Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar

(1)

PENYULUHAN KESEHATAN GIGI

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MARINA NOFALIA NIM : 070600024

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Pedodonsia Tahun 2011

Marina Nofalia

Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar vii + 29 Halaman

Salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut adalah perlu diadakan penyuluhan kesehatan gigi secara dini pada anak. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.

Penyuluhan kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tujuannya adalah untuk merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat.

Materi penyuluhan yang diberikan pada saat penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkatan umur anak. Materi yang diberikan berupa kontrol diet, oral hygiene yaitu menyikat gigi dan dental flossing. Selain itu juga diberikan materi tentang penggunaan fluor dan fisur silen, serta kunjungan berkala ke dokter gigi.

Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi, dan metode wawancara, dilengkapi dengan alat peraga sehingga sasaran lebih mudah mengerti tentang materi yang disampaikan.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Juni 2011

Pembimbing: Tanda Tangan


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 21 Juni 2011

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Taqwa D, drg., SpKGA

ANGGOTA :

1. Essie Octiara, drg., SpKGA


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda Reflian dan ibunda Hasmaizar yang selalu mendorong, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis, juga kepada kakak dan adik tercinta Friska Amelia dan Herry Rizky Saputra.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. T. Hermina M, drg selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Yati Roesnawi, drg selaku Ketua Departemen dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Taqwa D., drg., SpKGA dan Essie Octiara,drg., SpKGA sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan mengarahkan penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(6)

4. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku penasehat akademik yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Rendric Setiawan, kak Poetri, Lini, Desy, Dewi, kak Riona, Bunga, Yogi, Fauzan, Defi, adinda Kiki, Meylinda, Nabila, Dadi, Kepsu, ni Tari, dan teman-teman angkatan 2007 yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dari awal sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang bergunakan bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan.

Medan, 21 Juni 2011 Penulis

Marina Nofalia NIM. 070600024


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL . ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR . ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 PENGERTIAN DAN TUJUAN ... 3

2.1 Pengertian ... 3

2.2 Tujuan ... 4

BAB 3 MATERI PENYULUHAN ... 7

3.1 Kontrol Diet ... 8

3.2 Oral Higiene ... 10

3.2.1 Menyikat Gigi ... 10

3.2.2 Dental Flossing ... 13

3.3 Pemberian Fluor ... 15

3.4 Fisur Silen ... 16

3.5 Kontrol Berkala ke Dokter Gigi ... 17

BAB 4 METODE PENYULUHAN ... 18

4.1 Metode Ceramah ... 18

4.2 Metode Demonstrasi ... 19

4.3 Metode Wawancara ... 22

BAB 5 KESIMPULAN... 25


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sikat gigi yang memenuhi persyaratan ... 11

A. Panjang dan lebar ... 11

B. Baris dan rumpun ... 11

C. Permukaan bulu sikat ... 11

2. A. Dental floss yang dililitkan pada jari tengah ... 13

B. Dental floss yang diregangkan ... 13

3. Dental floss ... 14

A. Dilekuk seperti huruf C saat mencapai dasar gusi ... 14

B. Dipindahkan ke gigi yang berdekatan ... 14

C. Dikeluarkan dengan gerakan menyerupai gergaji ... 14

4. A. Pit dan fisur yang dalam ... 17


(9)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Pedodonsia Tahun 2011

Marina Nofalia

Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar vii + 29 Halaman

Salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut adalah perlu diadakan penyuluhan kesehatan gigi secara dini pada anak. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.

Penyuluhan kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tujuannya adalah untuk merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat.

Materi penyuluhan yang diberikan pada saat penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkatan umur anak. Materi yang diberikan berupa kontrol diet, oral hygiene yaitu menyikat gigi dan dental flossing. Selain itu juga diberikan materi tentang penggunaan fluor dan fisur silen, serta kunjungan berkala ke dokter gigi.

Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi, dan metode wawancara, dilengkapi dengan alat peraga sehingga sasaran lebih mudah mengerti tentang materi yang disampaikan.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Masalah tersebut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.1-4

Di Indonesia sebanyak 89% anak dibawah usia 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Kondisi itu akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka akan turun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak.5

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut adalah perlu diadakan penyuluhan kesehatan gigi secara dini pada anak, karena penyuluhan kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya suatu penyakit. Penyuluhan kesehatan gigi memegang peranan penting di sekolah terutama


(11)

untuk meningkatkan kesadaran para murid dalam menjaga giginya agar bertahan lama.4,6

Penyuluhan dapat dikatakan sebagai pendahulu program kesehatan gigi yang lain. Pendidikan kesehatan gigi melalui penyuluhan yang diwujudkan secara berkesinambungan bertujuan merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat sehingga tercapainya suatu pengertian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan seharusnya penyuluhan direncanakan terlebih dahulu.3,4,7

Penyuluhan kesehatan gigi pada setiap anak berbeda, hal ini disesuaikan dengan tingkat umur anak. Dalam penyampaian penyuluhan, komunikasi sangat penting karena jika pesan yang disampaikan tidak mengenai sasaran maka penyuluhan tidak akan berhasil.4

Penanggulangan masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS ditekankan pada upaya promotif dan preventif. Upaya promotif berupa pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi yaitu kampanye sikat gigi dengan pasta mengandung fluor, sedangkan preventif berupa pencegahan penyakit gigi yaitu dengan aplikasi fluor pada gigi dan fisur silen, atau berkumur dengan larutan fluor.1,3,8

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi pedoman saat melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar serta dapat menjadi bahan pendukung penelitian mengenai penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.


(12)

BAB 2

PENGERTIAN DAN TUJUAN

Penyuluhan merupakan bagian dari program kesehatan, sehingga harus mengacu pada program kesehatan yang sedang berjalan. Penyusunan perencanaan program penyuluhan harus diperhatikan bahwa perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan sasaran, mudah diterima, bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat, dan sesuai dengan program yang ditunjang dan didukung oleh kebijaksanaan yang ada.7,9,10

2.1 Pengertian

Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan (Maulana, 2009).11

Effendy (1998) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan menurut Suliha (2002) diartikan sebagai gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, yaitu individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara


(13)

keseluruhan menginginkan hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok.9,11-13

Penyuluhan menurut Gondoyoewono adalah suatu penerangan yang menekankan pada suatu objek tertentu dan hasil yang diharapkan adalah suatu perubahan perilaku individu atau sekelompok orang. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan.3,10

Konsep kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009).11,14

2.2 Tujuan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat


(14)

untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat (Munajaya, 2004).3

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.7,11

Menurut WHO (1954) tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan penyuluhan kesehatan pada hakekatnya sama dengan tujuan pendidikan kesehatan, menurut Effendy (1998) tujuan penyuluhan kesehatan adalah :11,13

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Penyuluhan merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Upaya promotif yang dilaksanakan


(15)

di UKGS, lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Tujuan umum UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut murid-murid yang optimal, sedangkan tujuan penyuluhan dalam program UKGS agar murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya secara benar baik dalam pengetahuan, sikap, maupun tindakan (Herijulianti dkk, 2002).3


(16)

BAB 3

MATERI PENYULUHAN

Materi yang diberikan menurut Astoeti (2006) pada waktu penyuluhan harus sesuai dengan sasaran, dan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan kelas, yaitu: murid kelas 1-2, murid kelas 3-4, dan murid kelas 5-6. 3

a. Murid kelas 1-2 berumur 6-7 tahun. Pola berpikirnya masih dipengaruhi fantasi menjadi kenyataan, materi penyuluhan yang diberikan adalah bentuk gigi dan waktu menyikat gigi. Peralihan ke masa sekolah dapat menimbulkan kesulitan emosional pada beberapa anak, tetapi pada usia ini anak peka terhadap pujian. Penerangan yang diberikan harus mudah dimengerti, misalnya anak menyikat gigi bukan untuk kesehatan giginya melainkan berdasarkan pengalaman yaitu mulut akan terasa segar setelah menggosok gigi.

b. Murid kelas 3-4 berumur 8-10 tahun. Anak mempunyai masa berpikir nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan, materi penyuluhan yang diberikan: anatomi gigi, proses terjadinya plak, proses karies, dan cara menyikat gigi.

c. Murid kelas 5-6 berumur 11-12 tahun. Anak memiliki masa berpikir kritis dan nyata, materi penyuluhan yang diberikan adalah penggunaan fluor, penyakit gigi, perawatan gigi berlubang dan penyakit gusi. Anak dalam golongan umur ini memerlukan pengalaman yang nyata untuk dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan apa yang mereka lihat, dan dengan makin berkembangnya kemampuan mental, anak sanggup terlibat dalam pemikiran sederhana yang menyangkut sebab akibat, sehingga bahan pelajaran yang diberikan dapat lebih


(17)

mendalam dari bahan pelajaran yang diberikan pada anak-anak kelas sebelumnya. Golongan umur ini berkembang minat mengumpulkan benda-benda yang dapat merangsang anak mempelajari bidang pelajaran kesehatan gigi. Semangat persaingan yang tinggi merupakan motivasi dalam membina kebiasaan pemeliharaan gigi yang baik dan teratur.

3.1 Kontrol Diet

Diet yang baik untuk kesehatan umum, juga baik untuk kesehatan gigi. Tindakan pencegahan pada karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula.15,16

Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan lingkungan mulut:15,16

a. Diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori, dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohihdrat tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari 30%.

b. Pemakaian karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayur-sayuran hijau atau kuning merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dengan adanya stimulasi aliran saliva.

c. Makanan yang bersifat lengket seperti kue-kue, bon-bon, selei, buah-buahan kering boleh dikonsumsi apabila setelah itu segera dilakukan kumur-kumur atau menyikat gigi.


(18)

d. Batasi jumlah makanan menjadi tiga kali sehari dengan menekan keinginan untuk makan di antara jam-jam makan.

e. Peninggian masukan dari makanan seperti daging, susu, ikan yang kaya akan protein dan fosfat (akan menambah sifat basa dari saliva).

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih efektif karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti bakteri.15

Djuita (1995) menjelaskan diet kontrol makanan dengan mengklasifikasikan jenis makanan dalam hubungannya dengan kesehatan gigi, yaitu :11

a. Jenis makanan yang keras dapat menghambat pembentukan plak gigi dibandingkan jenis makanan yang lunak, sehingga tidak mudah terbentuk karies.

b. Jenis makanan yang manis dan asin, makanan manis terutama jenis karbohidrat lebih disukai bakteri karena memudahkan bakteri dalam mulut untuk diuraikan menjadi zat asam yang menjadi penyebab kerusakan gigi.

c. Jenis makanan cair dan melekat, makanan cair dapat lebih menghambat pembentukan plak dan karies gigi daripada jenis makanan yang melekat.

d. Jenis makanan berupa zat tepung dan serat tumbuhan. Jenis makanan dari zat tepung sangat memudahkan pembentukan plak dan karies, sebaliknya serat


(19)

tumbuhan justru mampu membersihkan gigi dari plak yang dapat menimbulkan karies.

3.2Oral Higiene

Menyikat gigi dan flossing merupakan komponen dasar dalam menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada anak disegala umur.2,15

3.2.1 Menyikat Gigi

Menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi serta jaringan sekitarnya. Menyikat gigi dapat mencegah tertimbunnya sisa makanan pada sela-sela gigi dan permukaan gigi di mana penimbunan sisa-sisa makanan ini dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies dan reaksi peradangan pada jaringan periodonsium.2,16

Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium yang sehat, tetapi pada jaringan periodonsium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari. Waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menyikat gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami. Ketika bangun pagi, gigi masih relatif bersih sehingga menyikatnya bisa dilakukan setelah sarapan.17,18


(20)

Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit. Tetapi rerata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Yang harus diingat pasien diberitahu urutan-urutan menyikat dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan insisalnya sampai seluruh permukaan gigi di rahang sebelahnya tercakup. Hal sama dilakukan pada rahang bawah.2,16

Pemakaian sikat gigi pada umumnya dianjurkan yang serabut lurus dan sama panjang, tangkai yang lurus, dimana akan bekerja cukup baik pada semua bagian mulut. Kepala sikat gigi harus kecil, sebagai patokan panjang kepala sikat gigi harus sama dengan jumlah lebar keempat gigi depan rahang bawah.16,18

Sikat gigi yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu ukuran permukaan bulu sikatnya adalah panjang 1 - 1 ¼ inci (2,5 – 3,0 cm) dan lebar 5/16 – 3/8 inci (8,0 – 9,5 mm). Bulu sikatnya tersusun dari 2-4 baris rumpun dan 5-12 rumpun per baris serta permukaan bulu sikatnya terpotong rata.16

Gambar 1 Sikat gigi yang memenuhi persyaratan; A. Panjang dan lebarnya; B. Baris dan rumpun; C. Permukaan bulu sikat.16


(21)

Pemilihan sikat gigi untuk anak ukuran kecil dengan tangkai yang mudah digenggam, bulu sikat halus tetapi kuat. Bagian ujung kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut.20

Beberapa metode penyikatan gigi yang telah dikenal antara lain metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, rotasi, dan vibrasi. Walaupun demikian, metode apapun yang digunakan, tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan sulkus gingiva, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin.2,19

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi adalah teknik penyikatan gigi harus sederhana, tepat dan efisien dalam waktu, dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama daerah interdental. Pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi atau abrasi gigi.16

Cara menyikat gigi yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan / Direktorat Kesehatan Gigi yaitu menyikat gigi dengan gerakan pendek-pendek dimana sikat ditempatkan dengan sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dengan ujung serat sikat pada tepi gusi sehingga saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakkan dengan getaran kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih sepuluh kali tiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Menyikat permukaan gigi yang menghadap pipi dan bibir, tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar lengkung gigi. Untuk permukaan lidah dan langit-langit gigi belakang agak menyudut pada gigi depan, sikat dipegang vertikal. 16


(22)

3.2.2 Dental Flossing

Menyikat gigi merupakan perawatan pencegahan yang paling baik dilakukan, tetapi ada kalanya daerah interdental sering tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Untuk dapat membersihkan daerah interdental perlu alat lain yaitu dental floss. Penggunaan dental floss dapat mengurangi terjadinya karies dan pencegahan penyakit gusi. Akan tetapi, flossing sulit dilakukan dan memerlukan latihan yang lama sebelum menguasai. 2,4,16

Flossing harus diperkenalkan pada anak karena merupakan bagian dari prosedur menggosok gigi. Perlihatkan bagaimana cara menggunakan dental floss pada gigi anterior terlebih dahulu, kemudian diperluas ke gigi posterior. Penting bagi dokter gigi atau ahli kesehatan untuk mengawasi prosedur ini secara berkala, karena teknik flossing yang salah dapat mengakibatkan lebih banyak kerusakan dari pada kebaikan yang diharapkan.4

Langkah-langkah menggunakan dental floss:21,22

a. Ambil sekitar 45 cm dental floss, kemudian lilitkan pada jari tengah di masing-masing tangan dan sisakan sekitar 4 cm.

b. Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan ibu jari.

Gambar 2. Dental floss dililitkan pada jari tengah (A), dan diregangkan (B).22

B A


(23)

c. Arahkan dental floss yang diregangkan di antara gigi. Saat dental floss mencapai batas gusi, lekuk menjadi seperti huruf C berlawanan dengan permukaan gigi. Gerakkan secara perlahan ke atas, bawah, depan, dan belakang untuk membersihkan permukaan gigi.

d. Selanjutnya pindahkan dental floss ke gigi yang berdekatan (gigi di sebelahnya) dan bersihkan.

e. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental floss setelah seluruh permukaan selesai dibersihkan.

f. Lakukan langkah yang sama pada gigi yang lain. Coba untuk bersihkan gigi bagian depan terlebih dahulu sebelum pindah ke gigi bagian belakang.

Gambar 3. Dental floss dilekuk seperti huruf C saat mencapai dasar gusi (A), dipindahkan ke gigi yang berdekatan (B), dikeluarkan dengan gerakan menyerupai gergaji (C).22

A B


(24)

3.3 Pemberian Fluor

Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor. Bisa juga diberikan di tempat praktek dokter berupa larutan/gel yang diaplikasikan pada gigi, yang disebut topikal fluoridasi. Keuntungan fluor pada gigi adalah 40-50% mengurangi karies pada masa gigi susu, 50-60% mengurangi karies pada masa gigi permanen, 75% mengurangi prevalensi pencabutan gigi molar pertama, dan 95% menurunkan prevalensi karies pada daerah interproksimal gigi.2,15,23

Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi sehingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluorida. Karena itu makanan fluorida harus diberikan dengan hati-hati. Apabila pemakaian fluorida tidak terkontrol maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi yaitu fluorosis.23

Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies dan memungkinkan untuk terciptanya perlindungan yang sangat lama. Jika air minum tidak ditambah fluor, anak-anak dapat diberi fluor melalui tablet maupun tetes fluor dengan dosis tertentu. 4,15,16,23

Metode kumur-kumur dengan larutan fluor diharapkan paling berhasil untuk program kesehatan gigi masyarakat terutama usaha kesehatan gigi sekolah karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu waktu yang diperlukan sedikit, caranya mudah


(25)

diajarkan sehingga tidak membutuhkan tenaga kesehatan gigi yang khusus, material yang diperlukan tidak banyak, dan perawatan yang teratur dapat dilaksanakan dengan tidak mengganggu pelajaran sekolah. Berkumur dengan larutan fluor dilakukan semingu sekali. Pada kunjungan rutin anak ke klinik gigi dilakukan pengaplikasian fluor topikal. Pemakaian fluor dalam bentuk larutan merupakan salah satu tindakan perlindungan khusus yang sangat baik. Fluoridasi topikal berarti aplikasi langsung fluor terhadap gigi oleh dokter gigi, hal ini akan menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam karies

dan berperan dalam kedokteran gigi pencegahan untuk anak-anak.4,16

3.3 Fisur Silen

Fisur merupakan bentuk anatomi normal dari gigi. Fisur berbentuk seperti parit-parit kecil yang terdapat pada permukaan kunyah gigi posterior. Bentuk fisur yang cukup dalam dapat menyebabkan plak menempel di daerah tersebut sehingga sulit dibersihkan dengan sikat gigi. Silen adalah bahan resin yang diaplikasikan pada permukaan enamel gigi sehingga menutup pit dan fisur dari kemungkinan terjadinya karies. Bakteri mudah terjebak di fisur gigi sehingga perlu dilakukan fisur silen oleh dokter gigi untuk gigi geraham pada anak dan dewasa muda.2,25-27

Cara kerja fisur silen adalah setelah profilaksis awal yang menyeluruh pada gigi-geligi yang akan dirawat diisolasi dan dikeringkan. Fisur diberi kondisioner atau dietsa ringan dengan larutan asam fosfor. Setelah dicuci lagi dan dikeringkan permukaannya, bahan silen diaplikasikan pada pit dan fisur sampai seluruhnya tertutup.2,4


(26)

Gambar 4. Pit dan fisur yang dalam (A), aplikasi bahan silen pada pit dan fisur yang dalam (B). 25,26

3.5 Kontrol Berkala ke Dokter Gigi

Kunjungan ke dokter gigi di Indonesia saat ini belum merupakan sesuatu yang rutin dilakukan terutama pada anak, walaupun program pencegahan yang dilakukan belum sepenuhnya dijalankan, kunjungan dilakukan jika terdapat keluhan.28 Sedikitnya 6 bulan sekali anak harus dibawa ke dokter gigi untuk memeriksakan kesehatan mulut dan giginya, sehingga gigi-gigi yang mulai rusak dapat segera diketahui dan ditambal.29

Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatris Dentistry (AAPD) dan American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai melakukan kunjungan ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh lebih dari usia 12 bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling banyak jumlahnya pada anak dan dapat terjadi segera setelah gigi erupsi. Selain itu, rekomendasi ini juga didasarkan pada penetapan dasar pendidikan preventif dan perawatan gigi pada anak untuk mendapatkan kesehatan mulut yang optimal pada masa kanak-kanak hingga dewasa.28,30


(27)

BAB 4

METODE PENYULUHAN

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Menurut Prof. Dr. Sutrisno Hadi, metode adalah cara yang utama mencapai suatu tujuan dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Robert L Wendel, menyatakan bahwa metode adalah kerangka kerja dan dasar pemikiran yang mendasari digunakannya teknik-teknik khusus dalam menyelenggarakan belajar mengajar.3,31

4.1 Metode Ceramah

Ceramah adalah teknik penyajian materi pendidikan secara lisan, disampaikan oleh seorang komunikator (penceramah) kepada sekelompok sasaran/warga belajar baik secara langsung atau tidak langsung. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah persiapan dan pelaksanaannya. Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan diceramahkan, penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan), menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.7,31,32


(28)

Metode ceramah baik digunakan pada murid kelas 5-6. Karena murid telah mempunyai kemampuan penangkapan dan daya merekam yang cukup mengenai materi penyuluhan yang diberikan sehingga dapat dikuasai dengan baik.24

Keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dan mudah menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting. Kekurangan metode ceramah adalah sasaran bersifat pasif, hanya sedikit penyuluh yang dapat menjadi pembicara yang baik, bahan ceramah sering tidak sesuai karena bahan ceramah yang diberikan adalah apa yang diingat dan bukan apa yang harus diketahui oleh sasaran, tidak semua sasaran mempunyai daya tangkap yang sama, ceramah dalam waktu yang lama dapat membosankan sehingga mengganggu konsentrasi berpikir sasaran, sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan.3,7,31

4.2 Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu metode penyajian materi pendidikan yang dilaksanakan dengan jalan memperlihatkan bagaimana suatu alat atau bagaimana suatu proses dan prosedur suatu kegiatan dilaksanakan. Demonstrasi merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran/penyuluhan dengan cara mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu atau mempertunjukkan suatu proses. Penyajian disertai dengan menggunakan alat peraga dan tanya jawab.7,31

Tujuan menggunakan metode demonstrasi adalah memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat sesuatu dengan prosedur yang benar, misalnya


(29)

memperlihatkan bagaimana cara membersihkan gigi dan gusi yang benar, alat dan bahan apa yang dipergunakan, bentuk dan tipenya, dan bagaimana cara menggunakannya. Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide baru tersebut bisa dilaksanakan setiap orang. Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba sendiri dengan prosedur yang didemonstrasikan.7

Keuntungan menggunakan metode demonstrasi adalah dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian yang lebih baik dan sempurna, dapat mengurangi kesalahan dibandingkan membaca atau mendengar karena persepsi yang jelas diperoleh dari hasil pengamatan, benda-benda yang digunakan nyata sehingga keinginan untuk mengetahui lebih dalam dan rinci dapat dikembangkan, peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta Metode Kerugian metode demonstrasi adalah tidak efektif apabila alat atau benda yang diperagakan termasuk alat berat atau tidak dapat diamati dengan jelas karena agak rumit, atau jumlahnya terbatas sehingga hanya beberapa orang yang mempunyai kesempatan untuk mempraktikkannya, apabila bendanya kecil hanya dapat dilihat secara nyata oleh beberapa orang yang berdekatan dengan pembicara, dan kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak.3,7,31

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tan Xiao Chuan, metode demonstrasi sangat baik diberikan pada murid kelas 1 dan kelas 2. Karena mereka dapat melihat dan mengulang kembali tentang pengajaran yang diberikan sehingga akan meningkatkan memori mereka.24


(30)

Pelaksanaan demonstrasi agar mendapatkan tujuan yang maksimal perlu ditempuh tahap-tahap sebagai berikut:7,31

a. Persiapan : merumuskan dengan jelas maksud dan tujuan yang ingin dicapai, menentukan materi yang akan didemonstrasikan, menetapkan garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, menentukan sasaran, memperhitungkan jumlahnya apakah memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas, menentukan alat peraga atau alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi yang dianggap menarik dan cocok, mengecek kembali secara keseluruhan persiapan serta peralatan yang sudah disediakan.

b. Pelaksanaan : menciptakan suasana akrab, menjelaskan materi yang akan didemonstrasikan, memperkenalkan nama dan bagian-bagian penting dari alat tersebut dan memberi contoh bagaimana cara penggunaannya, memberikan tekanan pada hal-hal yang dianggap penting dengan cara mengulang-ulang, memberikan kesempatan peserta untuk mengulang apa yang telah diinformasikan, mengatur tempat sehingga peserta dapat melihat dan meraba atau mencoba sendiri, meletakkan alat-alat yang akan diperagakan ditempat yang dapat terlihat jelas.

c. Penilaian : melakukan penilaian setelah demonstrasi dilaksanakan dengan tujuan mengetahui apakah yang disampaikan telah dimengerti oleh peserta dan mengetahui bahwa cara demonstrasi adalah cara yang baik dan benar untuk menyampaikan pesan. Penilaian dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan langsung atau dengan kuisioner mengenai materi yang telah didemonstrasikan.


(31)

4.3 Metode Wawancara

Wawancara adalah komunikasi perorangan yang dilakukan secara dua arah dengan jalan mengadakan tanya jawab dan pengarahan ke arah tujuan. Ciri khas wawancara adalah ada pihak yang bertanya (pewawancara), ada pihak yang ditanya (responden), pihak penanya mengendalikan dan mengarahkan seluruh percakapan. Tujuan wawancara adalah memperoleh dan memberikan keterangan pada seseorang, dan memperngaruhi tingkah laku seseorang dengan cara tertentu. Metode wawancara dapat diberikan pada murid kelas 3-4 dan kelas 5-6. 7,24,31

Beberapa sikap yang harus dimiliki oleh interviewer pada saat melakukan wawancara adalah harus mempunyai sikap terbuka, jujur, dan dapat dipercaya, sopan dan menghormati responden, dapat mengendalikan persoalan dan perasaan emosional pribadi. Interviewer harus dapat menunjukkan pengertian terhadap apa yang dikemukakan oleh responden, mau memahami individu yang ditanya dan dapat mengendalikan masalah, mudah menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan lingkungan responden, dan bersifat mendidik serta mempunyai tanggung jawab yang tinggi.7,31,32

Kelebihan menggunakan metode wawancara adalah dapat menjangkau semua tahap AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption), memecahkan masalah sampai tuntas, dan mengatasi masalah yang bersifat pribadi atau rahasia. Kelemahan metode wawancara adalah sasaran relatif kecil, perlu waktu dan tenaga yang relatif banyak, dan perlu keahlian khusus dalam human relationship.7,31

Teknik penerapan dalam menggunakan metode wawancara sehingga tercapai tujuan yang maksimal adalah sebagai berikut:7,31


(32)

a. Persiapan : penentuan tujuan wawancara, menentukan isi pesan yang akan disampaikan, menyiapkan daftar pertanyaan dan buku catatan, menentukan waktu, dan mempelajari identitas responden.

b. Pelaksanaan : memperkenalkan diri secara singkat, menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara, memulai wawancara dengan menggunakan bahasa sederhana, menimbulkan kesan pada responden bahwa jawaban atau penjelasannya merupakan masukan atau hal yang penting, memberikan waktu yang cukup untuk responden menjawab/mengemukakan pendapatnya dan mendengarkan dengan baik. Sedapat mungkin tidak melihat catatan, jika perlu buat pokok-pokok yang ditanyakan pada kertas kecil, mencatat jawaban yang dianggap perlu, tidak berbicara terlalu cepat dan diselingi dengan humor yang segar agar responden tidak jenuh, mempertimbangkan waktu pelaksanaan wawancara agar tidak timbul kejenuhan yang dapat merugikan pelaksanaannya, dan mengakhiri wawancara dengan ucapan terima kasih.

Alat peraga merupakan sesuatu yang sangat membantu dalam melakukan penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikn lebih jelas, dan sasaran penyuluhan dapat menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula. Alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.3,32


(33)

a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata. Alat ini ada dua bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat yang tidak diproyeksikan.

b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya radio, pita suara, piringan hitam, dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassette.


(34)

BAB 5 KESIMPULAN

Penyuluhan kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya penyakit. Karena itu penyuluhan harus dilakukan sejak dini terutama pada anak. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat.

Materi penyuluhan kesehatan gigi yang diberikan antara lain kontrol diet serta oral hygiene yang meliputi cara menyikat gigi dan dental flossing. Selain itu juga diberikan materi berupa pencegahan penyakit gigi yaitu dengan aplikasi fluor pada gigi, fisur silen, atau berkumur dengan larutan fluor.

Metode penyuluhan merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan yang optimal. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi, dan wawancara. Tercapainya penyuluhan yang optimal dengan metode tersebut harus disertai dengan penggunaan alat peraga.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

1. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 1-3,70-88.

3. Lusiana Y. Efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru orkes dalam meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD negeri 060973 di kecamatan Medan Selayang. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.

4. Tambun LE. 2002. Penyuluhan kesehatan gigi pada anak. USU e-Repository. 5. Zatnika I. 89% anak derita penyakit gigi dan mulut. <http://www.pdgi-online.

com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=467&Itemid=1>. (8 Desember 2010)

6. Ahira A. Urgensi penyuluhan kesehatan gigi di sekolah. 2011)

7. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001: 51-3, 66-76


(36)

8. Pratiwi N. Hubungan karakteristik organisasi dengan kinerja program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Kota Binjai tahun 2006. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2007.

9. Yani A. Pengertian penyuluhan kesehatan. <http://id.shvoong.com/medicine- and-health/epidemiology-public-health/202003-pengertian-penyuluhan-keseh atan/>. (10 April 2011)

10.Damanik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indek plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD negeri Medan. Dentika Dent J 2002; 7(1): 1-5.

11.Hurairah IA. Penyuluhan kesehatan gigi. 1 April 2011. <http://ibnuabihurairai r.blogspot.com/2011/04/penyuluhan-kesehatan-gigi-skripsi.html>. (10 April 2011)

12.Djuhaeni H. Kebijakan departemen kesehatan tentang PKMRS pada penyuluhan kelompok bagi RS Swasta se Jabar Bandung, 5 Juli 1993. <http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kebijakan-departeme n-kesehatan-tentang-pkmrs1.pdf>. (10 April 2011)

13.Anonym. Penyuluhan kesehatan

enyuluhan-kesehatan/>. (10 April 2011)

14.Ahira A. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat. <http://www.anneahira.co m/artikel-kesehatan/penyuluhan-kesehatan.htm>. (11 April 2011)

15.Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J, 2005: 38(3): 130-134.


(37)

16.Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 3-22.

17.Decker RT, Lover CV. Sugar and dental caries. Am J Clin Nutr 2003: 78(4): 8815-925.

18.Anonym. Waktu terbaik untuk menggosok gigi. <http://www.infogigi.com/ke sehatan-gigi/waktu-terbaik-untuk-menggosok-gigi.html>. (5 Januari 2011) 19.Daliemunthe SH. Terapi periodontal. Medan: USU Press, 2006, 130-1.

20.Anonym. Pilih dan ganti sikat gigi.

21.Queensland Health. Brushing and floshing. <http://www.health.qld.gov.au/ora lhealth/documents/htfl brush floss v2.pdf>. (11 April 2011)

22.Dental Style and Helath. Langkah-langkah menggunakan dental floss. <http:// pernak-pernikgigi.blogspot.com/2010/02/langkah-langkah-menggunakan-dent al.html>. (13 April 2011)

23.Herdiyati Y, Sasmita IS. Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi. <http://blo gs.unpad.ac.id/yettynonong/files/2010/12/Penggunaan-Fluor-dalam-Kedokter an-Gigi.pdf>. (11 April 2011)

24.Chuan TX. 2010. Perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 6-11 tahun di sekolah Bodhiccita, Medan. USU e-Repository.

25.Anonym. Fissure sealant untuk mencegah lubang gigi. <http://gigisehatbadan sehat.blogspot.com/2008/09/fissure-sealant-untuk-mencegah-lubang.html>. (2 7 April 2011)


(38)

26.Anonym. Pentingnya fissure sealants untuk anak-anak.

27.Birmingham Children’s Hospital. Fissure sealant. 2004. <http://www.bch.nhs .uk/acrobat/PDF%20for%20Web/Fissure%20Sealants.pdf>. (27 April 2011)

28.Pertiwi ASP. Kunjungan pertama ke dokter gigi.

p-content/uploads/2009/05/first_visit.pdf>. (5 Januari 2011) 29.Tarigan R. Kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:EGC, 1995: 81.

30.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. <http:// resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%2 0dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf> . (8 April 2011)

31.Anonym. Metoda dan teknik penyuluhan kesehatan masyarakat. <http://www. google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=8&ved=OCEMQFjH&url=http%3A %2F%2Fbos.fkip.uns.ac.id%2Fmateri%2F118.98.214.237%2FMateri%2520f armasi%2Fbuku%2520ikm%25203%2Fbab%2520ii.doc&ei=pmWqTcnMKY jyvwOB6LGCg&usg=AFQjCNGx58OoQa6cNi5WHXjsjo8H-V6o6w>. (14 April 2011)

32.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007:62-5.


(1)

a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata. Alat ini ada dua bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat yang tidak diproyeksikan.

b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya radio, pita suara, piringan hitam, dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video


(2)

BAB 5 KESIMPULAN

Penyuluhan kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya penyakit. Karena itu penyuluhan harus dilakukan sejak dini terutama pada anak. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat.

Materi penyuluhan kesehatan gigi yang diberikan antara lain kontrol diet serta oral hygiene yang meliputi cara menyikat gigi dan dental flossing. Selain itu juga diberikan materi berupa pencegahan penyakit gigi yaitu dengan aplikasi fluor pada gigi, fisur silen, atau berkumur dengan larutan fluor.

Metode penyuluhan merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan yang optimal. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi, dan wawancara. Tercapainya penyuluhan yang optimal dengan metode tersebut harus disertai dengan penggunaan alat peraga.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi

dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: Universitas Sumatera

Utara, 2009.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 1-3,70-88.

3. Lusiana Y. Efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru

orkes dalam meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD negeri 060973 di kecamatan Medan Selayang. Tesis. Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2010.

4. Tambun LE. 2002. Penyuluhan kesehatan gigi pada anak. USU e-Repository. 5. Zatnika I. 89% anak derita penyakit gigi dan mulut. <http://www.pdgi-online.

com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=467&Itemid=1>. (8 Desember 2010)

6. Ahira A. Urgensi penyuluhan kesehatan gigi di sekolah. 2011)

7. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001: 51-3, 66-76


(4)

8. Pratiwi N. Hubungan karakteristik organisasi dengan kinerja program UKGS

(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Kota Binjai tahun 2006. Tesis. Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2007.

9. Yani A. Pengertian penyuluhan kesehatan. <http://id.shvoong.com/medicine- and-health/epidemiology-public-health/202003-pengertian-penyuluhan-keseh atan/>. (10 April 2011)

10. Damanik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan

indek plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD negeri Medan.

Dentika Dent J 2002; 7(1): 1-5.

11. Hurairah IA. Penyuluhan kesehatan gigi. 1 April 2011. <http://ibnuabihurairai r.blogspot.com/2011/04/penyuluhan-kesehatan-gigi-skripsi.html>. (10 April 2011)

12. Djuhaeni H. Kebijakan departemen kesehatan tentang PKMRS pada

penyuluhan kelompok bagi RS Swasta se Jabar Bandung, 5 Juli 1993.

<http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/kebijakan-departeme n-kesehatan-tentang-pkmrs1.pdf>. (10 April 2011)

13. Anonym. Penyuluhan kesehatan enyuluhan-kesehatan/>. (10 April 2011)

14. Ahira A. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat. <http://www.anneahira.co m/artikel-kesehatan/penyuluhan-kesehatan.htm>. (11 April 2011)

15. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J, 2005: 38(3): 130-134.


(5)

16. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 3-22.

17. Decker RT, Lover CV. Sugar and dental caries. Am J Clin Nutr 2003: 78(4): 8815-925.

18. Anonym. Waktu terbaik untuk menggosok gigi. <http://www.infogigi.com/ke sehatan-gigi/waktu-terbaik-untuk-menggosok-gigi.html>. (5 Januari 2011) 19. Daliemunthe SH. Terapi periodontal. Medan: USU Press, 2006, 130-1. 20. Anonym. Pilih dan ganti sikat gigi.

21. Queensland Health. Brushing and floshing. <http://www.health.qld.gov.au/ora lhealth/documents/htfl brush floss v2.pdf>. (11 April 2011)

22. Dental Style and Helath. Langkah-langkah menggunakan dental floss. <http:// pernak-pernikgigi.blogspot.com/2010/02/langkah-langkah-menggunakan-dent al.html>. (13 April 2011)

23. Herdiyati Y, Sasmita IS. Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi. <http://blo gs.unpad.ac.id/yettynonong/files/2010/12/Penggunaan-Fluor-dalam-Kedokter an-Gigi.pdf>. (11 April 2011)

24. Chuan TX. 2010. Perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat

gigi terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 6-11 tahun di sekolah Bodhiccita, Medan. USU e-Repository.


(6)

26. Anonym. Pentingnya fissure sealants untuk anak-anak.

27. Birmingham Children’s Hospital. Fissure sealant. 2004. <http://www.bch.nhs .uk/acrobat/PDF%20for%20Web/Fissure%20Sealants.pdf>. (27 April 2011) 28. Pertiwi ASP. Kunjungan pertama ke dokter gigi.

p-content/uploads/2009/05/first_visit.pdf>. (5 Januari 2011) 29. Tarigan R. Kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:EGC, 1995: 81.

30. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. <http:// resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%2 0dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf> . (8 April 2011)

31. Anonym. Metoda dan teknik penyuluhan kesehatan masyarakat. <http://www. google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=8&ved=OCEMQFjH&url=http%3A %2F%2Fbos.fkip.uns.ac.id%2Fmateri%2F118.98.214.237%2FMateri%2520f armasi%2Fbuku%2520ikm%25203%2Fbab%2520ii.doc&ei=pmWqTcnMKY jyvwOB6LGCg&usg=AFQjCNGx58OoQa6cNi5WHXjsjo8H-V6o6w>. (14 April 2011)

32. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007:62-5.