2 keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi
dilapangan.
Dalam setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan
untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan
melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.
Selain itu pesan - pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan,
bahkan gagasan
- gagasan
pokok yang
melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan
tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh
prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar
kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Kampanye pada umumnya
adalah mengajak untuk bertindak, mereka mencoba menggunakan pengetahuan untuk mencapai tujuan - tujuan di dunia nyata David K.
Perry, 2002, h.176.
2.2. Edukasi
Menurut Craven dan Himle seperti dikutip Suliha, 2002 edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi
dorongan terhadap pengarahan diri self direction, aktif memberikan informasi - informasi atau ide baru.
3 Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu
proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat. Raja Bambang Sutikno 2010 Edukasi merupakan pendidikan secara umum untuk jangka panjang, seperti
memperbaiki akhlak, budi pekerti, pengenalan sejarah nasional, ilmu bumi, dan lain
– lain h. 186.
2.3. Kekerasan
Menurut salah seorang pakar kriminologi Soerjono Soekanto kekerasan merupakan istilah yang dipergunakan bagi terjadinya
cedera mental atau fisik, yang merupakan bagian dari proses kekerasan yang kadang - kadang diperbolehkan, sehingga jarang
disebut sebagai kekerasan. Masyarakat biasanya membuat kategori - kategori tertentu mengenai tingkah laku yang dianggap keras dan
tidak semakin sedikit terjadinya kekerasan dalam suatu masyarakat, semakin besar kekhawatiran yang ada bila itu terjadi.
Kekerasan yang ada dalam kehidupan meliputi tindak kekerasan terhadap anak, rumah tangga, sosial, juga hewan.
Penjelasan disini mengangkat hal tentang kekerasan terhadap hewan yang dimana masih luput dari masyarakat maupun
pemerintah dan pihak – pihak yang terkait. Aspek pengaturan
kesejahteraan hewan mengacu pada lima prinsip five freedoms yang diadopsi dunia internasional pada 1979, mencakup bebas dari
rasa haus dan lapar, bebas dari rasa menderita, bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit, bebas mengekpresikan perilaku normal
serta bebas dari rasa takut dan tertekan. Namun sejatinya aspek –
aspek tersebut dapat dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan masing
– masing ditiap daerahnya karena setiap budaya mempunyai prioritas yang berbeda dalam penerapannya, contohnya seperti
4 kebutuhan pakan dan air menjadi lebih penting dibandingkan rasa
takut dan tertekan.
Dalam negara – negara berkembang seperti Indonesia,
kemajuan dalam taraf mengembangkan, mempromosikan, dan menerapkan kaidah kesejahteraan hewan masih dapat dikatakan
berjalan sangat lamban dan kurang maju, banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut mulai dari terbatasnya sumber daya
alam, lemahnya sistem kesehatan hewan nasional, kurangnya pelaksanaan kampanye publik, dan edukasi tentang kesadaran
kesejahteraan hewan yang masih minim.
Menangani masalah
kesejahteraan hewan
di negara
berkembang, tidak tepat apabila standar internasional diadopsi begitu saja. Setiap negara berkembang, tentunya juga Indonesia,
harus mengembangkan standar mereka sendiri mengacu pada lima prinsip yang ada dan berdasarkan prioritas yang dibutuhkan.
2.4. Topeng Monyet