Pengobatan Akupunktur Puadi Syamputra

(1)

PENGOBATAN AKUPUNKTUR “ Puady Syamputra “

Diajukan Oleh

SKRIPSI

Witha Adriati

020901011

S O S I O L O G I

Guna memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana

Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

ABSTRAK

Persepsi masyarakat mengenai sakit dan penyakit yaitu masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi Sosiologis keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data. Dengan melakukan observasi terlebih dahulu, wawancara mendalam, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Ikan Kakap (Turiam) Senangin 1 no.7 Binjai, Kecamatan Binjai Timur. Informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni pihak yang memeberikan pengobatan yaitu Akupunkturis dan informan biasa pasien yang berobat ke pengobatan tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi seseorang mengambil tindakan untuk memperoleh kesehatan yaitu jika semakin besarnya ancaman penyakit yang diderita, akan mempengaruhi besarnya kemungkinan seseorang akan mengambil tindakan pengobatan. Ada banyak faktor yang harus diamati pasien waktu memilih jenis pengobatan. Bisa dipahami bahwa faktor ekonomi dan kepercayaan serta kebudayaan menjadi faktor-faktor yang paling berpengaruh.

Melalui hasil penelitian tersebut didapati ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan jasa pengobatan alternatif yaitu pengobatan akupunktur bapak Puadi Syamputra. Jadi awal seseorang datang ke pengobatan akupunktur ini disamping biaya nya murah dan banyak orang ingin coba-coba, pengobatan akupunktur ini juga MAREM (mudah, aman, rasional, efektif, dan murah).


(3)

KATA PENGANTAR

Kata yang paling pantas di ucapkan adalah Puji dan Syukur Kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridhonya yang begitu besar untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sehingga penulis dapat merangkai kata demi kata sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas berkat dan rahmat-Nyalah yang telah membangkitkan semangat dan keinginan penulis untuk tetap konsentrasi mengerjakan skripsi ini ditengah kesibukan lain yang banyak menyita waktu.

Dengan ketulusan hati skripsi ini dipersembahkan kepada kedua Orangtua tercinta Bapak H. Misno dan Ibu Hj. Nur’aini, yang telah mencurahkan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. Dengan tekat yang kuat dan motivasi kedua orang tua menjadi acuan bagi diri agar apapun dapat diraih jika ada kemauan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul : “ Pengobatan Akupunktur Puadi Syamputra”. Dengan melihat faktor- faktor apa yang mempengaruhi pasien datang ke pengobatan akupuktur ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dukungan dari semua pihak sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik itu berupa moril maupun materil. Dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Nurman Ahmad S.sos, MPhil, selaku dosen pembimbing, rasa hormat dan terima kasih yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata untuk beliau yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan ide-ide untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi 4. Ibu Dra. Rosmiani, M.A, selaku sekretaris Departemen Sosiologi.

5. Bapak Drs. Muba Simanihuruk M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan motivasi bagi penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Sosiologi.

6. Teristimewa kepada Dosen-dosen Sosiologi yang telah memberikan bekal pengetahuan yang berharga kepada penulis.

7. Terima kasih juga Buat Kak Peny, Kak Nurbetty, yang selama masa perkuliahan telah membantu penulis dalam kelancaran proses administrasi.

8. Segenap Dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

9. Bapak Puady syamputra, selaku Akupunkturis, yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian. Segala bantuan yang telah bapak berikan kepada penulis saya ucapkan terima kasih.

10.Bapak Abdurrahman, Ibu Meysyah, Ibu Ani serta semua informan yang tidak disebutkan satu persatu. Terima kasih atas waktu dan informasi serta segala batuan yang telah diberikan.


(5)

11.Buat kakak- kakak ku yang kusayangi “ kak Yuke dan kaka’ adek keluarga makasi banyak atas spirit dan materil yang telah diberikan.

12.Spesial tuk Yudi yang selalu cerewet atas selesainya skripsi ini, Terima kasih atas perhatian, yang menemaniku kemana-mana, semangat, serta ide-ide cemerlang yang telah diberikan atas selesainya skripsi ini.

13.Untuk Juni, Horhosana, Dea, Siska, Jimi, Dedi, Natalia dan seluruh teman-temanku sosiologi 02’ yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah menemaniku di masa perkuliahan.

14.Thanks To Mona dan Citra yang selalu siap menemaniku kapanpun, makasi ya teman atas semuanya.

15.Bang Jordan terima kasih banyak ya bantuannya, yang telah memberikan ide-ide, semangat dan dukungannya.

16.Buat Nining, Nia, Bang Iwan yang selalu bersedia dimintai bantuan dan seluruh staf-stafnya makasi banyak ya…

17.Akhirnya, kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuannya.

Medan, November 2007


(6)

DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN SKEMA

TABEL 1. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN...29 TABEL 2. PROFIL INFORMAN...32 GAMBAR 1. GAMBAR PENJARUMAN...22 SKEMA 1.

BAGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL, GAMBAR, SKEMA ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Konsep... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan keputusan ... 11

2.2 Pengobatan Akupunktur ... 16

2.2.1 Sejarah Pengobatan Akupunktur ... 16

2.2.2 Penjaruman ... 20

2.2.3 Macam-macam Terapi Akupunktur... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26


(8)

3.5 Interpretasi Data ... 28

3.6 Jadwal Kegiatan ... 29

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 30

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

4.2 Profil Informan penelitian ... 32

4.3 Interpretasi data Penelitian ... 38

4.3.1 Dasar Pengetahuan pengobatan Akupunktur ... 38

4.3.2 Teknik pengobatan Akupunktur Puady syamputra ... 39

4.3.3 Faktor pendorong Pasien ke Pengobatan Akupunktur... 44

4.3.3.1Faktor Lingkungan ... 47

4.3.3.2Faktor Ekonomi ... 50

4.3.3.3Faktor Sosial ... 52

4.3.3.4Faktor Budaya ... 53

4.3.4 Konsep sehat dan sakit menurut Informan ... 55

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Persepsi masyarakat mengenai sakit dan penyakit yaitu masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi Sosiologis keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data. Dengan melakukan observasi terlebih dahulu, wawancara mendalam, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Ikan Kakap (Turiam) Senangin 1 no.7 Binjai, Kecamatan Binjai Timur. Informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni pihak yang memeberikan pengobatan yaitu Akupunkturis dan informan biasa pasien yang berobat ke pengobatan tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi seseorang mengambil tindakan untuk memperoleh kesehatan yaitu jika semakin besarnya ancaman penyakit yang diderita, akan mempengaruhi besarnya kemungkinan seseorang akan mengambil tindakan pengobatan. Ada banyak faktor yang harus diamati pasien waktu memilih jenis pengobatan. Bisa dipahami bahwa faktor ekonomi dan kepercayaan serta kebudayaan menjadi faktor-faktor yang paling berpengaruh.

Melalui hasil penelitian tersebut didapati ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan jasa pengobatan alternatif yaitu pengobatan akupunktur bapak Puadi Syamputra. Jadi awal seseorang datang ke pengobatan akupunktur ini disamping biaya nya murah dan banyak orang ingin coba-coba, pengobatan akupunktur ini juga MAREM (mudah, aman, rasional, efektif, dan murah).


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Dimana interaksi yang berlangsung menjadi mata rantai timbulnya suatu penyakit. Berbagai cara pun digunakan untuk mendapatkan kesehatan baik itu dengan cara medis maupun alternatif. Dasar mereka memilih berbagai cara untuk pengobatan bergantung pada faktor agama, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya. Topik kesehatan ialah topik yang biasa dan sering dibicarakan secara bebas di masyarakat Indonesia, bukan topik yang dianggap sebagai masalah pribadi. Masih banyak masyarakat yang percaya dengan pengobatan. Memang pengobatan alternatif termasuk sebagian dari kebudayaan Indonesia dan bentuknya bermacam-macam.

Ketidakmerataan fasilitas kesehatan di lingkungan pemukiman yang terpencil dan didukung pada budaya dilingkungan tersebut menjadikan pengobatan alternatif menjadi sangat berkembang di lingkungan tersebut. Tidak jarang berbagai masalah penyakit yang diderita banyak orang dapat ditanggulangi dengan pengobatan alternatif tersebut, sehingga sampai saat ini pengobatan alternatif masih bertahan bahkan menjadi pilihan di zaman modern ini.

Untuk pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau oleh masyarakat sampai kepelosok, maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modern. Sejumlah pengetahuan yang dimiliki oleh


(11)

sekelompok masyarakat menarik untuk diteliti sebagai upaya dalam meramu data dan informasi. Pengetahuan mengobati penyakit secara tradisional yang merupakan objek penelitian sangat menarik untuk dikaji karena sistem pengobatan ini berbeda dengan sistem pengobatan modern yang menekankan aspek ilmiah. Persepsi Masyarakat tentang sehat atau sakit, dalam (Sarwono,1993:30-31) ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari.

Secara ilmiah penyakit (disease) itu diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Batasan “sehat” yang diberikan oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO) adalah “a state of complete physical mental and sosial well being”. Dari batasan ini jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental dan sosial seseorang.

Apabila kita berbicara tentang disease (Agoes dan Jacob, 1992:133), maka yang dimaksud adalah penyakit atau gangguan yang terbatas pada kelainan medik dan organobiologik. Pada disease kadang-kadang dapat ditelusuri hubungan sebab akibat, misalnya kuman-kuman menyebabkan infeksi, kelainan atau aberasi genetic menyebabkan penyakit seperti diabetes, sickle cell anemia, dan down’s syndrome. Pengertian illness mempunyai makna yang lebih luas dari disease dan dapat meliputi gangguan atau masalah yang walaupun ada sangkut pautnya dengan penyakit, menjangkau diluar penyakit. Pengaruh lingkungan maupun peranan masyarakat ikut


(12)

diperhitungkan apabila ada suatu pembahasan tentang illness. Illness tidak selalu bersifat disease, akan tetapi selalu mempunyai relevansi sosial dan kultural Faktor sosial dan budaya mempengaruhi baik cara orang merumuskan suatu gejala penyakit sebagai suatu ancaman maupun dalam merumuskan untung ruginya suatu tindakan yang akan dilakukan.

Pengobatan tradisional sering memainkan peranan penting dalam pengembangan kebangsaan nasional, karena ia dapat melambangkan masa silam negara yang bersangkutan dan tingkatan kebudayaannya yang tinggi di masa lalu. Di Negara negara yang memiliki sistem medis yang kuno dan tertulis, sering kali timbul keinginan untuk meningkatkan sistem medis asli itu pada status “terpisah namun sederajat“ dengan kedokteran barat, dilandasi oleh argumen mengenai segi kekunoan pengetahuan medis dalam negara yang bersangkutan maupun kemashuran efektifitas pengobatan tradisional tersebut (Foster dan Anderson, 1986 :57).

Kita harus menyadari bahwa penyembuhan modern dan penyembuhan alternatif sering berada dalam dua kutub, padahal keduanya seharusnya saling mengisi, sehingga istilah alternatif tidak cocok dan seharusnya digantikan dengan istilah komplementer, komprehensif, atau integratif. Sekalipun pengobatan alternatif menggunakan konsep ‘holistik’ namun pengertiannya berbau mistik bahwa holisme itu berkaitan dengan kesatuan hakekat manusia dengan hakekat semesta dan kurang melihat aspek jasmani, sebaliknya konsep ‘dikotomi’ pengobatan modern juga berat sebelah yang mengabaikan holisme tubuh manusia sebagai kesatuan badan dan jiwa. Pendekatan yang melibatkan keduanya diperlukan, namun bagaimana?


(13)

Dikemukakan Fabrega dalam (Muzaham, 1995 : 53) dalam modelnya, dalam pengambilan keputusan, semua komponen negatif dari penyakit dinilai berdasarkan situasi sekarang dan pengalaman masa lalu (personal, atau hal-hal lain dalam kehidupan kelompok sosial orang itu). Penilaian tersebut dapat menghasilkan suatu anggapan kurang wajar tentang penyakit, dengan kondisi yang mencerminkan adanya bahaya, kelelahan, kurang enak badan, cacat sosial dan gangguan sosial-psikologis akibat penyakit tersebut.

Kemudian seseorang akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan pengobatan yang dapat dilaksanakan. Tindakan-tindakan itu, baik yang telah diketahui sendiri atau dialami oleh orang-orang yang pernah menderita penyakit yang sama, meliputi berbagai pilihan mulai dari pengobatan sendiri (misalnya, menggunakan ramuan-ramuan, obat paten atau mengatur makanan) hingga meminta nasihat pada orang awam (lay raferal sistem) untuk memperoleh perawatan medis. Secara populer dapat dikatakan bahwa dalam mengambil atau membuat keputusan berarti memilih satu diantara sekian banyak alternatif (Supranto, 1991 : 1).

Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam penyelesaian masalah, keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan memprakirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Karena berpengalaman juga, maka seseorang sudah dapat menduga permasalahannya walaupun hanya sepintas lalu, dan mungkin ia sudah dapat menduga macam apa penyelesaian yang dianggap paling baik di antara macam-macam alternatif pemecahan masalah (Syamsy, 1989 : 25-26).


(14)

Dalam sistem pelayanan pengobatan yang baik diperlukan suatu landasan hukum yang jelas. Dengan adanya ketentuan dan batas-batas resmi yang berdasarkan undang-undang, pengobat atau penderita yang diobati merasa terlindungi. Media massa selalu mengungkapkan pelbagai kesalahpahaman yang terjadi dalam masyarakat. Disamping pengobatan yang baik pengobatan tradisional banyak pula yang disalahgunakan (Agoes dan Jacob,1992 :62). UU No. 23 tahun 1992 pasal 47 Pengobatan dan perawatan dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya, serta perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dalam (Waspada, 28 November 2006:23).

Iklan di media massa dengan menginformasikan pengobatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, yang walaupun secara medis tidak dapat dibuktikan dan kenyataannya pengobatan tradisional terus diminati masyarakat. Namun perlu diketahui bahwa metode alternatif tidak menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan kesembuhan melainkan pelengkap atau komplementer bagi pendekatan medis. Oleh sebab itu diharapkan agar pengobat tradisional dapat mempertanggungjawabkan pengobatan yang diberikan, masyarakat juga diharapkan selektif dalam penanganan penyembuhan penyakitnya.

Dikemukakan oleh dr. Yuda Turana (Medika, no.6 tahun XXVIII, Juni 2002:367) Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern belum mampu secara meyakinkan menangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan


(15)

masyarakat dan minat pencari pertolongan. Apalagi disampingnya terdapat pelayanan kesehatan alternatif yang menjanjikan.

Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat, tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut. Ia memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Pengobatan alternatif – tradisional bersifat holistik dan pengobatan modern hanya melihat penyakitnya saja dan adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis, yaitu penyakit yang dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional.

Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit seperti yang telah dijelaskan diatas penyakit yang dapat disembuhkan oleh Dokter dan penyakit yang dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional, yaitu: Naturalistik dan Personalistik.

Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan


(16)

gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat. Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia seperti tukang sihir, tukang tenung (Cermin dunia kedokteran no.149, 2005 :49)

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut. Dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien. Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif – tradisional baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern, yaitu : mengurangi stress dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya, fungsi kontrol bila ada penyimpangan, mengurangi trauma akibat perubahan kultural dan mempromosikan identitas kebudayaan.

Oleh karena itu perlu terus dilakukan peningkatan pembinaan pengobatan tradisional secara terencana, sistematis dan berkesinambungan agar pengobatan tradisional yang ada aman, bermutu dan bermanfaat sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan masyarakat pengguna pengobatan tradisional. Jika pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatif, baik dilakukan melalui jaringan pelayanan kesehatan formal seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan pasien pada pengobatan akupunktur Puadi Syamputra jalan ikan kakap (Turiam) Binjai Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan jasa pengobatan alternatif yaitu pengobatan akupunktur.

2. Untuk menjelaskan konsep sehat dan sakit pada masyarakat dalam menggunakan jasa pengobatan alternatif yaitu pengobatan akupunktur.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna terhadap kajian secara Sosiologis yaitu Sosiologi kesehatan.. Serta menambah khasanah keilmuan khususnya dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan jasa pengobatan tradisional yang semakin berkembang. Secara

praktis, dapat bermanfaat bagi penulis terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta mengasah keterampilan dibidang penelitian.

1.5 Definisi Konsep

Konsep-konsep yang dimaksud dan digunakan dalam penelitian ini adalah : Pengambilan keputusan


(18)

Pengambilan keputusan pasien pada pengobatan tradisional merupakan hak seseorang atau sekelompok orang untuk menetapkan pilihannya, misalnya pilihan pasien pada pengobatan tradisional ini. Jadi perlu diperhitungkan juga akibatnya dari pengambilan keputusan ini.

Dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan tradisional ini biasanya sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat mereka menilai bahwa nilai statistik adalah tidak penting. Seringkali pula para pengguna pengobatan tradisional ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal, keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut.

Pengobatan tradisional

Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alternatif yang ada atau tanpa menggunakan operasi. Pengobatan alternatif dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat atau khasiat serta mekanisme dari pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan.

Pengobatan alternatif

Pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum. Caranya, jarum ditusukkan pada titik-titik tertentu di permukaan tubuh. Pengobatan Akupunktur


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan keputusan (pada pengobatan alternatif)

Menurut Weber, suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya (Sunarto, 2000:15). Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah suatu evaluasi (penilaian) mengenai efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan ialah kegiatan pengumpulan informasi dari mana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan dapat dibuat. Yang dimaksud dengan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas, yang dikemukakan oleh Davis, dalam (Syamsy, 1989 :4). Menurut Terry pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan yang semuanya dari terjemahan dari decision making. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (decision making can be defined as the selection of any behavior alternative from two or more possible alternatives ).

Kemudian Siagian mengemukakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah. Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi. Pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat, dalam (Syamsy, 1989 :6).


(20)

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan yang lazim dikenal mengacu pada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru atau melalui pendidikan baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sejalan dengan itu WHO menyatakan dalam (Agoes dan Jacob, 1992 :60) Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. (Agoes dan Jacob, 1992 : 61) Jenis-jenis Pengobatan tradisional yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu Pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan asli Indonesia, Pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India.

2. Pengobatan Tradisional spiritual/kebatinan, yaitu Pengobatan yang dilakukan atas dasar kepercayaan, agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang yang sakit. 3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan / perangsangan yaitu, seperti

Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat, pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan (tajam/keras), benda tumpul.


(21)

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.

Apabila informasi yang cukup dapat dikumpulkan guna memperoleh suatu spesifikasi yang lengkap dari semua alternatif dan tingkat ke efektivannya dalam situasi yang sedang menjadi perhatian, proses pembuatan atau pengambilan keputusan relatif sangatlah mudah. Akan tetapi didalam prakteknya sangat tidak mungkin untuk mengumpulkan informasi secara lengkap, mengingatnya terbatas dana, waktu dan tenaga (Supranto, 1991 :3-4). Ada 4 (empat) alasan mengapa orang memilih menggunakan pengobatan tradisional sebagai upaya untuk kesembuhan dari penyakitnya oleh Roida Sitinjak, SKM, Mkes, dalam (Waspada, Selasa, 28 November 2006:23)

1. Bahwa saat ini biaya pengobatan kedokteran modern dirasa terlalu mahal. Kemajuan ilmu kedokteran dengan banyaknya penemuan-penemuan sebagai hasil percobaan dalam laboratorium dari perkembangan teknologi kedokteran, mengakibatkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh mereka yang memerlukan kesembuhan pengobatan medis meningkat terus. Akan tetapi masih tetap ada beberapa penyakit yang belum juga dapat diatasi oleh dunia kedokteran. 2. Bahwa banyak orang ingin coba-coba, siapa tahu dengan pengobatan tradisional

bila sembuh lebih cepat.

3. Ingin mengurangi pemakaian obat-obatan kimia dengan memilih bahan-bahan alami yang dianggap lebih aman.

4. Bahwa orang merasa putus asa karena dengan pengobatan medis, penyakitnya tidak kunjung sembuh.


(22)

Ada banyak faktor yang harus diamati pasien waktu memilih jenis pengobatan. Bisa dipahami bahwa faktor ekonomi dan kepercayaan serta kebudayaan menjadi faktor-faktor yang paling berpengaruh.

Sebuah studi yang dilakukan departemen pendidikan dan kebudayaan pada masyarakat Sulawesi Tengah (1993-1994:2) Pengobatan sistem modern dan tradisional ini adalah kedua sistem yang berbeda, jelas merupakan kebutuhan masyarakat, baik di kota maupun di Desa. Khusus untuk pengobatan tradisional yang masih tetap digunakan oleh sebagian masyarakat menunjukkan bahwa budaya- budaya luhur masih tetap terpelihara. Bahkan pengobatan tradisional bagi masyarakat pedesaan masih merupakan alternatif pertama. Pengobatan modern sebagai alternatif kedua apabila pengobatan tradisional tidak berhasil menyembuhkan penyakit. Sebaliknya masyarakat perkotaan menjadikan pengobatan modern sebagai alternatif pertama dan pengobatan tradisional merupakan alternatif kedua.

Yang dikemukakan pada model Fabrega, dalam (Muzaham,1995 :54), seseorang dalam melakukan pertimbangan menyangkut rencana pengobatan :

1. melalui rencana pengobatan, yakni memperkirakan kemungkinan bahwa setiap tindakan yang diambil akan mengurangi ancaman yang mungkin timbul karena penyakit;

2. memperhitungkan segala keuntungan yang diperoleh dari suatu tindakan, yakni seberapa jauh setiap rencana pengobatan akan dapat mengurangi berapa jauh setiap rencana pengobatan akan dapat mengurangi keluhan penyakit yang dirasakan;


(23)

3. memperhitungkan segala kerugian meliputi biaya, waktu, tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tindakan;

4. menetapkan manfaat dari setiap alternatif rencana pengobatan dengan melihat selisih kerugian dan keuntungan dari setiap tindakan yang akan dilakukan.

Yakni, “ memilih rencana pengobatan “ dalam proses pemilihan tindakan yang dilaksanakan orang akan menerapkan aturan-aturan dalam pengambilan keputusan (misalnya, memilih yang termurah, manfaatnya besar dan sebagainya).

Giddens dalam(http://www.unisosdem.org

Pengobatan alternatif dengan menggunakan bahan-bahan alami dapat dilihat dengan semakin banyak beredar suplemen makanan tambahan yang dipercaya dapat membantu meningkatkan kesehatan, mencegah berbagai macam penyakit dan mudah didapatkan tanpa resep obat. Banyak pula buku, artikel dan iklan yang secara antusias mempromosikan keuntungan dan keamanan dari tanaman obat ini dengan akibat makin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi dan menyisihkan uangnya untuk

) Yang terakhir ini terkait erat dengan social reflexivity. Manusia modern memang dapat mengambil keputusan sendiri. Ia menghadapi banyak informasi, tetapi ia bebas menyeleksi informasi mana yang ia butuhkan untuk pengambilan keputusan. Arus (tepatnya: banjir) informasi memang membuatnya bingung, namun harus mengambil keputusan. Individu sering dapat menolak sebuah informasi semata-mata ia tidak suka atau tidak cocok. Ambillah contoh di bidang pengobatan. Orang dapat memilih pengobatan cara Barat tetapi ia dapat juga memilih “pengobatan alternatif.” Mengapa ia memilih yang satu dan tidak yang lain? Jawaban yang diperoleh sering berupa “tidak tahu” .


(24)

membelanjakan suplemen makanan yang secara relatif lebih bebas pengawasan dari Pemerintah untuk terus berpromosi.

Pengobatan dengan bahan-bahan alam ini seringkali pula dipromosikan bersifat alami dan karenanya tidak merugikan, namun sediaan bahan-bahan alam tidak berarti lepas dari efek samping. Perdebatan seringkali pula mengenai apakah obat-obat dari bahan alam ini harus juga mendapat izin produksinya sama seperti obat-obat dari bahan-bahan kimia agar dapat meningkatkan standar dari kualitas, keamanan dan keefektifannya. Pengobatan alternatif lain pun tak kalah populernya dengan penggunaan tanaman obat. Di Koran dan majalah banyak dipromosikan mengenai pengobatan alternatif ini yang di promosikan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

2.2 Pengobatan Akupunktur

2.2.1 Sejarah Pengobatan Akupunktur

Akupunktur telah ada dan di kenal Masyarakat Cina sejak 5 ribu tahun silam. Kala itu, Pengobatan Akupunktur belum menggunakan jarum seperti saat ini. Dahulu, mengobati Penyakit dengan cara menusuk-nusuk tubuh itu dilakukan dengan alat yang sederhana, seperti Batu atau bambu yang diruncingkan ujungnya. Seiring Perkembangan dibidang Pengobatan yang semakin Pesat, Muncullah kemudian Pengobatan Tusuk Jarum dengan alat yang lebih baik, Seperti Jarum dari Logam mulia atau emas, Perak, Baja Putih atau tainless steel (Public News, edisi xx, tanggal 23 – 30 april 2007)

Akupunktur merupakan sebahagian penting dalam perobatan tradisional Cina, pada permulaannya, akupunktur merupakan satu cara ruwatan, kemudian berkembang menjadi satu cabang pelajaran. Ilmu akupunktur adalah ilmu yang mengkaji teknik dan prinsip ruwatan akupunktur. Akupunktur sudah bersejarah lama. Buku kuno banyak


(25)

mencatat jarum batu yang disebut batu Bian. Batu Bian tersebut mula dicipta pada 8000 tahun hingga 4000 tahun yang lalu. Cina pernah menemui batu bian itu dalam kaji purba. Pada zaman Dinasti Chunqiu (tahun 770 sebelum masehi – tahun 476 sebelum masehi), Cina mulai mempunyai dokter yang professional. Menurut catatan “Chunqiuzuoshizhuan “, dokter pada zaman itu telah mengetahui menggunakan akupunktur.

Pada zaman Negeri-negeri berperang dan zaman Dinasti Han Barat (tahun 476 sebelum masehi – tahun 25 masehi), seiring dengan kemajuan teknologi peleburan besi, mulai menggantikan batu. Akupunktur telah berkembang lebih pesat. Pada zaman Dinasti Han Timur dan Zaman Negara, Cina telah mempunyai dokter akupunktur yang professional. Pada zaman Liangji dan zaman kerajaan dan utara (tahun 256 masehi – tahun 589 masehi), jumlah karya tentang akupunktur ditingkatkan besar-besaran. Zaman itu, akupunktur telah diperkenalkan ke Korea dan Jepun. Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang (tahun 581 masehi – tahun 589 masehi), akupunktur telah menjadi satu pelajaran yang khusus, badan pendidikan perubatan pada zaman itu. Pada abad ke-16, akupunktur mula diperkenalkan ke Eropah, tetapi pada zaman Dinasti Qi mementingkan penggunaan obat-obatan saja dan mengabaikan penggunaan akupunktur, ini telah menjelaskan perkembangan ilmu akupunktur.

Pada tahun 1949 ilmu akupunktur telah berkembanag pesat. Sekarang, terdapat 2000 buah hospital corak perobatan tradisional Cina telah menyediakan bahagian akupunktur. Pengkajian ilmu akupunktur sudah melibatkan berbagai bagian badan dan berbagai bagian klinikal serta telah menyediakan data-data yang penting tentang fungsi menyusun semula, menghilangkan kesakitan dan meningkatkan daya talar tentang akupunktur .


(26)

Mulai tahun 1951 Fakultas Kedokteran Cina berhasrat menyelidiki pengetahuan akupunktur ini secara ilmiah. Perkembangan ilmu Akupunktur yang menyolok terjadi sesudah sekitar tahun 1970an ketika RRC membukakan pintu bagi ilmuwan-ilmuwan Barat.

Di Indonesia, pada awalnya Akupunktur hanya merupakan pengobatan yang sangat tertutup di kalangan pengobat-pengobat tradisional Cina (Shinse). Masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mendengar cerita burung tentang adanya ilmu tusuk jarum dari negeri Cina yang sangat ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit. Baru pada tahun 1963 pengobatan Akupunktur masuk secara resmi di Indonesia ketika Presiden RI waktu itu (DR. Ir. Soekarno) mendatangkan ahli-ahli akupunktur dari RRC untuk mengobati penyakitnya.

Pernyataan Presiden Soekarno secara terbuka dan jujur mengenai kemanjuran pengobatan akupunktur yang dialaminya, serta anjurannya kepada para dokter di Indonesia untuk mau mempelajari ilmu tersebut dapat dikatakan sebagai titik tolak pengembangan akupunktur di Indonesia. Menteri Kesehatan RI waktu itu (Prof. Dr. Satrio) meresmikan sebuah Tim Riset Akupunktur dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM Jakarta. Tim riset inilah yang selanjutnya mengembangkan diri menjadi Sub Bagian Akupunktur dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Dan selanjutnya sampai saat ini Sub Bagian ini telah berdiri sendiri sebagai Unit Pelayanan Akupunktur RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kemudian dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor: 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang Pemanfaatan Akupunktur di Sarana Pelayanan Kesehatan, akupunktur resmi dapat diterapkan pada sarana pelayanan


(27)

kesehatan formal sebagai pengobatan alternatif disamping pelayanan kesehatan lain pada umumnya baik pemerintah atau swasta di Indonesia.

(http://binakesehatankerja.com/detail_berita.php/21/09/07)

Kini Pengobatan Tusuk Jarum merupakan salah satu alternatif Pengobatan yang sangat diminati masyarakat. Tak bisa dipungkiri, banyak orang yang kini berkurang kepercayaannya terhadap obat-obat modern yang ditelan atau diminum. Salah satu alasannya, mereka tidak mendapatkan perubahan berarti setelah menelan atau meminum obat. Kalaupun sembuh, tidak untuk waktu lama, sehingga, mereka kemudian beralih ke pengobatan alternatif, termasuk terapi dengan Akupunktur. Dengan akupunktur hasilnya bisa terlihat hanya dengan 2 – 3 kali terapi (akupunkturis, Bapak Puadi syamputra)

Selain hasil yang belum tentu baik, dari segi biaya, akupunktur juga lebih murah dibandingkan berobat jalan. Jika untuk berobat jalan seseorang harus mengeluarkan duit ratusan ribu rupiah, maka dengan akupunktur, hanya dibutuhkan sekitar Rp.45 ribu sampai Rp. 100 ribu untuk sekali terapi, termasuk jarum. Memang, jumlah terapi disesuaikan dengan berat tidaknya penyakit.

2.2.2 Penjaruman

Penjaruman adalah cara terapi yang dipergunakan dalam ilmu akupunktur. Jarum ditusukkan pada titik akupunktur terpilih dalam pemilihan titik, sehingga menimbulkan ‘Te Ci’ atau ‘Needle Feeling’. Te Ci adalah istilah yang diberikan pada saat dimana penjaruman, sipasien merasakan timbulnya rasa tebal, kemang, ngilu atau bagaikan terkena aliran listrik, dan bagi sipenusuk dirasakan jarum bagaikan terpagut, seolah- olah umpan kail termakan oleh ikan pada saat memancing. Dengan penjaruman dapat dicapai


(28)

pula tujuan pencegahan penyakit, baik dalam pencegahan sebelum sakit atau pencegahan dalam sakit.

a. jenis jarum

jarum yang dipergunakan dalam penjaruman akupunktur- moksibasi terdapat berbagai jenis:

1. jarum halus

Jenis jarum akupunktur yang paling popular. Bahan jarum adalah baja tahan karat. Ukuran jarum dinilai dari panjang dan kehalusan. Panjang jarum dari ½ Cun samapai 6 Cun. Kehalusan jarum ditentukan dengan nomor, dari nomor kecil kenomor besar, makin besar nomor jarum makin halus. No. 34 adalah yang terhalus. Jarum halus yang umum dipakai adalah ukuran: No. 28, 30 dan 32. panjang : ½ - 1 ½ Cun.

2. jarum emas – jarum perak

jenis jarum ini banyak digunakan dinegeri barat. Terutama diperancis. Bahan jarum dibedakan dari emas dan perak. Emas bersifat tonifikasi dan perak bersifat sedatifikasi. Ukuran jarum seluruhnya sama, panjang ½ Cun dan garis tengan tebal jarum 2 mm. Jenis jarum ini ditusukkan tidak dalam, hanya superficial atau intrakutan, paling dalam subkutan

3. jarum kulit

jenis jarum ini dibagi dalam 2 jenis Mei Hua Jen dan ci Sing cen. Mei Hua cen atau jarum Mei Hua terdiri dari lima jarum, sedangkan ci sing cen atau jarum bintang tujuh terdiri dari tujuh jarum. Jarum- jarum itu ditanam mengumpul pada ‘muka’ jarum kulit dan batang jarum kulit merupakan tangkai yang panjang.


(29)

Jenis harum yang mempunyai badan berbentuk prisma, hanya bagian ujungnya yang digunakan pada penusukan.

5. jarum dalam kulit

Terdapat dua macam jenis jarum ini yaitu yang berbentuk paku payung dan yang berbentuk jarum halus dalam ukuran kecil dan halus, jenis jarum yang membentuk paku payung banyak digunakan dalam akupunktur telinga, karena itu disebut juga sebagai jarum telinga. Dan karena penggunaannya dengan cara penekanan maka disebut juga sebagai pressneedle atau jarum tekan.

b. Teknik penjaruman

Teknik penjaruman dibagi dalam dua jenis yaitu teknik penguatan (tonifikasi, pu) yang menghasilkan rangsangan penguatan dan teknik pelemahan (sedatifikasi, Sie) yang menghasilkan rangsangan pelemahan. Beraneka ragam teknik- teknik diungkapkan untuk masing- masing jenis teknik penjaruman itu, secara garis besar dapat disimpulkan dan dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 1. Penjaruman


(30)

1. Teknik pelemahan: penusukan dengan rangsangan/ tenaga yang kuat, kasar, teknik penguatan: penusukan dengan rangsangan / tenaga yang lemah, lembut 2. teknik penguatan: arah jarum penusukan mengikuti aliran Ci- meridian, seolah-

olah jarum menghantarkan kepergian Ci- meridian, teknik pelemahan: arah jarum. Penusukan melawan aliran Ci- meridian, seolah- olah jarum menyambut kedatangan Ci- meridian.

3. Teknik pelemahan: jarum ditinggalkan untuk waktu yang lama, lebih dari 10 menit. Kadang- kadang sampai setengah jam. Teknik penguatan: jarum tidak ditinggal atau ditinggal kurang dari 10 menit (Kiswojo dan Kusuma, 1978:157-161).

2.2.3 Macam- macam terapi akupuntur

Dengan dasar akupuntur telah berkembang berbagai jenis terapi akupuntur diantaranya adalah:

1. akupuntur hidung 2. akupuntur kepala 3. akupuntur muka 4. akupuntur tangan 5. akupuntur cara akebane 6. akupuntur cara baru

7. terapi pengikatan titik akupuntur 8. terapi penyuntikan titik akupuntur


(31)

Jenis terapi akupuntur 1 s/d 4 adalah sejenis akupuntur telinga dimana daerah letak titik akupuntur yang mempengaruhi organ. Jaringan tubuh adalah organ tertentu yaitu: telinga pada akupuntur telinga, hidung pada akupuntur hidung, kepala pada akupunktur kepala, muka pada akupunktur muka, dan tangan pada akupunktur tangan. Terapi jenis itu umumnya mudah dapat digunakan dalam ilmu kedokteran barat dalam arti penegakkan diagnosa cara kedokteran barat dapat berlaku untuk terapi jenis itu, sekalipun pengetahuan teori phenomen organ tetap dibutuhkan. Juga jenis akupunktur itu selain digunakan untuk terapi, digunakan juga dalam bidang anesthesia sebagai akupunktur analgetik (penghilang rasa sakit).

Jenis terapi akupunktur 5 dan 6 adalah variasi dari akupunktur moksibasi umum dalam cara penegakkan diagnosa dan terapi untuk akupunktur cara akabane, sedang untuk akupunktur cara baru dalam tekhnik penjaruman dan pemilihan titik. Sedangkan jenis terapi 7 dan 8 adalah kombinasi akupunktur dan tindakan terapi kedokteran (Kusuma dan Kiswojo, 1978 :212)

Adapun kasus- kasus yang dapat diobati dengan cara akupunktur ini antara lain : asthma bronciale, bell’s palsy (kelumpuhan saraf otot wajah yang dipersarafi saraf wajah), cervical sindrom, cholera, Colitis Ulcerativa, Diabetes Melitus, Glaucoma, Hemiplegia- hemiparese (kelumpuhan sebagian anggota gerak), Hemorrhoid, Hipertensi, yperthyroidysme, potensi, duksi partus (persalinan), insomnia (susah tidur), Ischialgia (nyeri bagian pinggang), Ketergantungan Obat, Leukorrhea, Lumbago, Malaria, Migraine, Obesitas, Rhinitis Allergica, Trigeminal Neuralgia, Tuli, Ulcus Pepticum (Kusuma dan Kiswojo, 1978 :273)


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dimana studi kasus merupakan suatu analisa fenomena sosial yang mengacu pada objek studi, seperti Individu, kelompok, komunitas, masyarakat dan institusi. Tujuan dari studi kasus adalah, untuk melihat bagaimana tindakan dan perilaku seseorang, sekelompok orang atau komunitas yang berkembang pada periode waktu tertentu. Studi kasus tepat digunakan bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why” (Yin, 1997 :1)


(33)

Peneliti menggunakan pendekatan ini dengan tujuan ingin melihat dan mengetahui bagaimana bentuk fenomena yang mempengaruhi pasien dalam memilih pengobatan tradisional khususnya pada Pengobatan Akupunktur milik Bapak Fuadi Syamputra, sehingga diperoleh kajian yang lebih maksimal secara mendalam dan spesifik.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tempat praktek pengobatan akupunktur (Bapak Puadi Syamputra yang menjadi akupunkturis), jalan Ikan kakap (turiam) senangin 1, no 7 Binjai, kecamatan Binjai Timur. Pemilihan tempat pengobatan ini sebagai lokasi, karena memenuhi Kriteria Penelitian yang akan dilakukan. Karena pengobatan tradisional pada pengobatan akupunktur milik bapak Puadi Syamputra ini menggunakan ramuan tradisional misalnya ramuan jamu tradisional, pil, pemakaian tusuk jarum dan kayu dan masih banyak lagi metode lainnya yang digunakan.

Metode yang digunakan ditempat ini menarik perhatian banyak orang. Sehingga banyak pasien yang datang untuk berobat. Bukan hanya dari daerah sekitar kediamannya saja, tetapi kebanyakan masyarakat di luar kota Binjai, juga banyak yang berkunjung untuk berobat dengan harapan dapat mengobati penyakit yang dimilikinya.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis dalam penelitian ini ialah pasien yang berobat ke tempat pengobatan ini, dan informan diambil berdasarkan aksidental yaitu tidak ada kriteria. Yang menjadi informan ialah :


(34)

a. Pasien yang berobat ke pengobatan, yaitu Individu yang pernah atau sedang mendapatkan jasa pengobatan akupunktur milik Bapak Puadi Syamputra ini dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Dalam hal ini individu tersebut sekaligus merupakan penderita suatu penyakit.

b. Pihak yang memberikan pengobatan, merupakan pelaku pengobatan tradisional.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Observasi, yaitu mengamati pasien-pasien yang datang berobat, untuk melengkapi pemahaman permasalahan penelitian. Pengamatan dilakukan di tempat praktek pengobatan akupunktur bapak Puadi Syamputra. Yaitu dengan melihat pada saat proses penyembuhan dilakukan, berikut ekspresi pasien dan penyembuh, kondisi tempat praktek penyembuhan, kondisi sosial ekonomi pasien dan fakta-fakta lain yang dirasa mendukung.

b. Wawancara, merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi (data), memperoleh keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari responden dengan berbicara langsung dengan orang tersebut. Aspek-aspek yang diwawancarai dalam penelitian ini berkaitan dengan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan


(35)

pasien dalam pengobatan tradisional khususnya pada pengobatan akupunktur Bapak Puadi Syamputra. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi guna memperoleh data primer/data pokok.

c. Studi Pustaka, menelaah literature yang membahas permasalahan seperti topik penelitian. Yaitu peneliti berusaha mendapatkan suatu landasan teori yang kuat dari berbagai literature seperti buku-buku, jurnal serta dokumen lainnya yang berhubungan langsung dengan penelitian.

3.5Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan setelah data yang di dapat, baik dalam wawancara, catatan observasi ataupun studi kepustakaan diolah terlebih dahulu. Data disusun dalam satuan yang dikategorikan, untuk kemudian kategori-kategori tersebut. dilihat kaitan satu dengan yang lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif.


(36)

3.6 Jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan dalam penelitian ini : No Rencana Kegiatan Bulan

I

Bulan II

Bulan III

Bulan IV 1. Persiapan

a. Seminar proposal b. Revisi Proposal

c. Pengurusan ijin dan adm penelitian

2. Operasional penelitian a. Pengumpulan data b. Interpretasi Data 3. Penyusunan laporan

penelitian

a. Analisa data

b. Penyusunan laporan penelitian

c. Perbaikan hasil laporan penelitian


(37)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah terbatasnya waktu yang dimiliki informan untuk melakukan wawancara, hal ini disebabkan sedikitnya waktu untuk berbincang-bincang dengan informan sehingga mengakibatkan sedikitnya waktu yang dimiliki oleh peneliti ketika mengadakan proses wawancara.

Namun penelitian ini berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik dan saling pengertian dari pihak akupunkturis dan pasien.

Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari informan, serta infomasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.


(38)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Melalui pengamatan yang dilakukan pada praktek pengobatan akupunktur milik bapak Puadi syamputra terdapat papan pengumuman sebagai tanda pengenal ataupun sebagai media publikasi bagi masyarakat. Pada praktek milik Bapak Puad ini terlihat sangat professional, karena penyembuh jenis ini menjadikan kegiatan penyembuhan sebagai pekerjaan utama.

Praktek milik bapak Puadi syamputra ini terletak di tengah kota. Ruang pengobatannya hampir sama dengan ruang praktek dokter.Yang bertempat sebagai rumah tinggal bapak Puad dan keluarga. Diruang praktek bapak Puad ini terdapat sepuluh kamar rawat. Pada dasarnya media publikasi yang utama adalah informasi dari mulut ke mulut namun bapak Puadi syamputra juga memakai papan nama, kartu nama berisi


(39)

ketrerangan pengobatan akupunktur serta tertulis telah terdaftar Depkes No. KP.01.01.982.

Pada awalnya penyembuhan ini yaitu pengobatan akupunktur ini sangat lambat berkembang penggunaannya hanya sebatas konsumsi etnis Cina. Namun sekarang masyarakat diluar etnis cina sudah memanfaatkan jasa pengobatan ini. Contohnya saja bapak Puadi Syamputra ini orang Aceh tetapi ia tertarik untuk menekuni pengobatan akupunktur ini.

Masyarakat Kota Binjai pada khususnya yang banyak berobat ke pengobatan akupunkturnya sudah menerima dan menganggap sistem pengobatan tradisional Cina ini menjadi bagian dari sistem kesehatan umum. Hal itu oleh publikasi yang cukup besar dalam bentuk buku, ceramah-ceramah, maupun media-media informasi masal.

4.2. Profil Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 2.

No Informan Usia Penyakit yang di derita

1. Benyamin Sitepu, SH 55 tahun Penglihatan kabur

2. Suriani 46 tahun Benjolan di payudara

3. Pasti Sinulingga 54 tahun Asam urat

4. Abdurrahman 63 tahun Tangan kebas- kebas

5. Hashari husaini 40 tahun Diabetes

6. Sri Yani 42tahun Darah tinggi

7. Ariananda S.sos 40 tahun Darah tinggi

8. Meysyah 49 tahun Mata


(40)

Ibu Ani 46 tahun, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan ibu rumah tangga. Berdomisili di Rambung Binjai Timur. Ibu Ani adalah seorang Ibu rumah tangga yang mempunyai 3 orang anak. Dalam hal berobat ia selalu berobat ke klinik atau Rumah sakit yang telah ditetapkan oleh jamsostek yang didapat dari pekerjaan suami. Sakit demam, batuk dan flu biasa yang diderita anaknya selalu dibawa keklinik Jamsostek yang telah ditetapkan.

Namun belakangan ini ia menderita penyakit berupa adanya benjolan yang diderita pada payudaranya. Kemudian informan ke klinik Jamsostek. Kemudian ia dirujuk oleh dokter setempat ke rumah sakit rujukan, biaya tidak dikeluarkan sediktpun karena perusahaan jamsostek yang menanggulanginya.

Di Rumah sakit tersebut dokter mengatakan bahwa benjolan di payudara Ibu Ani tersebut adalah suatu masa yang bersifat jinak, dan tidak dikhawatirkan adanya penyebaran sebagaimana sifat kanker ganas payudara pada umumnya. Dokter menyarankan therapi buat ibu Ani berupa pengangkatan dengan cara pembedahan. Pembedahan ini biasa dan biasanya tidak kambuh lagi, ucap dokter yang bertugas.

Informan adalah seorang yang sangat penakut, pencemas mendengar kata bedah, walaupun ringan namun jangankan dibedah dengan pisau, dengan jarum suntik saja informan takut. Jadi Ibu Ani mengatakan pada dokter, bahwa ia akan berpikir-pikir dulu dan berdiskusi dengan sang suami. Dokter pun kembali menjelaskan bahwa Ibu Ani tidak Usah takut atau cemas yang berlebihan , karena sifat dari masa di payudaranya adalah jinak dan pembedahannya hanya beberapa centimeter saja. Kemudian juga menggunakan pembiusan (anastesi) sehingga tidak terasa sakit, paling-paling hanya sedikit sakit seperti dijarum, biasa ketika dilakukan pembiusan, tambah dokter.


(41)

Informan pun berunding dengan suaminya, dan suaminya pun mendukung untuk dibedah oleh dokter yang bersangkutan dan memberikan motivasi juga. Namun dasarnya informan seorang yang penakut, ia tidak berani menjalani pengobatan dengan dibedah. Belum lagi tetangga sesama Ibu rumah tangga lain yang menakut-nakuti informan kalau dibedah itu mengerikan, yang bercerita tentang kerabat yang dioperasi kemudian tiba tiba meniggal atau apa saja, yang membuat rasa takut informan semakin menjadi-jadi. Dengan pendidikan para tetangga informan yang tidak terlalu tinggi setara dengan informan, bahkan ada yang hanya tingkat SLTP bahkan SD sehingga pengetahuan-pengetahuan medis pun sedikit, dan hanya menilai sisi negatifnya sajadaripengobatan medis.tanpa mengetahui sebab akibat tentang kegagalan pengobatan medis atau komplikasi lain daripenyakit yang membuat orang tiba-tiba bisa meninggal.

Akhirnya informan benar-benar tidak mau memutuskan untuk dilakukan pembedahan, tetapi informan juga beranggapan tidak mungkin benjolan dipayudaranya dibiar-biarkan begitu saja, penyakit yang diderita informan bisa membuatnya stres. Informan pun memikirkan tentang pengobatan alternatif lain yang mungkin bisa menyembuhkan/menghilangkan benjolan pada payudaranya tanpa harus dibedah. Dan pada suatu hari ada rekan suami informan yang menyarankan untuk berobat alternatif yaitu dengan cara akupunktur. Dan ternyata ketakutan informan dengan penyakit yang dideritanya sangat besar sekali, karena teknik pengobatan akupunktur, yang sepengetahuan informan memakai jarum-jarum, bahkan dengan jumlah jarum yang tidak sedikit pula. Tetapi dengan dorongan sang suami, informan disarankan untuk datang dahulu dan sedikit banyaknya berkonsultasi agar informasinya lebih jelas.


(42)

Dan akhirnya informan datang ke pengobatan akupunktur milik bapak puadi syamputra pada saat dilakukan pemeriksaan, akupunkturis berkata pada informan akan dilakukan penusukan dengan jarum-jarum khusus ditambah dengan ramuan yang diracik.rasa takut yang dialami informan berbeda dengan mendengar kata pembedahan. Ditambah dengan motivasi dari sang suami serta akupunkturis banyak menambah keberanian informan. informan juga melihat pasien-pasien lain pada saat diterapi dengan jarum tidak merasa kesakitan.

Segala sesuatunya harus dicoba yang namanya sakit harus di obati, yang namanya sakit tidak ada yang enak, bahkan obat tablet sekalipun terasa pahit harus diminum untuk kesembuhan. Semangat dan kepercayaan informanlah yang menguatkan terapi itu berjalan lancar. Seperti pada ungkapan informan dengan beberapa kali kesana dengan mengalami terapi dan minum obat, benjolan di payudaranya pun semakin berkurang.

Informan II

Abdurrahman, berumur 63 tahun, berdomisili di Tandam Hulu, Binjai Utara. Seorang bapak mempunyai 4 orang anak dan 5 orang cucu dan sebagai pensiunan pertamina. Semulanya informan tidak pernah berobat pada pengobatan tradisional baik akupunktur atau sejenisnya, apalagi dukun. Tetapi hal itu berawal dari sakit yang diderita cucu informan, 1 tahun yang lalu cucu informan sakit amandel yang biasanya kumat-kumatan, cucu informan biasanya dibawa kerumah sakit yang tidak jauh dari kediamannya.

Dokter mengatakan kepada informan bahwa amandel ini sifatnya kumat-kumatan, bisa disebabkan dari makanan serta kondisi fisik. Jadi obat yang diberikan hanya bersifat sementara. Kemudian dokter mengatakan penuntasan masalahnya ada


(43)

dengan teknik pembedahan. Sebenarnya amandel ini bisa diobati dan dicegah dengan pola hidup makan yang baik serta meningkatkan kondisi fisik dan daya tahan tubuh. Ungkap dokter pada informan pada saat itu.

Tapi yang namanya anak-anak, pola makan atau minum yang bebas amandelnya sering kumat. Pada suatu hari amandel cucu informan kumat disertai panas tinggi yang dideritanya. informan pun berniat membawanya ke dokter yang biasa ia kunjungi. Tapi berhubung hari itu adalah hari libur, jadi praktek dokter tersebut tutup. Dan ia berusaha mencari tempat pengobatan lain. Dan ketika itu informan mendapatkan praktek akupunktur yang belum pernah saya datangi sebelumnya untuk berobat. Yang namanya pertama berobat rasa cemas dan khawatir pun sedikit banyak timbul. Apa dengan cara ini sakit amandel cucu bapak Abdurrahman akan hilang. Yang informan heran setelah diterapi dengan dicucuk-cucuk dengan jarum kog bisa hilang. Dan cucu informan pun kelihatannya sudah mendingan. Kemudian informan di anjurkan untuk melanjutkan tersebut beberapa kali lagi oleh akupunkturis. Bapak abdurrahman dapat melihat sendiri dan sedikit heran, karna amandel cucunya tidak kumat-kumat lagi dalam 1 tahun terakhir ini. Dia beranggapan karena akupunkturnya atau berhubung usia cucu nya yang beranjak besar sehingga sudah mulai mengerti tentang makanan-makanan serta minuman apa yang bisa membuat kumat. Tetapi itu tidak membuatnya pusing yang terpenting sakit amandel cucunya tidak kumat lagi dengan beberapa kali terapi.

Setelah informan tidak pernah berobat lagi, sekarang giliran bapak Abdurrahman yang terserang penyakit yaitu nyeri didaerah perut informan serta tangan nya terasa kaku, disertai ada rasa mual diperut nya. Ini adalah kedua kali informan datang ke pengobatan akupunktur milik bapak puadi syamputra, informan masih ragu dan penasaran apa


(44)

mungkin penyakit yang dialami informan bisa sembuh. Dan bapak Abdurrahman ingin membuktikan sekali lagi tentang pengobatan unik ini, dan kali ini informan belum ke dokter atau berobat medis. Sengaja ia lakukan karena keingintahuan nya yang cukup besar, tentunya dengan harapan kesembuhan pula.

Informan III

Meysyiah, 49 tahun, berdomisili di Km.19 Binjai Timur, pendidikan terakhir SLTP. Dia seorang pedagang sayur yang sudah lama berjualan di pajak, yang namanya orang berdagang dia berangkat dari rumah mulai dari pagi dan diantar oleh becak motor langganannya. Bertahun – tahun sudah pekerjaan ini ia jalani. Mengingat tidak ada lagi pekerjaan yang bisa ia lakukan, apalagi zaman sekarang ini susah mencari pekerjaan.

Tapi yang namanya kegiatan rutin setiap pagi yang naik becak motor yang khas dengan suara keras serta angin yang kencang dan dingin di pagi hari pun harus dijalani. Tapi belakangan ini mata nya sering berair. Informan beranggapan gejala mata biasa aja, tapi semakin hari bukan hanya berair, pandangan mata informan pun mulai mengabur disertai telinganya yang sering berdengung. Informan merasa ini harus segera diatasi, dia takut seumpamanya akan semakin buruk bila dibiar – biarkan begitu saja.

Seperti biasa di pagi hari di antar oleh becak motor langganan dengan mata kabur dan telinga yang berdengung informan memalaskan diri untuk tetap berjualan di pajak, tapi telinganya samakin berdengung ketika becak itu kencang dan menggeber-geber becaknya. Informan pun spontan berteriak mengatakan ” bang pelan sedikit kuping saya sakit nih!”. laju becak pun dikurangi dan pengendara becak bertanya kepada informan mengapa bu?.


(45)

Informan pun akhirnya menceritakan semuanya tentang penyakit informan dan pengendara becak motor itu pun menyarankan agar informan mencoba untuk berobat di pengobatan akupuntur. ” nanti saya antarkan ibu dan soal biayanya pun tidak banyak” kata pengendara becak.

Karena tidak tahan lagi akhirnya informan pun memutuskan untuk pergi dan mencoba berobat ke pengobatan akupuntur yang diceritakan oleh pengendara becak langganan informan.

Setelah informan datang dan berobat ke pengobatan akupuntur disini, mata informan sudah agak lumayan mendingan, perlahan-lahan kaburnya mulai berkurang dan soal biayanya juga terjangkau oleh kalangan ekonomi menengah kebawah. Ini kali ketiga informan datang ke tempat pengobatan akupuntur ini dan kali ini informan datang untuk mengobati telinganya yang terkadang masih berdengung setelah dua kali berobat disini kalau mata informan sudah agak mendingan.

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.1. Dasar pengetahuan pengobatan akupunktur

Pada umumnya seseorang yang merasa menderita suatu penyakitt (illness) sudah pasti mencari-cari sumber pengobatan. Sumber-sumber pengobatan yang dipilihnya merupakan sistem pengobatan yang memiliki kesesuaian dan tidak bertentangan dengan kepercayaannya.

Pemilihan suatu sistem pengobatan dipengaruhi oleh pemahaman maupun pengetahuan tentang penyakit untuk selanjutnya menentukan sistem pengobatan apa yang akan dipilihnya. Jadi, seseorang yang memiliki pemahaman yang rasional tentang


(46)

penyakit akan memilih sistem diagnosa dan terapi yang dapat diterima akal dan tidak bertentangan dengan pandangan rasionalnya tentang dunia.

Etiologi penyakit merupakan pandangan yang dimiliki seseorang, kelompok sosial maupun masyarakat tentang penyebab penyakit maupun tindakan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi penyakit.

Pandangan ataupun pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Pandangan yang dikemukakan oleh informan kunci yaitu bapak Puadi Syamputra yang berprofesi sebagai akupunkturis, kegagalan sistem pengobatan modern merupakan akibat pandangan parsial (sebagian-sebagian) tentang tubuh manusia.

4.3.2. Teknik pengobatan Akupunktur Puady Syamputra

Melalui data yang didapat dari tiap-tiap informan, salah satu penyebab munculnya keinginan untuk memanfaatkan pengobatan alternatif adalah diakibatkan oleh pengalaman negatif pada sistem pengobatan modern, serta tidak sabarnya pasien dalam masa pengobatan. Rata-rata informan menjelaskan bahwa setelah mereka dinyatakan menderita penyakit dari pemeriksaan laboraturium, maka langkah pertama yang mereka kunjungi adalah dokter ataupun paramedis yang ada dirumah sakit. Itu merupakan hal yang wajar sebab mereka sanggup membiayai pengobatan medis yang mahal dan juga tidak bertentatangan dengan pengetahuan mereka tentang penyakit.

Namun dari kunjungan pengobatan yang dilakukan ternyata banyak yang tidak memuaskan mereka. Banyak penyakit yang mereka derita tidak menunjukkan kesembuhan maupun perubahan yang lebih baik sesuai yang diinginkan. Banyak dokter maupun paramedis yang ada ternyata tidak dapat berbuat banyak dengan penyakit yang ada di masyarakat.


(47)

Pengalaman negatif dengan system pengobatan medis kedokteran ini sangat berpengaruh terhadap tindakan selanjutnya yang akan diambil oleh seorang pasien. Bagaimanapun juga seseorang yang yang menderita penyakit berusaha memperoleh kesembuhan melalui kunjungannya ke dokter. Tetapi jika dokter tidak dapat memberi kesembuhan maka hal itu membuka kemungkinan seorang pasien untuk menghentikan pencarian pengobatan (discontinuity)

Peran seorang penyembuh bukan semata-mata sebagai orang yang bertugas memeriksa dengan peralatan-peralatan tertentu dan kemudian memberikan terapi

penyembuhan. Apa yang dilakukan seorang penyembuh ketika berhadapan dengan pasien sangat penting. Apabila peran yang ditunjukaan tidak menyenangkan atau terlalu kaku. Seorang penyembuh, seorang akupunkturis yaitu bapak Puadi Syamputra di tempat prakteknya dan juga tempat kediamannya, Ia mengatakan :

“Saya mendapatkan ilmu ini dari Pendidikan diklumas di Banda Aceh, kebetulan saya orang Aceh, untuk memperdalam akupunktur ini saya belajar sendiri, dengan banyak membaca buku-buku tentang ilmu Akupunktur, sudah 13 tahun saya menekuni pengobatan akupunktur ini, saya tidak pernah mempromosikan pengobatan akupunktur ini ke orang-orang, orang-orang tahu pengobatan akupunktur ini dari mulut ke mulut.”

(Wawancara, 12 Agustus 2007)

Bapak Puadi Syamputra ini adalah seorang akupunkturis, yang berusia 35 tahun. yang akan saya teliti pengobatan akupunkturnya.Yang telah lama menekuni karirnya di dunia akupunktur, kurang lebih sekitar 13 tahunan, diawali dengan ketertarikannnya melihat teknik penyembuhannya yang unik ini. Kemudian dia dikenali oleh ahli akupunktur, bertukar pikiran sampai akhirnya ia ikut pendidikan diklumas, yang setingkat dengan kursus, setelah itu saya ikut ujian HIPTRI (Himpunan ilmu akupunktur Indonesia) dengan hasil baik. Kemudian, Bapak Puadi syamputra ini mulai belajar secara


(48)

otodidak dari buku dan ditambah dengan bertukar pikiran dan ilmu tentunya dengan akupunkturis lainnya.

Teknik pengobatan Cina ini mulai diterapkan terhadap keluarga dan pasiennya, tanpa melalui promosi dari iklan atau media lainnya, hanya dari mulut ke mulut, melalui pasien yang berobat dan warga sekitar. Bapak yang kerap kali dipanggil pak Puad ini telah memiliki banyak pasien, baik yang sudah mencoba berobat ke medis maupun belum. Lama penyembuhan biasanya tergantung pada berat ringannya suatu penyakit.

Pengobatan medis sejalan dengan pengobatan akupunktur, dilhat dari cara perawatan, pengobatan yang menahun, seperti diabetes mellitus, darah tinggi. Dalam pengobatan akupunktur ini penyakit yang sulit di obati yaitu penyakit kanker. Lama penyembuhan biasanya tergantung pada berat ringannya suatu penyakit. Pada pengobatan akupunktur ini ia menjelaskan :

“Pada terapi pengobatan akupunktur saya ini, pengobatan ini tidak memiliki efek samping karna cara kerja dan khasiatnya “MAREM“ yaitu mudah, aman, rasional, efektif dan murah. Masalah biaya pengobatan telah ditetapkan. Dan obat yang saya berikan ke pasien, saya racik sendiri. Untuk melihat kelebihan dari pengobatan akupunktur ini yaitu lebih aman, tidak berbahan kimia, kemudian secara psikis pasien lebih tenang. Jika ada kelebihan tentunya ada kekurangan, kekurangan dari pengobatan akupunktur ini terjadi kesulitan jika pasien yang takut jarum”

(Wawancara, 12 Agustus 2007)

Terlihat dari ungkapan tersebut bahwa cara pengobatan akupunktur yang mudah, aman, rasional, efektif dan murah, serta tidak mempunyai efek samping menjadi ketertarikan banyak pasien berobat ke pengobatan bapak Puad ini.

Dalam Teknik penyembuhan, penyembuhannya biasa-biasa saja, dalam pemaparan bapak Puad. Teknik penyembuhannya mengikuti standar terapi akupunktur, dalam


(49)

kriteria penyembuhannya, lamanya jarum dicucuk selama 30 menit, bertujuan untuk mengatur seluruh peredaran darah dengan baik, dari sentral titik tubuh yang yang menyeimbangkan sistem peredaran darah pada tubuh kita. Setiap titik yang dicucuk akan menetralisirkan peredaran darah dengan baik. Tetapi itusemua bukan berarti jarum dibubuhi obat melalui jarum 0.25 x 25, yang dapat menyembuhkan adalah tubuh itu sendiri. Dalam terapi pasien tidak boleh marah, karna sangat mempengaruhi pengobatan.

Manusia bukan hanya terdiri atas tubuh semata, namun hasil

penggabungan antar tubuh, jiwa dan lingkungan sosial. Untuk itu penyembuhan harus mengaitkan ketiga elemen tersebut. Jika terjadi kekurangan salah satu elemen tersebut dalam terapi maupun pengobatan akan mengakibatkan ketimpangan dalam

penyembuhan. Seperti yang diungkapkan oleh informan kunci yaitu pengobatan Cina semua kondisi diperhatikan, seluruh kondisi seperti badan, jiwa dan di luar badan penting, sakit bukan karena kondisi badan saja, tetapi aspek Sosiologis maupun psikologis mempengaruhi. Kalau orang yang batinnya tertekan, mungkin akibat permasalahan keluarga maka kemungkinan akan terjadi penyakit

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa timbulnya suatu penyakit adalah disebabkan oleh salah satu atau tiga elemen tersebut yang membuat ketidakseimbangan di dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut dapat berbentuk tidak lancarnya aliran darah dalam tubuh atau kerusakan syaraf. Untuk itu penyembuhan bukan hanya menyangkut terapi fisik saja namun juga terapi sosial. Metode yang digunakannya sendiri cukup banyak. Akupunkturis tersebut mengutamakan komunikasi dalam penyembuhannya. Komunikasi yang dilakukannya penting. Sebab dengan begitu ia jadi tahu tentang latar belakang penyakit yang muncul. Melalui komunikasi ia melakukan sugesti kepada pasien. Penyembuhan yang baik bukan hanya berkaitan dengan fisik , namun juga psikis, artinya penyebab suatu penyakit dimungkinkan berkaitan dengan orang orang yang dekat dengannya. Dalam hal ini orang-orang disekitar dapat menjadi pendorong maupun penyebab penyakit.


(50)

Salah satu teknik yang dilakukan bapak Puady ini pada pengobatan akupunkturnya, melalui komunikasi antar pasien dan penyembuh akan tercipta hubungan akrab, pasien yang memiliki masalah diluar sekedar gangguan fisik memerlukan penyembuhan dari gangguan yang bersifat sosial maupun kejiwaan. Komunikasi bukan hanya berguna untukmemberikan informasi tentang penyakit, namun lebih luas dari pada itu, seperti dibawah ini terjadi komunikasi antara penyembuh dan pasien terkesan sangat akrab,oleh Ibu Rini, 37 tahun :

”Kaki saya terasa denyut, saya takut dengan penyakit ini, benar-benar jadi beban pikiran buat saya, setiap bangun Pagi kaki saya terasa sakit, selama dua kali saya kemari, gelisahku agak berkurang”

(Wawancara, 12 Agustus 2007)

Ungkapan diatas tersebut adalah komunikasi antara penyembuh dengan pasien, yang terkesan akrab dengan akupunkturis. Keluhan-keluhan yang disampaikan seorang pasien jika ditanggapi ataupun didengar sangat berpengaruh, sebab dengan demikian seseorang merasa dihargai, apalagi komunikasi yang terjadi dibarengi dengan humor-humor yang membawa keceriaan pada pasien.

Menurut pandangan beberapa pasiennya, teknik penyembuhan bapak Puadi syamputra ini tergolong unik, karena ia tidak sekedar mengobati, tetapimelakukan konsultasi tentang masalah-masalah pribadi dan masalah keluarga. Walaupun konsultasi secara singkat namun sangat berarti bagi pasien dan membuka kemungkinan untuk mengunjungi penyembuh pada waktu yang akan datang. Ungkapannya berikut ini menegaskan pandangan diatas :

”Sebelum saya beri obat, biasanya saya ngomong-ngomong dulu, saya beri pengertian dulu tentang penyebab penyakitnya, kadang-kadang tentang hal-hal yang lucu, misalnya dengan kebiasaan jeleknya, saya bisa tahu”


(51)

(Wawancara, 12 Agustus 2007)

Jadi sebenarnya berbicara ataupun berkomunikasi dengan pasien bukan sekedar sebuah cara untuk mendiagnosa penyakit. Namun seperti yang dilakukan penyembuh yang berasal dari Aceh ini adalah lebih dari itu. Sebuah komunikasi dua arah penting dilakukan sebagai upaya pendidikan. Pasien juga diberi pengertian tentang pengobatan akupunktur. Mengapa penyakit tersebut muncul, maupun cara penanganannya sebelum melakukan pengobatan, biasanya ia berusaha mengenal pasien lebih mendalam. Karena menurutnya dengan mengenal secara mendalam, seorang pasien penyembuhan akan terbantu.

4.3.3 Faktor Pendorong (Pasien berobat ke pengobatan akupunktur Pak Puad)

Salah satu unsur yang mempengaruhi seseorang mengambil tindakan untuk memperoleh kesehatan adalah unsur pandangan individu tentangnya beratnya penyakit yang dideritanya (perceived seiousness).


(52)

Semakin tinggi kesulitan dan resiko yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh suatu penyakit (perceived threats (Sarwono,1997,67). Semakin besarnya ancaman akan mempengaruhi besarnya kemungkinan seseorang akan mengambil tindakan pengobatan.

Dari keterangan bagan pada pengambilan keputusan masyarakat dalam berobat terdapat beberapa gejala-gejala sakit yang diderita informan, ada beberapa langkah-langkah informan dalam pengambilan keputusan untuk berobat ke pengobatan akupunktur milik bapak Puad ini. Terdapat pengalaman-pengalaman berobat informan untuk kesembuhan penyakitnya. Jika kita terserang suatu penyakit yang pertama kali di ingat untuk mengobati penyakit kita adalah dokter, perawat, atau petugas kesehatan.


(53)

Kemudian sebagian informan datang untuk periksa ke medis, dan kemudian pun penyakit diketahui, setelah penyakit pun diketahui ada beberapa informan langsung datang untuk ke pengobatan alternatif lain yang di percaya yaitu pengobatan akupunktur. Dan ada juga sebagian informan tetap menjalankan pengobatan medisnya. Setelah dirasakan penyakit tidak kunjung sembuh kemudian informan mengambil keputusan untuk ingin coba-coba ke pengobatan alternatif lain untuk kesembuhan penyakitnya. Adanya faktor pasrah dalam diri informan atas penyakit yang dideritanya, karena merasa putus asa dengan pengobatan medis yang penyakitnya tidak kunjung sembuh. Dan pilihan informan dalam mengambil keputusan dalam pengobatan dengan alternatif lain yaitu dengan pengobatan akupunktur. Dan ada juga pengobatan medis yang bekerja sama dengan pengobatan alternatif lain yaitu pengobatan akupunktur.setelah berobat ke pengobatan medis kemudian dirujuk ke pengobatan akupunktur pihak pengobatan medis itu sendiri. Tetapi pada penelitian disini pengobatan akupunktur ini berdiri sendiri, tidak ada hubungan kerjasama denga pengobatn medis manapun. Namun Penderita yang takut jarum, takut nyeri maka akupunktur kurang diminati walaupun sesungguhnya nyeri pada penusukan akupunktur tidaklah sehebat nyeri jarum suntik (Perjuangan, Kamis 1 Nopember 2007:12)

Latar belakang seseorang pada pengobatan akupunktur ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mendorong seseorang yang sedang sakit sehingga menggunakan pengobatan alternative yaitu pengobatan akupunktur diakibatkan oleh banyak hal.


(54)

Proses pertama yang dilakukan dalam perilaku sakit adalah melihat gejala (symptom) dan tanda (sign) sebagai suatu permasalahan. Kemudian menginterpretasikan apakah permasalahan tersebut patut mendapatkan penanganan atau tidak (Muzaham, 1995, 100).

Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk ke pengobatan alternatif, faktor lingkungan, keluarga, tetangga berfungsi sebagai pemberi masukan dan nasehat tentang apa yang dilakukan. dalam faktor lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya dalam pemilihan pengobatan.

Keluarga inti (Nuclear family) yang terdiri dari ayah, Ibu dan anak, mengambil peran yang vital, sebab merekalah yang paling dekat jika ada anggota keluarga yang sakit. Dalam hal ini kedekatan seorang anggota keluarga yang sakit dengan anggota keluarga yang lain menentukan sikap pengambilan keputusan. Hubungan sosial yang dekat dengan sesama anggota keluarga akan membawa pengaruh besar tentang tindakan apa yang akan dilakukan. Seorang informan yang bekerja sebagai pegawai Negeri Sipil Binjai termasuk orang yang supel dan dekat dengan keluarga. Hubungannya selama ini tidak ada masalah dengan anggota keluarga yang lain, walaupun berjiwa tegar dalam menghadapi masalah.

Namun dari data yang dikumpulkan, pengaruh keluarga ternyata tidak begitu besar dalam penentuan tindakan pengobatan. Dalam hal ini nasehat dan pandangan keluarga tidak mutlak. Yang paling menentukan adalah diri sendiri. Pemahaman dan interpretasi individu terhadap kondisi tubuh merupakan hal yang dominant, sedangkan nasehat keluarga inti kurang dijadikan pertimbangan. Hal ini ditunjukkan oleh seorang informan lain.


(55)

“Saya tahu penyakit saya diakibatkan karena dulu saya bekerja sangat berat. Saya yang tahu kondisi tubuh saya. Jadi obat apa yang saya pilih, apakah ke dokter atau ke tempat lain saya yang menentukan. Saya punya pertimbangan sendiri. Anakdan istri saya hanya membantu dan membuat suasana keluarga menjadi tenang”(Wawancara, 20 Agustus 2007)

Seseorang yang memiliki sifat pribadi yang tegar dan mandiri memiliki kecenderungan menentukan sendiri pengobatan apa yang dilakukan. dalam hal ini pilihannya untuk mengunjungi pengobatan akupunktur bapak Puadi Syamputra merupakan keputusan pribadi.

Keluarga juga sering menjadi tidak berfungsi sama sekali dalam pengambilan keputusan pengobatan. Jika penyakit yang diderita tergolong ringan, peran keluarga boleh dikatakan tidak ada. Penyakit ringan dianggap tidak mengganggu.

Pihak teman, rekan sekerja,maupun kerabat keluarga besar (extended family) merupakan pihak yang dimintai nasehat. Nasehat dari orang lain, khususnya yang masuk kedalam sistem rujuka awal yaitu lingkungan (keluarga, kerabat, teman rekan kerja) adalah penting. Sebab setiap orang ataupun kelompok sosial memilki pengalaman maupun pemahaman yang berbeda tentang penyakit maupun pengobatan.

Lingkungan sangat berpengaruh dijadikan masukan untuk melakukan tindakan kunjungan pada pengobatan yang dipilih. Kedekatan didalam lingkungan kerja juga membantu perolehan informasi tentang pengobatan. Pengalaman-pengalaman yang dialami rekan kerja sangat membantu untuk memperoleh informasi tentang adanya pengobatan yang bagus, aman, efektif, murah, manjur. Setelah mendapatkan informasi tersebut informan memang tidak langsung mengunjungi pengobatan tersebut, namun menjadikannya salah satu alternatif tindakan.


(56)

“Saya kalau sakit sering mengeluh didepan teman-teman saya dikantor, dikaki saya sering terasa kebas-kebas,denyut, lalu saya disuruh mengunjungi pengobatan akupunktur pak Puad di Turiam, katanya manjur dan mereka ada yang pergi kesana”

(Wawancara, 20 Agustus 2007)

Para rekan-rekan kerja di kantor tampak sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Apalagi bagiorang-orang yang banyakmenghabiskan waktunya bekerja dan berinteraksi dengan kawan-kawan kerja maupun orang-orang lain yang berhubungan dengan pekerjaannya. Informasi dari rekan sekerja bukan hanya sekedar berguna sebagaimasukan semata. Tapi yang terjadi adalah proses pembenaran tindakan. Walaupun seseorang sebelumnya menganggap pengobatan alternatif bertentangan dengan pengetahuannya namun jika ternyata telah dilakukan oleh rekan kerjanya yang berstatus sama dapat melunturkan pandangannya tersebut. Dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh orang lain yang dipandang memiliki kesamaan pengetahuan dan pemahaman akan penyakit sangat mempengaruhi bagi seseorang untuk melakukan hal yang sama, walaupun sebenarya bertentangan tapi lama-kelamaan terjadi pembenaran. Seorang informan mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut.

”Saya pergi ke pengobatan akupunktur itu karena dapat informasi dari kawan-kawan. Banyak rekan-rekan yang sudah kesana dan hasilnya bagus. Sebelumnya saya belum pernah ke tempat seperti itu, apalagi yang namanya akupunktur. Tapi karena banyak rekan-rekanyang pergi kesana ya, saya juga. Lagi pula pengobatannya tidak bertentangan dengan pengetahuan saya” (Wawancara, 20 Agustus 2007)

Dua dari delapan informan yang saya temui mengatakan faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam penentuan pengambilan keputusan dalam pengobatan.


(57)

Bahwa saat ini biaya kedokteran modern dirasa terlalu mahal. Kemajuan ilmu kedokteran dengan semakin banyaknya penemuan-penemuan sebagai hasil percobaan dalam laboraturium sehingga mengakibatkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh mereka yang memerlukan kesembuhan pada pengobatan medis meningkat terus.

Kebanyakan informan menyebutkan alasan keuangan sebagai alasan yang penting sekali dalam pemilihan pengobatan tertentu. Memang sifat murah adalah sifat yang berpengaruh khusunya untuk masyarakat yang ada sebagian besar dari tingkatan keuangan yang agak rendah.

Satu alasan mengapa pengobatan alternatif murah, sering dikatakan sebagai alasan alami. Ada banyak pengobatan alternatif/tradisional yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan dari pada kimia, maka tersedianya bahan-bahannya bisa lebih mudah didapat di mana saja. Karena itu harganya lebih murah dari pada obat kimia yang hanya bisa didapat dari apotik. Memang ada banyak iklan-iklan di majalah dan di surat kabar yang mempromosikan jenis-jenis pengobatan tradisional sebagai ‘cepat’ dan ‘murah’. Karena itu, hal kemurahan menjadi hal yang terkait dengan pengobatan alternatif. Untuk responden yang tidak pernah mencoba pengobatan alternatif dia masih menganggap hal ini sebagai sifat utama pengobatan alternatif.

Kalau jenis pengobatan alternatif jadi murah, barangkali ada sebagian besar masyarakat yang tergolong keuangan rendah dan bergantung pada jenis pengobatan ini. Lebih singkat, ada kalangan tertentu yang tertarik jenis pengobatan ini karena tidak ada pilihan lain. Walaupun ada kecenderungan biaya pengobatan ini murah seperti sepuluh ribu rupiah, jumlah biaya tidak sama untuk semua pasien. Sistem biaya ini dinamakan ‘sukarela’ dan jumlah biayanya terserah pasien tertentu. Biasanya seseorang dari


(58)

golongan keuangan yang agak tinggi membayar lebih banyak dari pada orang dari golongan keuangan yang kurang tinggi. Meskipun begitu, pilihan ini masih menurut kebijaksanaan pasien itu sendiri.

Jika proses penyembuhan dengan satu jenis pengobatan lebih cepat dari pada jenis pengobatan lain kemudian ada kecenderungan jumlah biaya total lebih rendah juga. Dari data yang telah dikumpulkan, terdapat standar harga di meja Akupunkturis.

- Kolesterol = Rp 20.000 Periksa Darah

- Asam Urat = Rp 15.000 -Gula Darah = Rp 10.000 - Trygilysida = Rp 20.000

Terlihat dari daftar harga diatas pengobatan akupunktur milik bapak Puad telah ditetapkan, seorang informan mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut.

“Biaya pada pengobatan ini telah ditetapkan. Saya sudah dua kali datang kemari, pada waktu datang pertama biaya ditetapkan Rp. 25.000, pada waktu datang yang kedua kali, biaya Rp.20.000, biaya tidak memberatkan, tetapi jauhnya rumah saya yang memberatkan”

(Wawancara, 20 Agustus 2007)

Terlihat dari ungkapan tersebut standar biaya pengobatan yang telah ditetapkan tidak memberatkan baginya, seorang informan yang menderita mata tidak dapat melihat, yang bertempat tinggal di Bukit lawang. Untuk mengunjungi ke pengobatan bapak Puad ini setiap kali tidak mengeluarkan biaya yang cukup sedikit, itu semua demi kesembuhan


(59)

penyakit yang dideritanya. Satu dari informan yang peneliti temui faktor ekonomi juga sangat mempengaruhi informan dalam mengambil keputusan tindakan pengobatan.

4.3.3.3 Faktor Sosial

Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama mengalami pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit.

Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan.

Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam

interaksi sosial. Kenyamanan yang diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak perlu diamputasi atau digips. Lima dari informan yang peneliti temui faktor sosial yang banyak mempengaruhi informan dalam pengambilan keputusan ke pengobatan alternatif akupunktur milik bapak Puad. Semua dikarenakan faktor pasrah pada pengalaman-pengalaman informan dalm tindakan pengobatan.


(1)

Walaupun ada kepercayaan umum bahwa kesehatan bersifat rohani dan jasmani, masih ada yang belum yakin pengobatan yang memakai pengaruh yang tidak nampak. Pada pihak yang lain orang yang yakin, berpikir bahwa resiko pengobatan alternatif kurang setinggi pengobatan modern karena berdasarkan bahan-bahan alami dari pada kimia. Karena itu kemungkinan efek samping dikurangi.

Lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Pengobatan modern dengan alternatif (akupunktur) bukan lagi sesuatu yang asing dikalangan masyarakat sekarang ini. Jenis penyakit dan lamanya penyakit yang diderita membuat pengobatan akupunktur ini banyak diminati. Karena pengobatan ini langsung berinteraksi ke sumber penyakit juga memberi kenyamanan pada tubuh si penderita, karena pengobatan akupunktur ini dapat menyeimbangi memperlancar sistem peredaran darah pada tubuh.


(2)

5.2. Saran

1. Pengambilan keputusan pasien pada pengobatan tradisional merupakan hak seseorang atau sekelompok orang untuk menetapkan pilihannya, misalnya pilihan pasien pada pengobatan Akupunktur ini. Jadi perlu diperhitungkan juga akibatnya dari pengambilan keputusan ini.

2. Orang- orang disekitar dapat menjadi pendorong maupun penyebab penyakit. Karena penyembuhan yang baik bukan hanya berkaitan dengan fisik , namun juga psikis, jadi penyebab suatu penyakit dimungkinkan berkaitan dengan orang orang yang dekat dengannya.

3. Untuk Akupunkturis tetap meningkatkan pengetahuan dan keilmuannya kepada Dinas kesehatan agar dapat meletakkan pengobatan akupunktur sejajar dengan pelayanan kesehatan lainnya, sehingga masyarakat bisa memilih fasilitas kesehatan yang bervariasi namun dapat menciptakan kualitas/derajat kesehatan yang tinggi


(3)

Daftar Pustaka

Foster dan Anderson. 1986, Antropologi Kesehatan, UI Press. Jakarta.

Helman. Cegil G. 1994, Budaya kesehatan dan penyakit, Penerjemah Hashim Awang, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur.

Jacob. T dan Agoes, Azwar. 1992, Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I Pengobatan tradisional, Penerbit buku Kedokteran, Jakarta.

Kusuma, Adi dan Kiswojo. 1978, Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur, PT Gramedia, Jakarta

Muzaham, Fauzi. 1995, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, UI Press, Jakarta.

Sunarto, Kamanto. 2000, Pengantar Sosiologi edisi kedua, Lembaga penerbit fakultas ekonomi, Universitas Indonesia.


(4)

Saputra, Koosnadi. 2002, Akupunktur Klinik, Airlangga University Press. Jakarta.

Sarwono, Solita. 1993, Sosiologi Kesehatan, Beberapa konsep beserta aplikasinya. Gadjah Mada University Press.

Supranto, Johannes. 1991, Teknik Pengambilan Keputusan, Rineka Cipta. Jakarta.

Siodjang, Baso. 1993/ 1994, Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Pedesaan daerah Sulawesi tengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Syamsi, Ibnu. 1989, Pengambilan keputusan (Decision making ), Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Yin, Robert K. 1997, Studi kasus : Disain dan Metode, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Cermin dunia Kedokteran, no 149, 2005:49 Medika, no.6 tahun XXVIII, Juni 2002:367

(http:// www. Medika Holistik.com ); 21 Februari 2007 Waspada, Selasa, 28 November 2006:23

Public News edisi xx, 23 -30 April 2007 Perjuangan, Kamis 1 Nopember 2007 : 12

http:// www. Unisosdem.org. 21 Februari 2007

http://binakesehatankerja.com/detail_berita.php/21/09/07


(5)

DRAFT WAWANCARA INFORMAN

Nama : Umur : Alamat : Pekerjaan : Pendidikan :

- Lamanya Penyakit

Diderita dan Jenis Penyakit Latar belakang

memilih Pengobatan Akupunktur Interaksi Sosial

ketika sakit Perbandingan

Pengobatan Akupunktur dengan Pengobatan Medis Kepercayaan

tentang penyebab dan pengobatan penyakit Sumber Informasi

Pengobatan Akupunktur Hasil Pengobatan

yang di dapat Pengalaman

sebelumnya tentang Penyakit yang diderita ( pada Dokter dan paranormal )


(6)

DRAFT WAWANCARA INFORMAN KUNCI Nama :

Umur : Alamat : Pekerjaan : Pendidikan :

- Sumber Ilmu

Pengobatan Akupunktur Lama waktu

menekuni Pengobatan Akupunktur Tingkat kesembuhan

yang dicapai Kesinkronisasian dengan

- Usaha untuk menyebarluaskan /

pengobatan medis -Mempromosikan Jenis Penyakit - Tarif kebanyakan Masyarakat

- Penyakit-penyakit yang memiliki kesulitan yang tinggiuntuk di therapy Biaya Pengobatan

- Kelebihan

pengobatan Akupunktur dari pengobatan medis Kekurangan

- Efek samping dari pengobatan Akupunktur pada pasien Pengobatan Akupunktur dari Pengobatan Medis