Hubungan Perceived Dan Evaluated Need Perawatan Karies Gigi Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Pada Masyarakat Di Kota Pematang Siantar

(1)

HUBUNGAN PERCEIVED DAN EVALUATED NEED

PERAWATAN KARIES GIGI DENGAN PEMANFAATAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI PADA MASYARAKAT

DI KOTA PEMATANG SIANTAR

T E S I S

Oleh

AGUS MULIADI MANURUNG

057013001/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

HUBUNGAN PERCEIVED DAN EVALUATED NEED

PERAWATAN KARIES GIGI DENGAN PEMANFAATAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI PADA MASYARAKAT

DI KOTA PEMATANG SIANTAR

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan ( M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AGUS MULIADI MANURUNG

057013001/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PERCEIVED DAN EVALUATED NEED PERAWATAN KARIES GIGI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI PADA MASYARAKAT DI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2007

Nama Mahasiswa : Agus Muliadi Manurung

Nomor Pokok : 057013001

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM) (dr. Fauzi., SKM) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., Msc)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 19 Mei 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. drg. Lina Natamihardja. SKM

Anggota : dr. Fauzi, SKM

Prof. drg. Tri Murni Abidin. M.Kes. SpKG(K) Drs. Amru Nasution, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PERCEIVED DAN EVALUATED NEED DENGAN

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI

PADA MASYARAKAT DI KOTA PEMATANG SIANTAR

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 19 Mei 2008


(6)

ABSTRAK

Prevalensi penyakit gigi dan mulut pada penduduk di Indonesia masih tinggi, SKRT tahun 2004 menyatakan bahwa diantara penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60% penduduk. Penyakit karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling dominan diderita penduduk Indonesia. Berdasarkan profil kesehatan Kota Pematang Siantar tahun 2006 dan profil RSUD Dr. Djasamen Saragih tahun 2006 dapat dilihat bahwa gambaran pemanfaatan poliklinik gigi masih rendah di dua unit pelayanan kesehatan gigi tersebut bila dibandingkan dengan standar nasional, serta dari hasil penelitian pendahuluan di lokasi penelitian menunjukkan indeks karies yang masih tinggi yaitu 4,71.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan disain cross sectional untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan (needs) yaitu kebutuhan berdasarkan persepsi individu (perceived need) dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi (evaluated need) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kota Pematang Siantar, dengan jumlah sampel 464. Pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies dan DMF-T pada masyarakat di Kota Pematang Siantar masih cukup tinggi ( 97,2% dan 6,43 ). Ada hubungan yang bermakna antara kebutuhan berdasarkan persepsi individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara evaluated need dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi lebih bermakna hubungannya dengan nilai (p = 0,001 , prevalensi rasio = 2,383) dibandingkan dengan hubungan perceived need ( p = 0,036 , prevalensi rasio = 1,649). Disarankan agar memberikan pelatihan bagi penyuluh kesehatan gigi di tingkat puskesmas dan melengkapi bahan dan peralatan penambalan gigi dengan metode atraumatic resotarive treatment pada unit pelayanan kesehatan gigi untuk mengoptimalkan Status Kesehatan Gigi Masyarakat.


(7)

ABSTRACT

The prevalence of dental and oral diseases among the population of Indonesia is still high. The Survey of Family Health done in 2004 argues that between the diseases which are complained and those which are not complained, the prevalence of dental and oral disease is the highest covering 60% of the total population. Dental caries is the dental and oral disease which is the most dominantly suffered by the Indonesian people. Based on the health profile of the town of Pematang Siantar in 2006 and that of Djasamen Saragih General Hospital in 2006, it is seen that the utilization of dental policlinic at the two dental health service units is still low compared to the national standard, and the result of the preliminary study done the research area shows that the carries index is still high (4.71).

This an analytical study with cross sectional design to examine the relationship between perceived need and evaluated need with the utilization of dental health service in the town of Pematang Siantar. The population for this study is all people living in the town and the sample are 464 persons. The data were obtained through questionnaire-based interviews. Statistical analysis through chi-square and multiple logistic regression tests.

The result of study showed that the prevalence of dental caries was 97,2 % and DMF-T Index was 6,43. There is a significant relationship between perceived need and evaluated need with the utilization of dental health services.

The concluded that the relationship between evaluated need and the utilization of dental health service units is more significant ( p = 0.001 and ratio of prevalence = 2.383 ) than to the relation with perceived need ( p = 0.036 and ratio of prevalence = 1.649 ).

It is suggested that to do training for dental health education at health centers and equip the material and equipment for a traumatic restorative treatment for dental health services to optimize the district dental health status.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul “Hubungan Perceived dan Evaluated Need Perawatan Karies Gigi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatn Gigi pada Masyarakat di Kota Pematang Siantar”. Penulis menyadari banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Drg. Nurmala Situmorang, MKM dan Ibu Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM serta Bapak dr. Fauzi, SKM., yang telah membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Chairun Nisa B, Msc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, Selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Drg. Trimurni Abidin, M.Kes, SpKG. dan Bapak Drs. Amru Nasution, M.Kes. Selaku dosen Pembanding Tesis.

4. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, Selaku Sekretaris Program Studi dan dosen yang selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

5. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Buat orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak mendorong dan memberi semangat agar dapat menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

7. Teristimewa buat istri tercinta (drg. Jeni Mardini) yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

8. Buat anak-anakku tercinta, Mhd. Rafli, Shofi ‘Ainun dan Alysha yang turut memberikan semangat dalam penyelesaian Tesis ini.

9. Seluruh teman-teman di puskesmas Pematang Bandar, khususnya bapak Untung dan bapak Alvino Rumapea yang turut membantu dalam penyelesaian Tesis ini. 10.Teman-teman di Sekolah Pascasarjana khususnya di Program Studi AKK

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit yang selama ini berjuang bersama-sama, khususnya kepada dr. Flora Maya Damanik M.Kes dan drg. Sandra Sri Anggraini. M.Kes yang turut mendorong dan memotivasi dalam penyelesaian Tesis ini.

Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekhilafan selama mengikuti pendidikan Program Studi AKK Sekolah Pascasarjana USU ini dan semoga segala amal yang telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT, Amin ya Robbal ’Alamin.

Medan, 19 Mei 2008 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Agus Muliadi Manurung Tempat /Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 28 Agustus 1973

Alamat : Komplek Puskesmas Pematang Bandar Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

Isteri : drg. Jeni Mardini

Anak : 1. Muhammad. Rafli. A. Manurung 2. Shofi ’Ainun A. br.Manurung 3. Alysha Nurul S.br. Manurung

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 064977 Medan, 1979 – 1985 2. SLTP Negeri 22 Medan, 1985 – 1988 3. SMA Negeri 7 Medan, 1988 – 1991 4. FKG USU Medan, 1991 – 1997

Riwayat Pekerjaan :

1. Dokter Gigi PTT Puskesmas Lupak Dalam Kab. Kuala Kapuas Kalimantan Tengah 1998 - 2001.

2. Dokter Gigi RSUD Kuala Kapuas Kab. Kuala Kapuas Kalimantan Tengah, 2001 – Februari 2003.

3. Dokter Gigi Puskesmas Parapat Kab. Simalungun, Februari s/d Desember 2003


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian... ... 7

Manfaat Penelitian... 7

TINJAUAN PUSTAKA... 8

Persepsi ... 8

Kebutuhan dan Permintaan ... 9

Penyakit Karies Gigi ... 10

Perilaku ... 13

Perilaku Sakit dan Pencarian Pengobatan ... 15

Pengertian Sehat dan Sakit... 17

Landasan Teori... 19

Kerangka Konsep ... 25

METODE PENELITIAN... 27

Jenis Penelitian... 27

Tempat Penelitian ... 27

Waktu Penelitian ... 28

Populasi dan Sampel ... 28

Pengambilan Sampel ... 29

Metode Pengumpulan data... 30

Variabel dan Defenisi Operasional ... 31

Metode Pengukuran ... 33


(12)

HASIL PENELITIAN ... 37

Gambaran Umum Kota Pematang Siantar... ... 37

Gambaran Karakteristik Responden ... 38

Gambaran Perceived need ... 39

Gambaran Evaluated Need (Kebutuhan Perawatan Karies Gigi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dokter Gigi) ... 41

Faktor-faktor Predisposisi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... Gigi... 43

Faktor-faktor Enabling Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi... 46

Hubungan antara Faktor Predisposisi dan Enabling dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi... 47

Hubungan antara Perceived dan Evaluated Need dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi... 49

PEMBAHASAN... 57

Perceived Need Perawatan Karies Gigi (Kebutuhan Berdasarkan Persepsi Individu). ... 57

Evaluated Need Perawatan Karies Gigi (Kebutuhan Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dokter Gigi) ... 58

Hubungan antara Faktor-faktor Predisposisi dan Enabling dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi... 58

Hubungan antara Perceived dan Evaluated Need dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi... 62

Keterbatasan Penelitan ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN... 65

Kesimpulan ... 65

Saran ... 65


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Variabel dan defenisi operasional ... 31 2. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian. ... 39 3. Persentase Responden Menurut Kebutuhan akan Perawatan

Karies Gigi di Kota Pematang Siantar 2007 ... 40 4. Prevalensi Karies Gigi Menurut Kelompok Umur di Kota Pematang Siantar tahun 2007 ... 41 5. Pengalaman Karies Gigi (DMF-T) Responden Berdasarkan

Kelompok Umur di Kota Pematang Siantar Tahun 2007 ... 42 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan

Karies Gigi (DMF-T) Menurut Standar yang Ditentukan WHO yang Sudah Dimodifikasi di Kota Pematang Siantar

2007... 43

7. Persentase Persepsi Mengenai Penyakit Karies Gigi di Kota

Pematang Siantar 2007... 44

8. Persentase Sikap Responden Terhadap Penyakit Karies Gigi

di Kota Pematang Siantar Tahun 2007 ... 45 9. Persentase Pengetahuan Responden Mengenai Keberadaan

Unit Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar

2007... 45 10. Persentase Kepemilikan Asuransi Kesehatan Responden di

Kota Pematang Siantar 2007... 46 11. Persentase Pendapatan Responden di Kota Pematang Siantar

2007... 47 12. Persentase Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota

Pematang Siantar 2007... 47


(14)

13. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Asuransi dan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

di Kota Pematang Siantar Tahun 2007 ... 49 14. Hubungan Kebutuhan dan DMF-T dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun

2007... 50 15. Nilai p dan Prevalensi Rasio Variabel Kebutuhan,

Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes dan Pendapatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota

Pematang Siantar 2007... 51 16. Nilai p dan Prevalensi Rasio Analisis Multivariat Regresi

logistik Ganda Antara Variabel Kebutuhan , Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes, Pendapatan Terhadap Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar 2007.... 52 17. Uji Interaksi Antara Variabel Kebutuhan dengan Variabel

Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes, dan Pendapatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota

Pematang Siantar 2007... 52 18. Pemeriksaan Variabel Perancu/Konfonder Hubungan

Kebutuhan yang Dirasakan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007... 53 19. Persamaan Akhir Regresi Logistik Ganda Kebutuhan yang

Dirasakan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di

Kota Pematang Siantar Tahun 2007... 53

20. Nilai p dan Prevalensi Rasio, Variabel DMF-T, Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes dan Pendapatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota P. Siantar

2007... 54 21. Nilai p dan Prevalensi Rasio Analisis Multivariat Regresi

logistik Ganda Antara Variabel DMF-T, Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes, dan Pendapatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang


(15)

22. Uji Interaksi Antara Variabel DMF-T dengan Variabel Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Askes, Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar 2007.... 55 23. Pemeriksaan Variabel Pengetahuan, Persepsi, Sikap,

Pendapatan dan Asuransi sebagai Konfonder dalam Hubungan DMF-T dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007... 55 24. Persamaan Akhir Regresi Logistik Ganda Variabel Persepsi

dan Sikap dalam Hubungan antara DMF-T dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang

Siantar Tahun 2007 ... 56


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan Antara Status Kesehatan Dilihat dari Segi Individu

dengan Penilai kesehatan ... 18

2. Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dari Green ... 20

3. The Health Belief Model dari Kirscht... 21

4. Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dari Andersen... 23

5. Kerangka konsep penelitian ... 26


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner

Penelitian.……… 72 2. Output Penelitian ………. 75


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu agar terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal, maka untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Rumah sakit dan puskesmas merupakan suatu tempat upaya perawatan dan upaya pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mengusahakan semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan umum seperti yang diharapkan pada tujuan nasional bangsa Indonesia (Depkes, 2004).

Peningkatan derajat kesehatan ini hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (needs) dan permintaan (demands) perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar, 1996). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit dan puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi. Pelayanan kesehatan gigi ini dilakukan di poliklinik gigi yang melayani berbagai masalah kesehatan gigi dimana status kesehatan gigi dapat dinilai dari tingkat keparahan penyakit gigi. Status kesehatan gigi mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan secara


(19)

umum pada masyarakat, status kesehatan gigi masyarakat dipengaruhi berbagai faktor antara lain perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Status kesehatan gigi berdasarkan persepsi individu (self – rated health) dan status kesehatan gigi masyarakat berdasarkan evaluasi klinis yang dapat dinilai dari DMF-t indeks yang merupakan indikator kesehatan gigi yaitu, penjumlahan dari D yaitu decayed atau gigi karies/berlubang, M untuk missing yaitu gigi yang dicabut dan F untuk filling yaitu yang menggambarkan gigi yang ditambal. (Depkes, 2002).

Mengetahui persepsi individu mengenai kebutuhan perawatan gigi sangat bermanfaat dalam memahami mengapa seseorang mencari atau tidak mencari pengobatan yang berarti tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Persepsi mengenai kebutuhan perawatan gigi dapat mempengaruhi minat masyarakat dalam pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan thn 2001 yaitu secara umum diantara penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk dan penyakit karies gigi merupakan yang terbesar, dengan indeks DMF-t rata-rata diatas 10 tahun sebesar 5,3 yang berarti terjadi kerusakan gigi

rata-rata per orang 5 gigi, rata-rata 16 gigi dicabut pada usia 65 tahun ke atas ( Depkes, 2002 ).

Laporan survei kesehatan rumah tangga pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 39 % penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, yang mana penyakit karies gigi merupakan penyakit yang paling dominan. Di antara penduduk yang berumur diatas 15 tahun yang mempunyai masalah kesehatan gigi hanya 29 %


(20)

yang menerima perawatan gigi dari perawat gigi, dokter gigi maupun dokter gigi spesialis, hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi masih rendah (Depkes , 2006).

Pentingnya penanggulangan penyakit karies gigi ini juga dapat dilihat dari beberapa akibat yang ditimbulkannya apabila tidak dirawat yaitu : (1) Focal Infection, yaitu dapat mengakibatkan gangguan antara lain pada jantung berupa myocarditis, (2) Fungsi, yaitu kehilangan gigi menyebabkan hilangnya fungsi pengunyahan dengan akibat gangguan pada pencernaan makanan, (3) Estetika, yaitu kehilangan gigi dapat berpengaruh pada estetika sehingga menimbulkan rasa rendah diri. (4) Produktifitas menurun, yaitu banyak jam kerja yang terbuang karena menderita sakit gigi.

Gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dapat dilihat pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, yaitu puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan puskesmas sebanyak 9 orang perhari. Pemanfaatan rumah sakit umum kelas B rata-rata kunjungan adalah 23 orang perhari sedangkan target nasional sebanyak 65 orang perhari (Profil Kesehatan Indonesia, 2001). Propinsi Sumatera Utara dilihat dari profil kesehatan propinsi tahun 2006, pemanfaatan poliklinik gigi puskesmas yaitu rata-rata 11 orang perbulan atau 0,5 orang perhari sedangkan pemanfaatan poliklinik gigi untuk RS kelas B rata-rata 12 orang perhari ( Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Kota Pematang Siantar dilihat dari profil kesehatan kota tahun 2006, pemanfaatan poliklinik gigi pada puskesmas yaitu rata-rata sebanyak 3 orang perhari


(21)

(Profil Kesehatan Pematang Siantar, 2006). RSUD Dr Djasamen Saragih Pematang Siantar yang merupakan RS dengan kelas B, hanya memiliki rata-rata pengunjung 5 orang perhari (Rekam medis RSUD. Dr. Djasamen Saragih, 2006). Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah. Rendahnya tingkat pemanfaatan mempunyai kontribusi terhadap buruknya status kesehatan gigi penduduk.

Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya, seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat ( baik jarak secara fisik maupun jarak secara sosial ), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering melupakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dipengaruhi oleh kebutuhan berdasarkan persepsi individu (perceived need) untuk perawatan karies gigi. (Notoatmodjo, 2003).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan memenuhi kebutuhan kesehatannya ketika mempunyai persepsi yang benar tentang status kesehatan giginya sesuai dengan kemampuan seseorang tersebut dalam penentuan apakah dirinya sakit (Perceived Illness). Persepsi seseorang tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap kesehatannya sehingga mempengaruhi kebutuhan yang dirasakan pasien (perceived need). Dengan kata lain bahwa faktor need yaitu kebutuhan yang dirasakan maupun kebutuhan yang ditentukan oleh dokter gigi merupakan faktor yang paling menentukan dalam upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi.


(22)

Berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian di kota Pematang Siantar, karena secara demografi dan sosial budaya kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Pematang Siantar cukup homogen, dan jumlah kunjungan di poliklinik gigi puskesmas dan poliklinik gigi RSUD Dr. Djasamen Saragih masih sangat rendah. Selain itu, hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada 40 responden di lokasi penelitian didapati indeks karies yang tinggi yaitu sebesar 4,71, bila di bandingkan dengan standar yang telah ditentukan oleh WHO yaitu 4,5 – 6,5 sudah termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat (need) terhadap pelayanan kesehatan sebenarnya tinggi, tetapi permintaan (demand) masih rendah bila dilihat dari tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi masih rendah. Disamping itu, peneliti sudah mengenal kota Pematang Siantar ini, sehingga dapat memperlancar pelaksanaan penelitian.

Pelayanan kesehatan gigi tidak hanya pada perawatan karies gigi saja, tetapi juga perawatan periodontal, namun pada penelitian ini dibatasi ruang lingkup penelitian hanya pada perawatan karies gigi. Untuk mengetahui perceived need (kebutuhan berdasarkan persepsi), evaluated need (kebutuhan berdasarkan pemeriksaan dokter gigi) perawatan karies gigi dan untuk melihat tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat kota Pematang Siantar, serta untuk melihat hubungan persepsi kebutuhan berdasarkan persepsi individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat kota Pematang Siantar maka dilakukan penelitian ini.


(23)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada hubungan antara rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dengan ”need component” yaitu persepsi kebutuhan berdasarkan persepsi individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan oleh dokter gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar?

Tujuan Penelitian

(1) Untuk mengetahui gambaran persepsi kebutuhan perawatan karies gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

(2) Untuk mengetahui gambaran Indeks DMF-T pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

(3) Untuk mengetahui variabel konfonder hubungan antara perceived dan evaluated need perawatan karies gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

(4) Untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposisi dan faktor enabling dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

(5) Untuk menganalisis hubungan antara perceived dan evaluated need dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.


(24)

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara persepsi kebutuhan perawatan karies gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

2. Terdapat hubungan antara kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar.

3. Terdapat hubungan antara kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan persepsi individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar dalam upaya peningkatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. Sebagai pengalaman penelitian penulis dalam aplikasi keilmuan di bidang manajemen kesehatan masyarakat.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi

Menurut Notoatmodjo (2005) yang dikutip dari Morgan, persepsi merupakan suatu dasar penting dalam proses psikologi. Persepsi adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang merasakan, melihat, mengalami gejala yang ada di dunia ini. Persepsi bersifat subjektif, rangsangan yang sama dapat dipersepsikan berbeda. Persepsi juga merupakan suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan memberi arti pada rangsangan, baik bersifat internal maupun eksternal.

Menurut Hammer dalam Koentjaraningrat (1981) bahwa persepsi adalah suatu proses seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan, mengalami dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : (1) frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ; (2) Field of Experience yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak menyenangkan pada perawatan gigi atau informasi yang tidak baik mengenai perawatan gigi akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap pelayanan kesehatan gigi.


(26)

Menurut Notoatmodjo yang dikutip dari Morgan, rangsangan berupa objek fisik pada umumnya tidak memberikan banyak perbedaan persepsi, namun rangsangan non fisik kemungkinan akan dipersepsi secara berbeda. Dengan demikian persepsi terhadap penyakit karies gigi dan rasa sakit yang ditimbulkannya kemungkinan akan dipersepsi secara berbeda. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya.

Kebutuhan dan Permintaan (Needs and Demands)

Kebutuhan kesehatan (health needs) pada dasarnya bersifat objektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh tenaga medis dan karena itu untuk meningkatkan derajat kesehatan pada perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat, upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat objektif maka munculnya kebutuhan sangat ditentukan oleh masalah kesehatannya. Berbeda halnya dengan kebutuhan, permintaan kesehatan (health demand) yang pada dasarnya bersifat subjektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh persepsi pasien tentang kesehatannya. Oleh karena itu pemenuhan permintaan tersebut pada saat itu saja.

Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan gigi seringkali disalahtafsirkan dengan permintaan terhadap perawatan, pemenuhan kebutuhan perawatan gigi belum tentu merupakan pemenuhan permintaan perawatan pelayanan kesehatan gigi seseorang. (Azwar, 1996). Perbedaan yang mencolok antara kebutuhan (need) dan permintaan (demand) mencerminkan perbedaan cara pandang antara dokter gigi dan


(27)

pasien dalam melihat keseriusan penyakit gigi dan konsep status kesehatan gigi yang diterima. (Kristanti, 2002)

Permintaan kesehatan bersifat subjektif, maka munculnya permintaan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat subjektif pula. Jika kadar subjektifitasnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, maka permintaan kesehatan gigi sangat tergantung pada tingkat pendidikan serta tingkat sosial ekonomi yang dimiliki. Lebih lanjut karena permintaan kesehatan ada kaitannya dengan tersedia atau tidaknya pelayanan kesehatan, maka dalam membicarakan permintaan kesehatan tidak boleh melupakan berbagai kemajuan tekhnologi yang mempengaruhi tersedia atau tidaknya pelayanan kesehatan tersebut. Menurut Azwar (1996) yang dikutip dari Sorkin, bahwa kemajuan-kemajuan tekhnologi kedokteran dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan kesehatan.

Penyakit Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang di mulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan dari bakteri), kemudian timbul destruksi komponen-komponen organik dan akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang). Karies gigi merupakan penyakit menahun dan tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Dengan demikian


(28)

apabila tidak dirawat dapat merusak keseluruhan gigi dan jaringan pulpa serta dapat menimbulkan infeksi pada jaringan sekitarnya.( Pickard, 2002 )

Status kesehatan gigi masyarakat dapat dilihat dari derajat keparahan penyakit karies gigi dan penyakit periodontal. Secara konseptual faktor – faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan gigi masyarakat dikelompokkan atas : Anteseden (Persepsi mengenai kesehatan gigi, Sosiodemografi dan Sosioekonomi ) ; sistem yang ada ( ada tidaknya pelayanan kesehatan ) ; serta rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan mempunyai kontribusi terhadap buruknya status kesehatan gigi penduduk. Faktor sosioekonomi berpengaruh kuat terhadap status kesehatan gigi. Hal ini dapat dilihat pada pengaruhnya terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Keluarga yang mempunyai pendidikan lebih tinggi memiliki kecendrungan untuk mengikuti instruksi kebersihan mulut, sehingga terlihat kejadian karies dan jumlah gigi yang hilang pada kelompok ini lebih rendah. (Wientraub, 1990)

Persepsi masyarakat terhadap penyakit karies gigi yang dideritanya dapat berbeda-beda, dan persepsi ini akan mempengaruhi kebutuhan yang dirasakannya, yang kemudian akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan penyakit karies gigi, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian antara lain adalah bersifat irreversible (tidak dapat kembali seperti semula) dan mempunyai prevalensi yang tinggi pada masyarakat. Dalam menggambarkan keadaan penyakit karies gigi pada penduduk, organisasi kesehatan sedunia ( WHO ) merekomendasikan klasifikasi umur dan kelompok umur yang perlu mendapat perhatian yaitu umur : 12 tahun, 15 tahun, 35 – 44 tahun dan 65-74 tahun ( World Health Organisation, 1997 ).


(29)

1) Umur 12 tahun. Umur 12 tahun perlu mendapat perhatian, oleh karena pada umur ini anak – anak telah meninggalkan bangku sekolah dasar, dan di kebanyakan negara didunia merupakan saat terakhir dimana sampel anak dapat dengan mudah diperoleh melalui sistem pendidikan. Dengan demikian umur 12 tahun dipilih sebagai saat untuk memantau kesehatan gigi anak secara menyeluruh dan untuk melihat perbandingan keadaan kesehatan gigi anak secara internasional.

2) Umur 15 tahun. Umur 15 tahun digunakan untuk membandingkannya dengan data pada umur 12 tahun yaitu untuk melihat kenaikan prevalensi dan keparahan karies gigi setelah meninggalkan bangku sekolah dasar.

3) Umur 35 – 44 tahun. Kelompok unur ini dianggap merupakan standar untuk memantau kondisi kesehatan orang dewasa, yaitu mengenai akibat penyakit karies gigi dan penyakit periodontal setelah mencapai kelompok umur ini, dan untuk melihat pengaruh dari pelayanan kesehatan gigi secara umum.

4) Umur 65 – 74 tahun. Data kelompok umur ini dibutuhkan untuk perencanaan yang tepat bagi pelayanan kesehatan penduduk umur lanjut serta memantau secara keseluruhan pengaruh pelayanan kesehatan gigi pada penduduk.

Indeks DMF-T yang merupakan indikator karies gigi yaitu, penjumlahan dari D yaitu decayed atau gigi karies/berlubang, M untuk missing yaitu gigi yang dicabut dan F untuk filling yaitu yang menggambarkan gigi yang ditambal.(WHO, 1997). Menurut WHO klasifikasi tingkat keparahan penyakit karies gigi ( DMF – T ) pada kelompok usia 12 tahun adalah:


(30)

Sangat rendah : 0,8 – 1,1 Rendah : 1,2 – 2,6 Sedang : 2,7 – 4,4 Tinggi : 4,5 – 6,5 Sangat tinggi : > 6,6

Perilaku

Menurut Notoatmodjo ( 2005 ) perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas , mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Menurut Notoatmodjo yang mengutip dari Kwick, menyatakan bahwa perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sebab sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Menurut ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.


(31)

Dari beberapa batasan tentang perilaku di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku itu merupakan seluruh aktivitas manusia baik yang tampak ataupun yang tidak, sebagai reaksi dari kondisi yang dihadapi individu baik yang menyenangkan maupun hal-hal yang menghambat tujuan hidupnya. Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respons seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Ada dua respons yakni :

1. Perilaku tertutup yakni respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Bentuk pasif ini masih terselubung (covert behavior)

2. Perilaku terbuka yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung dan sudah nampak dalam bentuk tindakan nyata (overt behavior). ( Notoatmodjo, 2003 ).

Meskipun perilaku dibagi pada perilaku terbuka dan perilaku terutup seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku merupakan totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa perilaku merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal. Demikian pula halnya dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi, pada tahap sebelum mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi merupakan perilaku tertutup, namun pada tahap memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi sudah pada perilaku terbuka.


(32)

Perilaku Sakit dan Pencarian Pengobatan

Foster yang mengutip dari Mechanic, menyatakan bahwa perilaku sakit adalah salah satu jenis respons pada individu dan respons ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan mengetahui perilaku sakit dapat diketahui bagaimana individu memonitor keadaan tubuhnya, menginterpretasi gejala – gejala karies gigi dan membuat keputusan akan menggunakan pelayanan kesehatan gigi atau tidak. Jadi perilaku pencarian pengobatan merupakan bagian dari perilaku sakit. (Foster, 2005).

Dalam menganalisa perilaku sakit, Muzaham yang mengutip dari Suchman, mengemukakan lima tahap sakit yaitu : (1) Tahap di mana pasien merasakan adanya gejala sakit, dan dapat menimbulkan respons emosional berupa rasa takut ; (2) Tahap di mana seseorang dinyatakan sakit dan memerlukan perawatan, dan orang sakit berusaha mengatasi gejala – gejala sakit, atau mencari nasehat dari keluarga atau teman. (lay referral) ; (3) Tahap di mana pasien perlu mendapat perawatan medis yang professional. Pada masyarakat Barat keputusan diambil setelah berkonsultasi dengan dokter dan keluarga, sedangkan pada non – Barat terutama di pedesaan keputusan lebih lambat karena melibatkan banyak orang ; (4) Tahap di mana individu berperan sebagai orang sakit, dan pada penderita penyakit – penyakit menahun yang mengetahui penyakitnya sulit sembuh secara total maka ia menerima ketergantungannya kepada dokter, sedangkan pada penderita yang penyakitnya diharapkan sembuh secara total ia tidak terlalu tergantung kepada dokter ; (5) Tahap penyembuhan atau rehabilitasi. Teori Suchman mengenai perilaku sakit memberikan sumbangan yang besar dalam menjelaskan prilaku kesehatan dari aspek sosial


(33)

kesehatan, namun kelemahan dari teori ini adalah bahwa studi dilakukan hanya pada penderita – penderita yang menerima pengobatan yang penyakitnya berat, sehingga pada penderita yang tidak mencari pengobatan, dan yang penyakitnya ringan kemungkinan teori ini tidak dapat digunakan (Muzaham, 1995).

Menurut Foster yang mengutip dari Mechanic dan Volkart, dalam mempelajari perilaku sakit, menemukan bahwa reaksi seseorang terhadap karies gigi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : Adanya tanda – tanda dan gejala – gejala yang menyimpang ; banyaknya gejala – gejala yang dianggap serius yang menyebabkan putusnya hubungan dengan keluarga, produktifitas menurun dan aktifitas sosial terganggu ; dan tersedianya biaya. (Foster, 2005).

Sejalan dengan pengertian perilaku sakit di atas Notoatmodjo yang mengutip dari Becker, mendefenisikan perilaku sakit merupakan respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pencarian pengobatan dimulai dari :

a) Didiamkan saja (no action), artinya rasa sakit tersebut diabaikan, dan tetap menjalankan aktifitas sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan kurang simpatik, tidak responsif, takut melakukan perawatan, takut ke rumah sakit dan sebagainya. b) Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau


(34)

tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman-pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Pengobatan ini terbagi dua cara yaitu : cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok) dan cara modern, misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek.

c) Mencari penyembuhan atau pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua yaitu : Fasilitas pelayanan tradisional (dukun, shinshe, dan paranormal), dan pelayanan kesehatan modern atau profesional (Puskesmas, Rumah Sakit, Praktek Dokter).

Pengertian Sehat dan Sakit

Pengertian sehat dan sakit juga dapat dijelaskan dengan konsep bahwa tidak ada individu yang sempurna kesehatannya dan tidak setiap orang menderita sakit. Notoatmodjo yang mengutip dari Twaddle dan Kassler, mengatakan sehat dan sakit berada pada keadaan antara kesehatan yang sempurna dan keadaan mati. Apa yang sehat bagi seseorang mungkin bagi individu lainnya tidak. Twaddle mengembangkan suatu hubungan antara status kesehatan dilihat dari segi individu dan status kesehatan dilihat dari segi penilai. Pada kenyataannya penilaian masyarakat mengenai status kesehatannya sering berbeda dengan petugas kesehatan. (Muzaham, 1996; Notoatmodjo, 2003).

Twaddle membedakan tiga macam konsep yaitu Disease, Illness dan Sickness. Disease adalah konsep yang menunjukkan dimensi biologis dari perasaan yang tidak


(35)

sehat dan merupakan fenomena objektif, yang dapat diukur melalui pengamatan langsung, atau tes laboratorium, dan terutama menjadi titik perhatian para dokter sejak dua abad lalu. Illness adalah konsep yang mempunyai dimensi fisiologis bersifat subjektif. Merupakan perasaan tidak sehat menurut orang yang merasakannya. Sickness adalah konsep yang mempunyai dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap kehidupan sosialnya. Selama individu masih bisa melakukan kewajiban – kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana biasa, masyarakat tidak menganggapnya sakit. (Notoatmodjo, 2003)

Dari Sudut Penilai

Dari Sudut Individu

Sehat (Well) Sakit (ill)

Sehat (Well)

Kesehatan Normal

(Normal Health) (1)

Mengingkari Sakit (Deny of illness) (2)

Sakit (ill)

Pura-pura sakit (Hypocondriac)

(Normal Health) (3)

Kesehatan Buruk (Ill Health)

(4) Sumber : Wolinsky

Gambar 1. Hubungan antara Status Kesehatan dari Segi Individu dengan Status Kesehatan dari Sudut Penilai

Area 1 (satu) menggambarkan bahwa seseorang tidak menderita sakit dan tidak merasa sakit (sehat menurut petugas kesehatan). Area 2 (dua) menggambarkan seseorang menderita karies gigi tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit atau tidak dirasakan sebagai sakit. Area 3 (tiga) menggambarkan seseorang yang merasa dirinya


(36)

sakit gigi (pura-pura sakit) namun dari hasil pemeriksaan klinis tidak ditemukan adanya penyakit karies gigi, kondisi ini hanya sedikit saja pada masyarakat dan hal ini mungkin karena gangguan psikis saja. Area 4 (empat) menggambarkan orang tersebut benar-benar menderita penyakit karies gigi baik dari individu maupun dari hasil pemeriksaan dokter gigi. (Wolinsky, 1980).

Landasan Teori

PRECEDE ( Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluated ) dari Green

Green (1980) mengemukakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku kesehatan baik individu maupun masyarakat yakni : predisposing, enabling dan reinforcing.

1) Predisposing adalah faktor yang mendahului perilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berperilaku, yang termasuk didalamnya adalah : pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilai.

2) Enabling adalah faktor pendukung yang memungkinkan keinginan untuk melaksanakan. Hal-hal yang termasuk dalam enabling antara lain adalah keterampilan perorangan, fasilitas atau sarana kesehatan.

3) Reinforcing adalah faktor penguat yang mendorong atau memperkuat terjadinya perubahan perilaku seseorang di bidang kesehatan. Beberapa faktor penguat ini antara lain menyangkut sikap petugas, tokoh masyarakat, teman sebaya dan lain-lain.


(37)

Sumber : Lawrence W. Green.

Enabling Factors: Availability of resources Accessibility Referrals Skills Reinforcing Factors: Attitudes and behavior of health and other personnel, peers, parents, employers, etc Non behavioral Causes Behavioral Causes Predisposing Factors: Knowledge Attitudes Values perceptions Health Problem Nonhealth factors Health Education Components Of Health program Quality of life

Gambar 2. PRECEDE Framework dari Green

Pada teori yang dikemukakan Green, faktor penguat (Reinforcing) perilaku kesehatan memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat, faktor pemungkin/memudahkan (Enabling) disini adalah menyangkut sarana kesehatan gigi namun pada penelitian ini tidak hanya pemanfaatan sarana kesehatan saja tetapi juga melihat kemana saja masyarakat mencari pengobatan bila mengalami sakit gigi. Untuk teori pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Green yang dipergunakan dalam


(38)

penelitian ini adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan sikap sebagai faktor predisposisi perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi.

Health Belief Model dari Kirscht

Selain teori Green dikenal juga model kepercayaan kesehatan (The Health Belief Models). Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.


(39)

Symptoms

Health Motivation

Cues to courses of action Personal Characteristic :

Age, sex, socio-economic status, general coping, ability, alienation, etc

Barriers Costs of acting Benefits of action

Value of threat reduction expectancy for success

Threat Negatively valued out- comes

Expectancy of occurrence

Decisions to Acts

Gambar 3. The Health Belief Model and Illness Behavior dari Kirscht, J. P

Ada empat elemen yang mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan mencari pengobatan yaitu :

(1) Health Motivation

Motivasi kesehatan yang timbul oleh adanya gejala- gejala penyakit , dan motivasi ini bervariasi pada masing-masing individu, yang dipengaruhi oleh derajat kepeduliannya terhadap masalah kesehatan gigi.

(2) Threath

Ancaman yang dilihat seseorang yang didasarkan pada penilaian terhadap kemungkinan yang ditimbulkan penyakit misalnya anggapan bahwa penyakit karies gigi dapat berakibat parah. Kehilangan gigi terutama gigi depan dapat mengganggu


(40)

estetis sehingga berpengaruh pada aktivitas sosial, dapat mengganggu fungsi penguyahan, atau penyakit karies gigi tidak dapat sembuh tanpa diobati.

(3) Perceived Benefits

Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan apabila mengambil tindakan terhadap gejala yang dirasakan untuk mengurangi ancaman.

(4) Perceived Barriers

Hambatan untuk bertindak dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan pada perawatan gigi. Disamping itu hambatan dapat berupa biaya baik bersifat monetary cost yaitu biaya pengobatan ataupun time cost ( waktu menunggu diruang tunggu, atau waktu yang digunakan selama perawatan, dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan ). (Kirscht, 1971)

Keempat elemen diatas dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin dan status social ekonomi. Pada konsep Health Belief Model ini pada prakteknya belum dapat dijadikan faktor yang mendorong untuk berperilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi namun, pada penelitian ini yang dipergunakan dari konsep Health Belief Model adalah persepsi mengenai ancaman, hambatan dalam penanggulangan penyakit karies gigi.

The Behavior Model of Health Service Use dari Ronald Andersen

Sedangkan Andersen ( 1975) mengemukakan suatu model perilaku seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagai berikut :


(41)

Sumber : Ronald Andersen, Joanna Kravits, Odin W. Anderson.

Presdiposing

Community Recources (Health facility

and personal) Family Recources (Income, Health

insurance)

Health Belief Social Structure (Ethnicity, education, occupation of

head family) Demographic (Age, Sex)

Evaluated (Symptons,

Diagnose) Perceived (Symptoms,

Diagnose) Need

Enabling Health Service

Gambar 4. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dari Andersen.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga hal yakni : 1. Predisposisi individu (predisposing factor)

Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi : ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan. 2. Enabling factor

Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain, pendapatan, asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cenderung menggunakan


(42)

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit. Untuk penyakit yang tergolong berat (misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit), maka kondisi ekonomi merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

3. Karakteristik kebutuhan (need factor)

Faktor ini lebih menitik beratkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya merasakan adanya penyakit, atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Kebutuhan diukur dengan “Perceived need” dan “Evaluated need” melalui : 1. Jumlah hari individu tidak bisa bekerja

2. Gejala yang dialaminya

3. Penilaian individu tentang status kesehatannya.

Bila faktor predisposisi dan enabling sudah mendukung, maka variasi persepsi terhadap penyakit karies gigi dan cara seseorang menanggapi penyakit akan menentukan apakah memanfaatan pelayanan kesehatan gigi atau tidak, sub komponennya yaitu kebutuhan yang ”dirasakan” (perceived need), di ukur dengan perasaan subjektif individu terhadap penyakit karies gigi dan Evaluated Need yaitu evaluasi klinis terhadap penyakit karies gigi oleh dokter gigi. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa faktor kebutuhan (need) merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi. ( Andersen, 1975 ).

Pada teori pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen dipergunakan pada penelitian ini yaitu faktor Need dan Enabling, Enabling factor yaitu kepemilikan asuransi dan pendapatan per bulan, dimana faktor tersebut untuk


(43)

melihat sejauhmana kemauan dan kemampuan responden dalam mempergunakan pendapatannya untuk pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar. Faktor Need yaitu kebutuhan yang dirasakan individu dan kebutuhan yang ditentukan oleh pemeriksaan dokter gigi.

Kerangka konsep Penelitian

Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Kota Pematang Siantar sebagai variabel yang dipengaruhi oleh faktor kebutuhan (Need) masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi yaitu kebutuhan yang dirasakan individu untuk perawatan gigi dan kebutuhan yang ditentukan dari hasil pemeriksaan dokter gigi. Pengetahuan, persepsi, sikap, kepemilikan asuransi dan pendapatan per bulan sebagai variabel yang mempengaruhi variabel utama.

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori diatas maka dibuat kerangka konsep penelitian ini yang merupakan modifikasi antara teori dari Andersen, Lawrence Green dan Model Kepercayaan Kesehatan dari Kirscht yaitu sebagai berikut:

Faktor Enabling 1. Asuransi

2. Pendapatan per bulan Faktor Predisposisi 1.Pengetahuan 2.Persepsi 3.Sikap Need

1.Perceived need 2.Evaluated need (DMF-T)

Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar


(44)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2001) untuk menjelaskan hubungan kebutuhan berdasarkan persepsi individu dan kebutuhan yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar .

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Pematang Siantar, dengan pertimbangan kota Pematang Siantar merupakan daerah yang strategis, merupakan daerah rujukan untuk daerah sekitarnya seperti Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Tobasa dan masih rendahnya tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi yang dapat dilihat dari tingkat kunjungan pasien ke poliklinik gigi puskesmas dan ke poliklinik gigi RSUD Dr Djasamen Saragih Pematang Siantar, serta belum pernah dilakukan penelitian yang serupa.


(45)

Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan selama 14 bulan mulai bulan Februari 2007 sampai dengan bulan April 2008.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kota Pematang Siantar yang berusia 15-65 tahun.

Besar sampel pada penelitian ini dapat dihitung dengan pendugaan dua proporsi pupulasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Lemeshow,1997) :

2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 ) ( )]} 1 ( ) 1 ( [ )] 1 ( [ 2 { P P P P P P Z P P Z n − − + − + −

= −α −β

Dimana :

n = besar sampel P = P1 + P2 / 2

Penelitian pendahuluan dengan jumlah sampel 40 orang mendapatkan : P1 = Proporsi wanita yang mengalami karies gigi = 40%

P2 = Proporsi laki-laki yang mengalami karies gigi = 30%

Derajat kemaknaan α = 0.05 dan = 0,20 Kekuatan uji = 80 %


(46)

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode multistage sampling. Kota Pematang Siantar mempunyai 7 kecamatan dan 43 kelurahan. Pengambilan sampel dilakukan dalam tiga tahap :

Tahap pertama : Pengambilan dua kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada secara acak, terpilih Kecamatan Siantar Barat dan Kecamatan Siantar Marihat.

Tahap kedua : Pada tiap kecamatan terpilih diambil secara acak dua kelurahan dan dari kelurahan (setiap kelurahan memiliki dua lingkungan) diambil responden dari tiap lingkungan sebanyak 58 orang. Kecamatan Siantar Barat terpilih Kelurahan Proklamasi dan Kelurahan Timbang Galung dan Kecamatan Marihat terpilih Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Pardamean.

Tahap ketiga : Pengambilan responden penduduk umur 15-65 tahun.

Pengambilan sampel pertama pada tiap lingkungan dilakukan secara random. Cara pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut :

1) Langkah pertama, ditentukan tempat yang merupakan pusat kegiatan di lingkungan yang dipilih, dan dalam penelitian ini adalah kantor kepala lingkungan atau gereja / mesjid.

2) Langkah kedua adalah meletakkan botol fanta kosong di tanah disekitar kantor kepala lingkungan atau mesjid / gereja. Selanjutnya botol fanta diputar pada sumbunya dan arah di mana mulut botol berhenti ditentukan sebagai tempat


(47)

diambilnya sampel yang pertama. Apabila pada arah di mana mulut botol berhenti tidak menghadap rumah, maka botol di ulangi diputar sampai mulut botol menunjuk arah yang ada rumah.

3) Langkah ketiga adalah menentukan secara random salah satu dari beberapa rumah yang berada pada garis lurus yang ditarik mulai dari rumah pertama yang di tunjuk sesuai arah mulut botol sampai seterusnya. Kemudian sampel sebagai responden adalah penduduk berusia 15-65 tahun yang merupakan tetangga terdekat di sebelahnya sampai diperoleh sejumlah responden yang telah ditentukan.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan pedoman kuesioner mengenai hubungan kebutuhan yang dirasakan individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui hasil pemeriksaan dokter gigi terhadap perawatan gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi .Data sekunder adalah data demografi, jumlah kunjungan ke pelayanan kesehatan yang diperoleh dari catatan / pendokumentasian pada lokasi penelitian.

Uji validitas dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur. Uji Validitas dilakukan terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan formula alat bantu komputer yaitu dengan melihat output pada kolom corrected item-total correlation yang merupakan nilai r hitung untuk masing-masing pertanyaan, kemudian membandingkan dengan nilai r tabel.


(48)

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur yang dipergunakan dan dilakukan pada kuesioner yang sudah valid dengan menggunakan rumus product moment ( korelasi Pearson ). (Arikunto, 2002 ). Penggunaan alat ukur ini telah diuji dengan melakukan uji coba pada 42 orang responden diwilayah penelitian dan bukan merupakan bagian dari sampel penelitian. Ternyata terbukti validitas dan reliabilitasnya. Uji reliabilitas menghasilkan nilai Alfa Cronbach’s sebagai berikut : a. Kebutuhan yang dirasakan mempunyai nilai 0,805

b. Persepsi mempunyai nilai 0,776 c. Sikap mempunyai nilai 0,773

d. Pengetahuan mempunyai nilai 0,799

e. Pemanfaatan pelayanan kesehatan mepunyai nilai 0,810.

Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel penelitian, Definisi Operasional, Cara, Alat dan Skala Ukur

Variable Definisi Operasional Cara dan

Alat Ukur Skala

1 2 3 5

VARIABEL DEPENDEN

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

Tindakan yang dilakukan oleh responden apabila mengalami karies gigi, apakah ke pelayanan kesehatan gigi atau tidak

Wawancara (Kuesioner)


(49)

Lanjutan variabel dan defenisi operasional VARIABEL

INDEPENDEN Defenisi Operasional

Cara dan Alat Ukur Skala Perceived Need (Kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan persepsi individu)

Pendapat responden :

• Mempunyai gigi berlubang.

• Mengenai sakit gigi (karies) dalam enam bulan terakhir.

• Memerlukan perawatan gigi enam bulan terakhir.

• Karies gigi mengganggu pekerjaan

• Mengenai pemeriksaan gigi secara rutin ke dokter gigi.

• Membutuhkan perawatan gigi pada saat ini atau tidak.

Wawancara

(Kuesioner) Nominal

Evaluated need

(Indeks DMF-T )

Karies adalah gigi berlubang pada pit atau fissure atau pada permukaan, yang mempunyai dinding lunak dan bila dideteksi oleh instrumen sonde akan sangkut.

Evaluated need (DMF-T) :

Pengalaman karies responden berdasarkan diagnosa dokter gigi yang merupakan Penjumlahan

D=Decayed, M=Missing, F=Filled Dengan rumus DMF-T = ∑ DMF-T ∑ Sampel

Decayed : gigi tetap yang berlubang pada pit atau fissure atau pada permukaan, yang mempunyai dinding lunak dan bila dideteksi oleh instrumen sonde akan sangkut.

Missing : gigi tetap yang telah dicabut oleh karena karies.

Filled : gigi tetap yang terdapat satu atau lebih tambalan tetap dan tidak terdapat karies sekunder.

Pemeriksaan Gigi (sonde, kaca mulut).

Interval

• Pengetahuan : Pengetahuan responden mengenai ada tidaknya unit pelayanan kesehatan gigi di daerah tinggalnya

Wawancara (kuesioner)

Ordinal

• Persepsi : Pemahaman responden mengenai penyakit karies gigi yaitu mengenai keseriusan penyakit, ancaman penyakit bila tidak diobati.

Wawancara (kuesioner)

Ordinal

• Sikap : Pendapat atau penilaian responden tentang status kesehatan gigi, apakah kesehatan gigi sangat berarti bagi responden atau tidak.

Wawancara (kuesioner)

Ordinal

• Pendidikan : Pendidikan formal yang terakhir ditamatkan oleh responden

Wawancara

(kuesioner) Nominal Faktor

Predisposisi

• Umur : Ulang tahun terakhir responden pada saat penelitian

Wawancara

(kuesioner) Interval

• Asuransi: Kepesertaan responden dengan Asuransi

Wawancara

(kuesioner) Nominal Faktor

Enabling

Pendapatan : Penghasilan responden perbulan, bagi responden yang masih menjadi tanggungan orang tua, pendapatan merupakan penghasilan orang tuanya

Wawancara (kuesioner)


(50)

Metode Pengukuran

a. Kebutuhan Berdasarkan Persepsi Individu

Pengukuran kebutuhan berdasarkan persepsi individu, dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan mengenai kebutuhan berdasarakan persepsi individu. Diberikan nilai 2 bagi responden yang memberikan jawaban positif dan nilai 1 bagi responden dengan jawaban negatif. Kategori responden dibagi pada dua kategori yaitu responden yang berada di atas median termasuk mempunyai kebutuhan tinggi dan di bawah median termasuk mempunyai kebutuhan rendah, hal ini sesuai dengan standar Depkes RI bahwa 50% - 75% termasuk kategori cukup. b. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pengukuran pemanfaatan pelayanan kesehatan, dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemberian nilai 2 bagi yang menyatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya puskesmas, rumah sakit dan praktek dokter gigi, dan nilai 1 bagi yang tidak memanfaatkan.

c. Kebutuhan yang Ditentukan Melalui Pemeriksaan Dokter Gigi (DMF-T)

Pengukuran DMF-T dilakukan di rumah responden dengan cara memeriksa gigi responden dengan sinar matahari dan apabila pencahayaannya kurang, dilakukan penerangan dengan menggunakan senter, lesi karies ditentukan dengan menjalankan sonde pada kavitas dan sonde sangkut. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan lesi karies (D), gigi yang sudah dicabut karena karies (M) dan gigi yang sudah ditambal (F), kemudian dibagi dengan jumlah responden yang diperiksa. Pengukuran DMF-T


(51)

menggunakan standar menurut WHO yang sudah dimodifikasi. Responden yang memiliki indeks karies ≤ 4,4 dimasukkan kedalam kategori rendah dan sedang, bagi responden dengan indeks karies > 4,4 dimasukkan kedalam kategori tinggi dan sangat tinggi.

d. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan responden mengenai keberadaan unit pelayanan kesehatan gigi dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan pengetahuan. Diberikan nilai 2 bagi yang tahu dan nilai 1 bagi yang tidak tahu. Bagi responden yang memiliki nilai < 5 dikategorikan tidak tahu dan yang memiliki nilai ≥ 5 dikategorikan tahu.

e. Sikap

Pengukuran sikap responden, dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan mengenai sikap. Diberikan nilai 2 bagi responden yang memberikan jawaban positif dan 1 bagi responden dengan jawaban negatif. Kategori responden dibagi pada dua kategori yaitu responden yang berada di atas median termasuk mempunyai sikap baik dan di bawah median termasuk sikap kurang.

f. Persepsi

Pengukuran mengenai persepsi responden , dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan mengenai persepsi/belief . Diberikan nilai 2 bagi responden yang memberikan jawaban positif dan 1 bagi responden dengan jawaban negatif. Kategori responden dibagi pada dua kategori yaitu responden yang berada di atas


(52)

median termasuk mempunyai persepsi baik dan di bawah median termasuk persepsi kurang.

g. Kepemilikan Asuransi

Pengukuran mengenai kepemilikan asuransi responden dilihat dari jawaban responden apakah memiliki asuransi atau tidak memiliki.

h. Pendapatan

Pendapatan responden merupakan penghasilan responden perbulan, pengukuran pendapatan di bagi pada dua kategori yaitu bagi responden yang berada di atas upah minimum Kota Pematang Siantar di masukkan pada responden dengan pendapatan tinggi dan yang berada di bawah upah minimum Kota Pematang Siantar termasuk pada responden dengan pendapatan rendah. Upah minimum Kota Pematang Siantar merujuk kepada keputusan Gubernur Sumatera Utara tahun 2006, yaitu sebesar Rp. 761.000 (Tujuh ratus enam puluh satu ribu rupiah) perbulan.

Analisis data

Tujuan akhir dari analisis data adalah untuk membuktikan hipotesis penelitian, untuk menguji hipotesis penelitian, maka dilakukan analisis bivariat dengan uji chi square, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (kebutuhan yang dirasakan individu dan DMF-T indeks) dengan variabel dependen (pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi). Pada analisis ini ditentukan terlebih dahulu hipotesis nol, dengan tingkat kemaknaan 5 % ( = 0,05 ), bila diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka hipotesis nol ditolak artinya ada


(53)

hubungan antara kebutuhan yang dirasakan individu dan kebutuhan yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya variabel konfonder (pengetahuan, persepsi, sikap, kepemilikan asuransi, dan pendapatan perbulan) hubungan antara perceived dan evaluated need dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi serta melihat besarnya hubungan antara kebutuhan yaitu kebutuhan yang dirasakan dan kebutuhan melalui pemeriksaan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi setelah variabel konfonder dikontrol. Penghitungan ini dilakukan dengan regresi logistik ganda, sehingga didapatkan hubungan yang murni antara variabel bebas dengan variabel terikat tanpa adanya variabel konfonder.


(54)

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Kota Pematang Siantar

Untuk mengenal daerah tempat penelitian ini, maka diuraikan gambaran umum Kota Pematang Siantar menurut geografi, iklim, pemerintahan, dan pelayanan kesehatan. Secara geografi Kota Pematang Siantar terletak diantara 2° 50° 29° - 2° 50° 23° LU dan 99° 05° - 99° 02° BT, serta berada 400 meter diatas permukaan laut, beriklim sedang dengan suhu maksimum 31,1° C dan suhu minimum 19,1° C, curah hujan rata-rata 256 mm dan kelembaban udara rata-rata 84,57 %. Kota Pematang Siantar perbatasannya dikelilingi wilayah Kabupaten Simalungun. Luas wilayah Kota Pematang Siantar adalah 79,971 km².

Kota Pematang Siantar merupakan salah satu dari 28 kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara. Kota Pematang Siantar merupakan kota kedua terbesar setelah Kota Medan. Administrasi kota dipimpin oleh seorang walikota dan pada saat ini terdiri dari 7 kecamatan dan 43 kelurahan dengan jumlah penduduk 247.837 jiwa, yang berarti kepadatan penduduk 3.099 jiwa /km².

Penelitian ini dilakukan di Kota Pematang Siantar yang diwakili Kecamatan Siantar Barat dan Kecamatan Marihat. Jumlah penduduk kecamatan Siantar Barat sampai bulan Januari tahun 2007 adalah 48.051, jumlah penduduk wanita 24.444 jiwa, dan laki-laki 23.607 jiwa. Kecamatan Siantar Barat mempunyai luas wilayah 3,25 km², kepadatan penduduk 14.790 jiwa/km². Pembangunan jalan sudah merata sehingga transportasi sudah berjalan dengan baik. Kecamatan Siantar Barat


(55)

merupakan kecamatan dengan tipe jasa dan perdagangan. Kecamatan Siantar Marihat mempunyai jumlah penduduk 32.511 jiwa yang terdiri dari 16.581 jiwa dan laki-laki 15.930 jiwa. Kecamatan Siantar Marihat mempunyai luas 25,83 km², kepadatan penduduk 1.258 jiwa/km².

Sarana pelayanan kesehatan gigi yang ada di Kota Pematang Siantar sebesar 55 unit dengan rasio terhadap penduduk 1 : 4.506 penduduk. Puskesmas dijumpai pada semua kecamatan dengan jumlah keseluruhannya adalah 17 puskesmas sehingga rasio puskesmas dengan jumlah penduduk adalah 1 : 14.579 penduduk. Jumlah puskesmas ini sudah memadai bila dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan yaitu satu puskesmas untuk 30.000 jiwa. Rasio dokter gigi dan penduduk di kecamatan Siantar Barat adalah 1 : 9.610 penduduk sedangkan di kecamatan Siantar Marihat 1 : 8.127 penduduk.

Gambaran Karakteristik Responden

Karakterisik responden penelitian ini menggambarkan bahwa persentase perempuan yaitu 61,85 %, lebih besar dibandingkan dengan laki-laki 38,15 %. Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SMU sebanyak 70,90 %. Pekerjaan responden yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 39,66 %). Gambaran karakteristik responden menurut status perkawinan yang terbanyak adalah responden yang sudah berkeluarga dan ibu rumah tangga (Tabel 2).


(56)

Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Karakteristik N Persentase Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Umur 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 65 Total Pendidikan SD SLTP SMU PT Total Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga PNS/TNI/Pensiunan Pegawai Swasta Tidak Bekerja Total Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Janda/Duda Total 177 297 464 127 139 107 91 464 19 71 329 45 464 184 113 73 37 17 464 298 135 31 464 38,15 61,85 100 27,37 29,96 23,06 19,61 100 4,1 15,3 70,9 9,7 100 39,66 24,36 15,73 7,97 3,66 100 64 29 7 100

Gambaran Perceived Need (Kebutuhan Perawatan Karies Gigi Berdasarkan Persepsi Individu)

Responden yang menyatakan memiliki gigi berlubang 51,3% sedangkan yang menyatakan tidak 48,7%. Selama 6 bulan terakhir, responden yang menyatakan mengalami sakit gigi 54,3% dan yang tidak menyatakan mengalami sebesar 45,7%


(57)

sedangkan yang menyatakan mendapatkan perawatan 41,8% dari jumlah responden yang mengeluhkan sakit gigi. Responden yang menyatakan bahwa penyakit karies gigi tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari sebanyak 38,7% dan yang menyatakan mengganggu 61,3%. Persentase responden yang menyatakan rutin memeriksakan kesehatan gigi 32,1 % sedangkan yang menyatakan tidak rutin 67,9%. Responden yang menyatakan membutuhkan perawatan gigi pada saat ini 68,1% sedangkan yang menyatakan tidak 31,9% ( Tabel 3).

Tabel 3. Persentase Responden Menurut Kebutuhan Perawatan Karies Gigi Berdasarkan Persepsi Individu di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

No. Persepsi Kebutuhan Perawatan

Karies Gigi

N Persentase 1 Mempunyai gigi berlubang

-Ya -Tidak 238 226 51,3 48,7 2 Merasakan sakit gigi 6

bulan terakhir -Ya -Tidak 252 212 54,3 45,7 3 Mendapatkan perawatan gigi 6

bulan terakhir -Ya -Tidak 194 270 41,8 58,2 4 Karies Gigi tidak menggangu

pekerjaan -Ya -Tidak 180 284 38,7 61,3 5 Rutinitas memeriksakan gigi

-Ya -Tidak 149 315 32,1 67,9 6 Saat ini butuh perawatan gigi

-Ya -Tidak 316 148 68,1 31,9


(58)

Gambaran Evaluated Need ( Kebutuhan Perawatan Karies Gigi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dokter Gigi )

Prevalensi karies berdasarkan kelompok umur cukup tinggi, yaitu 93,70% - 100% dan terlihat ada kecendrungan kenaikan prevalensi karies seiring dengan pertambahan umur (Tabel 4).

Tabel 4. Prevalensi Karies Gigi Menurut Kelompok Umur di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Kelompok umur (tahun)

Jumlah penderita Karies (DMF-T>0)

Jumlah responden

Prevalensi

15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 65

119 135 106 91

127 139 107 91

93,70 97,12 99,10 100

Total 451 464

97,2

Pengalaman karies gigi rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan gigi dengan lesi karies (D), gigi yang sudah dicabut (M) dan gigi yang sudah ditambal (F) dibagi dengan jumlah responden yang diperiksa. Pada penelitian ini indeks karies rata-rata = 6,43, yang berarti bahwa kerusakan gigi rata-rata per orang adalah 6 gigi, yang di dominasi oleh D dan M dengan rata-rata D = 4 dan rata-rata gigi yang hilang = 2 sedangkan rata-rata gigi yang sudah ditambal masih terlalu rendah yaitu 0,16 gigi.


(59)

Apabila dilihat dari kelompok umur ternyata ada kenaikan jumlah pengalaman karies gigi rata-rata seiring bertambahnya umur. Pada kelompok umur 15 – 24 tahun DMF-T rata-rata 4,37 ± 1.84, pada kelompok umur 25 – 34 tahun DMF-DMF-T rata-rata 5,70 ± 2,06, pada kelompok umur 35 – 44 tahun DMF-T rata-rata 7,10 ± 3,47 dan pada kelompok umur 45 – 65 tahun DMF-T rata-rata 9,65 ± 4,45 (Tabel 5).

Tabel 5. Pengalaman Karies Gigi (DMF-T) Responden Menurut Kelompok Umur di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Kelompok umur (tahun)

Jumlah Responden

DMF-t Rata-rata D

15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 65

127 139 107 91

4,37 5,70 7,10 9,65

1,84 2,06 3,47 4,45

Total 464 6,43 3

Berdasarkan standar yang ditentukan oleh WHO, responden di dua kecamatan Kota Pematang Siantar yang memiliki indeks karies gigi tinggi yaitu indeks karies lebih besar dari 4,4 sebesar 57,9% ( Tabel 6 ).


(60)

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Gigi (DMF-T) Menurut Standar yang Ditentukan WHO yang Sudah Dimodifikasi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

No. DMF-T N Persentase

1 Rendah dan Sedang ( ≤ 4,4 ) 195

42,1 2 Tinggi dan Sangat Tinggi ( > 4,4 ) 269 57,9

Faktor-Faktor Predisposisi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

Responden yang menyatakan berkeyakinan semua orang dapat menderita karies gigi sebanyak 97,2% sedangkan yang menyatakan tidak 2,8%. Keyakinan responden tentang penyakit karies gigi berbahaya bagi kesehatan sebanyak 69,8% sedangkan yang menyatakan tidak 30,2%. Penyakit karies gigi dapat menyebabkan penyakit pada bagian tubuh lain sebanyak 66,6% dan yang tidak menyatakan 33,4%. Responden yang menyatakan berkeyakinan bahwa penyakit karies gigi dapat sembuh tanpa diobati sebanyak 13,2% sedangkan yang menyatakan tidak 86,8%(Tabel 7).

Responden yang menyatakan setuju bahwa kesehatan gigi mempunyai arti penting bagi dirinya sebanyak 98,1% sedangkan yang menyatakan tidak 1,9%. Responden yang menyatakan tidak keberatan meninggalkan pekerjaan untuk berobat gigi sebanyak 60,3% sedangkan yang menyatakan keberatan 39,7%. Responden yang menyatakan bau mulut dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain sebanyak 91,6% sedangkan yang menyatakan tidak mempengaruhi hubungan dengan orang lain 8,4%. Sebanyak 96,3% responden mengatakan kerusakan gigi dapat merusak penampilan sedangkan yang menyatakan tidak 3,7% (Tabel 8).


(61)

Tabel 7. Persentase Persepsi Responden Mengenai Penyakit Karies Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

No. Persepsi Penyakit Karies Gigi N Persentase 1 Semua orang dapat menderita

karies gigi -Ya -Tidak

451 13

97,2 2,8 2 Penyakit karies Gigi berbahaya

bagi kesehatan - Ya - Tidak

324 140

69,8 30,2 3 Penyakit karies gigi dapat

menyebabkan penyakit pada bagian tubuh yang lain

- Ya - Tidak

309 155

66,6 33,4 4 Penyakit karies Gigi dapat

sembuh tanpa diobati - Ya

- Tidak

61 403

13,2 86,8

Pengetahuan responden mengenai keberadaan unit pelayanan kesehatan gigi sebanyak 91,8% menyatakan mengetahui adanya unit pelayanan kesehatan gigi di daerahnya sedangkan 8,2% menyatakan tidak mengetahui (Tabel 9).


(62)

Tabel 8. Persentase Sikap Responden terhadap Penyakit Karies Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

No. Sikap N Persentase

1 Kesehatan gigi mempunyai arti penting - Ya - Tidak 455 9 98,1 1,9 2 Jika sakit gigi, dapat meninggalkan

pekerjaan untuk berobat gigi - Ya - Tidak 280 184 60,3 39,7 3 Bau mulut dapat mempengaruhi

hubungan dengan orang lain - Ya - Tidak 425 39 91,6 8,4 4 Kerusakan gigi depan dapat merusak

penampilan - Ya - Tidak 447 17 96,3 3,7

Tabel 9. Persentase Pengetahuan Mengenai Keberadaan Unit Pelayanan Kesehatan Gigi Responden di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Keberadaan Pelayanan

Kesehatan Gigi N Persentase

Tahu Tidak tahu 426 38 91,8 8,2


(63)

Faktor-Faktor Enabling Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

Responden yang menyatakan memiliki asuransi kesehatan sosial sebanyak 24,1%, asuransi kesehatan masyarakat miskin 0,4%, asuransi lainnya (Prudential dan AIG Life) 9,1%, dan tidak memiliki asuransi 66,4% (Tabel 10)

Tabel 10. Persentase Kepemilikan Asuransi Kesehatan Responden di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Asuransi N Persentase

Asuransi Sosial 112 24,1

Askeskin

2 0,4

Asuransi Lainnya 42 9,1

Tidak memiliki asuransi

308

66,4

Responden yang menyatakan pendapatannya di atas upah minimum regional (UMR) sebanyak 61,6% sedangkan yang menyatakan berada di bawah UMR 38,4% (Tabel 10). Khusus bagi responden yang mendapatkan perawatan gigi, rata-rata biaya yang dikeluarkan pada saat mendapatkan perawatan gigi sebesar Rp.13.000 dan menurut responden tarif tersebut tidak mahal dan sudah dianggap wajar.

Responden yang menyatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi sebanyak 74,8% sedangkan yang menyatakan tidak memanfaatkan 25,2% (Tabel 12).


(64)

Tabel 11. Persentase Pendapatan Responden di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Pendapatan N Persentase

Di atas UMR 286 61,6

Di bawah UMR 178 38,4

Tabel 12. Persentase Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Pematang Siantar Tahun 2007

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

N Persentase

Memanfaatkan 347 74,8

Tidak memanfaatkan 117 25,2

Hubungan antara Faktor-faktor Predisposisi dan Enabling dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,018 dan prevalensi rasio = 2,340 ( CI 95%. 1,184 – 4,627 ). Responden yang mengetahui adanya unit pelayanan kesehatan gigi berpeluang 2,340 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi bila dibandingkan dengan yang tidak mengetahui.

Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dengan nlai p= 0,009 dan prevalensi rasio = 1,837( CI 95 %


(1)

Crosstabs

Case Processing Summary

464 100.0% 0 .0% 464 100.0%

464 100.0% 0 .0% 464 100.0%

DAPATKAT * BUTHKAT ASKESKAT * BUTHKAT

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

DAPATKAT * BUTHKAT

Crosstab

138 148 286

48.3% 51.7% 100.0%

67 111 178

37.6% 62.4% 100.0%

205 259 464

44.2% 55.8% 100.0% Count

% within DAPATKAT Count

% within DAPATKAT Count

% within DAPATKAT baik

kurang DAPATKAT

Total

rendah tinggi BUTHKAT

Total

Chi-Square Tests

5.009b 1 .025

4.588 1 .032

5.041 1 .025

.027 .016

4.999 1 .025

464 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 78.64.


(2)

Risk Estimate

1.545 1.055 2.263 1.282 1.025 1.604

.830 .707 .974

464 Odds Ratio for DAPATKAT

(baik / kurang)

For cohort BUTHKAT = rendah

For cohort BUTHKAT = tinggi

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

ASKESKAT * BUTHKAT

Crosstab

149 159 308

48.4% 51.6% 100.0%

56 100 156

35.9% 64.1% 100.0%

205 259 464

44.2% 55.8% 100.0% Count

% within ASKESKAT Count

% within ASKESKAT Count

% within ASKESKAT tidak ada

memiliki askes ASKESKAT

Total

rendah tinggi BUTHKAT

Total

Chi-Square Tests

6.539b 1 .011

6.043 1 .014

6.606 1 .010

.013 .007

6.525 1 .011

464 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b.


(3)

Risk Estimate

1.673 1.126 2.487

1.348 1.061 1.712

.805 .687 .945

464 Odds Ratio for

ASKESKAT (tidak ada / memiliki askes) For cohort BUTHKAT = rendah

For cohort BUTHKAT = tinggi

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

Frequencies

Statistics

TAHUKAT

464 0 Valid

Missing N

TAHUKAT

38 8.2 8.2 8.2

426 91.8 91.8 100.0

464 100.0 100.0

tidak tahu tahu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Crosstabs

Case Processing Summary

464 100.0% 0 .0% 464 100.0%

464 100.0% 0 .0% 464 100.0%

464 100.0% 0 .0% 464 100.0%

DMFTKAT * TAHUKAT BUTHKAT * TAHUKAT MNFATKAT * TAHUKAT

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(4)

DMFTKAT * TAHUKAT

Crosstab

22 173 195

11.3% 88.7% 100.0%

16 253 269

5.9% 94.1% 100.0%

38 426 464

8.2% 91.8% 100.0% Count

% within DMFTKAT Count

% within DMFTKAT Count

% within DMFTKAT rendah

tinggi DMFTKAT

Total

tidak tahu tahu TAHUKAT

Total

Chi-Square Tests

4.278b 1 .039

3.598 1 .058

4.212 1 .040

.041 .030

4.269 1 .039

464 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.97.

b.

Risk Estimate

2.011 1.027 3.939 1.897 1.023 3.516

.943 .890 1.000

464 Odds Ratio for DMFTKAT

(rendah / tinggi) For cohort TAHUKAT = tidak tahu

For cohort TAHUKAT = tahu

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(5)

BUTHKAT * TAHUKAT

Crosstab

24 181 205

11.7% 88.3% 100.0%

14 245 259

5.4% 94.6% 100.0%

38 426 464

8.2% 91.8% 100.0%

Count

% within BUTHKAT Count

% within BUTHKAT Count

% within BUTHKAT rendah

tinggi BUTHKAT

Total

tidak tahu tahu

TAHUKAT

Total

Chi-Square Tests

6.044b 1 .014

5.235 1 .022

6.016 1 .014

.017 .011

6.031 1 .014

464 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.79.

b.

Risk Estimate

2.320 1.168 4.610 2.166 1.150 4.079

.933 .881 .989

464 Odds Ratio for BUTHKAT

(rendah / tinggi) For cohort TAHUKAT = tidak tahu

For cohort TAHUKAT = tahu

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(6)

MNFATKAT * TAHUKAT

Crosstab

16 101 117

13.7% 86.3% 100.0%

22 325 347

6.3% 93.7% 100.0%

38 426 464

8.2% 91.8% 100.0%

Count

% within MNFATKAT Count

% within MNFATKAT Count

% within MNFATKAT tidak

memanfaatkan MNFATKAT

Total

tidak tahu tahu

TAHUKAT

Total

Chi-Square Tests

6.261b 1 .012

5.324 1 .021

5.663 1 .017

.018 .013

6.248 1 .012

464 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.58.

b.

Risk Estimate

2.340 1.184 4.627

2.157 1.173 3.965

.922 .853 .996

464 Odds Ratio for

MNFATKAT (tidak / memanfaatkan) For cohort TAHUKAT = tidak tahu

For cohort TAHUKAT = tahu

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval