Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap Untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan

UJI KETINGGIAN DAN TIPE PERANGKAP UNTUK MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae)
DI DESA PEARUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH :
KRENIVA M. SINAGA / 100301226 AGROEKOTEKNOLOGI – HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

UJI KETINGGIAN DAN TIPE PERANGKAP UNTUK MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae)
DI DESA PEARUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH :
KRENIVA M. SINAGA / 100301226 AGROEKOTEKNOLOGI – HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

JUDUL
NAMA NIM PRODI MINAT

: Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap Untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan
: Kreniva M. Sinaga : 100301226 : Agroekoteknologi : Hama dan Penyakit Tanaman


Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.) NIP. 195601221986011001

(Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.) NIP. 195301291979031001

Mengetahui
(Prof. Ir. T. Sabrina, MSc.. PhD.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Kreniva Megawati Sinaga “Test of Height and Type of Trap to Control Berry Borrer (Hypothenemus hampei Ferr.) in Pearung village, Sub-district Paranginan, District Humbang Hasundutan”. Under the supervision of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr. This research aims to know the efective height and type of trap which is at most attacked by H. hampei in the field. The method used Factorial Randomized Block Design (RBD) which consisted 2 treatments factor and three replications. First factor was height of trap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) and the second factor was the type of trap (single funnel trap, multiple funnel trap, and mineral bottle). The results showed that the height of trap, type of trap, and that interactions significant by H. hampei trapped but the intensity of attack by H. hampei and production of cofee non significant. Keyword : Height of Trap, Type of Trap, Hypothenemus hampei Ferr., Efective.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Kreniva Megawati Sinaga “Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan PBKo di Lapangan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Fakor pertama adalah ketinggian perangkap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) sedangkan faktor kedua adalah tipe perangkap (corong tunggal, corong ganda, dan botol bekas air mineral). Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor ketinggian, tipe perangkap serta interaksinya terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap berpengaruh nyata sedangkan terhadap presentase serangan dan produksi buah kopi tidak berpengaruh nyata. Kata Kunci : Ketinggian Perangkap,Tipe Perangkap,Hypothenemus hampei Ferr.,
Efektivitas
Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP Kreniva Megawati Sinaga lahir pada tanggal 9 Desember 1992 di Medan, Sumatera Utara dari ayah Alm. Drs. Ruslan P. Sinaga dan ibu N. M. L. Manalu. Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Medan dan pada tahun yanga sama lulus ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di program studi Agroekoteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Asisten Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama dan Sub-Penyakit, serta Asisten Laboratorium Perbanyakan Vegetatif Tanaman. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Ambalutu Kisaran pada tanggal 16 Juli 2013 sampai 24 Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, memelihara, mendidik, dan mendukung penulis baik secara materil maupun moril. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr. selaku Ketua dan Anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi serta kepada Bapak Sianturi selaku pembimbing di lapangan selama pelaksanaan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Desember 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hlm.
ABSTRAK ...................................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. viii
PENDAHULUAN Latar Belakang............................................................................................. 1 Tujuan Percobaan......................................................................................... 4 Hipotesis Percobaan .................................................................................... 4 Kegunaan Penulisan ................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi H. hampei........................................................................................ 5 Gejala Serangan ........................................................................................... 8 Pengendalian ................................................................................................ 10 Perangkap Serangga ....................................................................................11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ..................................................................... 14 Bahan dan Alat ............................................................................................ 14 Metode Penelitian ........................................................................................ 14 Pelaksanaan Penelitian Kebun Percobaan.................................................................................. 16 Perakitan Perangkap ............................................................................. 16 Pemasangan Perangkap ........................................................................ 17 Parameter yang Diamati Jumlah Imago H. hampei yang Tertangkap.......................................... 17 Persentase Serangan H. hampei pada Buah Kopi................................. 17 Produksi Buah Kopi ............................................................................. 17
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap .......................................................................... 19 Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan H. hampei pada Buah Kopi .............................................................................. 21 Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap Produksi Buah Kopi .... 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. 25 Saran ............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27 LAMPIRAN....................................................................................................... 29
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm.

1

Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap

19

2


Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan H. hampei pada buah kopi

21

3

Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap produksi buah kopi

23

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No . 1 a. Telur H. hampei
b. Larva H. hampei 2 Larva H. hampei 3 Pupa H. hampei

Judul


4 Imago H. hampei 5 a. Buah kopi yang muda terserang serangga H. hampei
b. Buah kopi yang tua terserang serangga H. hampei 6 a. Tipe corong tunggal

b. Tipe corong ganda

c. Tipe botol bekas air mineral

Hlm .
5 5 6 7 7 9 9 13 13
13

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No Judul 1. Imago H. hampei yang tertangkap 2. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi 3. Produksi buah kopi 4. Lahan Penelitian 5. Buah kopi yang terserang H. hampei

Hlm 30 34 38 41 42

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT Kreniva Megawati Sinaga “Test of Height and Type of Trap to Control Berry Borrer (Hypothenemus hampei Ferr.) in Pearung village, Sub-district Paranginan, District Humbang Hasundutan”. Under the supervision of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr. This research aims to know the efective height and type of trap which is at most attacked by H. hampei in the field. The method used Factorial Randomized Block Design (RBD) which consisted 2 treatments factor and three replications. First factor was height of trap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) and the second factor was the type of trap (single funnel trap, multiple funnel trap, and mineral bottle). The results showed that the height of trap, type of trap, and that interactions significant by H. hampei trapped but the intensity of attack by H. hampei and production of cofee non significant. Keyword : Height of Trap, Type of Trap, Hypothenemus hampei Ferr., Efective.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Kreniva Megawati Sinaga “Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan PBKo di Lapangan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Fakor pertama adalah ketinggian perangkap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) sedangkan faktor kedua adalah tipe perangkap (corong tunggal, corong ganda, dan botol bekas air mineral). Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor ketinggian, tipe perangkap serta interaksinya terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap berpengaruh nyata sedangkan terhadap presentase serangan dan produksi buah kopi tidak berpengaruh nyata. Kata Kunci : Ketinggian Perangkap,Tipe Perangkap,Hypothenemus hampei Ferr.,
Efektivitas
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas perkebunan komersial Indonesia yang sebagian besar produksinya diekspor ke pasar dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga dunia, yang menguasai pangsa sebesar 7,9 persen, dan sekaligus merupakan negara pengekspor kopi terbesar keempat dunia yang menguasai pangsa ekspor dunia sebesar 6,6 persen (Hutabarat, 2004).
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, di antaranya : (1) sebagai lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat; (2) sebagai bahan baku industri pengolahan, sehingga produknya mempunyai pasar yang luas baik lokal, regional, dan global; (3) menciptakan nilai tambah melalui kegiatan pascapanen, pengolahan, dan distribusi; (4) sebagai sumber devisa nonmigas melalui kegiatan ekspor ke beberapa negara tujuan dan (5) menciptakan pasar bagi produk-produk nonpertanian (Hutabarat et al. dalam Dradjat et al., 2007).
Komoditas kopi yang dikomersialkan umumnya adalah jenis kopi Arabika dan kopi Robusta. Di pasaran dunia, kopi Arabika dibedakan atas 3 kelompok berdasarkan kualitas citarasanya, yaitu kopi Arabika biasa, kopi spesialti, dan kopi organik (Susilo, 2008). Dewasa ini ekspor kopi Arabika mencapai 28.100 ton/tahun atau 8,28% dari total ekspor kopi Indonesia. Komposisi mutu ekspor kopi Arabika adalah 72% tinggi, 23% sedang dan hanya 3% mutu rendah (Yahmadi dalam Yusianto et al., 2005).
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 201-2028’ Lintang Utara, dan 98010-98058’ Bujur Timur dan berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara 330-2075 m di atas permukaan laut, dengan luas wilayah sebesar 2.335,33 km2, dengan kemiringan tanah yang tergolong datar hanya 11%, landai sebesar 20%, dan miring/terjal 69% (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2005).
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan UU No. 9 tahun 2003. Kabupaten ini terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 2.335,33 km2 terdiri dari 10 Kecamatan, 124 Kelurahan dan 117 Desa. Ibukota kabupaten berada pada kecamatan Dolok Sanggul sebagai pusat pemerintahan. Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas tanaman perkebunan pada tahun 2008 mencapai 36.599,35 Ha dan tersebar diseluruh Kecamatan. Lahan yang paling luas diperuntukkan untuk perkebunan kopi, yakni seluas 22.707 Ha dengan luas panen 7.540,00 Ha dan jumlah produksi mencapai 6.234,38 ton (Sihaloho, 2009).
Potensi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan mayoritas masih bertumpu pada sektor pertanian. Tanaman kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan komoditas yang khas. Fluktuasi peningkatan produksi tanaman kopi di Kabupaten ini dari tahun ke tahun tidak besar, hanya meningkat 4-5 persen, meningkat dua persen dari tahun sebelumnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Di antara permasalahan dalam budidaya kopi adalah serangan hama penggerek buah kopi, Hypothenemus hampei Ferr. (PBKo). Hama PBKo ini selain menyerang biji kopi di pertanaman juga dapat menyerang biji kopi sewaktu di penyimpanan. Serangan hama PBKo menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata. Serangan pada stadia buah muda dapat menyebabkan keguguran buah sebelum buah masak, sedangkan serangan pada stadia buah masak (tua) menyebabkan biji berlubang sehingga terjadi penurunan berat dan kualitas biji (Sulistyowati dalam Susilo, 2008). Kehilangan hasil akibat serangan PBKo bervariasi tergantung kondisi pengelolaan tanaman. Pada pertanaman yang tidak dilakukan tindakan pengendalian serangan hama PBKo dapat mencapai 100% (Baker, Prakasan et al. dalam Susilo, 2008).

Hama penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae) merupakan kumbang penggerek endemik Afrika Tengah yang sangat merusak pada budidaya kopi hampir di seluruh dunia, kecuali di Nepal dan Papua New Guinea (PNG) yang masih terbebas dari serangan hama tersebut (Vega et al. dalam Burbano et al., 2010). Kerugian akibat hama ini di dunia mencapai 500 juta USD setiap tahunnya (Durham, 2004, Vega et al. dalam Wiryadiputra, 2012). Di Indonesia, diperkirakan kerugian oleh hama PBKo mencapai 6,7 juta dolar AS per tahun (Wiryadiputra et al. dalam Wiryadiputra, 2012). Kerugian ini belum termasuk penurunan mutu yang berakibat juga pada penurunan harga (Wiryadiputra, 2012).
Pengendalian PBKo yang dilakukan akhir-akhir ini adalah penggunaan senyawa atraktan untuk menarik perhatian serangga betina. Atraktan ini
Universitas Sumatera Utara

digunakan sekitar 15 perangkap/Ha, dapat menurunkan populasi PBKo kira-kira 85% dari satu hektar tanaman kopi (Jansen dalam Manurung, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo, Hyphotenemus hampei Ferr.) berkaitan dengan ketinggian dan tipe perangkap serangga.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan.
Hipotesis Penelitian
- Ketinggian perangkap berpengaruh meningkatkan populasi imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) yang tertangkap
- Tipe perangkap berpengaruh meningkatkan populasi imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) yang tertangkap
- Interaksi antara ketinggian dan tipe perangkap berpengaruh meningkatkan populasi imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) yang tertangkap
Kegunaan Usulan Penelitian Penulisan usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memulai
penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)


Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insekta

Ordo

: Coleoptera

Family


: Scolytidae

Genus

: Hypothenemus

Spesies

: Hypothenemus hampei Ferr.

PBKo sangat berbahaya karena berkembang biak sangat cepat dan jumlah

banyak sekali. Dalam 1 tahun, keturunan dari 1 ekor betina berjumlah 100.000

(seratus ribu) ekor. Dalam 2-3 tahun, semua buah bisa terserang sehingga tidak

ada lagi biji yang dapat dipanen. Siklus hidup (life cycle, dari telur ke dewasa)

PBKo hanya 24-45 hari (tergantung cuaca). Satu betina bertelur sebanyak 35-50


butir yang terdiri dari 33-46 (92%) betina (Malau et al., 2012).
(a) (b)

Telur pada buah kopi

Larva pada buah kopi

Gambar 1 : (a) Telur Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (b) Larva Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Burbano et al., 2010)

Universitas Sumatera Utara

Dua hari setelah memasuki buah, betina sudah bertelur. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung (Gambar 1a). Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya.
Telur menetas menjadi larva dalam 5-9 hari. Lama stadium larva penggerek biji kopi berkisar 10-26 hari. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi (Gambar 2) (Hindayani et al., 2002). Larva yang baru menetas berada dalam gerekan yang dibuat oleh imago dan makan dari biji kopi (Wiryadiputra, 2007).
Telur menetas menjadi larva
Gambar 2 : Larva Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)
Larva penggerek buah kopi (Gambar 2) yang menetas akan segera menggerek keping biji (endosperma) kopi yang telah mengeras dan berkembang sampai menjadi dewasa pada liang gerekan dalam buah kopi.
Larva penggerek biji kopi menjadi pupa atau kepompong didalam buah atau biji kopi. Masa prapupa 2 hari dan lama stadium pupa 4 sampai 9 hari (Gambar 3) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam Manurung, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Pupa berada di dalam biji kopi

Gambar 3 : Pupa Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)
Dari pupa (Gambar 3) akan keluar serangga dewasa (imago) jantan dan betina. Imago betina dapat terbang, sedangkan imago jantan tetap tinggal pada liang gerekan dalam biji.
Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan (Gambar 4). Panjang tubuh serangga betina 2 mm, sedang jantan lebih kecil 1.2 mm, perbandingan antara betina dan jantan rata-rata 10 : 1 (Prastowo et al., 2010). Pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H. hampei tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji (Wiryadiputra, 2007).
Imago berwarna hitam kecoklatan
Gambar 4 : Imago PBKo (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)
Universitas Sumatera Utara

Hama PBKo mampu terbang dengan ketinggian hingga 1,8 meter. Serangga jantan tidak bisa terbang, sedang betina terbang sore hari dari pukul 16.00 sampai 18.00 dengan umur rata-rata 103 hari dan 150 hari.
Gejala Serangan
Hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah: penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak) (Gambar 5a), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk (Ernawati et al., 2008).
Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1996).
Hama menyerang buah dengan cara menggerek. Lubang gerekan berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 mm dan umumnya dijumpai pada ujung buah. Lubang kadang-kadang sukar dilihat karena tertutup oleh kotoran atau sisa gerekan. Bubuk buah kopi pada umumnya menyerang buah yang bijinya telah cukup keras, namun demikian buah yang bijinya lunak juga diserang.
Universitas Sumatera Utara

Setelah menyerang buah yang bijinya lunak, hama segera keluar karena tidak bisa berkembang di dalamnya. Buah muda akan menjadi busuk dan kemudian gugur. Jenis kopi yang disukai adalah jenis Arabica, Robusta dan Liberica (Untung, 2010).
Buah kopi berlubang akibat gerekan serangga H. hampei
Gambar 5 : (a) Buah kopi yang terserang serangga PBKo (Sumber : Foto langsung, 2014)
Gejala serangan dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak) (Gambar 5). Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah sedangkan serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya (Gambar 5).
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. PBKo menyerang pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,
Universitas Sumatera Utara

serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal (Hindayana et al., 2002).
Pengendalian
Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%. Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi kebun, pembiakan dan pelepasan parasitoid Cephalonomia stepiana serta penggunaan jamur Beauveria basiana. (Prastowo et al., 2010).
Pengendalian hama PBKo menurut Ernawati et al. (2008) dapat dilakukan dengan cara : - Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yang terserang maupun
tidak), biasanya dilakukan pada 15-30 hari menjelang panen raya. Untuk mencegah terbangnya hama, pada saat menampung buah digunakan kantong yang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panas selama sekitar 5 menit - Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buah yang telah berukuran 5 mm yang masih ada di pohon sampai akhir panen (hal ini untuk memutus daur hidup hama) - Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agar kondisi lingkungan tidak terlalu gelap.
Pengelolaan hama PBKo dapat dilakukan dengan cara yaitu memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Heterospilus coffeicola, jamur Spicaria javanica, predator Dindymus rubiginosus. Dapat juga dilakukan dengan memodifikasi
Universitas Sumatera Utara

lingkungan seperti mengurangi naungan dan melakukan pemangkasan serta mengusahakan supaya selama jangka waktu tertentu tidak terdapat buah kopi, baik di pohon ataupun di tanah. Dengan demikian kumbang betina tidak mempunyai buah kopi untuk makanan atau untuk tempat berkembang biak. Hal tersebut dapat diusahakan antara lain melalui rampasan, lelesan, petik bubuk (Untung, 2010).
Pengendalian dengan insektisida kimia tidak dilakukan karena hampir semua stadium perkembangan serangga hama tersebut berada di dalam buah kopi. Di samping itu petani mengalami kendala di dalam penyemprotan karena pada umumnya ketinggian pohon kopi melebihi tinggi manusia. Aplikasi insektisida kimia yang terus-menerus juga akan mendatangkan masalah-masalah baru yang lebih rumit dan sulit diselesaikan, seperti resistensi, resurgensi, munculnya hama baru, tercemarnya lingkungan hidup, teracuninya binatang ternak bahkan manusia (Untung dalam Laila et al., 2011). Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara pemangkasan dan penggunaan perangkap yang berisi senyawa kairomon (Wiryadiputra dalam Laila et al., 2011).
Perangkap Serangga
Kajian tentang perangkap untuk hama PBKo telah dilakukan ntuk mengevaluasi aspek warna perangkap desain atau tipe perangkap dan senyawa penarik yang paling efektif untuk menarik serangga PBKo, serta potensinya dalam menurunkan populasi hama PBKo. Warna perangkap yang dievaluasi terdiri atas warna merah, oranye, kuning, hijau dan biru dan dipasang di kebun kopi menggunakan alat perangkap tipe corong ganda yang berisi empat corong.
Universitas Sumatera Utara

Perangkap diletakkan pada tiang kayu pada ketinggian sekitar 175 cm diatas permukaan tanah dan ditempatkan di antara pohon kopi. Pengamatan jumlah serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari selama satu minggu (Wiryadiputra dalam Manurung, 2008).
Scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol. Ketertarikan serangga tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman kopi (iklim, pengaturan jarak tanam, kelembaban, kultivar, umur tanaman, arah angin, kecepatan, dan lain-lain) dapat mempengaruhi penangkapan hama ini. Berdasarkan uraian tersebut, hasil penelitian terhadap penangkapan PBKo diperoleh hasil yang bertentangan dalam hal tanggapan serangga tersebut terhadap bahan semikimia, dan hubungannya dengan faktor lain. Sebagai contoh, beberapa studi menunjukkan bahwa PBKo yang tertangkap meningkat dengan menggunakan campura bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan tingkat campuran 1:3 (Mendonza Mora dalam Silva et al., 2006).
Perangkap senyawa penarik terdiri atas 2 bagian utama, yaitu alat perangkap dan senyawa penaik (atraktan). Pada bagian alat perangkap terdiri atas tameng plstik yang dipasang secara bersilang sehingga pada bagian atas corong terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian tengah tameng ini ditempatkan senyawa penarik yang berada dalam botol plastik kecil. Pada bagian awah corong terdapat botol penampung serangga yang tertangkap, yang dapat dikaitkan dengan corong pada bagian tutupnya. Di dalam botol penampung diisi larutan sabun yang berfungsi untuk menampung serangga PBKo sehingga akan cepat mengalami kematian. Pada sisi samping botol penampung, kurang lebih 2-3 cm di tas dasar botol terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan kelebihan air apabila alat perangkap terisi air dari luar pada saat

musim hujan. Pada bagian atas corong dan tameng masih diberi peneduh dari

plastik untuk melindungi dari curah hujan dan kotoran masuk kedalam perangkap

(Wiryadiputra dalam Manurung, 2008).

(a) (b)

(c)

Gambar 6 : (a) Tipe corong tunggal (b) Tipe corong ganda (c) Tipe botol bekas air mineral
(Sumber : Foto langsung, 2014)

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kebun kopi milik petani di Desa Pearung, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbahas. Varietas yang ditanam adalah varietas arabika, dengan luas lahan ± 5000 m2 dan ketinggian tempat ± 1200 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai Oktober 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kopi Arabica (Coffea arabica), senyawa penarik yaitu campuran methanol dan ethanol dengan perbandingan 3:1, larutan deterjen, dan plastik.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol bekas air mineral, corong, kamera, pinset, bambu, tali, pisau. botol kocok, buku data serta alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu :
• Faktor I : Tinggi Perangkap (T) T1 : Perangkap dengan ketinggian 1,0 m T2 : Perangkap dengan ketinggian 1,2 m T3 : Perangkap dengan ketinggian 1,4 m T3 : Perangkap dengan ketinggian 1,6 m
Universitas Sumatera Utara

T4 : Perangkap dengan ketinggian 1,8 m

• Faktor II : Tipe Perangkap (P)

P1 : Perangkap corong tunggal

P2 : Perangkap corong ganda

P3 : Perangkap botol bekas air mineral

Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

Kombinasi Perlakuan adalah:

T1P1

T2P1

T3P1

T4P1

T5P1

T1P2

T2P2

T3P2

T4P2

T5P2

T1P3

T2P3

T3P3

T4P3

T5P3

Metode linier yang dipakai:

Yijk = μ + τi + βj (τβ) ij + εijk

Dimana :

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan taraf ke-j, perlakuan taraf ke-k blok i

μ = Rata-rata umum

τi = Efek blok ke-i

βj = Efek perlakuan pada taraf ke-i, taraf perlakuan ke-j

(τβ) ij = Efek perlakuan pada taraf ke-i, taraf perlakuan ke-j

Εijk = Efek galat perlakuan pada taraf ke-j, pada taraf ke-k dan blok i

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
Kebun Percobaan
Survei dilakukan dengan mengamati daerah pertanaman kopi di kebun milik petani. Jenis kopi pada areal percobaan adalah kopi Arabika berumur 7-10 tahun. Ditetapkan luas lahan penelitian yaitu ± 5000 m2 dengan populasi tanaman kopi sebanyak 1250 tanaman dengan jarak tanam 2 x 2 meter.
Perakitan Perangkap
Perangkap dari botol bekas air mineral memiliki spesifikasi botol dengan volume 1,5 liter. Selanjutnya pada botol tersebut dibuat dua buah lubang pada sisi yang berlawanan dengan ukuran tiap lubang sama (5x6) cm. Bentuk kedua lubang arahnya lurus sesuai perlakuan. Wadah senyawa penarik diletakkan di dalam botol dengan cara dikaitkan menggunakan tali pada bagian tutup botol di bagian atas, sedang untuk menampung serangga yang tertangkap diletakkan larutan deterjen pada bagian dasar botol.
Perangkap corong ganda dibuat dengan menyusun corong secara bertingkat sebanyak 4 buah. Wadah senyawa penarik dikaitkan menggunakan tali pada bagian penutup corong di bagian atas. Untuk menampung serangga yang tertangkap diletakkan larutan deterjen pada botol kocok yang dikaitkan dengan corong.
Perakitan alat perangkap dari komponen-komponen yang terpisah dirakit menjadi alat yang sudah siap dipasang di lapangan.
Universitas Sumatera Utara

Pemasangan Perangkap
Perangkap dipasang secara acak pada areal pertanaman dengan jumlah 45 buah. Pengamatan dilakukan 1 kali sehari selama seminggu. Botol yang berisikan senyawa penarik diikat dengan menggunakan benang, lalu larutan deterjen diletakkan dibagian dasar perangkap. Perangkap digantung sesuai dengan masingmasing perlakuan.
Perangkap dipasang pada ketinggian sesuai dengan perlakuan diantara pohon kopi.
Parameter yang Diamati
a. Jumlah imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) yang ditangkap pada masing-masing perlakuan dan ulangan setiap hari menggunakan perangkap yang telah dilengkapi senyawa penarik, dengan cara menghitung dan mencabut serangga pada setiap perlakuan.
b. Persentase serangan terhadap buah pada luasan yang diamati. Persentase serangan Penggerek Buah Kopi dihitung dengan cara :
- Ditetapkan 2 pohon contoh untuk masing-masing perlakuan pada areal pertanaman dengan total pohon yang diamati untuk perlakuan persentase serangan serta produksi buah kopi adalah sebanyak 90 pohon
- Dipilih 4 cabang pada setiap pohon contoh dengan posisi cabang berada di tengah bagian pohon dan keempat cabang tersebut searah dengan 4 mata angin (utara, selatan, barat, dan timur).
- Diambil 15 buah kopi per cabang atau 60 buah kopi per pohon pada tanaman yang diamati
Universitas Sumatera Utara

- Dihitung persentase serangan Penggerek Buah Kopi dengan menggunakan

rumus :

a
P=
b

x 100 %

Keterangan :

P = Persentase buah yang terserang

a = Jumlah buah yang terserang pada saat panen

b = Jumlah total buah kopi yang dipanen.

c. Produksi buah kopi

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Jumlah Imago PBKo (Hypothenemus hampei Ferr. ) yang Tertangkap

Dari hasil analisis sidik ragam jumlah imago H. hampei yang tertangkap

pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap, menunjukkan hasil yang

berbeda sangat nyata (Lampiran 5-8) sedangkan interaksi antara ketinggian dan

tipe perangkap berpengaruh nyata terhadap jumlah imago H. hampei yang

tertangkap. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago

H. hampei yang tertangkap dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap

Perlakuan

Ulangan I II III

Total

Rataan (ekor)

T1P1

1,29 2,00 2,14

5,43 1,81

T2P1

3,14 3,14 2,00

8,29 2,76

T3P1

4,00

3,29

2,86

10,14

3,38

T4P1

2,86 4,00 2,43

9,29 3,10

T5P1

0,86 1,71 1,29

3,86 1,29

T1P2

4,00

3,86

2,57

10,43

3,48

T2P2

4,29

6,29

5,57

16,14

5,38

T3P2

3,71

4,14

4,86

12,71

4,24

T4P2

4,14

5,14

3,71

13,00

4,33

T5P2

1,57 1,00 1,00

3,57 1,19

T1P3

3,43

4,57

3,43

11,43

3,81

T2P3

3,57

4,00

3,86

11,43

3,81

T3P3

4,00

3,14

4,57

11,71

3,90

T4P3

4,14

4,71

4,43

13,29

4,43

T5P3

2,00 1,14 1,57

4,71 1,57

Total

47,00

52,14

46,29

145,43

Rataan

3,13 3,48 3,09

3,23

Pengamatan 7 hari setelah pemasangan perangkap menunjukkan bahwa

rataan jumlah imago H. hampei yang tertangkap tertinggi terdapat pada perlakuan

Universitas Sumatera Utara

T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 5,38 ekor dan jumlah imago H. hampei yang tertangkap terendah terdapat pada perlakuan T5P2 (1,8 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 1,19 ekor.
Pengamatan dilakukan pada tanaman kopi dengan ketinggian 1-1,8 meter, rataan imago H. hampei yang tertangkap adalah 3,23 ekor. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu rataan jumlah imago H. hampei yang tertangkap dari awal hingga akhir pengamatan sebesar 5,38 ekor. Serangga masih dapat tertangkap pada pemasangan perangkap sampai dengan ketinggian 1,8 meter karena pada ketinggian tersebut masih terdapat buah kopi dimana tidak dilakukan pemangkasan pada pohon kopi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemasangan perangkap yang efektif pada ketinggian 1,2 m. Hal ini sesuai dengan pendapat CIRAD (2004) yang menyatakan bahwa ketinggian perangkap yang efektif adalah 1,2 m.
Pada perlakuan T2P2 menggunakan corong ganda berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan serangga H. hampei terhadap warna merah merupakan pemicu tertangkapnya serangga kedalam perangkap. Menurut Wiryadiputra (2006) penggunaan tipe perangkap corong ganda dengan empat corong mendapatkan hasil bahwa warna perangkap merah dan biru adalah paling efektif dalam menarik serangga PBKo.
Ketertarikan serangga PBKo terhadap perangkap juga dikarenakan senyawa feromon yang dipasang pada perangkap dimana senyawa tersebut merupakan campuran antara methanol : ethanol (3:1). Menurut Silva et al. (2006), PBKo yang merupakan famili Scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol.
Universitas Sumatera Utara

Beberapa studi menunjukkan bahwa H. hampei yang tertangkap meningkat dengan menggunakan campuran bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan tingkat campuran 1:3.

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Persentase Serangan H. hampei pada Buah Kopi

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam persentase buah yang terserang

pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap, menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata (lampiran 9-11). Rataan persentase buah yang terserang dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan H. hampei pada buah kopi

Perlakuan

Ulangan I II III

Total

Rataan (%)

T1P1 0,03 0,04 0,03 0,10 0,03

T2P1 0,03 0,04 0,02 0,09 0,03

T3P1 0,04 0,03 0,02 0,10 0,03

T4P1 0,03 0,03 0,01 0,06 0,02

T5P1 0,03 0,03 0,02 0,08 0,03

T1P2 0,04 0,03 0,02 0,09 0,03

T2P2 0,04 0,02 0,01 0,07 0,02

T3P2 0,03 0,03 0,01 0,07 0,02

T4P2 0,03 0,02 0,01 0,06 0,02

T5P2 0,03 0,04 0,01 0,08 0,03

T1P3 0,04 0,03 0,02 0,09 0,03

T2P3 0,03 0,02 0,02 0,07 0,02

T3P3 0,04 0,02 0,02 0,07 0,02

T4P3 0,03 0,02 0,01 0,07 0,02

T5P3 0,03 0,03 0,01 0,07 0,02

Total 0,51 0,43 0,24 1,18

Rataan 0,03 0,03 0,02

0,03

Pada pengamatan diketahui bahwa rataan persentase buah terserang yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1 (1 m dengan perangkap corong

Universitas Sumatera Utara

tunggal) dan T3P1 (1,4 m dengan perangkap corong tunggal) yaitu sebesar 0,03 % dan terendah terdapat pada perlakuan T4P1 (1,6 m dengan perangkap corong tunggal) dan T4P2 (1,6 m dengan perangkap corong tunggal) yaitu sebesar 0,02 %. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan presentase serangan yang signifikan pada setiap perlakuan karna pengamatan yang dilakukan selama 7 hari.
Rataan persentase serangan H. hampei mencapai 0,03%. Hal ini disebabkan karena pohon kopi yang rimbun akibat tidak dilakukan pemangkasan sehingga memicu serangan serangga H. hampei. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (2010) yang menyatakan bahwa untuk pengendalian serangga H. hampei dilakukan pemangkasan terhadap tanaman agar kondisi lingkungan tidak terlalu gelap. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hindayani et al. (2002) yaitu H. hampei menyerang pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Buah kopi yag terserang akan berlubang dengan diameter lebih kurang 1 mm dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian H. hampei betina bertelur pada lubang tersebur. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan buah menjadi tidak normal, dan biji menjadi busuk akibat gerekan oleh larva H. hampei yang menetas didalam buah kopi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ernawati et al. (2008) yang mengemukakan bahwa gejala serangan pada buah kopi yaitu buah gugur mencapai 7-14%, perkembangan buah menjadi tidak normal, dan busuk.
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Data Produksi Buah Kopi

Hasil analisis sidik ragam pada parameter data produksi buah kopi pada

setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap dengan jumlah pohon sebanyak 90

pohon, menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (lampiran 12-15). Rataan

tinggi data produksi buah kopi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap produksi buah kopi

Perlakuan

I

Ulangan II

III

Total

Rataan (kg)

T1P1

0,16

0,10

0,16

0,41 0,14

T2P1

0,07

0,07

0,19

0,33 0,11

T3P1

0,16

0,14

0,11

0,41 0,14

T4P1

0,13

0,19

0,13

0,44 0,15

T5P1

0,09

0,16

0,17

0,41 0,14

T1P2

0,10

0,13

0,16

0,39 0,13

T2P2

0,14

0,17

0,10

0,41 0,14

T3P2

0,16

0,19

0,10

0,44 0,15

T4P2

0,07

0,14

0,10

0,31 0,10

T5P2

0,06

0,14

0,16

0,36 0,12

T1P3

0,07

0,06

0,13

0,26 0,09

T2P3

0,23

0,09

0,24

0,56 0,19

T3P3

0,16

0,13

0,17

0,46 0,15

T4P3

0,24

0,13

0,11

0,49 0,16

T5P3

0,19

0,21

0,21

0,61 0,20

Total 2,01 2,04 2,24 6,30

Rataan

0,13

0,14

0,15

0,14

Pada pengamatan diketahui bahwa perlakuan data produksi buah kopi tertinggi terdapat pada perlakuan T5P3 (1,8 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 0,20 kg dan terendah terdapat pada perlakuan T1P3 (1 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,09 kg. Rataan produksi buah kopi adalah sebesar 0,14 kg. Pada data pengamatan menunjukkan bahwa tidak

Universitas Sumatera Utara

terdapat peningkatan maupun penurunan produksi buah kopi yang signifikan pada setiap perlakuan karna pengamatan yang dilakukan selama 7 hari.
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Ketinggian dan tipe perangkap berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
imago H. hampei yang tertangkap sedangkan interaksi antar keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap 2. Ketinggian dan tipe perangkap tidak berpengaruh nyata terhadap persentase serangan H. hampei pada buah kopi dan produksi buah kopi 3. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap tertinggi terdapat pada perlakuan T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 5,38 ekor dan jumlah imago H. hampei yang tertangkap terendah terdapat pada perlakuan T5P2 (1,8 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 1,19 ekor dengan rataan sebesar 3,23 ekor 4. Persentase buah terserang yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1 (1 m dengan perangkap corong tunggal) dan yaitu sebesar 0,03% dan terendah terdapat pada perlakuan T4P1 (1,6 m dengan perangkap corong tunggal) dan T4P2 (1,6 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 0,02 % dengan rataan sebesar 0,03% 5. Data produksi buah kopi tertinggi terdapat pada perlakuan T5P3 (1,8 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,20 kg dan terendah terdapat pada perlakuan T1P3 (1 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,09 kg dengan rataan sebesar 0,14 kg.
Universitas Sumatera Utara

Saran Perlu dilakukan penyuluhan terhadap petani kopi untuk meningkatkan
pemeliharaan tanaman kopi baik dari segi pemupukan, pemangkasan, dan lainnya guna mengurangi resiko serangan hama H. hampei.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pegembangan Provinsi Sumatera Utara. 2005. Kajian Terhadap Perkembangan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kota Padang Sidimpuan Sebagai Hasil Pemekaran. Sumatera Utara.
Burbano, E., M. Wright, D. E. Bright and F. E. Vega. 2010. New Record For The Coffee Berry Borer, Hypothenemus hampei, In Hawaii. Journal of Insect Science 11(117):1-3.
CIRAD. 2004. The Brocap Trap. Tree Crops Department Coffee Programme. France.
Dradjat, B., A. Agustian dan A. Supriatna. 2007. Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji Indonesia di Pasar Internasional : Implikasi Strategis Bagi Pengembangan Kopi Biji Organik. Pelita Perkebunan 23(2):159-179.
Ernawati, R. W. Arief dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hindayana, D.,D. Judawi, D. Priharyanto, G. C. Luther, G. N. R. Purnayasa, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, P. Mundy, dan Riyatno. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian Jakarta.
Hutabarat, B. 2004. Kondisi Pasar Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja Industri Perkopian Nasional. Jurnal agro Ekonomi 22(2):147-166.
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia. Diterjemahkan Oleh P. A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Laila,M. S. I., N. Agus dan A. P. Saranga. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Jurnal Fitomedika 7(3):162-166.
Malau, S., P. LB Raja, B. Naibaho, S. T. T. Sumihar, dan R. Simanjuntak. 2012. Kajian Tentang Pengaruh Atraktan Dari Nabati Alami Lokal dan Buatan untuk Memerangkap Hama Penggerek Buah Kopi di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Manurung, N. 2010. Ekologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) di Kabupaten Phakpak Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Universitas Sumatera Utara

Manurung, V. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S. J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Ramlan, Nurjanani dan M. Sjafaruddin. 2010. Kajian Teknologi Pengelolaan Hama Kopi Arabika Ramah Lingkungan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010.
Sihaloho, T. M. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Silva, F. C., M. U. Ventura, and L. Morales. 2006. Capture of Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) in Response to Trap Characteristics. Science Agriculture (Piracicaba, Brazil) 63(6):567-571.
Susilo, A. W. 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea sp.) Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Review Penelitian Kopi dan Kakao 24(1):1-14.
Untung, K. 2010. Diktat Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Wiryadiputra, S. 1996. Uji Terap Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi Menggunakan Jamur Beauveria di Sulawesi Selatan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 12(2):125-129.
______________. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei Ferr. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember. Jawa Timur.
_____________. 2012. Keefektifan Insektisida Cyantraniliprole Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) Pada Kopi Arabika. Pelita Perkebunan 28(2):100-110.
Yusianto, R. Hulupi, Sulistyowati, S. Mawardi dan C. Ismayadi. 2005. Sifat Fisiko-Kimia dan Cita Rasa Beberapa Varietas Kopi Arabika. Pelita Perkebunan 21(3):200-222.
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan I

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

T1P1

0

2

2 4,00 1,33

T2P1

2

0

3 5,00 1,67

T3P1

3

3

4 10,00 3,33

T4P1

3

2

2 7,00 2,33

T5P1

0

0

2 2,00 0,67

T1P2

1

1

1 3,00 1,00

T2P2

1

1

1 3,00 1,00

T3P2

1

1

1 3,00 1,00

T4P2

1

2

1 4,00 1,33

T5P2

2

1

0 3,00 1,00

T1P3

0

5

1 6,00 2,00

T2P3

3

2

1 6,00 2,00

T3P3

1

1

3 5,00 1,67

T4P3

2

3

4 9,00 3,00

T5P3

2

2

2 6,00 2,00

Total

22,00 26,00 28,00 76,00

Rataan

1,47

1,73

1,87

1,69

Lampiran 2. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan II

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

T1P1

0

1

2 3,00 1,00

T2P1

6

2

5 13,00 4,33

T3P1

5

3

4 12,00 4,00

T4P1

0

5

4 9,00 3,00

T5P1

2

3

1 6,00 2,00

T1P2

5

3

2 10,00 3,33

T2P2

6

10

7 23,00 7,67

T3P2

4

5

4 13,00 4,33

T4P2

3

4

3 10,00 3,33

T5P2

2

0

1 3,00 1,00

T1P3

3

3

4 10,00 3,33

T2P3

5

7

5 17,00 5,67

T3P3

5

6

7 18,00 6,00

T4P3

5

2

3 10,00 3,33

T5P3

3

0

0 3,00 1,00

Universitas Sumatera Utara

Total Rataan

54,00 3,60

54,00 3,60

52,00 160,00 3,47 3,56

Lampiran 3. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan III

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

T1P1

0

1

4 5,00 1,67

T2P1

2

4

1 7,00 2,33

T3P1

7

6

5 18,00 6,00

T4P1

4

7

1 12,00 4,00

T5P1

1

3