TEKNIK EDITING DALAM PRODUKSI FEATURE PESONA SENI KOPI LELET.

TEKNIK EDITING DALAM PRODUKSI FEATURE “PESONA SENI
KOPI LELET”
Risa Tusnawati, Suhariyanto
Program Studi Penyiaran-D3, Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos 50131
Telp : (024) 3517361, Fax : (024) 3520165
E-mail : risatusnawati1994@gmail.com, haryanto12@gmail.com

Abstrak

Banyak sebagian masyarakat Indonesia yang masih kecil pengetahuannya tentang budaya dan
tradisi yang dimiliki bangsanya. Bahkan generasi-generasi penerus bangsa yang meninggalkan
budaya indonesia dan lebih condong ke budaya barat. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya
budaya yang ada di Indonesia terlupakan. budaya merupakan sesuatu yang harus dijaga dan
dilestarikan karena budaya merupakan jati diri sebuah bangsa. Pemilihan program feature
televisi yang mengangkat tentang budaya serta tradisi-tradisi di Indonesia dianggap mampu
membuat masyarakat untuk lebih tertarik dan mencintai budaya yang ada di Indonesia daripada
budaya barat. Dengan alasan tersebut, penulis memutuskan untuk membuat sebuah program
feature televisi tentang budaya yang berjudul Pesona Seni Kopi Lelet. Nglelet merupakan salah
satu tradisi yang ada di Lasem dan masih dilestarikan hingga saat ini. Selain itu, editor

mempunyai peran penting dalam sebuah produksi feature guna melakukan penyusunan gambar,
rough cut, pemberian transisi dan efek pada gambar dan audio, mixing audio, titling, hingga
finishing dan menghasilkan suatu yang layak untuk ditayangkan. Laporan proyek akhir ini akan
memberikan nilai positif kepada masyarakat Indonesia. Khusunya generasi muda yang
meninggalkan budayanya agar terus menjaga dan melestarikannya
Kata Kunci : Budaya, Feature, Pesona Seni Kopi Lelet, Editor, Televisi
Abstract

The majority of Indonesian community still lack of knowledge of the culture and traditions of
their nation. Even the next generation likely to abandon Indonesian culture and incline to
western culture, so that many cultures that exist in Indonesia can be forgotten. Hence, the
cultures must be maintained and preserved as a cultural identity of a nation. The selection of
television feature program with the theme of culture and traditions in Indonesia might attract
the public to love the Indonesian cultures. Based on these reasons, the author decided to make a
television feature program about culture entitled Pesona Seni Kopi Lelet. Nglelet is one of the
traditions that exist in Lasem and still preserved to this day. In addition, the editor has an
important role in a feature production in order to prapare to images, rough cut, at transitions
and effects on image and audio, mixing audio, titling, and finishing and produce decent feature.
This final project report gives a positive value to the Indonesian people, especially young
generation who leave their culture, to keep maintaining and preserving the culture.

Keywords : Culture, Feature, Pesona Seni Kopi Lelet, Editor, Television
tercermin dalam berbagai aspek kehidupan

1. PENDAHULUAN
Indonesia

adalah

negara

yang

masyarakat di seluruh daerah di Indonesia.

memancarkan pesona alam, budaya, dan

Setiap

daya


kebudayaan yang berbeda. Namun dari

tarik

masyarakat

yang

mengagumkan.

Kebudayaan

daerah

daerah

perbedaan

memilki


budaya

yang

ciri

ada,

khas

tidak

membuat

masyarakat

kebudayaan

di


masyarakat

daerah

mengasingkan

tidak pernah menjadi pemisah antara

lain,

masing-masing

harus

keberagaman

budaya

karena


mengetahui
yang

dimiliki

identitas

kedaerahan,

seperti Suku, bahasa, dan agama. Mereka
bertemu

dan

berbincang-bincang

di

Indonesia.


warung kopi.

Budaya adalah pikiran, akal budi, adat

Lapisan Industri kopi dalam negeri sangat

istiadat. Sedang kebudayaan adalah hasil

beragam, dimulai dari unit usaha berskala

kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

home

manusia, seperti kepercayaan, kesenian

multinasional.

dan adat istiadat (Kamus Besar Bahasa


dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi

Indonesia,

kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri,

1996:149).

Dalam

ilmu

industry

hingga

berskala

Produk-produk


yang

antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang

namun juga luar negeri.

lingkupnya. Menurut ilmu antropologi,

menunjukkan bahwa konsumsi kopi di

kebudayaan adalah keseluruhan sistem

dalam

gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

menarik bagi kalangan pengusaha yang

dalam


yang

masih memberikan prospek dan peluang

dengan

sekaligus menunjukkan adanya kondisi

kehidupan

masyarakat

dijadikan milik diri manusia

negeri

merupakan

Hal tersebut


pasar

yang

belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144).

yang kondusif dalam berinvestasi dibidang

Indonesia memiliki budaya minum kopi,

industri kopi (Edy Panggabean, 2011: 15).

karena

Indonesiamerupakan

negara

Kondisi yang menguntungkan ini

produsen kopi ketiga terbesar dunia setelah

juga

Brazil dan Vietnam. (Creative Data Make

industri kopi di Indonesia. Di Pulau Jawa

Investigation & Research, 2015:39).

juga terdapat banyak perkebunan kopi,

Di Indonesia, dari ujung Sumatera hingga

seperti kebun Kayu Mas, Blewan dan

ujung

Jampit di Bondowoso Jawa Timur, kebun

Papua

tercipta

kopi

yang

memicu

berkembangnya

Ngrangkah

Pawon

di

jumlah

berbhinneka rasanya. Diantaranya mampu

kopi

Kediri,

memberikan kopi sepesial.

Bangelan di Malang. Namun budaya

Budaya kumpul-kumpul di warung kopi

minum kopi tidak hanya berkembang di

juga ditemukan di berbagai daerah di

daerah yang memiliki perkebunan kopi. Di

Indonesia.

Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah,

Dari kopi kita bisa mengenal Indonesia

budaya minum kopi juga berkembang di

yang Bhinneka Tunggal Ika. Dari ujung

kota ini. Meski tidak memiliki kebun kopi

Aceh hingga Papua kita memiliki ke-

bukan berarti Lasem sepi dari budaya

Bhinneka-an jenis kopi. Namun hal itu

ngopi.

Lasem yang dikenal banyak masyarakat

Hasil observasi dan wawancara dengan

merupakan sebuah kota kecil yang berada

anggota

di bagian timur Jawa Tengah, tepatnya di

diketahui

Kabupaten

ormas

kesejarahan

bahwa

Lasem
nglelet

budaya

Lasem

dikenal

berkembang

kecil"

karena

Kebiasaan masayarakat di Lasem yang

merupakan kota awal pendaratan orang

menuangkan karya seninya di sebatang

Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat

rokok ini dilatar belakangi oleh kebiasaan

perkampungan Tionghoa

membatik orang Lasem sejak dulu. Para

sebagai

Rembang.
"Tiongkok

yang banyak

sekitar

tahun

1970-an.

penikmat kopi lelet kerap menggunakan

tersebar di kota Lasem.
karena

ampas kopi untuk menambah khas cita

keindahan helai batik yang dihasilkan khas

rasa rokok. Rokok yang diolesi ampas kopi

dengan

dengan

ini cita rasanya akan lebih sedap. Karena

pewarnaan yang berani. Penduduk dengan

bagi perokok, merokok dengan batang

karakteristik yang

heterogen membuat

rokok yang telah dilelet ini menjadi

tingkat kreatifitas warga disana sangat

kenikmatan yang berbeda. Rokok yang

tinggi untuk berkreasi. Sehingga seni batik

umumnya hanya beraroma tembakau dan

Lasem tidak hanya berhenti di atas kain

cengkih, kini menjadi lebih nikmat dengan

saja. Para pecinta kopi yang biasanya

tambahan kopi yang sudah meresap dalam

dibarengi dengan kegiatan merokok yang

rokok.

mempunyai

Namun tidak

Kota

Lasem

juga

motif

terkenal

peranakan

kreatifitas

yang

tinggi

semua

paham

membatik

kurangnya referensi buku, surat kabar, dan

bahan

kopi

yang

budaya

ini.

luas

mengubah sebatang rokok menjadi seni
dengan

tentang

masyarakat

Karena

terkenal dengan nglelet.

sumber internet yang mengangkat tentang

Pada umumnya, masyarakat menikmati

budaya

kopi hanya merasakan sensasi manis dan

dibuatlah sebuah karya cipta berformat

pahit pada secangkir kopi. Berbeda dengan

feature dengan judul “Pesona Seni Kopi

masyarakat Lasem yang menikmati kopi

Lelet”.

Dengan

lelet dengan cara yang unik dan kreatif.

program

feature ini bisa mengenal lebih

Kopi lelet adalah kopi khas Lasem. Kopi

jauh budaya nglelet masyarakat Lasem

Lelet ini identik dengan kegiatan nglelet,

yang

yaitu membatik dengan media batang

bangsa dan diharapkan dapat menambah

rokok dan tintanya menggunakan lethekan

kecintaan kita terhadap Tanah Air yang

kopi lelet (ampas kopi lelet/kopi lasem

indah ini, terpenting juga kita wajib

yang dicampur susu krimer).

menjaga sekaligus melestarikannya.

minum

merupakan

kopi

nglelet

demikian,

bagian

maka

penonton

dari

budaya

2. LANDASAN TEORI

kebudayaan, mari kita menghargai budaya

2.1 Sinopsis

dan menjunjung tinggi nilai-nilai dari

Feature yang bertema kebudayaan dengan

kebudayaan yang ada serta menumbuhkan

judul Pesona Seni Kopi Lelet berdurasi 16

pengetahuan

menit

budaya bangsa Indonesia”.

43

detik

menceritakan tentang

dan

kecintaan

terhadap

budaya masyarakat Lasem yang nglelet

2.2

atau membatik dengan media batang rokok

Segment 1

dan tintanya menggunakan lethekan kopi

Opening Tune

lelet (ampas kopi lelet/ kopi lasem yang

Opening Program

dicampur susu krimer). Budaya nglelet

Suasana kota Rembang (Timelapse Tugu)

berkembang sekitar tahun 1970. Mulai

Soundbite John Penjual Kopi Lelet

awal

Soundbite

yang

membentuk

masih
blok,

sederhana
hingga

hanya

berkembang

Treatment

Tathoya

Ketua

Pelestari Pusaka BHRE Lasem

menjadi motif batik yang memiliki nilai

Segment 2

artistik yang luar biasa.

Hyperlapse kapal

Ditinjau dari sosial-budaya masyarakat

Gambar perkebunan kopi

Lasem, diketahui bahwa sejak dahulu kala

Aktivitas

masyarakat Lasem biasa membatik dan

diberbagai tempat

sampai sekarang masyarakat Lasem pun

Segment 3

masih membatik. Jelas membatik dan

Jalanan kota Rembang

nglelet ini mempunyai hubungan dekat,

Soundbite

yaitu sama-sama mengekspresikan motif-

Pelestari Pusaka BHRE Lasem

motif

Segment 4

melalui

suatu

media

dengan

Paguyuban

orang-orang

Tathoya

sedang

Ketua

ngopi

Paguyuban

menggunakan tinta yang khas. Jika pada

Establish (Mengenalkan kota Lasem)

batik menggunakan media kain mori

Suasana warung kopi

dengan canting dan malam batik serta

Soundbite John Penjual Kopi Lelet

warna-warna soga, sedangkan pada nglelet

Soundbite

ini menggunakan media batang rokok

Pelestari Pusaka BHRE Lasem

dengan lethekan kopi dan kreamer. Jelas

Soundbite John Penjual Kopi Lelet

jika tradisi ini berlangsung secara turun-

Soundbite

temurun dan sudah merupakan suatu

Pelestari Pusaka BHRE Lasem

budaya khas masyarakat Lasem. Feature

Segment 5

Pesona Seni Kopi Lelet ini memberikan

Stok Shoot proses membuat kopi lelet

pesan

bahwa

“Indonesia

kaya

akan

Tathoya

Tathoya

Soundbite Tathoya

Ketua

Ketua

Paguyuban

Paguyuban

Soundbite Fadli dan Rifa’i penikmat kopi

Segment 6

lelet

Suasana warung kopi dan orang-orang

Proses nglelet

sedang ngopi

Soundbite John Penjual Kopi Lelet

Orang sedang minum kopi dan nglelet di
bawah

galangan

kapal

(closing).

DAFTAR PUSTAKA

[10] Panggabean , Edy. (2011). Buku

[1] CDMI. (2015). Studi Peluang Bisnis

Pintar

Industri KAKAO & KOPI di Indonesia,

Agromedia Pustaka

2015 – 2019. Jakarta: CDMI

[11] Pratama, Bayu. (2009). Perbandingan

[2] Depdikbud. (1990). Kamus Besar

Penerapan

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

[3] Depdikbud. (1996). Kamus Besar

dalam Pencapaian Tujuan Koonitif pada

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Siswa.

[4] Gohamad Goenawan. 1996. Seandai-

http//hendygoblog.blogspot.com/, diakses

nya Saya Wartawan TEMPO, Jakarta :

22 Juni 2015, 20:05

ISAI dan Yayasan Alumni TEMPO

[12]

[5] Kelompok Gramedia Anggota IKAPI.

Aspek Ilmu Komunikasi. Remaja Karya

2008.

Video

CVBandung.

Media

[13] Setyawan. 2004. Diklat Editing

Video

Production.

Editing
Jakarta:

dan
Elex

Kopi.

1st

edition.

Pembelajaran

:

Konvensional

[Online].

Pratikto,

Jakarta

Riyono.1987.

Tersedia:

Berbagai

Computindo.

AKINDO. Yogyakarta

[6] Koentjaraningrat. 2009. Pengantar

[14] Umar Nur Zain. (1995). “Penulisan

Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Feature’’. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

[7] Mappatoto, Andi Baso. 1999. Teknis

[15]www.minumkopi.com/literatur/20/09/2

Menulis Feature (karangan khas). Jakarta:

012/indonesia-dalam-secangkir-kopi,

Gramedia Pustaka Utama.

diakses 22 Juni 2015, 13:14

[8] Mascelli, Joseph V. 1998. The Five

[16]www.kompasiana.com/adisatria/warun

C’s of Cinematography. Los angeles.

g-kopi-gaya-hidup-atau, diakses 22 Juni

Motion

2015, 13:41

Picture

Filming

Techniques,

Silman –James Press.
[9]

Nardi,

Leo.

[17]https://kopidjawa.wordpress.com/kopi-

1977.

Penuntun

Kinematografi 8mm. Bandung: Yayasan
foto Indonesia

jawa-artikel/, diakses 23 Juni 2015, 06:14