tradisional
13, Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
nasional
B. Dinas Kesehatan Provinsi
1.
Melakukan
sosialisasi
dan
advokasi
kebijakan
program
pelayanan kesehatan tradisional di tingkat provinsi
2.
Melaksanakan
koordinasi
dengan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota, lintas program, lintas sektor terkait , termasuk
asosiasi pengobat tradisional dalam pembinaan dan pengawasan
pelayanan kesehatan tradisional.
3,
Mengendalikan kegiatan SP3T yang ada di wilayahnya ,
4,
Mengkoordinasikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara
mandiri di tingkat Provinsi
5.
Memberikan
surat
mempekerjakan
Kesehatan
pengantar
pengobat
setelah
atas
tradisional
memeriksa
dokumen
asing
permohonan
kepada
kelengkapan
Menteri
dokumen
permohonan terse but.
12
6.
Mengirimkan
laporan
hasil
kegiatan
program
pelayanan
kesehatan tradisional secara berkala ke Kementerian Kesehatan .
7.
Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
provinsi
C. Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota
1.
Melakukan
sosialisasi
dan
advokasi
kebijakan
program
pelayanan kesehatan tradisional di tingkat kabupaten/kota
2.
Membantu pemerintah daerah dalam penyusunan Peraturan
daerah
kabupaten/kota
di
bidang
pelayanan
kesehatan
tradisional.
3.
Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
dalam pembinaan . pengawasan dan pengendalian pelayanan
kesehatan tradisional
4.
Melakukan pembinaan . pengawasan dan pengendalian terhadap
pelayanan kesehatan tradisional.
5.
Mengkoordinasikan
pelayanan
dan
penyelenggaraan
teknis
keterampilan
pelatihan
manajemen
pelayanan
kesehatan
tradisional bagi petugas Puskesmas. petugas Rumah Sakit dan
kader kesehatan tradisional.
6.
Memberikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan
Surat Izin Pengo bat Tradisional (SIPT).
7.
Memberikan
kesehatan
penilaian
tradisional
atas
yang
kelayakan
akan
fasilitas
mempekerjakan
pelayanan
pengobat
tradisional asing serta memberikan surat pengantar permohonan
pendayagunaan pengo bat tradisional asing yang memenuhi
persyaratan ke Dinas Kesehatan Provinsi .
8.
Melakukan supervisi ke pengobat tradisional. griya kesehatan
tradisional. Puskesmas dan Rumah Sakit.
13
9.
Melakukan pemetaan pelayanan kesehatan tradisional.
10. Mengirimkan laporan program pelayanan kesehatan tradisional
secara berkala ke Oinas Kesehatan Provinsi.
11 . Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
kabupaten/Kota
D. Puskesmas
1. Melakukan pendataan pelayanan kesehatan
tradisional dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data yang terintegrasi
dengan program kesehatan lainnya.
2. Pembinaan dan pengawasan
pengobat
tradisional di wilayah
kerjanya, dilaksanakan minimal 1 kali setahun
dalam bentuk
kunjungan lapangan
3. Mengusulkan petugas Puskesmas dan kader kesehatan tradisional
yang akan dilatih tentang pelayanan kesehatan tradisional yang
difasilitasi oleh Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4 . Memberikan surat pengantar kepada pengobat tradisional untuk
permohonan
pengurusan
STPTI
SIPT
ke
Oinas
Kesehatan
Kabupatenl Kota
5. Mengirimkan laporan secara berkala kepada Oinas Kesehatan
Kabupatenl Kota .
E. Lintas Sektor Terkait
Peran dari lintas sektor yang berperan dalam pembinaan dan
pengawasan pelayanan kesehatan tradisional, antara lain Badan
POM , Kementerian Oalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional ,
Kementerian Agama, Kejaksaan dan lain sebagainya
sesuai tugas
pokok dan fungsinya masing-masing .
14
F. Organisasi Profesi
a. Menerima
dan
penyelenggaraan
memberikan
pelayanan
konsultasi
kesehatan
terkait
dengan
tradisional
sesuai
kebutuhan
b. Sosialisasi peraturan kepada anggotanya terkait penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan tradisional.
G. Asosiasi Pengobat Tradisional
1.
Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggotanya.
2.
Memberikan rekomendasi kepada pengobat tradisional sejenis.
3.
Menetapkan kode etikJetika profesi
4.
Memberikan penghargaan atau sanksi kepada anggotanya .
5.
Menetapkan standar pelayanan dan pelatihan .
6.
Turut terlibat dalam melakukan penapisan terhadap pengo bat
tradisional baik lokal maupun asing yang metodenya sejenis.
7.
Meningkatkan dan menilai kompetensi para anggotanya .
8.
Meningkatkan pemahaman anggotanya terhadap etika profesi,
tata
nilai
dan
peraturan
terkait
dengan
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia
9.
Menjadi mediator komunitas antar anggota organisasi
10. Memberikan mediasi dan advokasi kepada anggotanya .
11. Memberikan masukan kepada Kementerian Kesehatan terkait
dengan pelayanan kesehatan tradisional.
15
BABIV
PEMBINAAN PENGOBAT
TRADISIONAL AKUPRESUR
BAB IV
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
A. Pelaksanaan Pembinaan
Pelaksanaan pembinaan pengobat tradisional akupresur, meliputi :
1. Inventarisasi
sasaran
dengan
menggunakan
instrumen
pengumpulan data kesehatan tradisional yang dilaksanakan setiap
awal tahun, mencakup :
a. Jumlah pengobat tradisional akupresur
b. Jumlah kunjungan masyarakat yang memanfaatkan akupresur
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
c. Jumlah
rujukan
klien
pengobat
tradisional
akupresur
ke
Puskesmas
2. Jumlah Puskesmas yang memiliki petugas kesehatan terlatih
akupresur
3. Pembinaan terhadap pengobat tradisional akupresur dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan, yaitu:
a. Menganjurkan
mendaftarkan
agar
diri
ke
pengobat
Dinas
tradisional
Kesehatan
akupresur
Kabupaten/Kota
setempat
b. Memberikan pengantar permohonan pendaftaran pengo bat
tradisional akupresur ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait
lainnya .
d. Kunjungan ke fasilitas pengobat tradisional akupresur.
e. Penyelenggaraan
sarasehanl KIEI
bimbinganl
penyuluhan
kepada pengobat tradisional akupresur.
16
4. Pembinaan terhadap fasilitas , alat, bahan dan teknologi yang
digunakan dalam pelayanan akupresur, meliputi :
a. Pembinaan terhadap keamanan penggunaan alat, bahan dan
teknologi yang digunakan dalam pelayanan akupresur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Pembinaan
terhadap
kebersihan
fasilitas,
sarana
dan
prasarana yang digunakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi .
c. Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait
lainnya
d. Pembinaan
teknis
pelayanan
akupresur
dapat
dilakukan
bekerjasama dengan organisasi profesi atau asosiasi pengobat
tradisional terkait.
B. Dukungan kebijakan dalam pembinaan akupresur
1. Kebijakan pembinaan mulai dari Pemerintah Pusat sampai ke
Pemerintah Daerah
2. Penyiapan petugas kesehatan dalam pembinaan akupresur di
daerah dilaksanakan melalui pelatihan teknis maupun manajemen
3. Fasilitasi sosialisasi dan advokasi kepada pembuat kebijakan
(Gubernur, Bupati/Walikota , Camat, Lintas Sektor terkait ).
4. Koordinasi
lintas
program
dan
lintas
sektor
terkait
dalam
pembinaan akupresur.
5. Penyediaan
jaringan
informasi
dan
dokumentasi
program
pelayanan kesehatan tradisional.
6. Pembinaan teknis oleh SP3T, BKTM dan LKTM terdekat.
7. Pengembangan model pelayanan akupresur di tingkat Kabupatenl
Kota.
8. Dukungan pembiayaan melalui APBN , APBD dan sumber-sumber
lainnya
17
C. Indikator Keberhasilan
1. Tersedianya data akupresur yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dan diperbaharui setiap tahun .
2. Terdaftarnya
menjalankan
seluruh
pengo bat
pekerjaannya
tradisional
dibuktikan
akupresur
dengan
adanya
yang
Surat
Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
3. Terlaksananya
akupresur
pembinaan
yang
ada
di
terhadap
wilayah
pengo bat
kerja
Dinas
tradisional
Kesehatan
Kabupaten/Kota secara berkala melalui forum komunikasi, KIE,
sarasehan, dan lain-lain minimal setahun sekali.
D. Sanksi
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat memberikan tindakan administratif apabila
ditemukan adanya pelanggaraan dari peraturan yang berlaku.
Tindakan administrative dimaksud dapat berupa :
1. Teguran lisan berlaku 30 hari
2. Teguran tertulis berlaku 60 hari
3. Penghentian sementara kegiatan sampai masalahnya selesai.
4. Pencabutan atau rekomendasi pencabutan STPT
E. Daftar Tilik Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur
Daftar tilik pembinaan pengo bat tradisional akupresur digunakan
sebagai
alat bantu
melakukan kunjungan
untuk
monitoring
dan
evaluasi
pada
saat
ke pengobat tradisional akupresur.
18
Oaftar tilik ini secara umum berisi 3 (tiga) aspek penilaian yaitu aspek
non teknis , manajemen dan aspek teknis. Untuk pembinaan dalam
aspek teknis , Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melibatkan
organisasi profesi kesehatan atau asosiasi pengobat tradisional
terkait yang ada di wilayah kerjanya .
Penilaian terhadap setiap uraian dalam daftar tilik dilakukan dengan
memberikan tanda rumput (v) pad a kolom "ya" atau "tidak" sesuai
dengan penilaian kondisi yang ada. Pemberian nilai "ya" diberikan jika
seluruh kondisi yang
komponen
penilaian
penilaian
setiap
disyaratkan terpenuhi , kekurangan dalam
berarti
jawaban
uraian, kemudian
tidak .
diikuti
Setelah
dengan
dilakukan
penjumlahan
penilaian "ya" sebagai hasil nilai aktual. Nilai aktual dibagi dengan
nilai harapan , dikali 100% merupakan hasil dari penilaian kepatuhan
pengobat tradisional terhadap pedoman penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan dan pedoman teknis pelayanan
akupresur.
Pengolahan data hasil penilaian dari daftar tilik berupa rekapitulasi
hasil penilaian daftar tilik. Hasil rekapitulasi penilaian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan tindakan koreksi
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan akupresur oleh pengobat
tradisional melalui pembinaan secara berkelanjutan .
19
DAFTAR TILIK PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL
AKUPRESUR
Tanggal
Nama Pengobat
Tradisional
Alamat
Kecamatan
Puskesmas
Petugas Pembina
Berikan
penilaian
1.
2.
terhadap
.. . . ..... . . . . . .
.... .. . ...... ...
komponen
di
bawah
ini
dengan
memberikan tanda rumput (v) pad a kolom ya (Y) atau tidak (T).
Kemudian isi kolom nilai aktual dengan menjumlah jawaban ya (Y)
20
1.0 Sarana dan Prasarana
1.1
Luas ruang pelayanan min 2 x 2,5 M
1.2
Tersedia ruang tunggu klien
1.3
Tersedia ruang administrasi/tempat
Aktual
y
T
penyimpanan data klien
1.4
Pencahayaan baik, jelas untuk membaca
1.5
Ventilasi udara baik
1.6
Tersedia tempat sampah tertutup dan plastik di
dalamnya
1.7
Tersedia tempat cuci tangan dengan air
mengalir
1.8
Tersedia ToileUWC terpisah dari ruang
pelayanan
1.9
Ruangan bersih dan tidak berdebu
1.10
Terdapat papan nama pengobat tradisional
1.11
Papan nama mencantumkan nama pengobat
tradisional dan No STPT
Penilaian
Nilai Aktual
Nilai Harapan
11
21
Aktual
T
2.0 Perlengkapan dalam ruangan
y
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Meja dan kursi untuk pengobat tradisional
akupresur
Kursi untuk klien
Meja atau rak tempat meletakkan alat bantu dan
bahan ー・ョオゥ。セ@
Tempat gantungan baju klien
Meja untuk meletakkan barang klien (tas, arloji,
dll)
Tempat tidur untuk klien
Sprei dan sarung bantal bersih
Sekat ruang : gordin, dinding , kayu yang
memberikan privasi klien (batas bawah sekat
minimal 30 em dari lantai)
Handuk keeil untuk lap tangan
Kain penutup tubuh klien
Penilaian
I Nilai Aktual
l Nilai Harapan
10
3:0 Peralatan dan bahan penunjang
Aktual
T
y
3.1 Alat bantu akupresur dapat terbuat dari kayu, batu ,
logam, stainlessteel atau platik, berupa benda
tumpul yang tidak melukai pasien
3.2 Bahan penunjang krem , minyak, lotion yang tidak
menimbulkan iritasi atau gatal
3.3 Bahan penunjang kondisi baik dan tidak
kadaluwarsa
3.4 Sabun antiseptik untuk euei エ。ョセ@
3.5 Alkohol untuk pembersih alat bantu akupresur
3.6 Mangkuk keeil tempat minyak
3.7 Alat bantu akupresur dieuei dengan air, dilap dan
diolesi antiseptik setelah 、ゥセオョ。ォ@
3.8 Alat bantu disimpan di tempat tertutup
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
8
22
4.0 Pengobat tradisional akupresur
Aktual
y
T
4.1 Memiliki STPT
7.2 r p akaian sopan, bersih dari noda dan tidak berbau
4.3 Tangan bersih, kuku pendek
4.4 Mencuci tangan dengan benar sebelum melakukan
akupresur
Penilaian
l Nilai Aktual
I Nilai
Harapan
4
5.0 Manajemen, Pencatatan dan Pelaporan
Aktual
y
T
5.1
Ada buku pendafiaran klien yang diisi dengan
lenqkap dan benar
5.2 Ada buku register klien
5.3 Ada kartu data per klien yang diisi lengkap
5.4 Tersedia format laporan bulanan klien ke
Puskesmas
5.5 Ada arsip laporan bulanan
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
6.0 Prosedur teknis pelayanan
6.1
6.1.1
6.1.2
6.2
6.2 .1
6.2.2
5
Aktual
y
T
Prosedur Pendaftaran klien
Menulis identitas klien secara lengkap di buku
pendafiaran
Seleksi klien yang dapat dilakukan akupresur
dan yang tidak diperbolehkan dilakukan
akupresur
Pemeriksaan klien
Battra pemberikan penjelasan tentang tindakan
yang akan dilakukan
Pemeriksaan klien dengan teori 4 cara
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan dicatat di
form data klien
23
6.2.3
Kesimpulan hasil pemeriksaan , keluhan utama,
letak gangguan, jenis gangguan dan penyebab
penyakit ditulis di form data klien
6.3
Perencanaan tindakan
6.3.1
6.3.2
6.3.3
6.3.4
6.3.5
Pemilihan cara pemijatan
Pemilihan alat bantu dan bahan pendukung
Pemilihan titik-titik akupresur
Penentuan ienis rangsangan
Penentuan frekuensi dan jumlah kunjungan
klien
Perencanaan tindakan ditulis dalam form data
klien
6.3 .6
6.4
I
I
Melaksanakan tindakan akupresur
6.4.1
6.4.2
Persia pan alat dan bahan penunjan!=l
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik
secara benar
6.4.3
Penjelasan kepada klien posisi pelayanan
akupresur
6.4.4
Mengoleskan krem, minyak, lotion pada lokasi
akuQresur apabila diperlukan
6.4.5
Pemijatan awal dengan pijat ringan pada jalur
meridian terpilih atau daerah sekitar keluhan
6.4.6
Pemijatan utama pad a titik-titik akupresur
terpilih atau pengurutan jalur meridian sesuai
teknik pemi jatan yan!=l terpilih
6.4.7
Pemijatan diakhiri teknik relaksasi
6.4.8
8elama pemijatan klien ditanya apakah terlalu
keras atau terasa sakit
6.4.9
Pengurangan tekanan pemijatan apabila terlalu
keras
6.4 .10 Pemberitahuan akhir pemijatan
6.5
Evaluasi dan tindakan lanjut
6.5.1
6.5.2
Menanyakan dan mengamati keadaan klien
Pemberiaan anjuran pola hidup sehat sesuai
kebutuhan klien
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
23
24
REKAPITULASI DAFTAR TILIK
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
Tanggal
Nama Pengo bat
Tradisional
Alamat Griya
Kecamatan
Wilayah
Puskesmas
Petugas
Pembina
No
1.
............ . ..
2.
. . . . . . .. . . . . . . .
Aspek Penilaian
Nilai
Nilai
Aktual
Harapan
1
Sarana dan Prasarana
11
2
Perlengkapan Dalam
10
%
Ruangan
3
Peralatan dan bahan
8
penunjang
4
Pengobat Tradisional
4
5
Manajemen,
5
Pencatatan dan
Pelaporan
6
Prosedur teknis
23
pelayanan
-
'--- Total Nilai
61
Persentase Kepatuhan
25
BABV
PENUTUP
BABV
PENUTUP
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa
yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun
temurun di kalangan masyarakat, telah digunakan sejak dahulu dan
sampai kini masih tetap digunakan dengan kecenderungan yang terus
meningkat. Akupresur merupakan salah satu pelayanan kesehatan
tradisional yang banyak berkembang di masyarakat.
Pemahaman pengelola program tentang pembinaan dan pengawasan
terhadap pelayanan kesehatan tradisional khususnya akupresur
dirasakan penting, sehingga dengan adanya
pedoman ini dapat
digunakan sebagai panduan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.
Dengan disusunnya pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja
para
pengelola
program,
penanggung
jawab
dan
pembina
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional ke arah yang lebih
baik.
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI
DAN KESEHATAN
U DAN ANAK
26
LAMPIRAN
Lampiran 1
PANDUAN AKUPRESUR
PADA KASUS TERPILIH
DAFTAR 151
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P
PENGERTIAN AKUPRESUR
RUANG LlNGKUP PELAYANAN AKUPRESUR
PERSYARATAN PELAYANAN AKUPRESUR
PERSYARATAN ALAT BANTU DAN BAHAN
PENDUKUNG
KEBERSIHAN AKUPRESURIS
ALUR PELAYANAN AKUPRESUR
PENDAFTARAN DAN SELEKSI KLiEN
PEMERIKSAAN KLiEN
MENENTUKAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN KLiEN
PERENCANAAN TINDAKAN AKUPRESUR
MELAKSANAKAN TINDAKAN AKUPRESUR
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
REAKSI PIJATAN
JENIS PELAYANAN AKUPRESUR
1. Pelayanan untuk anak di atas usia 2 tahun
a. Sesak Nafas (Asma)
b. Batuk pilek (Common Cold)
c. Perut kembung (Dispepsia)
d. Gangguan nafsu makan (Anoreksia)
e. Mengompol (Enuresis)
2.
Pelayanan Akupresur Untuk Wanita
a. Gangguan nyeri haid (Dismenorhea)
b. Ibu hamil (untuk perawatan payudara, mual
muntah)
c. Perawatan setelah melahirkan (Post partum care)
1) ASI sedikit dan tidak lancar
2) Kelelahan dan pusing
3) Menguatkan darah dan mengembalikan kondisi
rahim
3. Pelayanan Akupresur Untuk Gangguan Kesehatan
Umum
a. Nyeri kepala sebelah (migrain)
b. Nyeri otot (myalgia)
c. Nyeri gigi
d. Mual (nausea)
e. Sembelit / susah Buang Air Besar (konstipasi)
f. Susah tidur (insomnia)
g. Relaksasi olot
h. Pemulihan stamina sehabis sakit
i. Nyeri Lutut
MASALAH YANG TIMBUL DALAM PELAYANAN
1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
2. Penanganan Masalah Yang Timbul
FORM KARTU KLiEN
HAL
1
1
2
4
4
5
6
7
7
7
8
9
9
10
11
13
15
17
19
21
23
26
26
26
26
29
31
34
36
38
40
42
47
50
52
52
52
55
A. PENGERTIAN AKUPRESUR
Akupresur berasal dari kata accos yang berarti jarum dan pressure
yang artinya menekan. Pada awalnya akupresur sering dikatakan pijat
akupunktur, karena teori dasar akupresur berpedoman pada ilmu
akupunktur. Perangsangan dengan menusukan jarum pada ilmu
akupunktur dig anti dengan penekanan menggunakan jari atau alat
bantu berupa benda tumpul yang tidak melukai tubuh.
Akupresur
adalah
salah
satu
bentuk
pengobatan
tradisional
keterampilan dengan cara menekan titik-titik akupunktur dengan
penekanan menggunakan jari atau benda tumpul di permukaan
tubuh, dalam rangka mendukun g upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif.
Sesuai dengan sejarahnya maka dasar falsafah akupresur adalah
falsafah alamiah. Hukum keseimbangan, sebab akibat, perubahan
kualitas
dan
kuantitas,
saling
ketergantungan,
holistik,
saling
mempengaruhi, menjadi pertimbangan dalam melaksanakan tindakan
akupresur.
Selama
tidak
bertentangan
dengan
irama
alam,
pengobatan
akupresur aman dilakukan, karena tidak melukai tubuh dan tidak
memasukkan zat-zat tertentu ke dalam tubuh, disamping itu murah
dan mudah karena dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah
mempelajari ilmu akupresur dengan benar.
B. RUANG LlNGKUP PELAYANAN AKUPRESUR
Ruang lingkup pelayanan akupresur meliputi upaya sebagai berikut :
1. Promotif
a. Kebugaran dan Relaksasi
b. Perawatan setelah melahirkan
e. Perawatan wajah
d. Peningkatan nafsu makan
2. Preventif
Membantu mengurangi keluhan dengan meneegah memburuknya
suatu gejala dan mengurangi sering timbulnya keluhan nyeri kepala
sebelah, nyeri otot, nyeri gigi , nyeri lutut, batuk dan pilek, mual,
sembelit , susah tidur, asma, nyeri haid, demam, dan perut kembung.
3. Rehabilitatif
Pemulihan stamina sehabis sakit
C. PERSYARATAN PELAYANAN AKUPRESUR
1. Tempat pelayanan Akupresur
a. Tempat pelayanan :
1)
Tempat tidur klien dengan sprei dan bantal yang memenuhi
syarat hygiene dan sanitasi . Sprei dan sarung bantal harus
diganti setiap klien
2)
Harus ada pembatasnya berupa kain, sekat kayu atau
dinding . Batas bawah sekatl gordin terbuka minimal 30 em
dari lantai.
3)
Ada meja atau rak khusus untuk meletakkan alat bantu dan
bahan pendukung. Meja dan rak harus dibersihkan seeara
rutin dari debu atau eeeeran bahan pendukung
4)
Ada meja atau rak untuk meletakkan barang milik klien (tas,
kaeamata ,
arloji
dan
lain-lain).
Meja
dan
rak
harus
dibersihkan seeara rutin
5)
Ada gantungan pakaian untuk klien
6)
Ada papan nama pengo bat keterampilan, ukuran maksimal
80 em x 60 em, warna dasar putih dan tulisan hijau,
meneantumkan
nama
pengobat
tradisional ,
waktu
pelayanan, nomor STPT serta nama dan nomor asosiasi ,
2
menggunakan tulisan huruf latin (balok) dan menggunakan
bahasa Indonesia.
Semua ruangan harus memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi, mempunyai
ventilasi
dan pencahayaan yang cukup
serta memenuhi syarat estetika sesuai dengan budaya lokal
setempat.
b. l\t1eja dan kursi
1) Meja dan kursi untuk praktisi
2) Kursi untuk klien
3) Kursi untuk ruang tunggu klien
Meja dan kursi harus dibersihkan dari debu secara rutin
c. Peralatan administrasi yang dipakai untuk mencatat data
1) Buku pendaftaran
2) Buku register klien
3) Kartu data klien
4) Blanko laporan
5) Alat tulis
6) Tempat penyimpanan dokumentasi klien
2. Bangunan untuk praktek perorangan memiliki:
a. Ruang tunggu, luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
b. Ruang pelayanan minimum ukuran 2M X 2,5 M
c. Toilet, luas disesuaikan dengan kebutuhan .
3. Prasarana yang tersedia harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
a.
Ruang harus mendapat cahaya cukup
b.
Semua ruang harus memiliki ventilasi yang cukup
3
c. Tersedia air bersih yang cukup untuk toilet
d.
Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
e. Tersedia tempat sampah tertutup dan plastic di dalammya
f. Tersedia tempat saluran pembuangan air
D. PERSYARATAN ALAT BANTU DAN BAHAN PENDUKUNG
Alat bantu dan bahan pendukung harus tersedia dan
harus
memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, antara lain:
1. Alat bantu pijat sederhana berupa benda tumpul terbuat dari kayu ,
batu, logam, stainlesteel atau plastik yang tidak melukai klien.
Setelah dipergunakan untuk pelayanan, alat bantu harus dicuci
dengan
antiseptik,
dilap
kering
dan
dioles
dengan
kapas
beralkohol. Alat bantu harus mempunyai tempat khusus yang
tertutup. Pelayanan akupresur tidak diperkenankan menggunakan
alat-alat kedokteran.
2. Bahan pendukung, berupa : krem, lotion, atau minyak yang tidak
menimbulkan gatal-gatal atau iritasi. Bahan pendukung yang
dipergunakan masih dalam kondisi baik
dan tidak kadaluwarsa.
Bahan pendukung tidak boleh tercemar zat lain seperti alkohol
atau air. Penggunaan krim, lotion dan minyak dengan cara
menuangkan secukupnya pada mangkuk kecil untuk menghindari
pencemaran pada bahan pendukung.
3. Handuk kecil untuk lap tangan
4. Kain untuk menutup bagian tubuh klien
5. Sabun anti septik untuk pencuci tangan
6. Mangkuk kecil untuk minyak atau bahan pendukung lainnya
4
E. KEBERSIHAN AKUPRESURIS
1. Kebersihan Pakaian
Akupresuris harus menjaga kebersihan pakaian ketika melayani
klien . Pakaian harus bersih dari nod a maupun bau. Jika perlu
dapat menggunakan gaun pelindung yang terbuat dari linen atau
katun .
2. Kebersihan tangan
Akupresuris harus selalu menjaga kebersihan kuku dan jari-jari
tangan . Kuku Akupresuris harus selalu dipotong pendek. Jika
terdapat luka pada tangan sebaiknya menggunakan alat bantu.
Sebelum dan sesudah melakukan pemijatan , Akupresuris harus
mencuci tangan dengan benar, yaitu :
- Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gUlung lengan
baju sampai siku
- Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
- Membasahi mulai dari pergelangan tangan
- Menggunakan sabun dan menggosok tangan sampai berbusa
- Menggosok kedua telapak tangan dengan cepat, selama 10- 15
detik
- Menggosok punggung tangan
- Menggosok sela-sela jari
- Membilas tangan sampai bersih
- Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering
F. ALUR PELAYANAN AKUPRESUR
1. Klien mendaftar di tempat pendaftaran
2. Klien menunggu giliran sesuai nomor urut
3. Klien menuju tempat periksa dan pelayanan
4. Klien dipijat akupresur
5
5. Klien diberi saran dan jadwal
kunjungan berikutnya apabila
diperlukan
6. Klien menyelesaikan administrasi pelayanan
G. PENDAFTARAN DAN SELEKSI KLiEN
1. Pendaftaran
Mendata identitas klien di buku pendaftaran.
2. Seleksi Klien
Untuk
seleksi
layak dan
tidaknya
untuk dilakukan
tindakan
akupresur, maka klien harus diidentifikasi keluhannya . Klien yang
tidak boleh dilayani :
a. Anak usia dibawah 2 tahun
b. Klien sedang berobat dengan obat pengencer
PERATURA
o REKTUR JENDERAl
B A GIZI OA KESEHATAN IBU DAN ANAK
o OR HK 01 01181.44050/2011
TE TANG
PEDOMAN PEMBINAAN
PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2011
Ind
p
615 .822
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
Ind
p
Indonesia.Kementerian Kesehatan RIDirektorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pedoman pembinaan pengobat tradisional akupresur
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.2011
ISBN 978-602-9364-37-8
1. Jualil
I. ACCUPRESSURE
II. THERAPEUTICS
KATA PENGANTAR
Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas tersusunnya Pedoman
Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi Petugas Kesehatan
Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi
Petugas
Kesehatan ini ditujukan sebagai acuan untuk membina , mengembangkan, dan
mengawasi penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh pengobat tradisional.
Diharapkan seluruh aspek dari penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh
pengobat tradisional di Indonesia dapat terselenggara dengan sebaiki-baiknya
dan dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kami menyadari dalam pelaksanaan pembinaan pengo bat tradisional
akupresur, akan banyak menghadapi tantangan dan kendala, untuk itu kami
harapkan adanya saran , masukan dan tanggapan demi sempurnanya
pelaksanaan kebijakan ini.
Kepada seluruh piihak yang turut berperan dalam penyusunan pedoman ini ,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas buah pikiran dan
sumbang saran yang telah diberikan .
Semoga Pedoman Pembindaan Pengobat Tradisional Akupresur bagi Petugas
Kesehatan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
tradisional di Indonesia.
Jakarta, September 2011
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif d n Komplementer
dr. Abidinsya
. 9 , DSHM, M.Kes
NIP. 19570525 198412 1 001
SAMBUTAN
Pembangunan kesE!hatan
bertujuan untuk meningkatakan
kesadaran ,
kemauan dan kemarnpuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh.
Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan salah satu kegiatan dari 17
upaya kesehatan sebagaimana tertuang dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 48 ayat 1. Berbagai jenis pelayanan kesehatan tradisional
banyak berkembang di masyarakat, salah satunya adalah pelayanan
akupresur yang diberikan oleh pengobat tradisional. Pelayanan akupresur yang
diselenggarakan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
manfaat
dan
keamanannya, oleh karena itu pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggara pelayanan perlu dilakukan.
Dengan adanya Pedoman Pembinan Pengobat Tradisional Akupresur Bagi
Petugas Kesehatan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan tradisional yang diselenggarakan masyarakat sehingga dapat
mewujudkan pelayanan yang aman dan bermanfaat guna mendukung
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Jakarta, September 2011
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Dr.
amet Riyadi Yuwono, DTM & H, MARS
ii
DAFTAR 151
HAL
KATA PENGANTAR
5AMBUTAN DIREKTUR
セiendral@
BINA GIZI DAN KIA
ii
DAFTAR 151
iii
TIM PENYU5UN
v
PERATURAN DIREKTUR セiendral@
BINA GIZI DAN KIA
NOMOR HK 01.01/B1.4/4050/2011 TENTANG PEDOMAN
PEMBINAAN PENGOBAT TRADI510NAL AKUPRE5UR
BABI
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
BAB II
1
3
4
4
4
PEMBINAAN DAN PENGAWA5AN PELAYANAN
KE5EHATAN TRADI510NAL
A.
B.
BAB III
Latar Belakang
Tujuan
Sasaran
Ruang Lingkup
Pengertian
Pembinaan dan Pengawasan
Tahap dan Pola Pembinaan
8
9
PEMBAGIAN PERAN DALAM PEMBINAAN DAN
PENGAWA5AN PELAYANAN KE5EHATAN
TRADI510NAL
A.
B.
Kementerian Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi
C.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
D.
E.
F.
G.
Puskesmas
Lintas Sektor Terkait
Organisasi Profesi Kedokteran dan Kesehatan
Asosiasi Pengobat Tradisional
11
12
13
14
14
15
15
iii
BABIV
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
A.
B.
C.
D.
E.
BABV
Pelaksanaan Pembinaan
Dukungan Kebijakan dalam Pembinaan Akupresur
Indikator Keberhasilan
Sanksi
Daftar Tilik Pembinaan Pengo bat Tradisional
Akupresur
PENUTUP
16
17
18
18
18
25
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan Akupresur pad a kasus terpilih
2. Formulir A : Permohonan STPT
3. Formulir B : Biodata pengobat tradisional
4. Contoh Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
5. Contoh lampiran STPT
6. Format Pencatatan dan Pelaporan
iv
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
dr. Abidinsyah Siregar, DHSM , MKes
Koordinator
dr. Yuniati Situmorang, MKes
Kontributor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
dr. Adiningsih S.M .Epid , M.Kes , Sp .AK
dr. Hasan Mihardja , M.Kes , Sp.AK
dr. Tomy Hardjatno, MS , SpAK
Purwanta , SH , MH
Dr. dr Aragar Putri, MRDM
drg . Wahyu Sulistianingsih, MPHM
drg. Phutut Tri Prasetyo S, M.Kes
dr. Farsely Mranani
dr. Nanda Agus Prasetya
Nelly Hutagaol , SH
Ns. Yuli Nazlia Sidy, S.Kep
Tinexcelly SKM
dr. Elis Batti , MKM
Akhmad Yani Suryana, SKM , MKes
dr. Harifin Hafid
Yusti Aryani
Hj . Siti Maryanah
Editor
1.
drg . Dyah Ermayatri, DESS
2.
Anang Subur, SKM, MPH
3.
Tjutju Turaeni, S.Sos , MKM
4.
Triyani, SKp
5.
Devi Zuarni , SKM
6.
Dr. Ina Farhaniah
7.
Ratih Kusuma Dewi, A.Md
Sekretariat
1.
Siti Juwariyah , S.Sos
2.
Suharto
v
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU
DAN ANAK
NOMOR : 01.01/B1.4/4050/2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
I
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Menimbang
a. bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan
warisan budaya bangsa yang tumbuh dan berkembang
serta terpelihara secara turun mehurun di kalangan
masyarakat;
b. bahwa salah satu bentuk pelayanan KFsehatan tradisional
yang berkembang saat ini di masyarakat diantaranya
pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan pijat
akupresur;
c. bahwa agar pelayanan pengobat tradisional akupresur
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan kemanannya,
tidak bertentangan dengan norma dan budaya yang
berlaku
di masyarakat serta dapat memberikan
perlindungan
kepada
masyarakat perlu
dilakukan
pembinaan dan pengawasan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
tentang Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional
Akupresur;
Mengingat
1.
Undang-Undang
nomor
8 "I ahyn
1999
tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
2.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548) ;
4.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
5.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
6.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor 3637);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah ,
Pemerintah Daerah Provinsi , dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737) ;
9.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/Menkes/SKlVII/2003
tentang
Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional ;
10. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
922/Menkes/SKlXl2008
Tentang
Pedoman
Teknis
Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Kesehatan Antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi , dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
11. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
96/Menkes/PerNI2008 Tentang Wadah Pembungkus,
Penandaan Serta Periklanan Kosmetik dan Alat
Kesehatan .
12. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
741/Menkes/PerNII/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota;
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/PerNIII/2010 Tentang Organisasi dan
Tatalaksana Kementerian Kesehatan ;
14. Peraturan
Menteri
1175/Menkes/PerNIII/2010
Kosmetik;
Kesehatan
Tentang
Izin
Nomor
Produksi
15. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1176/Menkes/PerNII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika .
16. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1189/Menkes/PerNIII/2010
Tentang
Produksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
17. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1190/Menkes/PerNIII/2010 Tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
18. Peraturan
Menteri
1191/Menkes/PerNII12010
Kesehatan.
Kesehatan
Nomor
Tentang Penyaluran Alat
19. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1787/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Iklan dan Publikasi
Pelayanan Kesehatan ;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK TENTANG PEDOMAN
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR.
Pasal1
Pedoman Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur bertujuan untuk :
a.
b.
c.
Pengelola program memahami tahap pembinaan yang terdiri dari tahap
informatif, formatif, dan normatif.
Pengelola program memahami pola pembinaan pelayanan kesehatan
tradisional yang terdiri dari pola toleransi, integrasi, dan tersendiri.
Pengelola program mampu melaksanakan pembinaan dan pengawasan
akupresur di wilayah kerjanya .
Pasal2
Pedoman Pembinaan Pengo bat Tradisional Akupresur digunakan sebagai
pedoman bagi pengelola program di pusat dan di daerah yang meliputi :
a.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
b.
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka Kesehatan
Tradisional Masyarakat (LKTM)
c.
Dinas Kesehatan Provinsi
d.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
e.
Puskesmas
f.
Instansi Pemerintah terkait lainnya
g.
Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan akupresur
h. Asosiasi Pengobat Tradisional terkait.
Pasal 3
Pedoman Pembinaan Pengo bat Tradisional Akupresur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan ini .
Pasal4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 2 Desember 2011
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI
DAN KESEHATAN I U DAN ANAK,
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK
NOMOR : HK.01.01/BI.4/4050/2011
TANGGAL : 2 DESEMBER 2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN PENGOBAT
TRADISIONAL AKUPRESUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Oalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka
pembangunan
kesehatan
dilaksanakan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat.
Oalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 59 bahwa
pelayanan
kesehatan
tradisional
terbagi
menjadi
pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan yang
menggunakan ramuan ,
dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya , serta tidak
bertentangan dengan norma agama . Oi sisi lain pada pasal 61
dinyatakan bahwa masyarakat diberi kesempatan yang seluasluasnya untuk mengembangkan , meningkatkan dan menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya.
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan
Oaerah
menyatakan
bahwa
bidang
kesehatan
merupakan urusan bersama/ konkuren antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah . Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui
peningkatan upaya kesehatan termasuk di antaranya pelayanan
kesehatan tradisional.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 374/MENKES/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengobatan
tradisional merupakan bagian dari subsistem Upaya Kesehatan .
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan (pengembangan)
dimana
pelayanan
kesehatan
tradisional
merupakan
upaya
kesehatan pilihan (pengembangan).
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa
yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara
turun temurun di kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu
sampai kini dengan kecenderungan yang terus meningkat.
Komitmen Asean dalam
"Declaration of the 7
th
Asean Health
Ministers" 22 April 2004 di Penang Malaysia, menghendaki integrasi
pelayanan
kesehatan
tradisional
ke dalam
sistem
pelayanan
kesehatan sebagai bag ian dari pelayanan kesehatan dasar.
Salah satu pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan yang
banyak berkembang dalam masyarakat adalah pijat. Pijat telah
dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala sebagai bag ian dan upaya
untuk membuat mereka lebih sehat dan telah memberi andil yang
cukup besar dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Jenis pijat yang berkembang saat ini diantaranya adalah akupresur.
2
Dalam
rangka
mewujudkan
dipertanggungjawabkan
bertentangan
dengan
pelayanan
manfaat
norma
akupresur
dan
keamanannya,
berlaku
yang
yang
serta
dapat
tidak
memberikan
perlindungan kepada masyarakat penerima pelayanan, maka dalam
penyelenggaraannya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan .
Pembinaan
terhadap
pelayanan
akupresur
dilakukan
secara
berjenjang oleh Kementerian Kesehatan , Dinas Kesehatan Provinsi ,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota , Puskesmas, dengan melibatkan
Lintas Sektor terkait dan Asosiasi pengobat tradisional pijat, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing .
Sehubungan dengan hal di atas disusunlah pedoman pembinaan
akupresur bagi petugas, agar dapat digunakan sebagai acuan bagi
pengelola program di Pusat maupun di Daerah , sehingga masyarakat
pemberi maupun
penerima pelayanan dapat terlindungi serta
mendapat pemahaman tentang pelayanan kesehatan tradisional
khususnya akupresur secara baik dan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan panduan bagi pengelola program di pusat dan di
daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan
tradisional
khususnya
akupresur
dipertanggungjawabkan
keamanan
dan
agar
manfaatnya
dapat
bagi
kesehatan.
2. Tujuan khusus :
a. Pengelola program
memahami tahap pembinaan yang terdiri
dari tahap informatif, formatif dan normatif
3
b. Pengelola program memahami pola pembinaan
pelayanan
kesehatan tradisional yang terdiri dari pol a toleransi, integrasi,
dan tersendiri.
c.
Pengelola program mampu melaksanakan pembinaan dan
pengawasan akupresur di wilayah kerjanya.
c.
Sasaran
1. Kementerian Kesehatan RI
2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM)
3. Dinas Kesehatan Provinsi
4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
5. Puskesmas
6. Instansi Pemerintah terkait lainnya
7. Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
akupresur
8. Asosiasi pengobat tradisional terkait
D. Ruang Lingkup
Lingkup pembinaan meliputi pengobat tradisional akupresur, fasilitas,
metode, bahan dan alat yang digunakan dalam pelayanan pengobat
tradisional akupresur.
E. Pengertian
1.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan
dengan
cara
dan
obat
yang
mengacu
pad a
pengalaman dan keterampilan turun menurun secara empiris,
dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat
4
2.
Griya kesehatan tradisional adalah fasilitas
yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih pengobat tradisional.
3.
Pengobat Tradisional (Battra) adalah seseorang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional yang ilmunya diperoleh melalui
pengalaman turun-temurun dan atau pendidikan non formal.
4.
Pengobat tradisional keterampilan adalah orang yang kompeten
dalam
melakukan
pelayanan
kesehatan
tradisional
dengan
menggunakan keterampilan manual, menggunakan alat dan
teknologi, atau dengan olah pikiran/mental.
5.
Akupresur adalah
tradisional
salah satu bentuk pelayanan
keterampilan
dengan
cara
kesehatan
merangsang
titik-titik
tertentu melalui penekanan pad a permukaan tubuh, dengan
menggunakan jari maupun benda tumpul untuk tujuan kebugaran
atau membantu mengatasi masalah kesehatan.
6.
Pengobat tradisional lulusan luar negeri adalah Warga Negara
Indonesia yang telah mengikuti pendidikan dan atau pelatihan di
luar negeri dan telah memiliki sertifikat tentang
pelayanan
kesehatan tradisional dan bekerja di Indonesia sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
7.
Pengobat tradisional asing adalah pengobat tradisional Warga
Negara Asing yang memiliki visa tinggal terbatas atau izin tinggal
terbatas atau izin tinggal tetap untuk maksud bekerja di wilayah
Republik
Indonesia setelah
mendapatkan
rekomendasi
dari
Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan izin kerja tenaga
asing dari Kementerian terkait.
8.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
5
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan .
9.
Surat Terdaftar Pengo bat Tradisional (STPT) adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
pengobat tradisional setelah mendaftar ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk pengobatan tradisional yang metodenya
belum
terbukti
aman
dan
bermanfaat
secara
ilmiah
bagi
kesehatan.
10. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional
(SP3T) adalah wadah untuk pengkajian, penelitian, pengujian,
pendidikan , pelatihan dan pelayanan dalam rangka penelitian
serta jaringan informasi dan dokumentasi kesehatan tradisional.
11 . Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) adalah Unit
Pelaksana Teknis setingkat eselon III di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang bertugas melaksanakan pemantauan, evaluasi
dan pelayanan kesehatan tradisional.
12. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) adalah Unit
Pelaksana Teknis setingkat eselon IV di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang bertugas melaksanakan pemantauan , evaluasi
dan pelayanan kesehatan tradisional.
13. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggungjawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
14. Asosiasi
Pengobat
Tradisional
adalah
himpunan
pengobat
tradisional yang metode pengobatannya sejenis dan melakukan
pembinaan serta pengawasan terhadap anggotanya .
15. Alat Kesehatan
adalah bahan , instrumen , aparatus, mesin ,
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah,
mendiagnosa , menyembuhkan
dan
meringankan
6
penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh
16. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
me me gang
kekuasaan
Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah
daerah.
18. Menteri
adalah
menteri yang
lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang kesehatan.
7
BABII
PEMBINAAN DAN PENGAW ASAN
PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
BAB II
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
A. Pembinaan Dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional yang
dilaksanakan meliputi :
1. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keamanan dan
manfaatnya bagi kesehatan .
2. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas sampai
ke Kementerian Kesehatan.
3. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
ditujukan untuk semua jenis pelayanan kesehatan tradisional yang
ada di masyarakat, diselenggarakan bersama lintas program dan
lintas sektor terkait dengan mengikut sertakan asosiasi pengobat
tradisional yang ada.
4. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional
dllaksanakan berdasarkan metode yang digunakan, ramuan dan
atau keterampilan .
5. Untuk menjamin keamanan dan manfaat pelayanan kesehatan
tradisional yang ada di masyarakat, perlu dilakukan penapisan
terhadap metode, alat maupun bahan yang digunakan melalui
penelitian, pengkajian dan pengujian .
6. Penapisan dilakukan oleh SP3T, BKTM dan LKTM , Perguruan
Tinggi, dan institusi lainnya.
7. Pengujian, sertifikasi, akreditasi pengo bat tradisional/pengobat
tradisional asing! metode!obat tradisional, dilakukan oleh "Tim
8
Penguji"
yang
terdiri
dari
Tim
atau
institusi
yang
ditunjuk
Pemerintah, meliputi unsur Pemerintah, unsur asosiasi pengo bat
tradisional , pakar ilmuan terkait, pakar kesehatan serta lembaga
terkait (Iembaga penelitian, lembaga pendidikan , dsb).
8. Pelayanan kesehatan tradisional yang telah diuji ternyata terbukti
bermanfaat, aman bagi kesehatan dan sesuai dengan kaidah ilmu
kedokteran, dapat diintegrasikan ke dalam fasilitas pelayanan
kesehatan
atau
dapat dikembangkan secara tersendiri apabila
tidak sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran.
B. Tahap Dan Pola Pembinaan
Oinas Kesehatan Provinsi dan Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan
koordinasi
pembinaan
dengan
SP3T
dan
atau
BKTM/LKTM terdekat melalui tahap dan pola pembinaan sebagai
berikut:
1. Tahap Pembinaan
a. Tahap Informatif
Tahapan untuk menjaring semua metode pelayanan kesehatan
tradisional, yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia
tetapi keberadaannya diakui oleh masyarakat, termasuk yang
secara rasional belum terbukti bermanfaal.
b. Tahap Formatif
Tahapan
kesehatan
untuk
melakukan
tradisional
yang
seleksi
telah
terhadap
secara
pelayanan
rasional
dapat
dibuktikan mekanismenya terhadap kesehatan untuk dapat
dilakukan uji coba dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini
dilakukan oleh
SP3T,
BKTM/LKTM
terdekat
beserta
Unit
Teknisnya.
9
c. Tahap Normatif
Tahapan untuk mengusulkan agar jenis pelayanan kesehatan
tradisional
yang
telah
secara
rasional
dan
berdasarkan
observasi klinik dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan
manfaatnya. diintegrasikan ke dalam fasilitas kesehatan formal
atau dikembangkan secara tersendiri di masyarakat.
2. Pola Pembinaan
a. Pola Toleransi
Pembinaan
terhadap
semua
jenis
pelayanan
kesehatan
tradisional yang diakui keberadaannya di masyarakat dimana
pembinaan diarahkan hanya untuk mengurangi efek sam ping
yang mung kin terjadi .
b. Pola Integrasi
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang
secara rasional terbukti aman dan bermanfaat melalui pengujian
dari Tim yang berwenang . mempunyai kesesuaian dengan
hakekat ilmu kedokteran dan merupakan bagian integral dari
pelayanan
kesehatan
modern
dan
dapat dilaksanakan
di
fasilitas kesehatan formal.
c. Pola Tersendiri
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang
secara
rasional
dipertanggung
terbukti
jawabkan
aman .
tetapi
bermanfaat
memiliki
dan
kaidah
dapat
tersendiri
sehingga dikembangkan dan dibina secara tersendiri .
10
BAB III
PEMBAGIAN PERAN DALAM
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
BAB III
PEMBAGIAN PERAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan
kesehatan tradisional , pembagian peran dari institusi terkait adalah
sebagai berikut :
A. Kementerian Kesehatan
1.
Merumuskan
kebijakan,
pengawasan
dan
tradisional
sistem,
pola,
pengembangan
tahap
pelayanan
pembinaan ,
kesehatan
yang mencakup metode, bahan, obat, alat
dan
pengo bat tradisional.
2.
Menyusun
Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria
(NSPK)
pelayanan kesehatan tradis ional.
3.
Melakukan sosialisasi NSPK pelayanan kesehatan tradisional
yang meliputi pedoman , petunjuk teknis, bimbingan teknis dan
supervisi
4.
Mengarahkan kegiatan penapisan melalui pengkajian , teknis dan
pengujian di SP3T, BKTM dan LKTM .
5.
Menetapkan jenis atau metode pelayanan kesehatan tradisional
yang aman dan bermanfaat
6.
Mengembangkan strategi penerapan integrasi hasil penapisan
pelayanan kesehatan
tradisional ke dalam fasilitas pelayanan
kesehatan .
7.
Mengembangkan
sistem
monitoring
keamanan
dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
8.
Mengembangkan kerjasama luar negeri di bidang pelayanan
kesehatan tradisional
II
9.
Mengembangkan peran pengobat tradisional sebagai motivator
dan komunikator pesan kesehatan .
10. Merumuskan
penggerakan
dan
pemberdayaan
masyarakat
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara
mandiri
11 . Melakukan penapisan teknis terhadap pengobat tradisional asing
yang akan bekerja di Indonesia , ditandai dengan Rekomendasi
Menteri Kesehatan.
12. Melakukan pengawasan terhadap iklan dan publikasi pelayanan
kesehatan tradisional
13, Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
nasional
B. Dinas Kesehatan Provinsi
1.
Melakukan
sosialisasi
dan
advokasi
kebijakan
program
pelayanan kesehatan tradisional di tingkat provinsi
2.
Melaksanakan
koordinasi
dengan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota, lintas program, lintas sektor terkait , termasuk
asosiasi pengobat tradisional dalam pembinaan dan pengawasan
pelayanan kesehatan tradisional.
3,
Mengendalikan kegiatan SP3T yang ada di wilayahnya ,
4,
Mengkoordinasikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara
mandiri di tingkat Provinsi
5.
Memberikan
surat
mempekerjakan
Kesehatan
pengantar
pengobat
setelah
atas
tradisional
memeriksa
dokumen
asing
permohonan
kepada
kelengkapan
Menteri
dokumen
permohonan terse but.
12
6.
Mengirimkan
laporan
hasil
kegiatan
program
pelayanan
kesehatan tradisional secara berkala ke Kementerian Kesehatan .
7.
Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
provinsi
C. Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota
1.
Melakukan
sosialisasi
dan
advokasi
kebijakan
program
pelayanan kesehatan tradisional di tingkat kabupaten/kota
2.
Membantu pemerintah daerah dalam penyusunan Peraturan
daerah
kabupaten/kota
di
bidang
pelayanan
kesehatan
tradisional.
3.
Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
dalam pembinaan . pengawasan dan pengendalian pelayanan
kesehatan tradisional
4.
Melakukan pembinaan . pengawasan dan pengendalian terhadap
pelayanan kesehatan tradisional.
5.
Mengkoordinasikan
pelayanan
dan
penyelenggaraan
teknis
keterampilan
pelatihan
manajemen
pelayanan
kesehatan
tradisional bagi petugas Puskesmas. petugas Rumah Sakit dan
kader kesehatan tradisional.
6.
Memberikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan
Surat Izin Pengo bat Tradisional (SIPT).
7.
Memberikan
kesehatan
penilaian
tradisional
atas
yang
kelayakan
akan
fasilitas
mempekerjakan
pelayanan
pengobat
tradisional asing serta memberikan surat pengantar permohonan
pendayagunaan pengo bat tradisional asing yang memenuhi
persyaratan ke Dinas Kesehatan Provinsi .
8.
Melakukan supervisi ke pengobat tradisional. griya kesehatan
tradisional. Puskesmas dan Rumah Sakit.
13
9.
Melakukan pemetaan pelayanan kesehatan tradisional.
10. Mengirimkan laporan program pelayanan kesehatan tradisional
secara berkala ke Oinas Kesehatan Provinsi.
11 . Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingkat
kabupaten/Kota
D. Puskesmas
1. Melakukan pendataan pelayanan kesehatan
tradisional dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data yang terintegrasi
dengan program kesehatan lainnya.
2. Pembinaan dan pengawasan
pengobat
tradisional di wilayah
kerjanya, dilaksanakan minimal 1 kali setahun
dalam bentuk
kunjungan lapangan
3. Mengusulkan petugas Puskesmas dan kader kesehatan tradisional
yang akan dilatih tentang pelayanan kesehatan tradisional yang
difasilitasi oleh Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4 . Memberikan surat pengantar kepada pengobat tradisional untuk
permohonan
pengurusan
STPTI
SIPT
ke
Oinas
Kesehatan
Kabupatenl Kota
5. Mengirimkan laporan secara berkala kepada Oinas Kesehatan
Kabupatenl Kota .
E. Lintas Sektor Terkait
Peran dari lintas sektor yang berperan dalam pembinaan dan
pengawasan pelayanan kesehatan tradisional, antara lain Badan
POM , Kementerian Oalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional ,
Kementerian Agama, Kejaksaan dan lain sebagainya
sesuai tugas
pokok dan fungsinya masing-masing .
14
F. Organisasi Profesi
a. Menerima
dan
penyelenggaraan
memberikan
pelayanan
konsultasi
kesehatan
terkait
dengan
tradisional
sesuai
kebutuhan
b. Sosialisasi peraturan kepada anggotanya terkait penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan tradisional.
G. Asosiasi Pengobat Tradisional
1.
Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggotanya.
2.
Memberikan rekomendasi kepada pengobat tradisional sejenis.
3.
Menetapkan kode etikJetika profesi
4.
Memberikan penghargaan atau sanksi kepada anggotanya .
5.
Menetapkan standar pelayanan dan pelatihan .
6.
Turut terlibat dalam melakukan penapisan terhadap pengo bat
tradisional baik lokal maupun asing yang metodenya sejenis.
7.
Meningkatkan dan menilai kompetensi para anggotanya .
8.
Meningkatkan pemahaman anggotanya terhadap etika profesi,
tata
nilai
dan
peraturan
terkait
dengan
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia
9.
Menjadi mediator komunitas antar anggota organisasi
10. Memberikan mediasi dan advokasi kepada anggotanya .
11. Memberikan masukan kepada Kementerian Kesehatan terkait
dengan pelayanan kesehatan tradisional.
15
BABIV
PEMBINAAN PENGOBAT
TRADISIONAL AKUPRESUR
BAB IV
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
A. Pelaksanaan Pembinaan
Pelaksanaan pembinaan pengobat tradisional akupresur, meliputi :
1. Inventarisasi
sasaran
dengan
menggunakan
instrumen
pengumpulan data kesehatan tradisional yang dilaksanakan setiap
awal tahun, mencakup :
a. Jumlah pengobat tradisional akupresur
b. Jumlah kunjungan masyarakat yang memanfaatkan akupresur
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
c. Jumlah
rujukan
klien
pengobat
tradisional
akupresur
ke
Puskesmas
2. Jumlah Puskesmas yang memiliki petugas kesehatan terlatih
akupresur
3. Pembinaan terhadap pengobat tradisional akupresur dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan, yaitu:
a. Menganjurkan
mendaftarkan
agar
diri
ke
pengobat
Dinas
tradisional
Kesehatan
akupresur
Kabupaten/Kota
setempat
b. Memberikan pengantar permohonan pendaftaran pengo bat
tradisional akupresur ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait
lainnya .
d. Kunjungan ke fasilitas pengobat tradisional akupresur.
e. Penyelenggaraan
sarasehanl KIEI
bimbinganl
penyuluhan
kepada pengobat tradisional akupresur.
16
4. Pembinaan terhadap fasilitas , alat, bahan dan teknologi yang
digunakan dalam pelayanan akupresur, meliputi :
a. Pembinaan terhadap keamanan penggunaan alat, bahan dan
teknologi yang digunakan dalam pelayanan akupresur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Pembinaan
terhadap
kebersihan
fasilitas,
sarana
dan
prasarana yang digunakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi .
c. Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait
lainnya
d. Pembinaan
teknis
pelayanan
akupresur
dapat
dilakukan
bekerjasama dengan organisasi profesi atau asosiasi pengobat
tradisional terkait.
B. Dukungan kebijakan dalam pembinaan akupresur
1. Kebijakan pembinaan mulai dari Pemerintah Pusat sampai ke
Pemerintah Daerah
2. Penyiapan petugas kesehatan dalam pembinaan akupresur di
daerah dilaksanakan melalui pelatihan teknis maupun manajemen
3. Fasilitasi sosialisasi dan advokasi kepada pembuat kebijakan
(Gubernur, Bupati/Walikota , Camat, Lintas Sektor terkait ).
4. Koordinasi
lintas
program
dan
lintas
sektor
terkait
dalam
pembinaan akupresur.
5. Penyediaan
jaringan
informasi
dan
dokumentasi
program
pelayanan kesehatan tradisional.
6. Pembinaan teknis oleh SP3T, BKTM dan LKTM terdekat.
7. Pengembangan model pelayanan akupresur di tingkat Kabupatenl
Kota.
8. Dukungan pembiayaan melalui APBN , APBD dan sumber-sumber
lainnya
17
C. Indikator Keberhasilan
1. Tersedianya data akupresur yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dan diperbaharui setiap tahun .
2. Terdaftarnya
menjalankan
seluruh
pengo bat
pekerjaannya
tradisional
dibuktikan
akupresur
dengan
adanya
yang
Surat
Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
3. Terlaksananya
akupresur
pembinaan
yang
ada
di
terhadap
wilayah
pengo bat
kerja
Dinas
tradisional
Kesehatan
Kabupaten/Kota secara berkala melalui forum komunikasi, KIE,
sarasehan, dan lain-lain minimal setahun sekali.
D. Sanksi
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat memberikan tindakan administratif apabila
ditemukan adanya pelanggaraan dari peraturan yang berlaku.
Tindakan administrative dimaksud dapat berupa :
1. Teguran lisan berlaku 30 hari
2. Teguran tertulis berlaku 60 hari
3. Penghentian sementara kegiatan sampai masalahnya selesai.
4. Pencabutan atau rekomendasi pencabutan STPT
E. Daftar Tilik Pembinaan Pengobat Tradisional Akupresur
Daftar tilik pembinaan pengo bat tradisional akupresur digunakan
sebagai
alat bantu
melakukan kunjungan
untuk
monitoring
dan
evaluasi
pada
saat
ke pengobat tradisional akupresur.
18
Oaftar tilik ini secara umum berisi 3 (tiga) aspek penilaian yaitu aspek
non teknis , manajemen dan aspek teknis. Untuk pembinaan dalam
aspek teknis , Oinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melibatkan
organisasi profesi kesehatan atau asosiasi pengobat tradisional
terkait yang ada di wilayah kerjanya .
Penilaian terhadap setiap uraian dalam daftar tilik dilakukan dengan
memberikan tanda rumput (v) pad a kolom "ya" atau "tidak" sesuai
dengan penilaian kondisi yang ada. Pemberian nilai "ya" diberikan jika
seluruh kondisi yang
komponen
penilaian
penilaian
setiap
disyaratkan terpenuhi , kekurangan dalam
berarti
jawaban
uraian, kemudian
tidak .
diikuti
Setelah
dengan
dilakukan
penjumlahan
penilaian "ya" sebagai hasil nilai aktual. Nilai aktual dibagi dengan
nilai harapan , dikali 100% merupakan hasil dari penilaian kepatuhan
pengobat tradisional terhadap pedoman penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan dan pedoman teknis pelayanan
akupresur.
Pengolahan data hasil penilaian dari daftar tilik berupa rekapitulasi
hasil penilaian daftar tilik. Hasil rekapitulasi penilaian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan tindakan koreksi
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan akupresur oleh pengobat
tradisional melalui pembinaan secara berkelanjutan .
19
DAFTAR TILIK PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL
AKUPRESUR
Tanggal
Nama Pengobat
Tradisional
Alamat
Kecamatan
Puskesmas
Petugas Pembina
Berikan
penilaian
1.
2.
terhadap
.. . . ..... . . . . . .
.... .. . ...... ...
komponen
di
bawah
ini
dengan
memberikan tanda rumput (v) pad a kolom ya (Y) atau tidak (T).
Kemudian isi kolom nilai aktual dengan menjumlah jawaban ya (Y)
20
1.0 Sarana dan Prasarana
1.1
Luas ruang pelayanan min 2 x 2,5 M
1.2
Tersedia ruang tunggu klien
1.3
Tersedia ruang administrasi/tempat
Aktual
y
T
penyimpanan data klien
1.4
Pencahayaan baik, jelas untuk membaca
1.5
Ventilasi udara baik
1.6
Tersedia tempat sampah tertutup dan plastik di
dalamnya
1.7
Tersedia tempat cuci tangan dengan air
mengalir
1.8
Tersedia ToileUWC terpisah dari ruang
pelayanan
1.9
Ruangan bersih dan tidak berdebu
1.10
Terdapat papan nama pengobat tradisional
1.11
Papan nama mencantumkan nama pengobat
tradisional dan No STPT
Penilaian
Nilai Aktual
Nilai Harapan
11
21
Aktual
T
2.0 Perlengkapan dalam ruangan
y
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Meja dan kursi untuk pengobat tradisional
akupresur
Kursi untuk klien
Meja atau rak tempat meletakkan alat bantu dan
bahan ー・ョオゥ。セ@
Tempat gantungan baju klien
Meja untuk meletakkan barang klien (tas, arloji,
dll)
Tempat tidur untuk klien
Sprei dan sarung bantal bersih
Sekat ruang : gordin, dinding , kayu yang
memberikan privasi klien (batas bawah sekat
minimal 30 em dari lantai)
Handuk keeil untuk lap tangan
Kain penutup tubuh klien
Penilaian
I Nilai Aktual
l Nilai Harapan
10
3:0 Peralatan dan bahan penunjang
Aktual
T
y
3.1 Alat bantu akupresur dapat terbuat dari kayu, batu ,
logam, stainlessteel atau platik, berupa benda
tumpul yang tidak melukai pasien
3.2 Bahan penunjang krem , minyak, lotion yang tidak
menimbulkan iritasi atau gatal
3.3 Bahan penunjang kondisi baik dan tidak
kadaluwarsa
3.4 Sabun antiseptik untuk euei エ。ョセ@
3.5 Alkohol untuk pembersih alat bantu akupresur
3.6 Mangkuk keeil tempat minyak
3.7 Alat bantu akupresur dieuei dengan air, dilap dan
diolesi antiseptik setelah 、ゥセオョ。ォ@
3.8 Alat bantu disimpan di tempat tertutup
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
8
22
4.0 Pengobat tradisional akupresur
Aktual
y
T
4.1 Memiliki STPT
7.2 r p akaian sopan, bersih dari noda dan tidak berbau
4.3 Tangan bersih, kuku pendek
4.4 Mencuci tangan dengan benar sebelum melakukan
akupresur
Penilaian
l Nilai Aktual
I Nilai
Harapan
4
5.0 Manajemen, Pencatatan dan Pelaporan
Aktual
y
T
5.1
Ada buku pendafiaran klien yang diisi dengan
lenqkap dan benar
5.2 Ada buku register klien
5.3 Ada kartu data per klien yang diisi lengkap
5.4 Tersedia format laporan bulanan klien ke
Puskesmas
5.5 Ada arsip laporan bulanan
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
6.0 Prosedur teknis pelayanan
6.1
6.1.1
6.1.2
6.2
6.2 .1
6.2.2
5
Aktual
y
T
Prosedur Pendaftaran klien
Menulis identitas klien secara lengkap di buku
pendafiaran
Seleksi klien yang dapat dilakukan akupresur
dan yang tidak diperbolehkan dilakukan
akupresur
Pemeriksaan klien
Battra pemberikan penjelasan tentang tindakan
yang akan dilakukan
Pemeriksaan klien dengan teori 4 cara
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan dicatat di
form data klien
23
6.2.3
Kesimpulan hasil pemeriksaan , keluhan utama,
letak gangguan, jenis gangguan dan penyebab
penyakit ditulis di form data klien
6.3
Perencanaan tindakan
6.3.1
6.3.2
6.3.3
6.3.4
6.3.5
Pemilihan cara pemijatan
Pemilihan alat bantu dan bahan pendukung
Pemilihan titik-titik akupresur
Penentuan ienis rangsangan
Penentuan frekuensi dan jumlah kunjungan
klien
Perencanaan tindakan ditulis dalam form data
klien
6.3 .6
6.4
I
I
Melaksanakan tindakan akupresur
6.4.1
6.4.2
Persia pan alat dan bahan penunjan!=l
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik
secara benar
6.4.3
Penjelasan kepada klien posisi pelayanan
akupresur
6.4.4
Mengoleskan krem, minyak, lotion pada lokasi
akuQresur apabila diperlukan
6.4.5
Pemijatan awal dengan pijat ringan pada jalur
meridian terpilih atau daerah sekitar keluhan
6.4.6
Pemijatan utama pad a titik-titik akupresur
terpilih atau pengurutan jalur meridian sesuai
teknik pemi jatan yan!=l terpilih
6.4.7
Pemijatan diakhiri teknik relaksasi
6.4.8
8elama pemijatan klien ditanya apakah terlalu
keras atau terasa sakit
6.4.9
Pengurangan tekanan pemijatan apabila terlalu
keras
6.4 .10 Pemberitahuan akhir pemijatan
6.5
Evaluasi dan tindakan lanjut
6.5.1
6.5.2
Menanyakan dan mengamati keadaan klien
Pemberiaan anjuran pola hidup sehat sesuai
kebutuhan klien
Penilaian
I Nilai Aktual
I Nilai Harapan
23
24
REKAPITULASI DAFTAR TILIK
PEMBINAAN PENGOBAT TRADISIONAL AKUPRESUR
Tanggal
Nama Pengo bat
Tradisional
Alamat Griya
Kecamatan
Wilayah
Puskesmas
Petugas
Pembina
No
1.
............ . ..
2.
. . . . . . .. . . . . . . .
Aspek Penilaian
Nilai
Nilai
Aktual
Harapan
1
Sarana dan Prasarana
11
2
Perlengkapan Dalam
10
%
Ruangan
3
Peralatan dan bahan
8
penunjang
4
Pengobat Tradisional
4
5
Manajemen,
5
Pencatatan dan
Pelaporan
6
Prosedur teknis
23
pelayanan
-
'--- Total Nilai
61
Persentase Kepatuhan
25
BABV
PENUTUP
BABV
PENUTUP
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa
yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun
temurun di kalangan masyarakat, telah digunakan sejak dahulu dan
sampai kini masih tetap digunakan dengan kecenderungan yang terus
meningkat. Akupresur merupakan salah satu pelayanan kesehatan
tradisional yang banyak berkembang di masyarakat.
Pemahaman pengelola program tentang pembinaan dan pengawasan
terhadap pelayanan kesehatan tradisional khususnya akupresur
dirasakan penting, sehingga dengan adanya
pedoman ini dapat
digunakan sebagai panduan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.
Dengan disusunnya pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja
para
pengelola
program,
penanggung
jawab
dan
pembina
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional ke arah yang lebih
baik.
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI
DAN KESEHATAN
U DAN ANAK
26
LAMPIRAN
Lampiran 1
PANDUAN AKUPRESUR
PADA KASUS TERPILIH
DAFTAR 151
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P
PENGERTIAN AKUPRESUR
RUANG LlNGKUP PELAYANAN AKUPRESUR
PERSYARATAN PELAYANAN AKUPRESUR
PERSYARATAN ALAT BANTU DAN BAHAN
PENDUKUNG
KEBERSIHAN AKUPRESURIS
ALUR PELAYANAN AKUPRESUR
PENDAFTARAN DAN SELEKSI KLiEN
PEMERIKSAAN KLiEN
MENENTUKAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN KLiEN
PERENCANAAN TINDAKAN AKUPRESUR
MELAKSANAKAN TINDAKAN AKUPRESUR
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
REAKSI PIJATAN
JENIS PELAYANAN AKUPRESUR
1. Pelayanan untuk anak di atas usia 2 tahun
a. Sesak Nafas (Asma)
b. Batuk pilek (Common Cold)
c. Perut kembung (Dispepsia)
d. Gangguan nafsu makan (Anoreksia)
e. Mengompol (Enuresis)
2.
Pelayanan Akupresur Untuk Wanita
a. Gangguan nyeri haid (Dismenorhea)
b. Ibu hamil (untuk perawatan payudara, mual
muntah)
c. Perawatan setelah melahirkan (Post partum care)
1) ASI sedikit dan tidak lancar
2) Kelelahan dan pusing
3) Menguatkan darah dan mengembalikan kondisi
rahim
3. Pelayanan Akupresur Untuk Gangguan Kesehatan
Umum
a. Nyeri kepala sebelah (migrain)
b. Nyeri otot (myalgia)
c. Nyeri gigi
d. Mual (nausea)
e. Sembelit / susah Buang Air Besar (konstipasi)
f. Susah tidur (insomnia)
g. Relaksasi olot
h. Pemulihan stamina sehabis sakit
i. Nyeri Lutut
MASALAH YANG TIMBUL DALAM PELAYANAN
1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
2. Penanganan Masalah Yang Timbul
FORM KARTU KLiEN
HAL
1
1
2
4
4
5
6
7
7
7
8
9
9
10
11
13
15
17
19
21
23
26
26
26
26
29
31
34
36
38
40
42
47
50
52
52
52
55
A. PENGERTIAN AKUPRESUR
Akupresur berasal dari kata accos yang berarti jarum dan pressure
yang artinya menekan. Pada awalnya akupresur sering dikatakan pijat
akupunktur, karena teori dasar akupresur berpedoman pada ilmu
akupunktur. Perangsangan dengan menusukan jarum pada ilmu
akupunktur dig anti dengan penekanan menggunakan jari atau alat
bantu berupa benda tumpul yang tidak melukai tubuh.
Akupresur
adalah
salah
satu
bentuk
pengobatan
tradisional
keterampilan dengan cara menekan titik-titik akupunktur dengan
penekanan menggunakan jari atau benda tumpul di permukaan
tubuh, dalam rangka mendukun g upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif.
Sesuai dengan sejarahnya maka dasar falsafah akupresur adalah
falsafah alamiah. Hukum keseimbangan, sebab akibat, perubahan
kualitas
dan
kuantitas,
saling
ketergantungan,
holistik,
saling
mempengaruhi, menjadi pertimbangan dalam melaksanakan tindakan
akupresur.
Selama
tidak
bertentangan
dengan
irama
alam,
pengobatan
akupresur aman dilakukan, karena tidak melukai tubuh dan tidak
memasukkan zat-zat tertentu ke dalam tubuh, disamping itu murah
dan mudah karena dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah
mempelajari ilmu akupresur dengan benar.
B. RUANG LlNGKUP PELAYANAN AKUPRESUR
Ruang lingkup pelayanan akupresur meliputi upaya sebagai berikut :
1. Promotif
a. Kebugaran dan Relaksasi
b. Perawatan setelah melahirkan
e. Perawatan wajah
d. Peningkatan nafsu makan
2. Preventif
Membantu mengurangi keluhan dengan meneegah memburuknya
suatu gejala dan mengurangi sering timbulnya keluhan nyeri kepala
sebelah, nyeri otot, nyeri gigi , nyeri lutut, batuk dan pilek, mual,
sembelit , susah tidur, asma, nyeri haid, demam, dan perut kembung.
3. Rehabilitatif
Pemulihan stamina sehabis sakit
C. PERSYARATAN PELAYANAN AKUPRESUR
1. Tempat pelayanan Akupresur
a. Tempat pelayanan :
1)
Tempat tidur klien dengan sprei dan bantal yang memenuhi
syarat hygiene dan sanitasi . Sprei dan sarung bantal harus
diganti setiap klien
2)
Harus ada pembatasnya berupa kain, sekat kayu atau
dinding . Batas bawah sekatl gordin terbuka minimal 30 em
dari lantai.
3)
Ada meja atau rak khusus untuk meletakkan alat bantu dan
bahan pendukung. Meja dan rak harus dibersihkan seeara
rutin dari debu atau eeeeran bahan pendukung
4)
Ada meja atau rak untuk meletakkan barang milik klien (tas,
kaeamata ,
arloji
dan
lain-lain).
Meja
dan
rak
harus
dibersihkan seeara rutin
5)
Ada gantungan pakaian untuk klien
6)
Ada papan nama pengo bat keterampilan, ukuran maksimal
80 em x 60 em, warna dasar putih dan tulisan hijau,
meneantumkan
nama
pengobat
tradisional ,
waktu
pelayanan, nomor STPT serta nama dan nomor asosiasi ,
2
menggunakan tulisan huruf latin (balok) dan menggunakan
bahasa Indonesia.
Semua ruangan harus memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi, mempunyai
ventilasi
dan pencahayaan yang cukup
serta memenuhi syarat estetika sesuai dengan budaya lokal
setempat.
b. l\t1eja dan kursi
1) Meja dan kursi untuk praktisi
2) Kursi untuk klien
3) Kursi untuk ruang tunggu klien
Meja dan kursi harus dibersihkan dari debu secara rutin
c. Peralatan administrasi yang dipakai untuk mencatat data
1) Buku pendaftaran
2) Buku register klien
3) Kartu data klien
4) Blanko laporan
5) Alat tulis
6) Tempat penyimpanan dokumentasi klien
2. Bangunan untuk praktek perorangan memiliki:
a. Ruang tunggu, luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
b. Ruang pelayanan minimum ukuran 2M X 2,5 M
c. Toilet, luas disesuaikan dengan kebutuhan .
3. Prasarana yang tersedia harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
a.
Ruang harus mendapat cahaya cukup
b.
Semua ruang harus memiliki ventilasi yang cukup
3
c. Tersedia air bersih yang cukup untuk toilet
d.
Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
e. Tersedia tempat sampah tertutup dan plastic di dalammya
f. Tersedia tempat saluran pembuangan air
D. PERSYARATAN ALAT BANTU DAN BAHAN PENDUKUNG
Alat bantu dan bahan pendukung harus tersedia dan
harus
memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, antara lain:
1. Alat bantu pijat sederhana berupa benda tumpul terbuat dari kayu ,
batu, logam, stainlesteel atau plastik yang tidak melukai klien.
Setelah dipergunakan untuk pelayanan, alat bantu harus dicuci
dengan
antiseptik,
dilap
kering
dan
dioles
dengan
kapas
beralkohol. Alat bantu harus mempunyai tempat khusus yang
tertutup. Pelayanan akupresur tidak diperkenankan menggunakan
alat-alat kedokteran.
2. Bahan pendukung, berupa : krem, lotion, atau minyak yang tidak
menimbulkan gatal-gatal atau iritasi. Bahan pendukung yang
dipergunakan masih dalam kondisi baik
dan tidak kadaluwarsa.
Bahan pendukung tidak boleh tercemar zat lain seperti alkohol
atau air. Penggunaan krim, lotion dan minyak dengan cara
menuangkan secukupnya pada mangkuk kecil untuk menghindari
pencemaran pada bahan pendukung.
3. Handuk kecil untuk lap tangan
4. Kain untuk menutup bagian tubuh klien
5. Sabun anti septik untuk pencuci tangan
6. Mangkuk kecil untuk minyak atau bahan pendukung lainnya
4
E. KEBERSIHAN AKUPRESURIS
1. Kebersihan Pakaian
Akupresuris harus menjaga kebersihan pakaian ketika melayani
klien . Pakaian harus bersih dari nod a maupun bau. Jika perlu
dapat menggunakan gaun pelindung yang terbuat dari linen atau
katun .
2. Kebersihan tangan
Akupresuris harus selalu menjaga kebersihan kuku dan jari-jari
tangan . Kuku Akupresuris harus selalu dipotong pendek. Jika
terdapat luka pada tangan sebaiknya menggunakan alat bantu.
Sebelum dan sesudah melakukan pemijatan , Akupresuris harus
mencuci tangan dengan benar, yaitu :
- Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gUlung lengan
baju sampai siku
- Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
- Membasahi mulai dari pergelangan tangan
- Menggunakan sabun dan menggosok tangan sampai berbusa
- Menggosok kedua telapak tangan dengan cepat, selama 10- 15
detik
- Menggosok punggung tangan
- Menggosok sela-sela jari
- Membilas tangan sampai bersih
- Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering
F. ALUR PELAYANAN AKUPRESUR
1. Klien mendaftar di tempat pendaftaran
2. Klien menunggu giliran sesuai nomor urut
3. Klien menuju tempat periksa dan pelayanan
4. Klien dipijat akupresur
5
5. Klien diberi saran dan jadwal
kunjungan berikutnya apabila
diperlukan
6. Klien menyelesaikan administrasi pelayanan
G. PENDAFTARAN DAN SELEKSI KLiEN
1. Pendaftaran
Mendata identitas klien di buku pendaftaran.
2. Seleksi Klien
Untuk
seleksi
layak dan
tidaknya
untuk dilakukan
tindakan
akupresur, maka klien harus diidentifikasi keluhannya . Klien yang
tidak boleh dilayani :
a. Anak usia dibawah 2 tahun
b. Klien sedang berobat dengan obat pengencer