Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi

1

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN
PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr.
(Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI

SKRIPSI

OLEH
VIRMA ULI MANURUNG
040302035

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009


2

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN
PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr.
(Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI

SKRIPSI

OLEH
VIRMA ULI MANURUNG
040302035

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Mengikuti Ujian Sarjana di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Ketua

Anggota

Dr. Dra. M. Cyccu Tobing MS

Ameilia Zuliyanti Siregar, SSi, MSc.

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

3

ABSTRACT

The use of Brocap Trap to control coffee berry borrer
Hypothenemus hampei Ferr. ( Coleoptera : Scolytidae) on coffee plant. The
objective of this research was to study the effective height trap and the age of
coffee fruits which is at most attacked by H. hampei. The method used Factorial
Randomized Block Design (RBD) which consisted 2 treatments factor and three
replications. First factor was height trap ( 1, 1,2 and 1,4 m) and the second factor
was the age of coffee seeds ( 2, 3 and 4 month). The results showed that the
height trap non significant while the highest intensity of attack by H. hampei was
found on green up to red seed coffe. Imago was found on all of age the seed
coffee.

ABSTRAK
Penggunaan Brocap Trap untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi
Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) pada Tanaman Kopi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak ketinggian perangkap yang
efektif dan pengaruh umur buah kopi terhadap serangan H. hampei. Metode yang
digunakan adalah RAK Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan tiga
ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (1, 1,2 dan 1,4 m)
sedangkan faktor kedua adalah umur buah kopi (2, 3 dan 4 bulan). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa faktor ketinggian tidak berbeda nyata sedangkan

intensitas serangan tertinggi terdapat pada buah kopi berumur 3 dan 4 bulan.
Imago terdapat pada semua umur buah kopi.

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

4

RIWAYAT HIDUP
Virma Uli Manurung, dilahirkan di Sidikalang Kabupaten Dairi pada
tanggal 19 Agustus 1986 dari pasangan Ayahanda E. Manurung (Alm.) dan
Ibunda R. Pakpahan. Penulis merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara.
Pendidikan yang pernah di tempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar
ST. Yosef Sidikalang pada tahun 1998, lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Sidikalang tahun 2001, lulus dari sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Negeri 1 Sidikalang tahun 2004 dan diterima sebagai mahasiswa di departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan melalui jalur SPMB.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti Ikatan

Mahasiswa Dairi (IMADA) tahun 2004-2005, Ikatan Mahasiswa Perlindungan
Tanaman (IMAPTAN) tahun 2004-2008, Ikatan Mahasiswa Kristen UKM KMK
UP FP USU tahun 2004-2008, menjadi Asisten Laboratorium Entomologi tahun
2006, pernah mengikuti Seminar Ilmiah dengan tema “ Dengan Pertanian
Berkelanjutan Kita Wariskan Kehidupan Berwawasan Lingkungan”, dan Seminar
Sampoerna Rescue dengan tema “ Sadar dan Tanggap Bencana berbasis
Akademis dan Pengalaman Praktis”, pernah mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
dalam Rangka Dies Datalis Fakultas Pertanian USU ke-52. Penulis melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Dusun Ulu, Kab. Simalungun pada
bulan Juni sampai Juli 2008 dan melaksanakan penelitian di Desa Bangun I,
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi mulai bulan Juli hingga September 2008.

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

5

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “ Penggunaan Brocap Trap untuk Pengendalian
Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr (Coleoptera : Scolytidae) pada
Tanaman Kopi ”, merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian
sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing
Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua dan
Ameilia Zuliyanti Siregar, SSi, MSc sebagai Anggota yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi
ini berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2008
Penulis

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009


6

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
Hipotesa Penelitian ........................................................................... 6
Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7
Serangga Hypothenemus hampei Ferr. .............................................. 7

Biologi Hama Hypothenemus hampei Ferr. ....................................... 8
Gejala Serangan ................................................................................ 10
Pengendalian..................................................................................... 12
Brocap Trap ..................................................................................... 15
METODE PENELITIAN ........................................................................... 19
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 19
Bahan dan Alat ................................................................................. 19
Metode Penelitian ............................................................................. 19
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 20
a. Kebun Percobaan .............................................................. 20
b. Perakitan Alat Brocap Trap............................................... 21
c. Pemasangan Perangkap ..................................................... 21
Peubah amatan .................................................................................. 21
a. Jumlah PBKo yang Tertangkap Pada Brocap Trap ............ 21
b. Tingkat Serangan pada Buah ............................................. 22
c. Populasi PBKo (Larva,Pupa dan Imago) pada Buah .......... 22
d. Korelasi Penggunaan Alat efektif dengan umur kopi
menggunakan SPSS version 15.00 ..................................... 22
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.

USU Repository © 2009

7

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 23
Populasi H. hampei yang tertangkap di Brocap Trap ........................ 23
Intensitas Serangan H. hampei pada Tanaman Kopi ........................ 24
Stadia Serangga pada biji kopi yang terserang .................................. 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................... 31
Saran ............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Luas area dan Produksi kopi Arabica di Kabupaten Dairi ............. 2
Tabel 2. Rataan populasi H.hampei yang tertangkap di Brocap Trap .......... 23
Tabel 3. Rataan Intensitas Serangan H. hampei pada biji kopi/tanaman ...... 24
Tabel 4. Rataan jumlah larva H. hampei pada biji kopi yang terserang ....... 26

Tabel 5. Rataan jumlah pupa H. hampei pada biji kopi yang terserang ....... 28
Tabel 6. Rataan jumlah imago H. hampei pada biji kopi yang terserang ..... 29

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Telur H. hampei ........................................................................... 8
Gambar 2. Larva H. hampei .......................................................................... 9
Gambar 3. Pupa H. hampei ........................................................................... 9
Gambar 4. Imago Betina dan Jantan H. hampei ............................................. 10
Gambar 5. Gejala Serangan H. hampei pada Buah Kopi ................................ 12
Gambar 6. Brocap Trap ................................................................................ 17
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

8
Gambar 7. Lahan Penelitian .......................................................................... 69
Gambar 8. Serangga H. hampei yang tertangkap ........................................... 70
Gambar 9. Stadia serangga pada buah yang terserang .................................... 71


DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan I ....................... 35
Lampiran 2. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan II...................... 35
Lampiran 3. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan III .................... 36
Lampiran 4. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan IV .................... 36
Lampiran 5. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan V ..................... 37
Lampiran 6. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan VI .................... 37
Lampiran 7. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan VII ................... 38
Lampiran 8. Populasi H.hampei yang tertangkap pengamatan VIII ................. 38
Lampiran 9. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan I ...................... 40
Lampiran 10. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan II ................... 40
Lampiran 11. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan III .................. 41
Lampiran 12. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan IV .................. 41
Lampiran 13. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan V ................... 42
Lampiran 14. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan VI .................. 42
Lampiran 15. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan VII................. 43
Lampiran 16. Intensitas Serangan H. hampei pada pengamatan VIII ............... 43
Lampiran 17. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan I .......... 45
Lampiran 18. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan II ........ 46
Lampiran 19. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan III ....... 47
Lampiran 20. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan IV ....... 48
Lampiran 21. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan V ........ 49
Lampiran 22. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan VI ....... 50
Lampiran 23. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan VII........ 51
Lampiran 24. Jumlah larva H. hampei pada biji terserang pengamatan VIII ...... 52
Lampiran 25. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan I .......... 53
Lampiran 26. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan II .......... 54
Lampiran 27. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan III ......... 55
Lampiran 28. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan IV ......... 56
Lampiran 29. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan V .......... 57
Lampiran 30. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan VI ......... 58
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

9
Lampiran 31. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan VII ........ 59
Lampiran 32. Jumlah pupa H. hampei pada biji terserang pengamatan VIII....... 60
Lampiran 33. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan I .......... 61
Lampiran 34. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan II ........ 62
Lampiran 35. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan III ....... 63
Lampiran 36. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan IV ....... 64
Lampiran 37. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan V ........ 65
Lampiran 38. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan VI ...... 66
Lampiran 39. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan VII ...... 67
Lampiran 40. Jumlah imago H. hampei pada biji terserang pengamatan VIII .... 68

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan dan devisa negara. Perkebunan kopi mampu menyediakan
lapangan kerja dan pendapatan kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani dan
menghasilkan devisa lebih dari US$ 500 juta/tahun pada periode 1994-1998
(Herman, 2003).
Di Indonesia, berdasarkan data tahun 1993, pasokan produksi terbesar dari
Lampung, yaitu mencapai 106.591 ton (21%), sedangkan pemasok kedua terbesar
adalah Sumatera Selatan dengan 90.783 ton (18%), dan yang ketiga adalah
Sumatera Utara dengan 56.122 (11%) (Noeroel, 2006). Di Sulawesi Selatan,
pengembangan kopi terutama jenis Arabika diarahkan pada kawasan Madutora
(Mamasa, Duri, dan Tana Toraja). Hingga tahun 1998, areal kopi di daerah ini
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

10
tercatat 85.580 ha, 49 % diantaranya merupakan pertanaman kopi Arabika dengan
produksi 12.524,17 ton (Kadir dkk., 2003).
Kabupaten Dairi letak geografis diantara 98

0

00' BB - 98 0 30'3 BT dan

2 0 LS - 3 0 00' LU, secara administratif terdiri dari 13 kecamatan dengan 124 desa
dan 7 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Dairi adalah 1.927,8 Km2, dengan
jumlah penduduk sebanyak 272.388 jiwa. Areal produksi kopi robusta dan arabica
terbesar di 13 Kecamatan, luas pertanaman kopi robusta adalah 14.117 ha dengan
produksi 6.770,33 ton/tahun sedangkan pertanaman kopi arabica seluas 5.771,5 ha
dengan produksi 2.639,05 ton/tahun (Pempropsu, 2008).
Tabel 1. Luas area dan Produksi kopi Arabika di Kabupaten Dairi
No

Kecamatan
2002
Prod.
(ton)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11

Sidikalang
Sitinjo
Berampu
Parbuluan
Sumbul
S. punggapungga
Lae Parira
Siempat
Nempu
Siempat
Nempu
Hulu
Pegagan
Hilir
Tanah
Pinem

Tahun
2004
luas
Prod.
area
(ton)
(Ha)
622
844
216
332
2.250 2.480
6.079 6.158
23
26

2005
luas
Prod.
area
(ton)
(Ha)
641
616
220
215
2.304 1.681
6.184 4.696
23
19

2006
luas
Prod.
area
(ton)
(Ha)
299
304,20
347
351
226
205,70
2.351 1.968
6.249 5.604
25
21

luas
area
(Ha)
1.202,5
895
2.233,5
32

463,5
528,75
3.416,40
9,6

2003
luas
Prod.
area
(ton)
(Ha)
600
928
203
314
2.163 2.157
5.992 5.530
10
8

35

19

79
49

68
78

92
62

160
84

92
62

100,80
59

94
66

92
58

120

56,25

164

183

177

234

188

156

188

168

70

26,25

113

176

126

230

132

156

152

173,30

6

4,2

-

-

-

-

-

-

-

-

(Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dairi, 2008)
Tabel 1. Menunjukkan luas area produksi kopi Arabika yang terbesar
tahun 2002 di kabupaten Dairi adalah kecamatan Sidikalang yakni 1.202,5 ha
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

11
dengan jumlah produksi 463,5 ton. Luas area produksi kopi Arabika yang terbesar
tahun 2006 di kabupaten Dairi terdapat pada kecamatan Sumbul yakni 6.249 ha
dengan produksi 5.604 ton.
Dalam bidang perkopian di Indonesia, usaha tani kopi rakyat memegang
peranan yang sangat penting, mengingat sebagian besar (93%) produksi kopi di
Indonesia berasal dari kopi rakyat. Namun demikian, kondisi pengelolaan usaha
tani pada perkebunan kopi rakyat masih relatif kurang baik dibandingkan kondisi
perkebunan besar negara. Dua masalah utama yang diidentifikasi pada
perkebunan kopi rakyat, yaitu produktivitas hasil yang relatif rendah dan mutu
hasil produksi yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Permasalahan
pertama sangat terkait dengan rendahnya adopsi teknologi (penggunaan klon bibit
tidak unggul, pemupukan tidak sesuai dengan rekomendasi, dan kurangnya
pengendalian HPT). Sedangkan permasalahan kedua sangat terkait dengan
rendahnya kualitas hasil dan lemahnya penanganan teknologi panen dan pasca
panen (termasuk pengolahan, sortasi, grading, standarisasi mutu hasil, labelisasi
dan kemasannya). Permasalahan di atas nampaknya dapat dipecahkan melalui
pengembangan teknologi PHT (Saptana dkk., 2007).
Intensifikasi pertanian yang berlebihan ternyata telah menimbulkan
dampak lingkungan yang kurang menguntungkan. Sebagai contoh pada tanaman
kopi, intensifikasi yang ditujukan untuk memaksimumkan produksi dengan cara
menerapkan teknologi masukan tinggi dan tanpa menggunakan tanaman penaung
telah memberikan dampak negatif seperti menurunkan kesuburan tanah (kimiawi,
fisik, biologis), kehilangan musuh alami dan menimbulkan resistensi jasad
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

12
pengganggu terhadap pestisida, pencemaran lingkungan (NO3, nitrat dalam air,
residu pestisida dalam air dan tanah), dan kehilangan keragaman hayati
(Vaast, 2000).
Tanaman kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh
banyak jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga
hama pada tanaman kopi yang tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis yang merupakan hama utama tanaman kopi, yaitu : hama
penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, penggerek cabang hitam
Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat X. morigerus, kutu hijau
Coccus viridis, dan penggerek batang merah Zeuzera coffea (Kadir dkk., 2003).
Salah satu penyebab kehilangan hasil yang sangat berarti pada tanaman
kopi adalah kerusakan oleh hama penggerek buah kopi atau hama bubuk buah
kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera : Scolytidae), sangat merugikan karena
langsung menyerang biji kopi. Di pertanaman, hama PBKo menyerang sejak buah
masih muda, yang bijinya dalam keadaan lunak, sampai dengan buah masak dan
lewat masak yang berwarna hitam, baik yang masih di pohon maupun yang telah
gugur di atas tanah (Wiryadiputra, 1996).
Di Indonesia, H. hampei merupakan salah satu hama utama pada tanaman
kopi, hama ini dapat menyebabkan kerugian yang serius dengan berkurangnya
produksi

maupun

turunnya

mutu

kopi

akibat

biji

berlubang

(Riyatno dan Santoso, 1991). Kerugian hasil yang ditimbulkan adalah sebesar
20 – 40 % dengan intensitas serangan rata-rata sebesar 40 % (Nur, 1998).

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

13
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang
sudah berkopulasi akan menggerek buah kopi dengan cara masuk ke dalam buah
dengan membuat lubang kecil dari ujung buah. Kumbang betina menyerang buah
kopi sejak 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen, buah yang sudah tua
paling disukai. Kumbang betina terbang dari pagi hingga sore hari (Direktorat
Perlindungan Perkebunan, 2002).
Pengendalian dengan insektisida sukar dilakukan karena hampir semua
stadium perkembangan serangga H. hampei berada di dalam buah kopi dan
kadang kala ketinggian pohon kopi dapat melebihi tinggi manusia, sehingga
aplikasi insektisida kurang efektif (Tobing dkk., 2006).
Kehilangan hasil akibat serangan hama dapat diperkecil dan produktivitas
dapat ditingkatkan. Salah satunya adalah pengendalian hama dengan cara kultur
teknis, berupa pemangkasan baik pada tanaman kopi maupun pada tanaman
penaung. Sebagai upaya mengatasi hama PBKo, dipandang perlu melakukan
pengkajian pengelolaan hama kopi Arabika yang ramah lingkungan dengan
menggunakan agens hayati Beauveria bassiana dan insektisida nabati dari
tanaman Mimba (Kadir dkk., 2003).
Pengendalian PBKo yang akhir-akhir ini dilakukan di luar negeri adalah
menggunakan senyawa atraktan untuk menarik perhatian serangga betina.
Atraktan ini telah berkembang dengan nama dagang Homemade atau ( Brocap®)
Trap yang digunakan sekitar 15 perangkap/ha, dapat menuunkan populasi PBKo
kira-kira 85% dari satu hektar tanaman kopi (Jansen, 2004). Penggunaan senyawa
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

14
atraktan dapat bertahan sampai 2 bulan. Perangkap dapat digunakan kurang lebih
18 perangkap/ha dengan jarak 24 meter dengan ketinggian 1,2 meter dari
permukaan tanah (CIRAD, 2004).
Di Indonesia penggunaan perangkap untuk menangkap PBKo masih
sangat jarang digunakan oleh petani kopi. Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik

melakukan penelitian tentang penggunaan Brocap Trap untuk

pengendalian serangan H. hampei pada tanaman kopi.

Tujuan Penelitian

-

Untuk mengetahui ketinggian perangkap Brocap trap yang efektif terhadap
jumlah H. hampei yang tertangkap.

-

Untuk mengetahui umur buah kopi yang rentan terhadap intensitas serangan
PBKo Hypothenemus hampei di lapangan.

Hipotesa Penelitian

-

Ketinggian perangkap Brocap trap berpengaruh terhadap populasi H. hampei
yang tertangkap.

-

Umur

buah kopi berpengaruh terhadap

intensitas serangan PBKo

Hypothenemus hampei di lapangan.
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

15

Kegunaan Penelitian

-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana di Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan

-

Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan,
khususnya dalam pengendalian hama penggerek buah kopi (H. hampei) di
lapangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Serangga Hypothenemus hampei Ferr.

Hama bubuk buah kopi, H. hampei serangannya telah meluas hingga ke
Afrika Tengah. Laporan tahunan kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama ini
diperkirakan lebih dari $ 500 juta setiap tahun. Disebutkan bahwa hama bubuk
buah kopi ini telah ada di negara yang berbeda dimana lebih dari 20 negara,
termasuk Puerto Rico juga telah terdapat hama ini (Vega, 2002).
Serangga H. hampei diketahui menyukai tanaman kopi yang rimbun
dengan naungan yang gelap. Kondisi demikian tampaknya berkaitan dengan
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

16
daerah asal dari hama PBKo, yaitu Afrika dimana serangga PBKo menyerang
tanaman kopi liar yang berada di bawah hutan tropis yang lembab. Kondisi serupa
juga di jumpai di Brazil, dimana serangan berat hama PBKo biasanya terjadi pada
pertanaman kopi dengan naungan berat dan berkabut sehingga kelembaban udara
cukup tinggi (Wiryadiputra, 2007).
Berdasarkan fenologi pada pembuahan tanaman kopi, pengelolaan PBKo
dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena fenologi
pembuahan tanaman kopi tersebut sangat bervariasi menurut ketinggian tempat,
curah hujan, suhu, tipe tanah, varietas atau klon kopi dan praktek agronomis.
Kondisi pertanaman kopi di daerah Sumatera yang tergolong daerah basah dan
sebagian besar memiliki tipe iklim B dan A (menurut tipe iklim Schmidt dan
Ferguson) akan sulit menerapkan sistem sanitasi untuk memutuskan siklus hidup
hama karena pertanaman kopi berbuah sepanjang tahun. Pada daerah dataran
tinggi (lebih dari 1200 m dpl.) serangga H. hampei perkembangannya terhambat,
sehingga pada daerah-daerah tersebut biasanya intensitas serangan H. hampei juga
rendah (Wiryadiputra, 2007).

Biologi Hama Hypothenemus hampei (Coleoptera : Scolytidae)
Serangga betina H. hampei yang telah berkopulasi menggerek buah kopi
yang bijinya telah mengeras dan meletakkan telur di dalam biji. Setiap induk
selama hidupnya mampu bertelur maksimal sebanyak 74 butir, diletakkan 2 – 3
butir setiap hari. Masa inkubasi telur 5-9 hari (Wiryadiputra, 2007). Telur
diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras (Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, 2006).
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

17

Gambar 1 : telur Hypothenemus hampei Ferr.
(Sumber: www.todomonografias.com, 2008)

Larva yang baru menetas berada dalam gerekan yang dibuat oleh imago
dan makan dari biji kopi. Lama stadium larva berkisar 10-26 hari
(Wiryadiputra, 2007).

Gambar 2 : Larva Hypothenemus hampei Ferr.
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

18
(Sumber: foto langsung, 2008)

Larva menjadi pupa atau kepompong di dalam buah atau biji kopi, masa
prapupa 2 hari dan lama stadium pupa 4 sampai 9 hari (Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, 2006).

Gambar 3 : Pupa Hypothenemus hampei Ferr.
(Sumber: www.todomonografias.com, 2008)
Serangga dewasa atau imago jantan berwarna hitam kecoklatan, imago
betina berukuran lebih besar (2,0 mm) dibanding jantan (1,2 mm). Perbandingan
antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat
akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan,
populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki
umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian
perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan
H. hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang
gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga
betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina
mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan
18.00 (Wiryadiputra, 2007).
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

19

Gambar 4 : Imago betina dan jantan Hypothenemus hampei Ferr.
(Sumber: www.todomonografias.com/, 2008 )

Gejala Serangan

Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah
mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi
yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan
dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya
berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah
yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan
senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang
merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa
kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang
terkandung dalam biji (Tobing dkk., 2006).
Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji
keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur
pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

20
setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk
penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga per
biji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu
tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup (Kalshoven, 1981).
PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang
bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,
serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang
tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo (Direktorat
Perlindungan Perkebunan, 2002)
Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang sudah matang sampai
merah, biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada buah.
Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk meletakkan
telur. Ketika telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga menyebabkan
menurunnya mutu kopi (USDA Agricultural Research Service, 2006).
PBKo masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar
diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah
yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu
rendah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006). PBKo diketahui
makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina
masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan
berkembang biak dalam buah ( Irulandi et al., 2007).

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

21

Gambar gejala serangan H. hampei
(Sumber: Foto langsung, 2008)

Imago H. hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk
endosperma. Serangga yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah
memiliki endosperma yang keras (Rubio et al., 2008). Betina membuat lubang
kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur jika
buah sudah cukup matang (Baker et al., 1992).

Pengendalian

Pengendalian dengan sanitasi sangat efektif untuk menurunkan intensitas
serangan hama PBKo. Tindakan rampasan yang dipraktekkan pada suatu
perkebunan pada tahun 1922 mampu menurunkan intensitas serangan PBKo dari
40-90 % menjadi 0,5-3 %. Di Brazil, tindakan sanitasi dilaporkan juga sangat
efektif untuk mengendalikan hama PBKo (Wiryadiputra, 2007).
Memutus daur hidup BBKo, meliputi tindakan petik bubuk, yaitu
mengawali panen dengan memetik semua buah masak yang terserang PBKo
maupun tidak 15-30 hari menjelang panen besar. Lelesan, yaitu pemungutan
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

22
semua buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah
tidak terserang. Racutan atau rampasan yaitu memetik seluruh buah yang ada di
pohon pada akhir panen. Semua bahan hasil petik bubuk, lelesan, dan racutan
direndam dalam air panas kurang lebih 5 menit (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2006).
Pemangkasan merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur
teknis yang dimaksudkan untuk memutus siklus hidup hama utama pada
pertanaman kopi. Pemangkasan dilakukan baik pada tanaman kopi maupun
terhadap tanaman penaung. Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi ditujukan
untuk menghindari kelembaban yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga
proses penyerbukan dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar
tanaman mendapat penyinaran merata guna merangsang pembungaan, dan
membuang cabang tua yang kurang produktif atau terserang hama atau penyakit
sehingga hara dapat didistribusikan ke cabang muda yang lebih produktif
(Kadir, dkk., 2003).
Pengembangan kopi spesialti di beberapa daerah tampil sebagai
penyelamat karena penurunan harganya tidak setajam kopi robusta. Indonesia
memiliki cukup banyak kopi spesialti yang sudah punya nama di pasar
internasional seperti Java coffee, Gayo Mountain Coffee, Mandheling Coffee, dan
Toraja/Kalosi Coffee. Disamping itu masih banyak yang berpotensi sebagai kopi
spesialti seperti: Bali Coffee, Aceh Highland Coffee, Flores Coffee dan Balliem
Haighland

Coffee.

Kopi

spesialti

tersebut

adalah kopi jenis

Arabika

(Herman, 2003).
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

23
Pengendalian PBKo dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman yang
masak serentak seperti pada kopi Arabika varietas USDA 731 dan USDA 762.
Sedangkan pada kopi Robusta dengan penggunaan kombinasi klon BP 42, BP
288, dan BP 234 (dataran rendah), kombinasi klon BP 42, BP 358, dan BP 409
(dataran tinggi) ( Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006).
Pengendalian hayati memiliki prospek untuk dikembangkan. Ada dua
agensia pengendali hayati yang telah tersedia dan prospektif untuk dikembangkan,
yaitu jamur Beauveria bassiana dan serangga parasitoid Cephalonomia
stephanoderis (Wiryadiputra, 1996).
Berbagai upaya untuk mengendalikan hama ini di daerah-daerah penghasil
kopi di dunia masih diarahkan pada pengendalian secara kimia terutama dengan
menggunakan endosulfan. Hasil Penelitian di Kaledonia Baru menunjukkan
bahwa hama bubuk buah kopi ini telah mengembangkan ketahanannya pada
endosulfan dan lindane. Hasil penelitian dengan menggunakan insektisida
monokrotofos 150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman
kopi di kecamatan Modoinding, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jenis-janis
insektisida

ini

dapat

menekan

populasi

hama

bubuk

buah

kopi

(Sembel dkk., 1993).

Brocap Trap

Scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol dan hal ini juga berlaku
untuk PBKo. Ketertarikan serangga ini tergantung pada kondisi-kondisi
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

24
pertumbuhan tanaman kopi (iklim, pengaturan jarak tanam, kelembaban, kultivar,
umur tanamam, arah angin, kecepatan, dll) dapat mempengaruhi penangkapan
hama ini. Berdasarkan uraian tersebut, hasil penelitian terhadap penangkapan
PBKo diperoleh hasil yang bertentangan dalam hal tanggapan serangga tersebut
terhadap bahan semikimia, dan hubungannya dengan faktor lain. Sebagai contoh,
beberapa studi menunjukkan bahwa PBKo yang tertangkap meningkat dengan
menggunakan campuran bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan
tingkat campuran 1:3 (Mendonza Mora dalam Silva et al, 2006) sedangkan hasil
penelitian yang lain memperoleh perbandingan yang terbalik. Perangkap merah
menangkap lebih banyak PBKo dibanding perangkap putih dengan campuran
bahan semi natural (Mathieu et al. dalam Silva et al., 2006) tetapi yang lain
menyebutkan

hasil

yang

bertolak

belakang

(Borbón-Martinez

dalam

Silva et al., 2006).
Kajian tentang perangkap untuk hama penggerek buah kopi (PBKo,
Hypothenemus hampei) telah dilakukan untuk mengevaluasi aspek warna
perangkap, desain atau tipe perangkap dan senyawa penarik yang paling efektif
untuk menarik serangga PBKo, serta potensinya dalam menurunkan populasi
hama PBKo. Pengujian dilakukan pada pertanaman kopi Robusta di Jawa Timur.
Warna perangkap yang dievaluasi terdiri atas warna merah, oranye, kuning, hijau
dan biru dan dipasang di kebun kopi menggunakan alat perangkap tipe corong
ganda yang berisi empat corong. Perangkap diletakkan pada tiang kayu pada
ketinggian sekitar 175 cm di atas permukaan tanah dan ditempatkan di antara
pohon kopi. Pengamatan jumlah serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

25
selama satu minggu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perangkap warna
merah dan biru dapat menangkap serangga PBKo secara nyata lebih banyak
dibanding tipe perangkap lainnya (Wiryadiputra, 2006).
Brocap trap merupakan alat perangkap yang terdiri atas dua bagian utama,
yaitu alat perangkap dan senyawa penarik (atraktan). Pada bagian alat perangkap
terdiri atas temeng plastik yang dipasang secara bersilang sehingga pada bagian
atas corong terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian tengah tameng ini
ditempatkan senyawa penarik yang berada dalam botol plastik kecil. Pada bagian
bawah corong terdapat botol penampung serangga yang tertangkap, yang dapat
dikaitkan dengan corong pada bagian tutupnya. Di dalam botol penampung diisi
cairan sabun yang berfungsi untuk menampung serangga PBKo sehingga akan
cepat mengalami kematian. Pada sisi samping botol penampung, kurang lebih 2-3
cm di atas dasar botol terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk
mengeluarkan kelebihan air apabila alat perangkap terisi air dari luar pada saat
musim hujan. Pada bagian atas corong dan tameng masih diberi peneduh dari
plastik untuk melindungi dari curah hujan dan kotoran masuk ke dalam perangkap
(Wiryadiputra, 2007).
Senyawa atraktan yang mudah menguap digunakan untuk menangkap
PBKo betina

telah berkembang dan digunakan baru-baru ini di

El Salvador,

Guatemala dan Honduras. Nama dagang senyawa ini adalah Homemade atau
( Brocap®) Trap biasanya digunakan sekitar 15 perangkap dalam satu hektar.
Hasil penelitian diperoleh terjadi penurunan populasi PBKo kira-kira 85% dalam
beberapa kasus. Perangkap dapat menangkap sekitar 12,000 PBKo/hari/ha dari
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

26
± 2 juta biji kopi. Untuk menghindari

tingkat infestasi yang tinggi, perlu

kombinasi perangkap yang lengkap dan mudah diatur, terutama oleh petani kecil
(Jansen, 2004).

Kawat penggantung
Penyangga atraktan

Senyawa Atraktan
Corong penangkap

Botol penampung serangga
Larutan pembunuh serangga

Gambar 6 : Brocap trap
(Sumber : Foto langsung, 2008)

Senyawa atraktan yang berada di dalam botol plastik dan dipasang di
tengah- tengah corong harus dibuka dari tutupnya dan dilubangi pada bagian atas
botol, dengan ukuran diameter lubang sekitar 1,0 mm. Dalam pembuatan lubang
ini, hasil percobaan menunjukkan apabila digunakan alat jarum atau kawat yang
ukurannya kecil maka uap atraktan yang keluar juga sangat sedikit sehingga
populasi serangga yang tertangkap akan rendah (Wiryadiputra, 2007).
Penggunaan perangkap yang direkomendasikan sebaiknya dipasang pada
saat sebelum panen karena PBKo akan segera meninggalkan biji kopi untuk
mencari sumber makanan baru. Biasanya perangkap dipasang untuk 4 bulan setiap
Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

27
tahun. Contohnya di El savador dipasang dari awal Maret sampai akhir Juni.
Senyawa atraktan dapat bertahan sampai 2 bulan penggunaan. Perangkap dapat
digunakan sedikitnya 18 perangkap / ha dengan jarak 24 meter dengan ketinggian
1,2 meter dari tanah (CIRAD, 2004)

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

28

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun kopi milik petani di Desa Bangun I,
Kecamatan Parbuluan, Sidikalang, Kabupaten Dairi. Berjarak dari kota Medan
± 120 km, dengan ketinggian tempat ± 1200 m dpl. Penelitian dimulai dari bulan
Juli 2008 hingga September 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan: tanaman kopi Arabica (Coffea arabica) umur
4 tahun, larutan sabun, dan alkohol.
Alat yang digunakan adalah perangkat brocap trap, botol kocok, tabung
reaksi, gelas ukur, pinset, pisau lipat, bamboo, alat tulis, dan plastik.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 2 faktor yaitu :


Faktor 1 umur buah kopi (U), terdiri dari
U1 : Buah kopi yang berumur ± 2 bulan yang berwarna hijau muda
U2 : Buah kopi yang berumur ± 3 bulan yang berwarana hijau tua
U3 : Buah kopi yang berumur ± 4 bulan yang berwarna kemerah-merahan

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

29



Faktor 2 ketinggian perangkap (T) terdiri dari
T1 : Perangkap dengan ketinggian 1 m
T2 : Perangkap dengan ketinggian 1,2 m
T3 : Perangkap dengan ketinggian 1,4 m

Dengan kombinasi sebagai berikut :
U1T1

U2T1

U3T1

U1T2

U2T2

U3T2

U1T3

U2T3

U3T3

Banyaknya ulangan yang dilakukan sebanyak 3 ulangan untuk setiap perlakuan.
Metode Linier yang dipakai adalah :
Yijk

= µ + i + j ( ) ij + ijk

Dimana :
Yijk

= Hasil pengamatan pada perlakuan taraf ke-j, perlakuan taraf ke-k blok i

µ

= Rata-rata Umum

i

= Efek blok ke – i

j

= Efek perlakuan pada taraf ke – I, taraf perlakuan ke – j

( ) ij = Efek perlakuan pada taraf ke – I, taraf perlakuan ke - j
ij

= Efek galat perlakuan pada taraf ke – j, pada taraf ke – k dan blok i

Pelaksanaan Penelitian

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

30
a. Kebun Percobaan
Survey dilakukan dengan mengamati daerah pertanaman kopi di kebun
milik petani. Ditetapkan luas lahan penelitian yaitu 5000 m2 dengan
populasi tanaman kopi sebanyak 1250 tanaman dengan jarak tanam 2 x 2
meter.
b. Perakitan alat Brocap trap.
Perakitan alat Brocap trap dari komponen-komponen yang terpisah dirakit
menjadi alat yang sudah siap dipasang di lapangan.
c. Pemasangan Perangkap
Perangkap dipasang secara acak pada areal pertanaman dengan jumlah 27
buah perangkap, jarak antara perangkap 46 meter. Perangkap dipasang
satu minggu sebelum pengamatan. Pengamatan dilakukan 1 kali seminggu
selama 2 bulan. Sebelum dipasang dilubangi tutup botol atraktan dengan
diameter sekitar 0,5 mm agar atraktan bisa keluar, serta mengisi botol
penampung serangga dengan larutan sabun.

Peubah amatan

a. Jumlah PBKo yang tertangkap pada perangkap Brocap trap pada masingmasing perlakuan
b. Tingkat serangan terhadap buah pada pohon yang diamati.
Tingkat serangan PBKo dihitung dengan cara :
-

Menetapkan 2 pohon contoh untuk setiap perlakuan pada areal
pertanaman.

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

31
-

Dipilih 4 cabang pada setiap pohon contoh dengan posisi cabang
berada di tengah bagian pohon dan keempat cabang tersebut searah
dengan 4 mata angin (utara, selatan, barat dan timur).

-

Diambil 15 buah kopi per cabang atau 60 buah kopi per pohon
pada tanaman yang diamati.

-

Dihitung tingkat serangan hama PBKo per cabang, dengan
menggunakan rumus
I =

a
x 100 %
b

Keterangan :
I = Tingkat serangan PBKo
a = jumlah buah kopi terserang PBKo per cabang
b = jumlah buah kopi total per cabang
-

Dari empat cabang selanjutnya dibuat rata-ratanya, sehingga
tingkat serangan PBKo dinyatakan per cabang kopi.

c. Populasi PBKo ( larva, pupa, dan imago) yang terdapat dalam buah pada
pohon yang diamati.
d. Korelasi penggunaan alat yang efektif pada umur kopi dan penggunaan
alat dengan ketinggian serta penggunaan alat dengan hama PBKo
menggunakan SPSS version 15.00

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Imago H. hampei yang tertangkap di Brocap Trap
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa ketinggian perangkap (1, 1,2
dan 1,4 meter) tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap populasi imago yang
tertangkap (Tabel 2)
Tabel 2. Rataan populasi H .hampei yang tertangkap di Brocap Trap
Perlakuan

Pengamatan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

U1T1

5,33

10,67

8,67

11,67

7,00

7,67

4,00

6,00

61,01

7,63

U2T1

5,33

7,67

8,00

10,00

4,67

5,67

4,33

5,67

51,34

6,42

U3T1

3,00

5,33

5,33

7,00

5,67

5,67

4,67

4,67

41,34

5,17

U1T2

2,00

4,33

3,00

5,67

4,67

4,33

5,33

3,67

33,00

4,13

U2T2

4,00

8,00

6,33

7,67

8,0

8,00

5,67

7,67

55,34

6,92

U3T2

3,67

5,67

4,67

9,33

6,67

6,33

2,33

3,67

42,34

5,30

U1T3

3,33

3,33

3,00

2,67

3,33

3,33

4,00

2,33

25,32

3,17

U2T3

3,33

5,00

5,00

4,33

4,67

5,00

4,00

4,67

36,00

4,50

U3T3

3,00

5,67

4,67

3,67

4,33

4,67

4,00

4,67

34,68

4,34

Total

32,99

55,67

48,67

62,01

49,01

50,67

38,33

43,02

380,37

Rataan

3,67

6,19

5,41

6,89

5,45

5,63

4,26

4,78

F (8,16)

1,284

0,949

1,180

1,404

0,397

0,370

0,449

0,625

F 0.05

2,59

2,59

2,59

2,59

2,59

2,59

2,59

2,59

F (2,16)

0,836

0,640

0,780

1,110

0,085

0,215

0,006

0,611

F 0.05

3,63

3,63

3,63

3,63

3,63

3,63

3,63

3,63

5,28

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

33
Pengamatan dilakukan pada tanaman kopi dengan tinggi 1,6 – 2 meter,
rataan serangga yang tertangkap adalah 5,28 ekor. Rataan serangga yang paling
tinggi tertangkap adalah 7,63 ekor pada perlakuan U1T1 (ketinggian 1 meter pada
umur buah 2 bulan) dan terendah 3,17 ekor pada perlakuan U1T3 (ketinggian 1,4
meter pada umur buah 4 bulan). Serangga masih dapat tertangkap pada
pemasangan perangkap sampai dengan ketinggian 1,4 meter karena pada
ketinggian tersebut masih terdapat buah kopi yang setengah masak dan yang
masak (berwarna merah). Hal ini menunjukkan bahwa serangga PBKo H. hampei
masih dapat berkembang biak pada ketinggian ± 1200 m dpl tempat penelitian ini
dilakukan meskipun Wiryadiputra (2007) menyatakan bahwa siklus hidup
serangga H. hampei berkembang dengan baik kurang dari 1200 m dpl. Menurut
CIRAD (2004) ketinggian perangkap yang efektif adalah 1,2 meter namun
menurut Wiryadiputra (2006) serangga masih dapat tertangkap sampai ketinggian
1,75 meter diatas permukaan tanah.

Intensitas Serangan H. hampei pada tanaman kopi

Intensitas serangan hama pada pengamatan I, III, V sampai VIII
menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata, sedangkan pengamatan II dan IV
menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Tabel 3. Rataan Intensitas Serangan H. hampei pada biji kopi/tanaman
Perlakuan
U1T1
U2T1
U3T1
U1T2
U2T2
U3T2

I
8,33
8,89
5,00
9,47
7,78
6,11

II
5,56
4,45
4,44
7,22
6,11
3,89

III
4,44
3,89
7,78
9,44
7,22
7,22

Pengamatan
IV
6,11
4,44
4,45
5,55
6,11
5,00

V
6,11
6,11
6,11
5,56
5,00
5,56

VI
4,44
7,78
6,11
3,89
5,56
8,33

VII
4,45
6,11
5,55
5,00
4,44
5,00

Total
Rataan
VIII
7,22
46,66 5,83
6,67
48,34 6,04
4,99
44,43 5,55
6,11
52,24 6,53
7,78
50,00 6,25
5,56
46,67 5,83

Virma Uli Manurung : Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus
hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi, 2008.
USU Repository © 2009

34
U1T3
U2T3
U3T3
Total
Rataan
F (8,16)
F 0.05
F (2,16)
F 0.05

6,11
6,67
7,78
66,14
7,35
1,688
2,59
3,007
3,63

7,22
7,22
4,45
50,56
5,62
2,38
2,59
4,851*
3,63

5,56
5,55
5,56
56,66
6,30
1,676
2,59
0,819
3,63

3,89
5,56
5
46,11
5,12
0,938
2,59
8,426**
3,63

5,00
7,22
6,11
52,78
5,86
0,448
2,59
0,228
3,63

7,78
6,11
6,11
56,11
6,23
2,423
2,59
0,47
3,63

3,33
6,11
6,11
46,1
5,12
0,453
2,59
1,253
3,63

4,44
6,67
3,89
53,33
5,93
0,68
2,59
0,606
3,63

43,33
51,11
45,01
427,79

5,42
6,39
5,63
5,94

Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan II dan IV terjadi keterlambatan
pemanenan sehingga terdapat banyak buah merah pada tanaman kopi tersebut.
Serangan akan semakin tinggi karena tersedianya substrat yang dibutuhkan oleh
serangga untuk berkembang biak. Buah merah mer