Perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar (1978-1990).

(1)

PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (1978-1990)

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O l e h

Muhammad Rasyid Sinaga Nim. 050706022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

MEDAN


(2)

PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (1978-1990)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

l e h

Muhammad Rasyid Sinaga Nim. 050706022

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Nip 196409221989031001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (1978-1990) Yang diajukan oleh

Nama : Muhammad Rasyid Sinaga Nim : 050706022

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal 5 Oktober 2009 Nip 196409221989031001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal 7 Oktober 2009 Nip 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (1978-1990)

Skripsi Sarjana DIKERJAKAN O

l e h

Muhammad Rasyid Sinaga 050706022

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Nip 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap S.U Nip 195406031983032001


(6)

Lembar pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan.

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 13 Oktober 2009

Fakultas Sastra USU Dekan

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph. D Nip 196509091994031004

Panitia Ujian.

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Fitriaty Harahap S.U ( )

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si ( )

3. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ( )


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah SWT, yang memberikan karunia tidak terhingga berupa bimbingan, kekuatan, pertolongan, maupun hidayah, dan taufik-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun banyak hambatan dan tantangan.

Tulisan ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan, kerja sama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat bagi penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Ayahanda tersayang Mangsur Sinaga dan Ibunda tercinta Ida Hariani serta Ibuku Nismah Matondang, yang telah mencurahkan seluruh jiwa dan raganya dalam mendidik, membesarkan dan merawat Ananda dari lahir sampai saat ini tanpa pernah merasa lelah, walau sering Ananda membuat kalian sedih dan kecewa. Hanya berupa skripsi inilah yang dapat Ananda berikan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

2. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D sebagai pimpinan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang memberikan segala bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Pimpinan Departemen Ilmu Sejarah yang telah banyak memberikan bantuan serta pelajaran yang berharga kepada penulis selama dalam perkuliahan.

4. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum. selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah begitu banyak memberikan dorongan, semangat, dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis.Disamping sebagai pembimbing, penulis juga menganggap bapak sebagai orangtua saya, yang telah banyak memberikan bantuan, serta perhatian yang lebih kepada penulis pada masa kuliah sampai akhir. Budi baik yang bapak berikan akan selalu penulis ingat, tidak


(8)

mungkin penulis dapat membalas semua budi baik bapak, hanya Tuhan yang dapat membalasnya. Amin.

5. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Ilmu Sejarah (B’Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Ir. Gilzen Waldino, selaku pimpinan serta seluruh Staf Pegawai Taman Hewan Pematang Siantar yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di lapangan.

8. Kepada adikku, Nurrozaliani Sinaga yang telah memberikan dorongan dan semangat yang besar kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Stambuk 05 terkhusus kepada, Handoko, Edy, Firman, Novy, Aisyah, Nanda, dan Jogi sebagai sahabat seperjuangan yang saling memberikan dukungan, semangat, dan juga bantuan selama dalam perkuliahan.

10. Terima kasih khusus dan spesial penulis ucapkan kepada yang paling tersayang Dina Yuliandari sebagai cinta pertama bagi penulis, yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan lainnya dalam mendampingi, menemani, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

Akhirnya, untuk semua pihak yang telah membantu penulisan dan tidak sempat seluruhnya disebutkan dalam skripsi ini, penulis mengucapkan beribu terima kasih. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2009

Penulis,


(9)

ABSTRAK

Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu tempat rekreasi yang memiliki arti sejarah yang sangat penting. Taman Hewan ini didirikan oleh seseorang berkebangsaan Belanda pada tahun 1936. Tujuan dari pembukaan taman hewan ini awalnya terinspirasi dari hobi semata. Selanjutnya taman hewan pematang siantar mengalami perkembangan yang sangat pesat. Walapun dihadapkan oleh situasi yang tidak tenang, dimana perjuangan sedang berlangsung, serta kedatangan Jepang di Indonesia yang membawa dampak yang buruk bagi sektor pariwisata di Indonesia kususnya Taman Hewan Pematang Siantar.

Berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia praktis pemerintahan dipegang oleh bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang dahulu dikelola oleh Belanda selanjutnya pengelolaannya dipegang oleh pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Dalam perkembangan selanjutnya, pengelolaan taman hewan dikelola oleh Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui dinas taman hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi serta manfaat taman hewan tersebut karena kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan atau alam sekitar. Hal ini dapat kita ketahui dari program-program pemerintah dalam pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak perubahan yang terjadi pada saat Taman Hewan Pematang Siantar ketika dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Derah Tingkat II Pematang Siantar. Tidak hanya pertambahan jenis koleksi satwa, namun bertambahnya sarana dan prasarana lain dinataranya taman bermain, museum taman hewan serta penambahan jumlah bangunan yang ada di taman hewan tersebut.

Demikianlah penulis mencoba menggambarkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990. Penulis berkeyakinan bahwa peranan Taman Hewan Pematang Siantar sangat penting karena menyangkut kehidupan manusia dalam kaitannya pengembangan budaya bangsa dalam rangka memelihara lingkungan hidup masyarakat di era teknologi modern ini. Maka sudah sesegera mungkin kita berbenah diri dalam memikirkan pengembangan taman hewan pematang siantar untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang dan mengikutsertakan masyarakat agar tercapai tujuan dan cita-cita taman hewan itu sendiri.


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH……… i

ABSTRAK………. iii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL………. vi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1Latar Belakang……….. 1

1.2Rumusan Masalah………. 5

1.3Tujuan dan Manfaat……….. 5

1.4Tinjauan Pustaka………... 6

1.5Metode Penelitian………. 9

BAB II TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SEBELUM TAHUN 1978………. 12

2.1 Awal Berdirinya Taman Hewan….……….. .12

2.2 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936-1960………….……… 14

2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978.……… 20

BAB III TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR TAHUN 1978-1990 ……..……… 24

3.1 Tatanan Organisasi……….. 27

3.2 Pengelolaan……….. 31

3.3 Dana Pengelolaan……….……… 32

3.4 Pengembangan………..……… 32

3.5 Koleksi Hewan.……….……… 36


(11)

3.7 Perkembangan Pameran Taman Hewan Pematang Siantar……….. 39

3.8 Perubahan Fungsi………...………... 40

3.8.1 Pariwisata Berbasis Kekayaan Satwa………. 42

3.8.2 Sebagai Hutan Kota……… 45

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR……….……….. 49

4.1 Faktor Intern………...………...… 50

4.1.1 Peran Pemerintah……….... 51

4.1.2 Peningkatan dan Pengelolaan………. 52

4.1.3 Promosi………... 52

4.1.4 Faktor Spesies………. 56

4.2 Faktor Ekstern…..……….. 57

4.2.1 Perkembangan Sarana dan Prasarana Transportasi………. 58

4.2.2 Akomodasi……….. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 62

5.1 Kesimpulan………. 62

5.2 Saran………... 63

DAFTAR PUSTAKA………. 66

DAFTAR INFORMAN………. 68 LAMPIRAN


(12)

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936.

Tabel 2. Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Sebelum Tahun 1978. Tabel 3. Jenis dan Jumlah Koleksi Satwa Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1980-1990.


(13)

ABSTRAK

Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu tempat rekreasi yang memiliki arti sejarah yang sangat penting. Taman Hewan ini didirikan oleh seseorang berkebangsaan Belanda pada tahun 1936. Tujuan dari pembukaan taman hewan ini awalnya terinspirasi dari hobi semata. Selanjutnya taman hewan pematang siantar mengalami perkembangan yang sangat pesat. Walapun dihadapkan oleh situasi yang tidak tenang, dimana perjuangan sedang berlangsung, serta kedatangan Jepang di Indonesia yang membawa dampak yang buruk bagi sektor pariwisata di Indonesia kususnya Taman Hewan Pematang Siantar.

Berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia praktis pemerintahan dipegang oleh bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang dahulu dikelola oleh Belanda selanjutnya pengelolaannya dipegang oleh pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Dalam perkembangan selanjutnya, pengelolaan taman hewan dikelola oleh Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui dinas taman hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi serta manfaat taman hewan tersebut karena kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan atau alam sekitar. Hal ini dapat kita ketahui dari program-program pemerintah dalam pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak perubahan yang terjadi pada saat Taman Hewan Pematang Siantar ketika dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Derah Tingkat II Pematang Siantar. Tidak hanya pertambahan jenis koleksi satwa, namun bertambahnya sarana dan prasarana lain dinataranya taman bermain, museum taman hewan serta penambahan jumlah bangunan yang ada di taman hewan tersebut.

Demikianlah penulis mencoba menggambarkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990. Penulis berkeyakinan bahwa peranan Taman Hewan Pematang Siantar sangat penting karena menyangkut kehidupan manusia dalam kaitannya pengembangan budaya bangsa dalam rangka memelihara lingkungan hidup masyarakat di era teknologi modern ini. Maka sudah sesegera mungkin kita berbenah diri dalam memikirkan pengembangan taman hewan pematang siantar untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang dan mengikutsertakan masyarakat agar tercapai tujuan dan cita-cita taman hewan itu sendiri.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di awal abad ke-20 Pematang Siantar merupakan kota kedua yang terpenting dan terbesar di kawasan Sumatera Timur setelah Medan. Sebelum Belanda masuk ke Sumatera Timur, Pematang Siantar merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Siantar, yang berkedudukan di Pulau Holing. Raja terakhir dari kerajaan Siantar adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasaan sebagai raja hingga tahun 1906. Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda dan di tahun 1907 praktis berakhirlah kekuasaan raja.

Pada masa penjajahan Belanda, Pematang Siantar termasuk wilayah Afdeling Simalungun dan Tanah Karo. Afdeling ini merupakan bagian dari keresidenan Sumatera Timur yang diperintah oleh seorang residen yang berkedudukan di kota Medan. Simalungun dan Tanah Karo digabung ke dalam satu daerah pemerintahan yang disebut Afdeling Simalungun en Karo Landen dipimpin oleh Asisten Residen yang berkedudukan di Pematang Siantar. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematang Siantar. Selanjutnya berdasarkan Besluit Gouvernement Hindia Belanda pada tanggal 27 Desember 1913 No. 4 Pematang Siantar merupakan ibu kota Onder-afdeling Simalungun.1

Dengan dibukanya perkebunan di wilayah ini, Pematang Siantar kemudian berkembang pesat, ditandai dengan pertambahan jumlah penduduk akibat banyaknya

1Rosida Saragih, “Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang di Simalungun (1942-1945)”, Skripsi


(15)

pendatang baru yang datang dari luar untuk mendukung industri perkebunan. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematang Siantar. Selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1917, berdasarkan Staatsblad No. 285, Pematang Siantar berubah menjadi Gemeente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Staatsblad No. 117 Pematang Siantar berubah menjadi Gemeente yang mempunyai dewan.

Pada zaman Jepang, Gemeente Pematang Siantar berubah nama menjadi Siantar Estate dan dewan dihapus. Kemudian, setelah proklamasi kemerdekaan. Pematang Siantar berubah kembali menjadi daerah otonomi. Selanjutnya, berdasarkan UU No.22/1948 status Gemeente berubah menjadi Kota Kabupaten Simalungun, dan jabatan Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957. Berdasarkan UU No. 1/1957 Pematang Siantar berubah menjadi Kota Praja Penuh, untuk kemudian dengan keluarnya UU No. 18/1965 berubah menjadi Kotamadya. Akhirnya, dengan keluarnya UU No. 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Di Daerah Kotamadya Pematang Siantar berubah menjadi Daerah Tingkat II Pematang Siantar.

Kota Pematang Siantar memiliki beberapa keunikan yang merupakan ciri khas dari kota tersebut. Paling tidak ada dua hal yang khas dari kota Pematang Siantar yaitu, becak Siantar dan Taman Hewan Pematang Siantar2. Taman hewan ini merupakan satu dari dua taman hewan yang ada di Propinsi Sumatera Utara selain Kebun Binatang Medan.

Taman Hewan Pematang Siantar merupakan peninggalan dari zaman Kolonial Belanda, dan didirikan pada tanggal 27 Nopember 1936. Setelah berakhirnya kekuasaan

2Taman Hewan Pematang Siantar sering juga disebut Kebun Binatang Pematang Siantar, dalam


(16)

Kolonial Belanda selanjutnya Taman Hewan Pematang Siantar dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Pematang Siantar.

Taman hewan merupakan tempat berbagai jenis satwa dikumpulkan, dipelihara, dan diperagakan untuk umum dan berfungsi sebagai sarana rekreasi alam sehat, dalam mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat untuk memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.3

Taman Hewan Pematang Siantar termasuk ke dalam taman rekreasi. Taman rekreasi dapat diartikan sebagai kawasan khusus, biasanya tertutup sehingga untuk memasukinya perlu membayar tanda masuk, tempat para pengunjung bisa bersantai dan menghibur diri dengan memanfaatkan beranekaragam fasilitas: hiburan, perunjukan, pameran, permainan, restoran, dan toko-toko cendera mata. Kelengkapan taman ini bisa berwujud gejala-gejala alam (hutan, kawasan gunung, kebun binatang) dapat pula hasil-hasil ciptaan manusia dalam berbagai bentuk yang memberikan kesegaran jasmani dan rohani para pengunjungnya.4

Taman Hewan Pematang Siantar terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk kelurahan Timbang Galung dan terletak di pusat kota. Jika, ditinjau dari sudut pandang ekonomis, tentunya posisi ini sangat strategis, karena terletak di pusat kegiatan kota Pematang Siantar serta mudah dijangkau dari berbagai sudut kota. Ketika dikelola oleh pemerintah setempat banyak terjadi perubahan terhadap taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah binatang, kondisinya yang terawat, kebersihan yang terjaga, kenaikan jumlah pengunjung, serta mulai dilengkapinya berbagai fasilitas, seperti taman bermain. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya hubungan antara politik

3Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, hal. 266.


(17)

dengan kebijakan yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana taman hewan. Dengan kata lain, seluruh kepentingan dalam pengelolaannya tidak dapat di pisahkan dari kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar. Hubungan antara politik dan sektor pariwisata ini tercermin dalam kegiatan aparatur dan organisasi pemerintah dalam keseluruhannya serta bentuk anggapan umum yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan, untuk pengelolaan taman hewan ini kemudian dipercayakan kepada instansi, badan atau organisasi guna melaksanakan segala tugas yang telah dirumuskan di dalam bentuk peraturan-peraturan. yang dihasilkan serta memberi interpretasi guna memberikan kesempatan kepada instansi yang diunjuk sehingga terwujudnya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam memajukan Taman Hewan Pematang Siantar secara keseluruhan. Akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan-tindakan pemerintah dalam proses pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar ada kalanya membawa dampak yang positif, terkadang juga bisa berdampak negatif terhadap perkembangan taman hewan sendiri.

Meskipun demikian, untuk sementara dapat dikatakan bahwa Taman Hewan Pematang Siantar mengalami banyak perkembangan di bawah pengelolaan Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar. Penelitian ini membahas tentang perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar khususnya pada periode 1978-1990. Selama periode 1978 sebagai awal dari penelitian ini setelah ada wacana untuk menutup taman hewan ini pada tahun 1978. Mungkin, inilah yang menjadi pemicu Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar untuk meningkatkan Taman Hewan Pematang Siantar. Tahun 1990 sebagai akhir dari penulisan berdasarkan pada kenyataan bahwa selama satu dasawarsa ini telah tampak perkembangan dari taman hewan ini. Skop


(18)

spasial dari penelitian ini adalah Taman Hewan Pematang Siantar. Dalam penelitian ini, penulis tidak mencantumkan status Kota Pematang Siantar, karena Kota Pematang Siantar pernah disebut sebagai Gemeente menjadi Kota Praja Penuh bahkan Kotamadya. Oleh karena itu penyebutan Kota Pematang Siantar tidak didahului kotanya cukup Pematang Siantar saja. Atas dasar pemikiran di atas, penelitian ini diberi judul “Perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar 1978-1990”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah tentang perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada saat dikelola oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar pada periode 1978-1990. Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah Taman Hewan Pematang Siantar sebelum tahun 1978? 2. Bagaimana perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun

1978-1990?

3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar 1978-1990?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menguraikan sejarah berdirinya Taman Hewan Pematang Siantar sebelum 1978.


(19)

2. Mendeskripsikan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990

3. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar 1978-1990.

Diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat bagi Taman Hewan Pematang Siantar, pemerintah dan juga masyarakat luas. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Taman Hewan Pematang Siantar, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar lebih mampu meningkatkan mutu, karena masa lalu dapat menjadi cermin yang baik untuk tempat berbenah diri menuju perubahan-perubahan yang lebih baik di masa-masa yang akan datang.

2. Bagi Pemerintah, kiranya penelitian dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijakan dalam rangka pembangunan serktor pariwisata. Khususnya Pemerintah Kota Pematang Siantar untuk memperhatikan serta melestarikan Taman Hewan Pematang Siantar menuju perubahan yang lebih baik dimasa mendatang.

3. Bagi masyarakat Pematang Siantar semoga lebih menyadari arti pentingnya keberadaan taman hewan di tengah-tengah mereka. Dengan demikian akan terdapat rasa memiliki pada diri masyarakat untuk serta menjaga dan merwat fasilitas-fasilitas umum yang disediakan oleh Taman Hewan Pematang Siantar untuk kepentingan bersama masyarakat itu sendiri.


(20)

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun ditempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan suatu kejenuhan pada diri manusia itu. Untuk mengatasi rasa jenuh itu, manusia berusaha melakukan kegiatan selingan untuk menghibur diri dan melupakan sejenak kegiatan rutinnya.

Dalam kehidupan yang dilakukan sebagian orang untuk menghilangkan kejenuhan itu adalah rekreasi. Rekreasi merupakan variasi dalam kehidupan yang biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang dan bersifat sementara. Melalui kegiatan rekreasi diperoleh suatu kepuasaan jiwa. Salah satu rekreasi yang ditawarkan adalah taman hewan atau tempat konservasi satwa.

Luchman Hakim dalam bukunya Dasar-Dasar Ekowisata menjelaskan ancaman terhadap keberadaan keanekaragaman hayati dunia semakin lama semakin memprihatinkan, hal ini juga diikuti oleh laju kepunahan spesies yang semakin hari juga semakin meningkat. Saat ini diyakini pula bahwa laju kepunahan tersebut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Dengan demikian, membangun sebuah kesadaran manusia terhadap pentingnya konservasi lingkungan hidup, di mana keanekaragaman hayati menjadi isu penting didalamnya, sangat diperlukan.5

Dengan dikembangkannya wisata safari ataupun wisata taman hewan, pola seperti akan mampu menjawab permasalahan pembangunan dan konservasi satwa. Sejauh ini konflik antara kehidupan liar dengan manusia banyak terjadi di belahan dunia. Konflik tersebut, terutama terjadi dalam hal penggunaan dan penguasaan habitat. Pertumbuhan


(21)

penduduk mengakibatkan permintaan akan tempat tinggal dan fasilitas lainnya meningkat, sementara perencanaan habitat seringkali mengorbankan kehidupan liar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sampurno, dkk. menghimpun sebuah buku yang berjudul Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994. dalam buku dijelaskan bahwa selain ahli botani juga diperlukan ahli zoologi. Ahli zoologi mempunyai tugas untuk meneliti hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh berbagai jenis binatang. Dalam perkembangan selanjutnya, ahli zoology sangat diperlukan. Untuk mendukung penelitian para ahli zoologi disamping perlunya tempat konservasi satwa juga di butuhkan museum zoologi. Selain sebagai tempat penelitian, ternyata fungsi dari museum tersebut berkembang sebagai tempat pameran satwa. Pameran yang disajikan di dalam museum ini merupakan binatang yang sudah diawetkan. Tujuannya adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang.6

Nadjamuddin Ramly dalam bukunya yang berjudul Pariwisata Berwawasan Lingkungan, menjelaskan bahwa terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, negara memiliki hak menguasai dan mengatur pengelolaan sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Lingkungan hidup merupakan lingkungan di sekitar manusia, tempat organisme dan anorganisme berkembang dan saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia, organisme, dan anorganisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan hidup. Lingkungan alami (ekosistem) adalah lingkungan

6 Sampurno Kadarsan, dkk., Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994, Bogor: Pusat


(22)

yang tidak terlalu didominasi manusia sehingga makhluk hidup lainnya mempunyai kesempatan dan ruang untuk hidup wajar.7

Keterkaitan pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar dan pembangunan pariwisata yang penekanannya pada pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Pembangunan dan pelestariannya senantiasa saling melengkapi dalam mewujudkan sebuah ekosistem yang seimbang, serasi, dan berkesinambungan, yakni taman hewan yang memiliki daya tampung dan adaptasi yang seimbang dan proporsional untuk kepentingan kehidupan manusia.

1.5 Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi sejarah dan menghasilkan sebuah karya sejarah yang bernilai ilmiah sehingga tahapan demi tahapan harus dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.8

Langkah pertama yang dilakukan adalah melalui heuristik yaitu pengumpulan data atau fakta-fakta dan sumber-sumber yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti. Proses yang digunakan dalam hal ini adalah dengan melakukan library research (penelitian kepustakaan/studi literatur) yaitu mengumpulkan sejumlah sumber tertulis baik primer maupun sekunder, yang berupa arsip, laporan, majalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji. Sumber-sumber ini diperoleh dari Pemerintah Kota

7Nadjamuddin Ramly, Pariwisata Berwawasan Lingkungan: Belajar Dari Kawasan Wisata Ancol,

Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007, hal. 16-17.


(23)

Pematang Siantar, Taman Hewan Pematang Siantar, berupa arsip-arsip dan laporan yang dimiliki Pemerintah Kota Pematang Siantar melalui arsip Dinas Taman Hewan, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Sintong Binge Pematang Siantar. Melalui studi kepustakaan, diperoleh data-data yang berkaitan dengan permasalahan serta merupakan acuan yang bersifat teoritis berupa sumber yang dapat mendukung dan memiliki relevansi dengan penelitian. Field research (penelitian lapangan/ studi lapangan) juga dilakukan dengan menggunakan wawancara yang tidak berstruktur dan bersifat terbuka.Penulis melakukan wawancara melalui beberapa informan yang dapat memberikan keterangan dalam penelitian ini sebagai informasi. Dalam melakukan wawancara, dipilih beberapa informan yang mengetahui tentang masalah yang dibahas, yaitu mereka yang pernah bertugas di Taman Hewan Pematang Siantar maupun yang saat ini masih bertugas.

Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan kritik sumber. Dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul. Kritik yang dilakukan yaitu kritik intern dan juga ekstern. Kritik intern diperlukan guna menilai kelayakan data sedangkan kritik ekstern digunakan untuk menentukan keabsahan data.

Tahapan selanjutnya adalah tahap interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang telah diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapat fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada.


(24)

Tahapan terakhir adalah historiografi, yakni penulisan yang disusun berdasarkan interpretasi fakta-fakta yang ditemukan menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan berarti, secara kronologis dan rasional. Dimana setelah penelitian, dituliskan kedalam skripsi.


(25)

BAB II

TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SEBELUM TAHUN 1978

2.1 Awal Berdirinya Taman Hewan

Taman Hewan Pematang Siantar adalah satu dari dua kebun binatang yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan taman hewan tertua yang keempat di Indonesia setelah Kebun Binatang Surabaya, Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Bukit Tinggi di Propinsi Sumatera Barat.

Taman Hewan Pematang Siantar (Zoological en Botanical Garden), didirikan pada tahun 1936 dan secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 27 Nopember 1936. Dengan luas areal 4,5 ha., Taman Hewan Pematang Siantar ini didirikan oleh Dr. Coonrad berkebangsaan Belanda. Ia sekaligus menjadi pemimpin pertama sebagai Directur Van Het Diieren Park Pematang Siantar (Direktur Taman Hewan Pematang Siantar). Pembiayaan taman hewan ini awalnya dibebankan kepada Begretins van de Gemeente Pematangsiantar ver het Dienscaar dan juga bantuan para donatur dari beberapa perkebunan di daerah Pematang Siantar.

Pada awal didirikan, taman hewan ini bertujuan membina koleksi fauna Indonesia selengkap-lengkapnya, yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sarana tempat rekreasi. Secara berangsur-angsur tujuan dari didirikannya taman hewan ini kemudian berkembang untuk memperluas pemahaman dan aspresiasi masyarakat tentang fungsi utama satwa, meningkatkan kesejahteraan satwa, menciptakan konservasi yang melakukan perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam.


(26)

Sejak pertama kali Taman Hewan Pematang Siantar dibangun, lokasinya tidak pernah dipindahkan. Luas lahannya juga tidak berubah. Taman Hewan ini beralamat di Jalan Kapten M.H. Sitorus No.10 Pematang Siantar. Taman Hewan Pematang Siantar terletak di Kelurahan Teladan dan Timbang Galung Kecamatan Siantar Barat dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Timur dengan Jalan Marhaen (Jalan Kapten M.H. Sitorus) - Sebelah Barat dengan Jalan Bukit barisan

- Sebelah Utara dengan Jalan Kenari

- Sebelah Selatan dengan Jalan Gunung Simanuk-manuk.

Secara Geografis, Taman Hewan Pematang Siantar berada pada 2°. 50’ 29’-2°. 50’. 23” Lintang Utara dan 99°. 05’-99°. 02 Bujur Timur. Curah hujan, khusunya di kota Pematang Siantar adalah 278,9 mlm per tahun9. Letak dari taman hewan ini berjarak lebih kurang 500 meter dari kantor walikota, dan tidak jauh dari pusat pasar serta Hotel Siantar. Kondisi ini sangat menguntungkan karena selain letaknya yang strategis, sehingga memudahkan akses bagi pengunjung untuk datang ke taman hewan.

Lahan yang digunakan memiliki struktur tanah yang berbukit. Di tengah dari kebun binatang ini mengalir sungai kecil yaitu Sungai Bah Kandang. Tanah yang berbukit sengaja dipilih dengan alasan untuk menyesuaikan tempat hidup hewan di habitat aslinya. Hewan yang hidup di dataran rendah ditempatkan di bagian yang rendah. Hewan yang habitatnya di dataran tinggi, tentunya ditempatkan di tanah yang berbukit.


(27)

Menurut Purwanto, hewan sengaja ditempatkan sesuai dengan habitatnya, hal ini untuk menghindarikan hewan dari stress atau dapat mengakibatkan kematian.10

Sungai yang mengalir tepat di tengahnya, memberikan manfaat terhadap binatang yang hidup di sana. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai persediaan air tempat hidup atau media hidup bagi hewan yang hidup di air, maupun di rawa. Manfaat lainnya yaitu sebagai asupan air untuk membersihkan kandang-kandang binatang.

Selain menambah keindahan alam, tentunya memberikan suplai air terhadap tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar taman hewan. Di taman hewan ini terdapat beberapa pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun. Pohon-pohon tersebut memang sengaja tidak ditebang. Hal ini dimaksudkan sebagai pelindung binatang dari sengatan sinar matahari langsung di samping memberikan udara yang sejuk dan segar.

2.2 Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1936-1960

Pada awal didirikan, Taman Hewan Pematang Siantar merupakan tempat pemeliharaan hewan yang didasari hobi salah seorang warga Belanda yang tinggal di Pematang Siantar. Dari hobi inilah timbul untuk membuat suatu Taman Hewan. Perkembangan selanjutnya, banyak masyarakat yang berminat untuk melihat-lihat hewan (melakukan kegiatan wisata) yang ada di taman tersebut. Namun, kemungkinan besar disamping sebagai hobi, pendirian taman hewan ini mendapatkan dukungan atau sengaja dibangun oleh pemerintah kolonial.

Jika diperhatikan perkembangan kepariwisataan di Indonesia, ternyata mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia

10 Wawancara dengan Bapak Purwanto pada tanggal 22 Juni 2009 di Taman Hewan Pematang


(28)

dapat kita bagi dalam tiga periode penting, yaitu periode masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka hingga 1960.

Pada masa penjajahan Belanda kegiatan kepariwisataan dimulai sejak tahun 1910-1912 sesudah dikeluarkannya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeniging Toeristen Verkeer (VTV) yang merupakan suatu badan atau Official Tourist Bureau pada masa itu.11

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, keadaan kepariwisataan terlantar sama sekali. Saat itu dapat dikatakan orang-orang tidak berkeinginan atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan, sebab selain keadaan yang tidak menentu, juga keadaan perekonomian sangat sulit untuk bepergian atau melakukan wisata. Untuk mendapatkan makanan dan pakaian sangat dirasakan kesulitannya, apalagi untuk berpergian berpariwisata. Kondisi ini tentunya juga berdampak pada perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Meskipun demikian Taman Hewan Pematang Siantar dapat bertahan.

Pada tahun 1946, sebagai akibat dari perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan tanah air Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka oleh pemerintah kembali dihidupkan industri-industri, termasuk industri pariwisata guna mendukung perekonomian negara di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kunjungan para wisatawan pada masa ini mengalami peningkatan.

Pada periode tahun 1936-190 kendati mendapat hambatan pada masa Jepang dan Perang Kemerdekaan dapatlah dikatakan masa keemasan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah hewan, kandang, serta pembangunan sarana dan


(29)

prasarana lainnya seperti dibangunnya Museum Taman Hewan Pematang Siantar (Museum Zoologicum).

Pada awalnya, koleksi yang ada di taman hewan tersebut hanya ada beberapa jenis saja. Hewan yang ada merupakan jenis, mamalia di antaranya mawas, owa, rusa, dan harimau Sumatera. Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:

Tabel 1: Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936.

NO NAMA HEWAN NAMA LATIN JUMLAH

(EKOR)

1 Mawas Pongo pygmaeus 4

2 Owa Hylobates moloch 2

3 Rusa Rusa hipelaphus 6

4 Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae 1 Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar Pematang Siantar

Dengan adanya keempat jenis hewan ini, tentunya kandang merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Pada awalnya kandang yang ada hanya sedikit sesuai dengan jumlah hewan yang ada. Dari empat jenis hewan yang ada, selajutnya bertambah menjadi beberapa jenis hewan. Hewan mamalia yang bertambah di antaranya adalah singa, rusa bawean, kanguru, beruang dan kelinci serta beberapa jenis hewan yang tidak didapatkan keterangannya. Aves, yaitu jenis burung-burung, kemudian banyak didatangkan di taman hewan. Selain itu jenis-jenis reptile, di antaranya labi-labi, biawak, dan ular juga dipelihara.


(30)

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali perkembangan yang terjadi pada Taman Hewan Pematang Siantar, terutama pembangunan infrastrukturnya. Adapun infrastruktur yang dibangudi antaranya sebagai berikut:

1. Kantor sayap kiri/kanan dan pintu gerbang 2. Gudang

3. Kantin 4. Rumah hujan 5. Kolam air mancur 6. Kolam renang mini 7. Kolam Bundang 8. Kolam sampan 9. Jembatan

10.Pagar tembok keliling 11.Jalan vandelpad 12.Kamar WC 13.Kandang Ungko 14.Kandang Kasuari

15.Kandang Singa (Kanguru dan Rusa Bawean) 16.Kandang labi-labi, biawak

17.Kandang ular (kandang kaca) 18.Kandang Buaya

19. Kandang Beruang 20.Kandang Rusa Tutul


(31)

21.Kandang Monyet 22.Kandang Pelikan

23.Kandang Burung Elang, Kakak Tua, Enggang, Ayam Mutiara 24.Kandang Kelinci

25.Kandang Harimau 26.Kandang Mawas

27.Kandang burung-burung 28.Kandang burung dari kaca12

Karena mahkluk Tuhan terbatas usianya, maka muncullah ide untuk mendirikan museum. Tujuan dari didirikannya museum ini adalah, hewan-hewan yang ada di taman hewan tersebut, apabila mati maka hewan yang mati itu diawetkan untuk menyerupai wujudnya semula. Hewan tersebut di offset (diawetkan kemudian diletakkan pada bingkai kaca). Sebagai sarana penampungnya maka dibentuklah pada bulan Juni 1956 Museum Zoologicum. Museum ini didirikan oleh Prof. Dr. F.J. Nainggolan. Pemakaiannya diresmikan oleh Ibu Drs. M.Hatta istri mantan wakil presiden RI pertama.13

Museum Zoologicum dibangun diareal seluas lebih kurang 1200 m² dan dengan luas bangunan 258 m² dalam wujud semi permanen. Adanya museum ini memberikan kesempatan kepada pengelola untuk mempertunjukkan jenis-jenis binatang yang sudah diawetkan, mulai dari hewan unik hingga yang langka. Pameran disajikan dalam bentuk pajangan ataupun spesimen dalam kaca dan tabung gelas. Tujuan pameran adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang. Ternyata pameran ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat.

12Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, Op.cit., hal. 3 13 Ibid.


(32)

Sejak semula didirikan, tugas utama museum tidak hanya mengkoleksi hewan yang mati dari kebun binatang Pematang Siantar saja, namun ditujukan untuk membina koleksi fauna Indonesia yang selengkap-lengkapnya. Tujuannya agar dapat dapat digunakan sebagai koleksi referensi, baik sebaran, stadium pertumbuhan maupun ekosistemnya. Tugas ini belum terlaksana sepenuhnya, meskipun demikian pengelola berupaya untuk semaksimal mungkin mengelolanya.

Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mengelola museum, yaitu dengan tenaga dan sarana yang tersedia senantiasa diupayakan untuk memperoleh koleksi selengkap-lengkapnya dan sebanyak mungkin. Sebagian dari koleksi Museum berasal dari koleksi perorangan baik yang memang diserahkan maupun sengaja dititipkan. Meskipun demikianyang dititipkan berangsur-angsur menjadi milik museum. Tetapi catatan tentang bilamana koleksi semacam itu beralih tangan tidak lengkap.

Selama periode 1936 sampai 1960 Taman Hewan Pematang Siantar dipimpin oleh orang-orang yang ahli dan memiliki dedikasi yang tinggi. Perkembangan taman hewan ini sendiri tidak terlepas dari pengelolaan oleh struktur organisasi dan tenaga ahli di bidangnya. Adapun nama pimpinan Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini adalah:

1. dr. Coonrad 2. dr. Alimusa

3. dr. A.H. Endamora

4. Prof. Dr.F. J. Nainggolan (1 Januari 1954-1960) 14:


(33)

2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978

Periode 1960-1978 merupakan masa kemunduran Taman Hewan Pematang Siantar. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1978 muncul wacana bahwa DPRD mengusulkan agar Taman Hewan Pematang Siantar ditutup. Alasannya karena keadaan taman hewan ini cukup parah di samping kurang menguntungkan. Empat ekor harimau di Taman Hewan Pematang Siantar mati. Kematian ini diakibatkan kesehatan, dan cara pemeliharaan yang kurang perhatian serta makanan yang minim. Padahal alokasi dana yang besar ditujukan oleh hewan karnivora (pemakan daging). Ini didasari oleh harga makanan hewan itu yakni daging segar yang harganya relatif mahal jika dibandingkan dengan biaya untuk makanan hewan herbivora (pemakan tumbuhan). Dengan kurangnya perhatian terhadap hewan yang hidup di kandang, maka mengakibatkan munculnya penyakit yang dapat menyerang setiap hewan.15 Kejadian ini juga menimpa hewan-hewan yang lainnya.

Selain itu, kemunduran ini juga dapat dilihat dari jumlah pengunjung (wisatawan) yang datang ke Taman Hewan Pematang Siantar cenderung menurun. Dalam hal ini, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau dengan kata singkat: pengunjung, orang yang mengadakan kunjungan16. Batasan itu tidak operasional, akan tetapi konseptual, tidak dapat digunakan untuk menunjuk siapakah orang yang wisatawan secara konkret, apakah seseorang wisatawan atau bukan.

Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu objek wisata yang tentunya melibatkan orang banyak di dalam masyarakat, yang masing-masing melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Si wisatawan (pengunjung) yang melakukan perjalanan

15Tempo, Sejarah Taman Hewan Pematang Siantar, volume 50/XII 12 Februari 1983. 16 Oka A. Yoeti,Op.cit., hal. 73


(34)

wisata perlu mengadakan persiapan-persiapan. Semua kegiatan itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mengadakan perjalanan.

Maka dapat diasumsikan bahwa orang yang mengadakan perjalanan itu pasti mempunyai alasan atau motif untuk melakukan perjalanan itu. Oleh sebab itu wisatawan untuk melakukan kunjungan tentunya memiliki motif tersendiri dengan singkat motif wisata.

Wisatawan hanya akan berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata akan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi taman hewan. Daya tarik bagi wisatawan itu disebut atraksi wisata dan berupa tempat hiburan, pertunjukan hewan, peninggalan sejarah, dan sebagainya. Kenyataannya Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini belum memenuhi apa yang diharapkan oleh para calon pengunjung.

Pada periode ini pandangan dan antusiasme masyarakat terhadap taman hewan menurun dan mendapatkan citra yang tidak baik. Bahkan ada suatu anggapan bahwa berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar tidak mendapatkan manfaat serta kurang puasnya pengunjung dengan apa yang dilihat. Datang ke taman hewan hanya melihat hewan yang biasa dilihat masyarakat seperti monyet dan burung saja. Masyarakat terkesan jenuh dan rugi untuk berkunjung.17 Meskipun tidak didapatkan data jumlah pengunjung dari tahun 1960 sampai tahun 1969, catatan jumlah pengunjung menunjukkan penurunan setidaknya periode tahun 1969 samapai 1977 yakni setahun sebelum dikeluarkannya Perda tentang pembentukan Dinas Taman Hewan Kotamadya


(35)

Tingkat II Daerah Pematang Siantar. Penurunan jumlah pengunjung tahun 1969 sampai tahun 1977 dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2: Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Sebelum Tahun 1978

NO TAHUN JUMLAH

(ORANG)

1 1969 / 1970 66.870

2 1970 / 1971 51.867

3 1971/1972 50.660

4 1972 / 1973 41.486

5 1973 / 1974 37.330

6 1974 / 1975 29.675

6 1975 / 1976 30.932

7 1976 / 1977 51.588

Sumber: Dinas Taman Hewan Pematang Siantar Daerah Tingkat II Pematang Siantar,1986.

Kemunduran dari Taman Hewan Pematang Siantar dapat diperkirakan kemungkinan besar, kurangnya manajemen pengelolaan yang baik. Salah satu hal yang dapat dilihat yaitu pimpinan dari Taman Hewan Pematang Siantar tidak memiliki keahlian dalam pengelolaan. Pada periode ini tidak ada upaya dari pengelola untuk memunculkan ide-ide dalam rangka mengembangkan taman hewan ini.

Adapun nama-nama pimpinan Taman Hewan pada yang pernah memimpin pada periode tahun 1960-1978 ini adalah:

1. M. Sayfeei (dengan pangkat D2/II)


(36)

3. drh. Cerry Sibuea18

Dari beberapa nama pimpinan yang ada di atas, drh. Cerry Sibuea merupakan pimpinan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan pendidikannya. Dengan adanya hasil penjelasan di atas, untuk sementara dapat dikatakan bahwa Taman Hewan Pematang Siantar mengalami kemunduran pada tahun 1960-1978.


(37)

BAB III

TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR TAHUN 1978-1990

Banyak masyarkat Indonesia belum sepenuhnya tanggap akan fungsi satwa dan ekosistemnya yang sangat menjanjikan tersebut. Masih banyak yang menganggap satwa (binatang) hanya sebagai objek buruan, untuk memperoleh manfaat ekonomi secara cepat dan mudah. Satwa beserta keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai satu kesatuan yang saling terkait, yang tidak hanya akan bermanfaat secara ekonomi, namun akan menjaga keberlanjutan manfaat itu sendiri termasuk budaya dan sosial.

Salah satu pengelolaan satwa yang diyakini baik oleh para pakar pembangunan maupun konservasi mampu memberikan manfaat ekonomi, budaya dan sosial secara berkelanjutan adalah pengembangan ekowisata. Ekowisata adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ekowisata tidak hanya diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara regional maupun lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga memelihara kelestarian sumber daya alam, dalam hal ini keaneka ragaman hayati sebagai daya tarik wisata. Ekowisata merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Konsep yang memanfaatkan kecenderungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata.


(38)

Ekowisata adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Selain itu ekowisata juga merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan.

Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.

Indonesia merupakan salah satu negara Mega Biodiversity yang memiliki keaneka-ragaman sumber daya alam hayati yang sangat melimpah. Namun pada masa ini


(39)

sumber daya alam tersebut menurun dengan tajam akibat kerusakan habitat alami, terutama oleh eksploitasi secara berlebihan yang tidak terkendali. Banyak satwa menjadi terancam dan bahkan berada di ambang pintu kepunahan. Taman Hewan Pematang Siantar semakin penting menjadi andalan dalam upaya konservasi.

Krisis keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam katagori parah dan membutuhkan perhatian dan tinadakan lebih serius untuk mengatasinya. Bahkan, beberapa spesies telah punah untuk selamanya, seperti Harimau Jawa dan Harimau Bali (Panthera tigris).

Taman Hewan secara evolusi mengalami perubahan dari bentuk “menagerie” ke “Zoological Park” berperan sebagai ‘Living Museum’ yang dibangun untuk melayani kesenangan pribadi, kemudian menjadi “Conservation Centre” yang berperan sebagai “Environmental Resource Centre”. Konsekuensinya Taman Hewan Pematang Siantar menempatkan diri sebagai pusat konservasi, dan konservasi sebagai tema sentral taman hewan.

Kekayaan Alam Indonesia yang termasyur sejak zaman dahulu menjadi perhatian bangsa-bangsa di dunia. Sehingga secara langsung merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata dan dengan peningkatan wisatawan ke Indonesia maka pemerintah memberi kemudahan-kemudahan bagi wisatawan dari dalam maupun luar negeri untuk mengunjungi objek-objek wisata di Indonesia termasuk wisata fauna.

Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar yang dahulu dikenal masyarakat ialah Taman Hewan Pematang Siantar adalah merupakan salah satu objek wisata. Tamaan hewan ini juga sebagai tempat rekreasi yang sehat dan


(40)

murah serta sarana penelitian bagi pelajar tingkat TK, Mahasiswa, serta terbuka untuk umum.

3.1 Tatanan Organisasi

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup bermasyarakat. Sebutan sosial mengandung arti bahwa manusia cenderung meningkatkan atau mengembangkan kerjasama dan hubungan yang saling bergantungan dengan manusia lain. Di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan juga untuk mengatur dan mengorganisasi kegiatan-kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukanto Reksohadiprodjo dalam bukunya Organisasi Perusahaan :

“Organisasi disusun tidak hanya mengatur orang-orangnya, tetapi juga membentuk dan memodifikasi struktur di mana di dalamnya tersusun tugas orang –orang tersebut. Di sini berarti harus ada pembagian peranan untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama.” 19

Kelembagaan menyangkut organisasi-organisasi yang membuat peraturan dan yang mengawasi, mengamati, atau dan membina perkembangan suatu usaha. Dipercaya secara luas bahwa kehandalan suatu organisasi sangat tergantung pada struktur dan tatanan kerja yang dapat menjamin lancarnya kegiatan. Karena itu mengikuti sejarah perkembangan Taman hewan Pematang Siantar tidak dapat dilepaskan dari perkembangan induk organisasi tempat lembaga ini bernaung, baik pada tingkat departemen/dinas maupun unit kerja yang langsung berada di atasnya. Hanya dengan

19 Sukanto Reksohadiprodjo, Organisasi Perusahaan: Teori Stuktur dan Perilaku, Yogyakarta:


(41)

memahami struktur organisasinya baik secara vertikal maupun horizontal akan lebih mudah pula untuk dapat menghayati perkembangan yang dialami oleh Taman Hewan Pematang Siantar.

Pengorganisasian sendiri merupakan suatu proses mengalokasikan kegiatan dan menugaskan individu agar tujuan organisasi atau tujuan bersama dapat dicapai secara efisien dan efektif.20 Dalam konteks Pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar, pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sebaik-baiknya sehingga tercipta aktivitas pengelolaan lingkungan hidup demi mencapai visi, melaksanakan misi serta mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Organisasi sendiri sering diartikan sebagai kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai suatu tujuan yang sama.21 Komponen-komponen pengorganisasian dalam pengelolaan Taman Hewan meliputi penyusunan kerangka kebijakan pengelolaan, menganalisis masalah yang terjadi seperti timbulnya suatu penyakit pada hewan atau yang lainnya dan menetapkan model pengembangan bagi Taman Hewan Pematang Siantar.

Perkembangan Taman Hewan tidak terlepas dengan adanya struktur organisasi dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1978 tentang pembentukan dan pengesahan Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Bertugas menangani dan mengembangkan masalah yang berkenaan dengan Taman Hewan Pematang Siantar22. Untuk itu dibentuklah susunan organasisasi yang berstruktur.

20Nadjamuddin Ramly, Op.,cit, hal. 42-43. 21Sukanto Reksohadiprodjo, Op.,cit, hal. 5.


(42)

Adapun susunan atau struktur organisasi di Dinas Taman Hewan Pematang Siantar adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Taman Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar.

Kepala dinas dipilih berdasarkan keputusan Walikota Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar setiap 5 tahun sekali. Kepala dinas membawahi beberapa seksi dalam menjalankan pengelolaan taman hewan.

Adapun tugas dari Kepala Dinas Taman Hewan adalah:

a. Memimpin semua pengelolaan atau kegiatan Taman Hewan Pematang Siantar.

b. Mengawasi dan membina pegawai.

c. Melaksanakan dan merencanakan program-program kerja.

d. Mengurus dan mengelola Taman Hewan dibantu dengan seksi-seksi yang telah dibentuk.

e. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan .

f. Melaksanakan kebijakan yang diberikan oleh kepala daerah dalam bidang peningkatan taman hewan

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha a. Kepala Urusan Administrasi b. Kepala Urusan Keuangan c. Kepala Urusan Inventaris

3. Kepala Seksi Pemeliharaan/Perawatan Hewan a. Kepala Sub Seksi Kesehatan Hewan


(43)

b. Kepala Sub Seksi Makanan Hewan c. Kepala Urusan Inventaris

4. Kepala Seksi Pemeliharaan/Keindahan Taman a. Kepala Sub Seksi Keindahan/Perawatan b. Kepala Sub Seksi Pembibitan/Pengembangan 5. Kepala Seksi Museum Zoologicum.

a. Kepala Sub Seksi Peragaan Koleksi b. Kepala Sub seksi Pengawetan/Opzet 6. Kepala Seksi Keamanan Pengunjung/Hewan

a. Kepala Sub Seksi Keamanan Pengunjung/Hewan b. Kepala Sub Seksi Jaga23

Di tahun 1980an jumlah Pegawai Negeri Sipil ada 14 orang ditambah karyawan 20 orang. Karyawan yang dimaksud disini adalah buruh harian. Apabila kita lihat dari susunan struktur organisasi sudah dapat dikatakan efektif dan efisien. Hanya dalam pengisian jabatan tersebut diperlukan orang yang ahli dibidang kemargasatwaan dan berkemauan keras untuk kesempurnaan pembinaan, pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar.

Adapun beberapa pemimpin Taman Hewan Pematang Siantar dari tahun 1978 sampai 1990 adalah:

1. Drs.S. P. Tambunan (tahun 1978-1 September 1985) 2. Abdul Muin (1 September 1985-1990) 24

23Ibid. hal. 5-6. 24Loc.cit., hal. 3.


(44)

3.2 Pengelolaan

Pengelolaan berasal dari kata manajemen (management). Pengelolaan taman hewan dapat dielaborasi berdasarkan teori tentang manajemen. Terry dan Rue mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang melibatkan bimbingan atau pengarahan sekelompok orang menuju tujuan organisasi/bersama.25 Intinya manajemen adalah proses melaksanakan suatu kegiatan melalui orang lain dengan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui Dinas Taman Hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi dan manfaat lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar.

Kebijakan pembangunan Taman Hewan Pematang Siantar, merupakan salah satu kebutuhan bagi kebun binatang itu sendiri. Pembangunan taman hewan dan pengelolaannya laksana dua sisi mata uang. Keduanya saling melengkapi dan dapat menjadi daya tarik dan pesona bagi para pengunjung.

Untuk mendukung hal itu, tentunya pihak pengelola Taman Hewan Pematang Siantar melakukan beberapa hal, di antaranya:

1. Pemasaran yang spesifik menjadikan taman hewan sebagai tujuan wisata. Strategi pemasaran tentunya menempati posisi penting untuk menjangkau dan menarik pengunjung. Sasaran pengelola adalah diharapkan masyarakat yang datang diharapkan menjadi sumber informasi bagi para pengunjung lain.

2. Keterampilan dan layanan kepada para pengunjung secara intensif. Layanan ini berupa perihal pengetahuan dan pendidikan terhadap kehidupan hewan atau


(45)

habitat hewan. Kepuasan pengunjung akan tercapai melalui ragam layanan yang sabar dan efektif.

3. Melibatkan penduduk lokal dalam memandu dan menerjemahkan objek wisata Taman Hewan Pematang Siantar. Penduduk lokal akan memiliki insentif konservasi lingkungan apabila ia dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata dan pemberian informasi.

3.3 Dana Pengelolaan

Berjalannya suatu industri pariwisata tentunya diperlukan modal ataupun biaya dalam pengelolaannya. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang pendanaannya sendiri berasal dari hasil penjualan karcis. Dana yang didapat dari penjualan karcis ini dipergunakan sepenuhnya untuk pembangunan sarana dan prasarana taman hewan. Tidak menutup kemungkinan juga, dana ini dialokasikan untuk penambahan hewan. Di samping itu ada anggaran Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar untuk taman hewan. Jumlah dana yang diberikan oleh pemerintah daerah pada waktu sekitar Rp.15.000.000,- per bulan. Pendanaan ini masuk kedalam APBD Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.26

3.4 Pengembangan

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih

26 Wawancara dengan Ibu Saidah pada tanggal 23 Juni 2009 di kantor Dinas Perikanan dan


(46)

kompleks.27 Pengembangan meliputi kegiatan penambahan sarana dan prasarana yang ada di taman hewan serta mengintegrasikan kemajuan.

Dari segi kualitatif, pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar berfungsi sebagai peningkatan meliputi penyempurnaan program ke arah yang lebih baik. Hal-hal yang dikembangkan meliputi aktivitas manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan itu sendiri. Pengembangan yang dilakukan terhadap Taman Hewan Pematang Siantar mencakup pengembangan kuantitas dan kualitas, dan pelengkapan sarana dan prasarana. Dari segi kuantitatif, fungsi pengembangan adalah memperluas program dengan titik berat perluasan jangkauan wilayah dan jangkauan sasaran program.

Pengembangan kawasan wisata harus didasarkan pada regulasi nasional maupun internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan landasan pengembangan taman hewan. Tujuan wisata yang ingin dicapai kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan ekowisata di dalam taman hewan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hewan. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. Pendidikan konservasi lingkungan untuk mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung untuk kawasan dimaksudkan mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung


(47)

penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran serta masyarakat di harapkan ikut secara aktif. Dari segi penghasilan, masyarakat mendapat keuntungan secara nyata dalam bidang ekonomi dari adanya kegiatan ekowisata yang serta merta mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam merupakan termasuk upaya pengembangan fasilitas yang tetap harus dilakukan agar tercipta keharmonisan dengan alam.28

Menghindarkan sejauh mungkin , mengeksploitasi flora dan fauna karena pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami. Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatmya. Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan, saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.


(48)

Perkembangan Dinas Taman Hewan Pematang Siantar sejak Pelita I tahun 1969/1970 hingga sampai dengan tahun 1973/1974 belum mendapat perhatian khusus. Karena pada tahun awal pelita tersebutlah merupakan program-program pemerintah yang akan dicanangkan untuk membangun sesuai dengan tuntutan rakyat dalam pergolakan revolusi saat orde baru timbul dalam pembaharuan disegala bidang. Sehingga untuk pembinaan Taman Hewan Pematang Siantar di gariskan pada pelita berikutnya. Namun pengelolaan pada Dinas Taman Hewan Pematang Siantar hanya pada tahap pemeliharaan dan perawatan. Sehingga pada akhir tahun 1978 baru tampak perkembangan yang sangat berarti bagi Taman Hewan Pematang Siantar.

Selama dua belas tahun tahun (1978-1990), Taman Hewan Pematang Siantar sudah meningkatkan pengembangan dan pembenahan. Baik bangunan baru maupun rehabilitasi kandang-kandang serta penambahan hewan. Adapun bagian-bagian yang ditambah adalah sebagai berukut :

1. Pembutan kandang buaya ukuran 12 x 7,5 m 2. Pembuatan kolam mini air mancur

3. Parit pembuangan tembok/tembok kolam sampan 4. Pembuatan kandang ular ukuran 10 x 3 m

5. Pembuatan kolam renang anak-anak 15 x 8 x 1 m 6. Pembuatan kandang macan

7. Pembuatan kandang kasuari

8. Merehabilitasi jalan-jalan kecil di dalam Taman Hewan 9. Merehabilitasi kandang-kandang kaca


(49)

10.Melanjutkan pembangunan pagar tembok keliling Taman Hewan Pematang Siantar

11.Pembangunan kantor/loket yang berasl dari APBD Tk. Sumatera Utara 12.Pembelian meubel air

13.Tahun 1984/1985 menerima bantuan dari Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara yaitu untuk pemeliharaan gedung dan koleksi sebesar Rp.2.000.000,-

14.Pembangunan rumah adat pada pintu gerbang, ayunan anak-anak, jungkit-jungkitan, tempat tukar pakaian, pembetonan jalan tangga dan dua buah sepeda air bantuan dari NV. STTC Pematang Siantar (merupakan industri yang bergerak dalam pembuatan rokok)

15.Tahun 1984/1885 merehabilitasi kolam renang, kandang siamang, monyet, biawak, kasuari, dan pintu belakang.

16.Tahun 1985/1986 penambahan hewan baru dari APBD Tk. II Pematang Siantar sebesar Rp.500.000,- Hewan yang ditambah adalah burung-burung

17.Tahun 1986/1987 pembangunan kamar WC, jalan-jalan setapak sebesar Rp.1.500.000,-

18.Tahun 1987/1988 menjemput hewan baru Kangguru, rusa bawean dari Kebun Binatang Surabaya dari APBD Tk. II Pematang Siantar sebesar Rp.500.000,- 29

3.5 Koleksi Hewan

Melihat kenyataan bahwa kondisi Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990, mengalami perubahan dan perkembangan total termasuk jumlah dan jenis


(50)

satwa, namun untuk tahun 1978 sampai 1979 tidak ditemukan. Berikut jumlah satwa yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1978-1990

Tabel 3: Jenis dan Jumlah Koleksi Satwa Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1980-1990.

Tahun Mamalia Aves Reptil Total

1980 59 231 12 302

1981 71 259 16 346

1982 82 281 22 385

1983 96 315 28 439

1984 119 339 31 489

1985 132 356 35 523

1986 149 374 42 565

1987 167 396 48 611

1988 183 421 55 659

1989 190 432 56 678

1990 201 445 59 715

Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar,1990

Jenis mamalia terdiri dari beberapa hewan di antaranya, singa, harimau, landak, rusa, tapir, monyet, orang utan, kambing, siamang, kuda, beruang, kelinci, kancil, macan tutul, panter, dan lain-lain. Jenis aves terdiri atas burung bangau, burung enggang, kakak tua, beo, jalak merah, jalak bali, cendrawasi, merak, kasuari, pipit, betet, kapodang, merpati, burung hantu, murai serta jenis burung lainnya. Jenis reptil di antaranya yaitu buaya, kura-kura, biawak, komodo, labi-labi, ular sawah, kobra, piton, ular air,serta


(51)

beberapa jenis ular lainnya. Koleksi hewan yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar mengalami peningkatan jumlahnya. Peningkatan ini berasal dari hasil penangkaran dari taman hewan sendiri, pertukaran dengan taman hewan lain, serta sumbangan dari masyarakat.

3.6 Pengunjung

Jumlah pengunjung sebelum tahun 1978 telah di uraikan pada bab II. Dinas Taman Hewan Pematang Siantar sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat secara rombongan dan perorangan baik dalam maupun luar kota. Setiap harinya terutama pada hari-hari besar yang paling banyak pengunjungnya. Ini merupakan penunjang dalam pengembangan taman hewan dan dengan penghasilan yang banyak maka program-program yang direncanakan akan menjadi kenyataan. Berikut jumlah pengunjung pertahun Taman Hewan Pematang Siantar.

Tabel 4: Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1978- 1990.

No Tahun Jumlah (Orang)

1 1978/1979 84.543

2 1979/1980 87.365

3 1980 / 1981 135.801

4 1981 / 1982 142.502

5 1982 / 1983 127.648

6 1983 / 1984 104.643


(52)

6 1985 / 1986 104.881

7 1986 / 1987 121.209

8 1987 / 1988 128.774

9 1988 / 1989 136.512

10 1989 / 1990 143.073

Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar 1990

3.7 Perkembangan Pameran Museum Taman Hewan Pematang Siantar

Museum Taman Hewan Pematang Siantar dilengkapi dengan ruang pameran agar masyarakat khususnya pengunjung dapat memahami berbagai bentuk serta perikehidupan hewan. Di dalam ruangan tersebut terdapat ruang pameran, yang luasnya 258 m². Semula museum hanya sebagai tempat pameran saja. Selanjutnya dikembangkan pula teknik penyajian bahan pameran yang disertai pelayanan pendidikan.

Perkembangan tersebut meliputi bahan peragaan. Dalam sistem lemari kaca peragaan, koleksi hewan yang sudah diawetkan dipasang sendiri-sendiri di atas sebatang sebuah kayu atau tempat dudukan dudukan lainnya dan kemudian diberi label nama jenisnya. Pemajangannya disusun berjajar ke samping atau ke atas ditaruh di dalam sebuah lemari. Lemari-lemari ini di tempatkan merapat dinding dan di tengah ruangan. Cara yang disajikan seperti ini berlangsung sejak museum ini didirikan. Kemudian berkembang pada tahun 1980-an dengan mengelompokkan beberapa jenis yang sekerabat.

Perkembangan selanjutnya adalah penyajian bahan peragaan dalam lemari atau Vitrin yang dibuat dari kayu jati dengan satu sisi dinding kaca. Pengunjung dapat melihat


(53)

isi vitrin berupa diaroma yang menggambarkan hewan dengan habitat aslinya. Beberapa bagian gedung dirombak, termasuk pembongkaran kaca-kaca besar. Semua jendela tersebut dihilangkan dan di tembok. Untuk mengatur ventilasi ruangan dipasang kipas angin listrik di dinding dan langit-langit. Dengan dihilangkannya jendela kaca tersebut maka sumber cahaya memakai sinar listrik lebih mudah diatur, sehingga efeknya lebih baik. Dengan demikian perhatian pengunjung diharapkan dapat lebih terkosentrasi pada objek peragaan.

3.8 Perubahan Fungsi

Pada awalnya fungsi dari Taman Hewan Pematang Siantar sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab II. Perubahan fungsi itu di antaranya adalah taman hewan tidak hanya sekedar memelihara saja. Namun berusaha sebagai wadah atau lembaga Konservasi Ex-situ (untuk menangkarkan satwa langka diluar habitatnya) yang merupakan benteng terakhir penyelamatan satwa-satwa langka. Di samping itu sebagai Lembaga Konservasi In-situ (untuk menangkarkan satwa di penangkaran) sebagai bentuk usaha mencegah kepunahan satwa.

Taman Hewan adalah suatu tempat atau wadah di mana beragai jenis satwa dikumpulkan, dipelihara, diperagakan untuk umum, dalam rangka pengadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam memelihara keseimbangan kelestarian lingkungan hidup. Sesuai dengan definisi diatas maka tujuan dari dibukanya Taman Hewan Pematang Siantar adalah :


(54)

b. Menarik perhatian dan menimbulkan penghargaan serta melahirkan perasaan sayang akan hewan-hewan

c. Memperkenalkan tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan yang ada di alam Indonesia.

Maka dengan tujuan tersebut timbullah rasa sayang, cinta akan alam yang penuh keindahan dan kesegaran. Taman Hewan Pematang Siantar selanjutnya mengalami perkembangan fungsi. Diantaranya sebagai berikut :

a. Sarana perlindungan dan pelestarian alam yang merupakan tempat penyelamatan dan pelestarian jenis-jenis satwa yang teerancam punah untuk dikembangbiakkan dan kemudian dilepaskan kembali ke habitat alamnya tanpa mengurangi kepentingan Taman Hewan itu sendiri.

b. Sarana pendidikan yaitu bahwa Taman Hewan dalam peragaannya memberi penerangan mengenai ilmu hewan, tata linngkungan, dan sejarah alam kehidupan (Natural History) sehingga secara langsung menyumbangkan jasa dalam pendidikan ilmu penngetahuan alam bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

c. Sarana penelitian yaitu bahwa Taman Hewan dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengenalan tingkah laku, sistematik, makanan, pennyakit, dan dengan penelitian tersebut diharapkan menghasilkan suatu data yang penting yang berguna dalam pengembangan teknologi peternakan.

d. Sarana rekreasi dan apresiasi terhadap alam yang memberikan gambaran dari alam sebagai objek rekreasi karena mempunyai hubungan yang erat dengan


(55)

keindahan alam dan dapat mendorong seseorang untuk menghargainya dan menimbulkan cinta akan alam.

Taman Hewan Pematang Siantar setidaknya merupakan gambaran alam yang disesuaikan dengan lingkungan habitat flora yang dpat dimanfaatkan masyarakat setiap hari untuk dinikmati ssecara langsung dengan biaya yang murah dan berekreasi bersama keluarga.

Sebagai sarana pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti yang datang ke Taman Hewan Pematang Siantar dari berbagai kalangan baik dari perguruan tinggi maupun sekolah. Peneliti yang datang tentunya dari berbagai disiplin ilmu (Kedokteran Hewan, Biologi, Peternakan, Pariwisata, dan sebagainya).

Di lain sisi Taman Hewan memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai pentingnya konservasi alam dan lingkungan melalui peragaan satwa maupun pendidikan melalui pertunjukan satwa. Selanjutnya menanamkan rasa cinta terhadap satwa dan alam sejak dini kepada siswa-siswa sekolah, melalui program pengenalan satwa liar.

3. 8. 1 Pariwisata Berbasis Kekayaan Satwa

Pariwisata berbasis kekayaan alam terutama satwa telah dikenal dan dimanfaatkan oleh para pelaku wisata. Biasanya, wisatawan melakukan kunjungan karena tertarik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal ini meliputi kekayaan bentang alam, satwa, dan tumbuhan.30


(56)

Pada faktanya, daya tarik Taman Hewan Pematang Siantar sendiri telah mampu menarik wisata dan mendatangkan dampak ekonomi yang berarti. Sering kali, wisata itu disebut sebagai minat khusus dan dikaitkan apa yang disebut ekowisata. Aktifitas yang dilakukan di taman hewan meliputi wisata alam, rekreasi dan pengamatan hewan yang ada.

Produk-produk taman hewan, setidaknya merujuk pada salah satu atau lebih dari tujuh kriteria dibawah ini.

1. Wisata berbasis alam dengan komponen utama atraksi, yakni satwa liar.

2. Wisata yang diselenggarakan dengan suatu kesempatan untuk melihat satwa liar. 3. Wisata dengan melibatkan atraksi buatan berdasarkan komoditi perhatian satwa

liar.

4. Wisata yang dikhususkan untuk melihat satwa.

5. Perjalanan wisata menuju habitat yang khas (di mana satwa akan dijumpai). 6. Perjalanan untuk memburu dan memancing.

7. Suatu perjalanan yang menawarkan dan mampu “menggetarkan hati,” karena petualangan berinteraksi dengan satwa di dalamnya.

Dengan melihat kriteria-kriteria tersebut, jelas bahwa kontak langsung dengan satwa merupakan tujuan dan faktor utama yang menjadi parameter kepuasan pengunjung dan penikmat satwa.

Taman Hewan Pematang Siantar merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsunganpemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa


(57)

mendatang. Konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan adalah daerah alami.

Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.

Pendekatan lain bahwa taman hewan harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi sebagai berikut:

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.

2. Melindungi keanekaragaman hayati.

3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Di dalam pemanfaatan areal alam untuk taman hewan mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.


(58)

3. 8. 2 Sebagai Hutan Kota

Vegetasi dalam ekosisistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial. Energi tersebut sebagai sumber hara mineral dan perubahan terbesar lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Setiap ada pembangunan di kota, lahan pertanian, kebun buah-buahan, atau lahan bervegetasi manjadi berkurang. Penghijauan perkotaan merupakan salah satu usaha pengisian Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang perlu ditingkatkan. Hutan kota merupakan sub sistem kota, sebuah ekosistem dengan terbuka. Pengertian hutan kota berbeda dengan pengertian hutan yang dipahami selama ini. Hutan kota diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan di perkotaan dengan menyerap hasil negatif yang disebabkan aktivitas kota.

Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau di sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulakan lingkungan sehat, nyaman, dan estesis.31

Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam untuk itu. Dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau tata ruang terbuka untuk hijau adalah sebagai berikut:

1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat dibutuhkan bagi makhluk hidup.

31 Zoer’aini Djamal Irwan, Tentang Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, Jakarta: PT. Bumi


(59)

2. Pengaturan lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman, dan segar.

3. Penciptaan lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.

4. Perlindungan terhadap kondisi fisik alam sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.

5. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan dedaunannya.

6. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air. 7. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara.

8. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. 9. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat digunakan untuk terapi mata

dan jiwa.

10.Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.

11.Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat yang sudah disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah, kayu dan sebagainya.


(60)

12.Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau petunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertunbuhan dan perkembangan kota.

Taman Hewan Pematang Siantar memiliki beberapa varietas tumbuhan yang memiliki usia puluhan tahun. Pohon-pohon ini sengaja dilestarikan sebagai hutan kota. Usaha ini sesuai dengan potensi yang dimiliki Kota Pematang Siantar sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia antara lain dengan adanya Intruksi Menteri Dalam Negeri (Imendagri) No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan RTH di Perkotaan.

Fungsi hutan kota yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar dapat dikelompokkan menjadi beberapa fungsi.

Diantaranya sebagai berikut:

a. Menyegarkan udara atau sebagai paru-paru kota

Fungsi menyegarakan udara dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. b. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.

Kelembapan udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Sehingga dengan adanya keberadaan Taman Hewan Pematang Siantar kelembapan udara di kota Pematang Siantar setidaknya dapat terjaga.

c. Sebagai ruang hidup satwa

Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dan ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk lainnya, contohnya burung. Burung sebagai ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya adalah mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Kehadiran burung


(61)

di kota mempunyai arti penting sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji dalam membantu proses regenerasi hutan kota.

d. Penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari erosi

Fungsi hutan kota yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar adalah sebagai penyanggah dan pelindung permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk menyediakan air tanah di kota Pematang Siantar dan pencegahan erosi.

e. Pengendalian dan mengurangi polusi udara

Untuk mengurangi atau mengendalikan polusi udara, dan menyaring debu yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ pernapasan dan kulit.

f. Menyuburkan tanah

Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisme dan akhirnya teruai lalu menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan.


(62)

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR

Memperhatikan perkembangan dunia kepariwisataan dewasa ini yang setiap tahunnya cenderungan meningkat pertumbuhannya, menimbulkan harapan yang optimis bagi mereka yang bergerak dalam bidang atau sektor kepariwisataan termasuk pertumbuhan dan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Sifat optimis itu disebabkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, terutama faktor kemajuan teknologi dalam komunikasi, transportasi dan perekomomian umum pada umumnya.

Dalam pengembangan pariwisata ada dua faktor umum yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Faktor Ekonomi

Pendapatan rata-rata per rumah tangga merupakan faktor yang menentukan bagi pengembangan pariwisata. Dengan mudah dapat diramalkan bahwa lalu lintas wisatawan akan bertambah, apabila pendapatan meningkat di atas tingkat krisis (yang dimaksud dengan tingkat krisis adalah suatu tingkatan hidup dimana segala kebutuhan pokok sehari-hari dapat terpenuhi.

b. Faktor Sosial dan Psikologi

Faktor sosial dan psikologi sama pentingnya dengan faktor ekonomi. Persoalan keluarga, kesehatan, atau faktor-faktor psikologi dan sosial lainnya, seperti usia yang telah lanjut, segan bepergian karena merasa lelah, takut akan hal-hal yang


(63)

belum diketahui, persiapan yang kurang baik dan lain-lain, mempunyai efek yang besar sekali terhadap keputusan yang akan diambil di dalam keluarga itu.

Faktor-faktor tersebut di atas dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu yang bersifat perseorangan dan yang kolektip. Yang bersifat kolektip ini tentu ada hubungannya dengan keadaan sosial di sekitarnya. Yang termasuk dalam sifat perseorangan adalah ialah, usia, keadaan keluarga, kesehatan dan tingkatan pendidikan. Faktor sosial lainnya yang juga akan mempengaruhi tuntutan untuk berpariwisata adalah struktur dari suatu masyarakat tertentu yang bukan ditentukan oleh besarnya pendapatan atau upah melainkan oleh tingkat pekerjaan di dalam masyarakat. Dengan demikian di dekat kota-kota besar dibangun pusat-pusat rekreasi. 32

Sebagai konsekuensi dari pada itu, maka sudah harus ditinggalkan jauh pemikiran tentang perencanaan jangka pendek daripada taman hewan dan harus lebih melihat lagi kedepan sejauh mungkin dengan memperhitungkan segala pengaruh yang ditimbulkan dan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap taman hewan.

Dalam perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar, ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut dapat kita bagi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

4.1 Faktor Intern

Faktor intern merupakan faktor yang ada pada Taman Hewan Pematang Siantar itu sendiri. Ini merupakan faktor utama dalam perkembangannya. Adapun faktor tersebut antara lain:


(1)

banyak membahas, namun penulis yakin setiap perusahaan ataupun manajemen sebuah usaha pasti memiliki kendala dari apa yang disebutkan di atas.

Kelima, sikap masyarakat. merebak pandangan dan sikap masyarakat yang menilai bahwa Taman Hewan Pematang Siantar dalam pembangunannya mereka tidak diperlukan ataupun ttidak memiliki peranan sama sekali. Untuk itu, pengelola perlu mempersiapkan upaya mendekatkan kawasan taman hewan sebagai milik masyarakat, sebagai sarana rekreasi, sebagai sarana pendidikan, penelitian, serta peningkatan kesejahteraan, sehingga menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Pematang Siantar khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Damardiati R.S, Istilah-Istilah Dunia Pariwisata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1992.

Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, 1986.

Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, 1990.

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990.

Gottschalk Louis, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI-Press, 1985.

Hakim Luchman, Dasar-Dasar Ekowisata, Malang: Bayumedia Publishing, 2004.

Irwan Djamal Zoer’aini, Tentang Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Kadarsan Sampurno, dkk., Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, 1994.

Oka, A.Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996

Pendapatan Regional Kabupaten dan Kotamadya Propinsi Sumatera Utara 1983-1990, Medan: Perwakilan Biro Pusat Statistik Kantor Statistik Propinsi Sumatera, 1990.

R.G. Soekadijo, Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai”Systemic Linkage, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Ramly Nadjamuddin, Pariwisata Berwawasan Lingkungan: Belajar Dari Kawasan Wisata Ancol, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007.


(3)

Reksohadiprodjo Sukanto, Organisasi Perusahaan: Teori Stuktur dan Perilaku, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1982.

Santoso, Harianto, Profil Daerah Kota, Jilid I, Jakarta: Kompas, 2001.

Saragih Rosida, “Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang di Simalungun (1942-1945)”, Skripsi S-1, Medan: USU, 1978.

Siagian,P Sondang, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Aneka Cipta, 2002.

Majalah

Tempo, Sejarah Taman Hewan Pematang Siantar,Volume 50 edisi XII tanggal 12 Februari 1983.


(4)

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Ir. Purwanto

Umur : 49 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Kabag. Marketing 2. Nama : Wardi

Umur : 50 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Dasar

Pekerjaan : Karyawan Taman Hewan 3. Nama : Ricard Situmorang, SE Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Kabag. Sub Bidang Tata Usaha 4. Nama : J. Ginting

Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petugas Keamanan 5. Nama : Dra. Saidah

Umur : 48 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam


(5)

6. Nama : Ratna Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Karyawan 7. Nama : Amrizal Matondang Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta7. 8. Nama : Muliono

Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta 9. Nama : Drs. Edianto Saragih

Umur : 43 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Guru


(6)

LAMPIRAN

Denah Taman Hewan Pematang Siantar