Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) PADA PERTANAMAN KOPI DI KABUPATEN
TAPANULI UTARA
SKRIPSI OLEH : Darwin Silitonga 100301161 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) PADA PERTANAMAN KOPI DI KABUPATEN
TAPANULI UTARA
SKRIPSI
OLEH: DARWIN SILITONGA
100301161 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyelesaikan Studi di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) Ketua

(Ir. Fatimah Zahara) Anggota

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015


ABSTRACT
Darwin Silitonga "Analysis Coffee Plant Damage due to attacks by pests Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) On Coffee Planting in North Tapanuli "under the guidance of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. and Ir. Fatima Zahara. This study aimed to analyze the coffee crop damage caused by H. hampei Ferr. the land of coffee plantations in North Tapanuli. The research was conducted in four districts and each district there are two village in JanuaryMarch 2015. This study used purposive sampling method (sampling intentionally) with a multiple linear regression analysis is regression between the intensity of the attacks on the percentage of yield loss, regression between the intensity of the attacks population density and population density regression between the percentage of yield loss. The results showed that the intensity of pests on the coffee fruit has a significant relationship to the percentage of yield loss and population density at the coffee fruit, population density has a significant relationship to the percentage of yield loss. The highest intensity of attacks there are in the village of Arita amounted to 33.854% and the lowest was in the village of cockfighting skelter at 6.046%. The highest percentage of yield loss found in coffee cherries red with the average in the amount of 10.792% and the lowest green coffee cherries with the average amounting to 6.04%. The highest population density is in the larval stage by the average number of population ranged from 11.2 to 2.1 and the lowest in the pupa stage with the average number of population ranged from 4.45 to 0.88.
Keywords: Coffee Plant, intensity of the attack and H. hampei Ferr.

ABSTRAK
Darwin Silitonga “Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan
Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman
Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh H. hampei Ferr. pada lahan pertanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan di empat Kecamatan dan setiap Kecamatan terdapat dua Desa pada Januari – Maret 2015. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (pengambilan sampel secara sengaja) dengan analisis regresi linier berganda yaitu regresi antara intensitas serangan dengan persentase kehilangan hasil, regresi antara intensitas serangan dengan kepadatan populasi dan regresi antara kepadatan populasi dengan persentase kehilangan hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan hama pada buah kopi memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase kehilangan hasil dan kepadatan populasi pada buah kopi, kepadatan populasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase kehilangan hasil. Intensitas serangan tertinggi terdapat di Desa Aritonang sebesar 33,854% dan yang terendah terdapat di Desa Parik Sabungan sebesar 6,046%. Persentase kehilangan hasil tertinggi terdapat pada buah kopi warna merah dengan rataan yaitu sebesar 10,792% dan terendah terdapat buah kopi warna hijau dengan rataan yaitu sebesar 6,04%. Kepadatan populasi tertinggi adalah pada stadia larva dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 11,2 – 2,1 dan terendah terdapat pada stadia pupa dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 4,45 – 0,88.
Kata Kunci : Tanaman Kopi, Intensitas Serangan dan H. hampei Ferr.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DARWIN SILITONGA, lahir di Sipahutar, 20 Mei 1992, anak dari Bapak E. Silitonga dan Ibu H. Simatupang yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan Formal yang pernah ditempuh. - Tahun 2004 lulus dari Sekolah Dasar Swasta Santa Lucia di Siborongborong. - Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 di Sipahutar. - Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta Bintang Timur 1 di
Balige. - Tahun 2010 lulus di Proram Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
melalui jalur SNMPTN. Pengalaman Kegiatan Akademis: - Anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) tahun 2013-
2014. - Anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) tahun
2010-2014. - Pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit
Pelayanan Fakultas Pertanian tahun 2014. - Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Unit
Tonduhan Kabupaten Simalungun pada Juli – Agustus 2013.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis Ayahanda E. Silitonga dan Ibunda H. Simatupang yang telah membesarkan, mendidik dan mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S. selaku Ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku Anggota yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada adik-adik saya Monalisa Silitonga, Gratia Silitonga dan Vincent Silitonga yang telah banyak mendukung penulis dalam mengerjakan studi. Kepada teman–teman Stambuk 2010 dan teman-teman di Kepengurusan UKM KMK UP FP yang telah banyak mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2015
Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRACT ..................................................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................... Tujuan Penelitian .................................................................................. Hipotesis................................................................................................ Kegunaan Penelitian .............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampeii Ferr. .............................................. Biologi H. hampeii Ferrr.............................................................. Gejala Serangan............................................................................. Pengendalian.................................................................................. Bioekologi ............................................................................................. Preferensi ..............................................................................................
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... Bahan dan Alat...................................................................................... Populasi dan Sampel ............................................................................. Metode Penelitian ................................................................................. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... Pelaksanaan Lapangan................................................................... Pemilihan Lokasi Kebun.................................................... Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel ........................ Pelaksanaan Laboratorium ............................................................ Identifikasi Hama............................................................... Perhitungan Persentase Kehilangan Hasil ......................... Perhitungan Populasi hama................................................ Peubah Amatan..............................................................................


i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x
1 4 4 4
5 6 10 12 13 15
16 17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19

Intensitas serangan H. hampei pada pohon yang diamati.. Persentase Kehilangan Hasil.............................................. Kepadatan Popualsi ........................................................... Analisis Data (Regresi Linear Berganda) ..........................

19 19 20 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Intensitas Serangan hama PBKo H. hampeii di Kabupaten Tapanuli Utara....................................................................................... 22 Persentase KehilanganHasil di Kabupaten Tapanuli Utara .................. 24 Persentase Kepadatan Populasi di Kabupaten Tapanuli Utara ............. 27 Analisis Data (Regresi Linear Berganda) ............................................. 30 Pengaruh Intensitas Serangan terhadap Persentase Kehilangan Hasil 30 Pengaruh Intensitas Serangan terhadap Kepadatan Populasi ........ 33 Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Persentase kehilangan Hasil 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... Saran......................................................................................................


41 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan Persentase Intensitas Serangan Hama PBKo di Kabupaten Tapanuli Utara...........................................................................................

22

2. Rataan Persentase Kehilangan Hasil di Kabupaten Tapanuli Utara.......... 3. Persentase Kepadatan Populasi di Kabupaten Tapanuli Utara.................. 4. Pengaruh Intensitas Serangan terhadap Persentase kehilangan Hasil ....... 5. Pengaruh Intensitas Serangan terhadap Kepadatan Populasi .................... 6. Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Persentase Kehilangan
Hasil .......................................................................................................

24 27 30 33
37


DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Hama PBKo di Dalam Buah Kopi .......................................................... 5 2. Telur Hypothenemus hampeii Ferr......................................................... 7 3. Larva Hypothenemus hampeii Ferr........................................................ 8 4. Pupa Hypothenemus hampeii Ferr. ........................................................ 8 5. Imago Hypothenemus hampeii Ferr. ...................................................... 9 6. Siklus Hidup Hypothenemus hampeii Ferr. .......................................... 10 7. Histogram Gabungan Intensitas Serangan di Kabupaten Tapanuli
Utara....................................................................................................... 23 8. Histogram Gabungan Persentase Kehilangan Hasil di Kabupaten
Tapanuli Utara......................................................................................... 26
9. Histogram Rataan Kepadatan Populasi Hama PBKo di Kabupaten Tapanuli Utara......................................................................................... 29
10. Hubungan Intensitas Serangan dengan Kehilangan Hasil pada buah berwarna merah...................................................................................... 31
11. Hubungan intensitas serangan dengan kehilangan hasil pada buah berwarna kuning...................................................................................... 32
12. Hubungan intenistas serangan dengan kehilangan hasil pada buah warna hijau.............................................................................................. 32
13. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama pada buah berwarna merah ..................................................................... 34
14. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama

pada buah berwarna kuning .................................................................... 35 15. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama
pada buah berwarna hijau ....................................................................... 36 16. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah
berwarna merah....................................................................................... 37 17. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah
berwarna kuning...................................................................................... 38 18. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah
berwarna hijau......................................................................................... 39

DAFTAR LAMPIRAN


No.

Lampiran

Halaman

1. Rataan Persentase Intensitas Serangan ..................................................... 45 2. Rataan Persentase Intensitas Serangan Hama PBKo di Kabupaten
Tapanuli Utara........................................................................................... 45 3. Rataan persentase peringkat intensitas serangan hama PBKo menurut
jumlah buah per ranting di Kabupaten Tapanuli Utara............................. 45 4. Rataan perbandingan intensitas serangan hama PBKo menurut total
titik sampel tertinggi di Kabupaten Tapanuli Utara.................................. 46

5. Rataan perbandingan intensitas serangan hama PBKo menurut total sampel tertinggi di Kabupaten Tapanuli Utara. ........................................ 46
6. Rataan Persentase Kehilangan Hasil......................................................... 47 7. Rataan persentase kehilangan hasil menurut warna buah di Kabupaten
Tapanuli Utara (Merah) ............................................................................ 47 8. Rataan persentase kehilangan hasil menurut warna buah di Kabupaten
Tapanuli Utara (Kuning)........................................................................... 47 9. Rataan persentase kehilangan hasil menurut warna buah di Kabupaten
Tapanuli Utara (Hijau) .............................................................................. 48 10. Rataan Kepadatan Populasi Hama PBKo ................................................. 48 11. Rataan kepadatan populasi hama PBKo menurut warna buah di
Kabupaten Tapanuli Utara (Merah) .......................................................... 48 12. Rataan kepadatan populasi hama PBKo menurut warna buah
di Kabupaten Tapanuli Utara (Kuning) .................................................... 49


13. Rataan kepadatan populasi hama PBKo menurut warna buah di Kabupaten Tapanuli Utara (Merah) ...................................................... 49
14. Analisis Data Regresi Linear Berganda .................................................... 50 15. Analisis data hubungan Intensitas Serangan terhadap Persentase
Kehilangan Hasil....................................................................................... 50 16. Analisis data hubungan Intensitas Serangan terhadap Persentase
Kehilangan Hasil pada buah warna Merah ............................................... 50 17. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap persentase
kehilangan hasil pada buah warna Kuning ............................................... 51
18. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap persentase kehilangan hasil pada buah warna Hijau................................................... 53
19. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap kepadatan populasi ..................................................................................................... 54
20. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap kepadatan populasi buah warna merah....................................................................... 54
21. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap kepadatan populasi buah warna kuning ..................................................................... 56
22. Analisis data hubungan intensitas serangan terhadap kepadatan populasi buah warna hijau......................................................................... 57
23. Data hubungan kepadatan populasi terhadap persentase kehilangan Hasil .......................................................................................................... 59
24. Data hubungan kepadatan populasi (merah) terhadap persentase

kehilangan hasil (merah)........................................................................... 59
25. Data hubungan kepadatan populasi (kuning) terhadap persentase kehilangan hasil (kuning).......................................................................... 60
26. Data hubungan kepadatan populasi (hijau) terhadap persentase kehilangan hasil (hijau)............................................................................. 62
27. Lampiran Gambar ..................................................................................... 64 28. Survei Lokasi ............................................................................................ 64 29. Pengambilan Data ..................................................................................... 65 30. Menghitung dan Menganalisis Data ......................................................... 66 31. Gambar Hama ........................................................................................... 67 32. Denah Lahan Pengambilan Sampel .......................................................... 68

ABSTRACT
Darwin Silitonga "Analysis Coffee Plant Damage due to attacks by pests Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) On Coffee Planting in North Tapanuli "under the guidance of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. and Ir. Fatima Zahara. This study aimed to analyze the coffee crop damage caused by H. hampei Ferr. the land of coffee plantations in North Tapanuli. The research was conducted in four districts and each district there are two village in JanuaryMarch 2015. This study used purposive sampling method (sampling intentionally) with a multiple linear regression analysis is regression between the intensity of the attacks on the percentage of yield loss, regression between the intensity of the attacks population density and population density regression between the percentage of yield loss. The results showed that the intensity of pests on the coffee fruit has a significant relationship to the percentage of yield loss and population density at the coffee fruit, population density has a significant relationship to the percentage of yield loss. The highest intensity of attacks there are in the village of Arita amounted to 33.854% and the lowest was in the village of cockfighting skelter at 6.046%. The highest percentage of yield loss found in coffee cherries red with the average in the amount of 10.792% and the lowest green coffee cherries with the average amounting to 6.04%. The highest population density is in the larval stage by the average number of population ranged from 11.2 to 2.1 and the lowest in the pupa stage with the average number of population ranged from 4.45 to 0.88.

Keywords: Coffee Plant, intensity of the attack and H. hampei Ferr.

ABSTRAK
Darwin Silitonga “Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan
Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman
Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh H. hampei Ferr. pada lahan pertanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan di empat Kecamatan dan setiap Kecamatan terdapat dua Desa pada Januari – Maret 2015. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (pengambilan sampel secara sengaja) dengan analisis regresi linier berganda yaitu regresi antara intensitas serangan dengan persentase kehilangan hasil, regresi antara intensitas serangan dengan kepadatan populasi dan regresi antara kepadatan populasi dengan persentase kehilangan hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan hama pada buah kopi memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase kehilangan hasil dan kepadatan populasi pada buah kopi, kepadatan populasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase kehilangan hasil. Intensitas serangan tertinggi terdapat di Desa Aritonang sebesar 33,854% dan yang terendah terdapat di Desa Parik Sabungan sebesar 6,046%. Persentase kehilangan hasil tertinggi terdapat pada buah kopi warna merah dengan rataan yaitu sebesar 10,792% dan terendah terdapat buah kopi warna hijau dengan rataan yaitu sebesar 6,04%. Kepadatan populasi tertinggi adalah pada stadia larva dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 11,2 – 2,1 dan terendah terdapat pada stadia pupa dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 4,45 – 0,88.
Kata Kunci : Tanaman Kopi, Intensitas Serangan dan H. hampei Ferr.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen (Laila et al, 2011).
Sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam, Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748.000 ton, jumlah ini mencapai 6,6 % dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601.000 ton dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 .000 ton. Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 ha. Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara 2013 di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditas ekspor yang mempunyai arti yang cukup penting. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga merupakan komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survei yang pernah dilakukan Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun (Najiyati dan Danarti, 2001). Dengan demikian, dengan jumlah penduduk Indonesia ± 170 juta, maka

diperkirakan setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam negeri.
Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor (Laila et al, 2011).
Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama kopi menghadapi ujian berat, karena selain kondisi tanaman yang sudah tua dan mutu produksi yang rendah, kemerosotan harga kopi yang menyebabkan kebun makin tidak terpelihara dan produktivitas makin rendah. Kondisi perkopian di berbagai daerah yang dilaporkan media massa cukup memprihatinkan. Sebagian petani menebang dan membongkar kebun kopinya untuk diganti dengan tanaman lain dan kebanyakan kebun kopi dibiarkan terlantar. Petani kopi terpaksa mencari pekerjaan lain untuk menghidupi keluargannya. Akibatnya produksi kopi Indonesia terus menurun dan daya saingnya makin lemah (Najiyati dan Danarti, 1999).
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun jelaga

dan busuk buah kopi serta terakhir yang disebabkan oleh nematoda (Laila et al, 2011).

Tanaman kopi adalah salah satu contoh tanaman keras yang cukup populer ditanam di beberapa tempat di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu daerah yang merupakan penghasil kopi yang ada di Indonesia adalah Propinsi Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Utara. Potensi produksi tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu produksi kopi terbaik di Propinsi Sumatera Utara. Namun, meskipun demikian ada beberapa masalah yang sering muncul ketika dilakukan budidaya tanaman kopi, yaitu adanya serangan hama dan penyakit, hama yang mengganggu produksi tanaman kopi yaitu, Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Serangga ini dapat menyerang buah kopi yang masih muda ataupun yang sudah tua, sehingga dapat berpengaruh pada turunnya kualitas dan kuantitas pada produksi tanaman kopi.
Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini berpengaruh langsung sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas hasil biji kopi pasar. Pada tingkat serangan di lapangan sekitar 20%, penurunan produksi diperkirakan mencapai sekitar 10%, kondisi ini belum termasuk penurunan kualitas karena banyaknya biji berlubang akibat serangan PBKo. Kerugian yang timbul akibat serangan hama PBKo menjadi semakin signifikan karena di samping secara langsung menurunkan produksi fisik juga menurunkan mutu yang berakibat penurunan harga biji kopi yang dihasilkan (Yahmadi, 2000).

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kerusakan tanaman
kopi yang disebabkan oleh H. hampei Ferr. pada lahan pertanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara. Hipotesis
• Ada perbedaan intensitas serangan pada masing-masing daerah pengamatan/pengambilan sampel.
• Ada perbedaan persentase kehilangan hasil pada masing-masing umur/warna buah kopi.
• Ada perbedaan kepadatan populasi hama pada setiap stadia hama dan masing-masing umur/warna buah kopi.
Manfaat Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian secara nyata terhadap produksi kopi di Indonesia (Gambar 1).
Gambar 1 : H. hampei Ferr. Biologi dasar dan ekologi PBKo telah ekstensif ditinjau. Kumbang betina (Panjang 1,4 – 1,6 mm) menyerang buah kopi yang berumur sekitar delapan minggu setelah berbunga sampai dengan waktu panen ( > 32 minggu). Hama ini membuat lubang/menggerek buah pada bagian dalam endosperm buah kopi, menyebabkan dua jenis kerusakan, yaitu jatuhnya buah muda lebih awal, dan kerugian kualitatif dan kuantitatif dalam kopi dimana buah kopi secara berkelompok. Dinamika populasi, dan pola infestasi oleh PBKo yang erat kaitannya dengan faktor iklim seperti curah hujan dan kelembaban relatif, serta fisiologi tanaman kopi. Isi bahan kering dari buah kopi adalah faktor yang paling penting menentukan serangan oleh PBKo dan kecepatan penetrasi ke dalam buah kopi (Jaramilo et al., 2006).

Biologi Hypothenemus hampei Ferr. Hama ini dikenal sebagai hama Bubuk Buah Kopi (BBK) terrmasuk
kedalam famili Scolytdae, ordo Coleoptera. Hama ini hanya menyerang dan berkembangbiak pada berbagai jenis kopi. Serangga masuk dari ujung buah baik biji yang masih di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah. Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10% (Prastowo et al, 2010).
Serangga hama PBKo mengalami 4 tahap perkembangan, yaitu telur, ulat (larva), kepompong (pupa) dan dewasa (imago) yang memerlukan waktu selama 25 – 35 hari. Saat ini pengendalian hama PBKo yang telah diterapkan oleh pekebun, yaitu dengan cara sanitasi (petik bubuk, rampasan, lelesan), penggunaan agens hayati dengan jamur Beauveria bassiana dan menggunakan pestisida nabati. Cara pengendalian dengan sanitasi terutama dilakukan di perkebunan besar karena cara tersebut memerlukan disiplin tinggi dan serentak. Penerapan pada perkebunan rakyat menuntut kedisplinan yang tinggi dan hanya bisa dilakukan pada pertanaman kopi yang masa panennya pendek. Pertanaman kopi dengan masa panen pendek umumnya hanya terjadi di areal pertanaman kopi yang memiliki tipe iklim kering tegas, seperti di Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan. Untuk areal yang terletak di daerah dengan iklim basah umumnya sulit dilakukan cara pengendalian sanitasi, karena tanaman kopi berbuah sepanjang tahun sehingga panen hampir terus-menerus sepanjang tahun (Wiryadiputra, 2006)
PBKo perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7


mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar 0,6 – 0,7 mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5 – 9 hari. Stadium larva 10 – 26 hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1.200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari. Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari (PCW, 2002 & Susniahti et al, 2005).
Telur berbentuk lonjong, kristal dan kekuningan agak tua. panjangnya bervariasi mulai dari 0.52-0.69 mm. Seekor betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 37 butir. Stadia telur selama 5-9 hari (Gambar 2).
Telur H. hampei
Gambar 2 : Telur H. hampei Ferr. Telur diletakkan di dalam biji kopi, menetas dan berkembang di dalamnya sampai buah kopi matang, baik yang masih di pohon maupun yang gugur di tanah. Serangga betina dewasa yang siap bertelur, aktif pada sore hari antara pukul 16.00-18.00 dan dapat terbang sejauh 350 m. Serangga jantan tinggal dalam biji kopi karena tidak dapat terbang (Barrera, 2008).

Larva berwarna putih kekuningan, tanpa kaki, dengan tubuh berbentuk huruf C dan lebih lebar di dada (Gambar 3).
Larva H. hampei
Gambar 3 : Larva H. hampei Ferr. Kepala coklat muda, dengan terlihat dan rahang ke depan meluas. Rambut terlihat tersebar di kepala dan tubuh. Panjang larva pada instar terakhir adalah 1,88-2,30 mm, dengan stadia larva selama 10-21 hari (Barrera, 2008). Pupa. Ketika larva mengalami fase istirahat (pre pupa) selama 2 hari sebelum berpupa. Pra-pupa mirip dengan larva, tapi warnanya putih susu, tubuhnya kurang melengkung, dan belum dapat makan (Gambar 4).
Pupa H. hampei
Gambar 4 : Pupa H. hampei Ferr. Pupa berwarna putih susu dan kekuningan. Banyak karakteristik serangga dewasa dapat terlihat pada tahap pupa. Pupa memiliki ukuran yang bervariasi dari

1,84-2,00 mm. Stadia pupa berlangsung selama 4-6 hari tetapi ada kalanya sampai 8 hari (Najiyati dan Danarti, 1999).
Imago, menurut Barrera bentuk serangga dewasa memanjang dengan tubuh silinder sedikit melengkung ke arah akhir perut, ukuranya kurang lebih 1,50-1,78 mm dan lebar nya 0,6-0,7 mm. tubuhnya berwarna cerah hitam, meskipun berwarna kekuningan ketika muncul dari pupa. Serangga dewasa betina dapat hidup selama 156-282 hari, sedangkan serangga jantan selama 103 hari. Serangga betina selanjutnya membuat lubang pada ujung buah (discus) untuk meletakkan telurnya di dalam biji kopi (Gambar 5).
Gambar 5 : Imago H. hampei Ferr. Kepala coklat muda, dengan terlihat dan rahang maju – memanjang. Bulu yang terlihat tersebar di seluruh kepala dan tubuh. Kumbang betina berukuran dua kali lebih besar dari ukuran jantan. Kumbang betina mudah dibedakan dari jantan karena ukurannya lebih besar. Serangga dewasa mencari perlindungan di dalam buah hitam, yang sudah kering. Serangga dewasa betina muncul secara besar besaran dari buah kopi tua pada waktu curah hujan yang pertama, dan mulai menyerang buah kopi mulai dari awal panen (Vega, 2008). Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir di dalam biji kopi. Setelah menetas menjadi larva, larva menjadi kepompong

di dalam biji. Setelah dewasa kumbang keluar dari kepompong. Kumbang jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebangian kumbang betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi (Gambar 6). Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga menetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidupnya (Hindayana et al, 2002).

Larva


Pupa

Telur

Imago

Gambar 6 : H. hampei Ferr. Gejala Serangan
Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1994 dalam Ramlan et al, 2010).

Gejala serangan hama PBKo dapat terjadi pada buah kopi yang masih muda maupun yang sudah tua (masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk (Ernawati et al, 2008).
Kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lobang, tang terdapat dekat dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna coklat dan hiatam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya mencapai 20 ekor (AAK, 1991).
PBKo menyerang buah berwarna hijau, buah matang dan kering atau buah yang biasanya terdapat lubang pada bagian apikalnya. Lubang terletak di pusat atau pusat lingkaran buah dan daya gerekan dapat diamati melalui lubang ini. Serangan hama ini mengurangi hasil hasil dan mempengaruhi mutu biji. Semua varietas kopi komersial dan spesies tanaman kopi diserang oleh serangga ini (Barrera, 2012).
Kerusakan yang disebabkan oleh PBKo adalah buah yang belum matang dan buah kopi yang sudah matang, tidak menyebabkan kerusakan pada daun, cabang atau batang. Hama PBKo betina yang sudah dewasa masuk ke dalam endosperm biji kopi. Serangan hama PBKo ini menyebabkan tiga jenis kerugian ekonomi yaitu : (i) memakan isi endosperm kopi dan menyebabkan penurunan hasil dan kualitas produk akhir; (ii) karena kerusakan buah yang sudah matang, sehingga buah menjadi rentan terhadap infeksi (penyakit) dan serangan hama lainnya; dan (iii) ketika buah matang yang tersedia tidak mencukupi, yaitu pada awal musim atau pada saat pemanenan dilakukan, buah yang masih hijau pun akan diserang, kumbang betina sering membuat buah yang sudah matang jatuh ke tanah sebelum akhirnya dipanen (Damon, 2000).

Pengendalian Sebuah strategi manajemen hama terpadu digunakan terhadap penggerek
buah kopi. Taktik utama adalah budidaya yang baik, pengendalian hayati, penggunaan perangkap dengan berumpan atraktan, dan kontrol kimia dengan insektisida sintetis (Barrera, 2012).
Komponen teknologi yang berkaitan dengan budi daya tanaman sehat telah diterapkan oleh petani. Komponen teknologi tersebut meliputi: (a) pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga; (b) pembangunan saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan; (c) pendangiran sesuai dengan kondisi tanaman; (d) penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah; dan (e) pemetikan (panen) sesuai anjuran, yaitu petik lesehan, petik merah/tua, dan petik racutan (Agustian, 2008).
Pelestarian musuh alami pada tanaman kopi telah dilakukan untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit di kebun. Dalam pengendalian hama dan penyakit, petani menggunakan cara melalui pengamatan ekosistem dan membuat kondisi lingkungan agar tidak sesuai bagi perkembangbiakan hama dan penyakit, misalnya dengan membersihkan areal pertanaman kopi dari gulma yang mengganggu, memetik buah secara teratur. Pengendalian hama penyakit lebih mengutamakan cara mekanik, biologi, dan penggunaan pestisida nabati. Apabila populasi hama tetap tinggi, petani dapat menggunakan pestisida kimiawi sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Agustian, 2008).

Cephalonomia stephanoderis Betrem (Hymenoptera , Bethylidae) adalah parasitoid Afrika yang telah diperkenalkan di beberapa Negara Amerika dan negara-negara Karibia selama 20 tahun terakhir untuk mengontrol biologis H. hampei, C. stephanoderis adalah ectoparasitoid soliter yang menyerang telur, larva, dan pupa H. hampei. Parasitoid betina masuk ke dalam buah yang terinfestasi oleh PBKo masuk lubang dan jika ada cukup inang, parasitoid ini akan menetapkan di dalam secara permanen, parasitoid betina dapat hidup pada semua tahap pengembangan penggerek kopi dari mulai kepompong sampai setelah dikembangkan telur matang menjadi menetas kembali . Setelah terjadinya periode oviposisi. Serangga betina yang sudah dewasa tetap berada dalam buah sampai selesai siklus perkembangan keturunan. Serangga betina C. Stephanoderis yang masih muda langsung pergi setelah kawin dan mencari inang baru untuk mengulangi siklus. Dibutuhkan 16-20 hari di 27° C selama parasitoid masih mengembangkan dari telur hingga dewasa. Parasitoid betina hidup lebih lama dibandingkan jantan, dan oviposit rata-rata 66 telur seumur hidup 80 hari (Gomez et al, 2012). Bioekologi
H. hampei betina menelur 2 hari setelah kolonisasi. Periode perkembangan berlangsung 30, 42, dan 49 hari pada suhu masing masing 26, 23.4, dan 28.oC. Rasio jenis kelamin (atau proporsi jantan dan betina) ditemukan13 betina dan satu jantan. Dilaporkan bahwa rata-rata 10 betina banding 1 jantan. Jantan tidak mampu untuk terbang dan tetap dalam buah kopi sepanjang hidupnya. Namun, betina bukanlah partenogenesis dan memerlukan pembuahan untuk menghasilkan telur (Rojas et al, 1999).

Sesuai penelitian tentang proyek dampak potensi pemanasan global dengan ambang batas bawah dan ambang batas atas untuk perkembangan hama PBKo yang telah dilakukan, suhunya diperkirakan mencapai 14,9 dan 32 oC. Penelitian juga berfokus pada bagaimana menggunakan warna untuk mengurangi tingginya intensitas serangan penggerek buah kopi sebagai akibat dari suhu musiman yang lebih tinggi diprediksi di daerah produksi kopi (Vega et al, 2009).
Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perkembangan hama PBKo. Pada ketinggian antara 400–1.000 m dpl dapat terserang berat sedangkan pada ketinggian 1.500 m dpl tidak mengalami serangan yang berarti (Riyatno, 1990). Ternyata serangan hama PBKo ini juga cukup tinggi hingga pada daerah dengan ketinggian 1.300 m dpl. Berarti serangan hama PBKo cukup tinggi pada daerah dengan ketinggian 1.500 serangan PBKo rendah, meskipun secara statistik tidak ada pengaruh ketinggian tempat terhadap serangan hama PBKo (Syahnen et al, 2010).
Secara umum, buah diisi oleh suatu serangga betina. Jika polong kopi berair, serangga cenderung untuk meninggalkan dan biji biasanya membusuk. Tetapi jika konsistensi biji adalah cukup keras, serangga betina menggerek sebuah lubang di mana ia meletakkan telur. Telur diletakkan satu persatu, membentuk kelompok kecil dalam biji kopi. Serangga betina meletakkan dari satu sampai tiga butir per hari selama pertama 15-20 hari, setelah itu peletakan telur berkurang secara bertahap. Serangga betina generassi kedua dan larva membuat gerekaan di dalam biji, di mana mereka juga makan,. Sebagai keturunan dewasa pertama muncul, populasi dalam sebuah biji biasanya terdiri dari 25-30 ekor di semua tahap perkembangan, yang ada sekitar sepuluh ekor betina untuk satu jantan.

Setelah panen kopi, penggerek tersebut terus menggerek kopi di gudang di lokasi dengan curah hujan yang rendah, di mana ada jelas periode antara panen, serangga dewasa mencari perlindungan dalam buah hitam, buah kering (Barrera, 2012). Preferensi
Mengenai preferensi warna, studi laboratorium telah menggunakan warna hijau, kuning, merah, dan kopi hitam serta kopi yang diberi perlakuan yang terbuat dari bola polystyrene untuk menetukan yang satu lebih disukai oleh serangga. Hasil menunjukkan preferensi untuk kopi merah dan hitam, baik dalam buah nyata dan produksi kopi di lapangan, di mana serangga mulai menyerang buah kopi hijau dan faktor yang menentukan bagi tingkat keberhasilan dalam menggerek adalah kandungan bahan kering, yang harus lebih dari 20%. Dari hasil di laboratorium menunjukkan preferensi untuk kopi yang berwarna merah atau hitam, sehingga tidak mungkin untuk memiliki produksi yang signifikan di lapangan, karena pada saat kopi mencapai warna merah atau hitam, kopi telah diserang oleh serangga. Dalam penggunaan perangkap, menunjukkan bahwa perangkap berwarna merah menghasilkan penangkapan serangga yang lebih tinggi (Vega et al, 2009).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan
Maret. Penelitian ini dilakukan di empat Kecamatan dan dalam satu kecamatan terdiri dari dua desa yaitu sebagai berikut : 1. Kecamatan Muara
- Desa Huta Ginjang (ketinggian 1.570 mdpl) - Desa Aritonang (ketinggian 988 mdpl) 2. Kecamatan Pangaribuan - Desa Lumban Sormin (ketinggian 1.215 mdpl) - Desa Sibingke (ketinggian 1.164 mdpl) 3. Kecamatan Siborongborong - Desa Pasar Siborongborong (ketinggian 1.256 mdpl) - Desa Parik Sabungan (ketinggian 1.435 mdpl) 4. Kecamatan Sipahutar - Desa Aek Nauli IV (ketinggian 1.203 mdpl) - Desa Siabal Abal V (ketinggian 1.170 mdpl)
Pengamatan dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Peratanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan tanaman kopi Arabica (Coffea arabica), Hypothenemus hampai Ferr. label, plastik, tali.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau scalpel, kaca pembesar, mikroskop, cawan petridish, kalkulator, kamera digital, timbangan analitik, alat tulis dan buku data. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti sedangkan sampel adalah sebagian kecil dari populasi, merupakan objek yang akan diteliti sudah di sortir berdasarkan kualitasnya. Populasi dari penelitian ini adalah kebun kopi yang dibagi dalam empat Kecamatan dan sampel penelitian ini adalah 10% dari keseluruhan populasi tanaman kopi pada setiap kebun yang diambil pada lima titik. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling (pengambilan sampel secara sengaja) di empat Kecamatan yang memiliki areal pertanaman kopi yang sudah dapat dipanen buahnya. Setiap Kecamatan diambil dua desa untuk lokasi pengamatan dengan masing-masing sebanyak lima titik pengambilan sampel.
Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan di Lapangan Pemilihan Lokasi Kebun
Pemilihan lokasi kebun pada masing-masing desa dilakukan untuk menentukan kebun yang akan dilakukan sebagai tempat diambilnya sampel yang akan diteliti. Kebun yang menjadi sumber untuk mendapatkan sampel berada di Kecamatan Muara, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.

Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel Areal kebun pertanaman Kopi dibagi atas 5 (lima) petak pengambilan
sampel berdasarkan arah mata angin :Utara (T1), Selatan (T3), Timur (T2), Barat (T4) dan Tengah (T5). Masing-masing titik terdiri dari beberapa pohon dengan jumlah sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi kebun kopi yang terbagi atas 5 titik. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel yang diperlukan sesuai kriteria kualitas dan jumlah yang telah ditentukan. 2. Pelaksanaan di Laboratorium Identifikasi Hama
Sampel yang telah dikumpulkan dari 5 titik dibawa ke Laboratorium Hama diidentifikasi dengan cara menetapkan serangga yang diamati dengan menggunakan alat bantu identifikasi yaitu loupe dan mikroskop. Perhitungan Persentase Kehilangan Hasil
Buah kopi yang telah dibawa ke laboratorium dilakuakan penghitungan persentase kehilangan hasil dengan cara menimbang berat utuh buah kopi yang terserang, kemudian menimbang kembali buah setelah hama yang berada di dalam buah dikeluarkan. Perhitungan Populasi Hama.
Sampel yang telah dikumpulkan dari lapangan dan telah diamati, di teliti serta dilakukan penghitungan terhadap keberadaan H. hampei yang ada di dalam buah sebagai data yang akan diolah.

3. Peubah Amatan a. Intensitas serangan Hypothenemus hampei pada pohon yang diamati.
Intensitas serangan Hypothenemus hampei dihitung dengan cara: - Ditetapkan pohon sampel pada masing-masing titik pengambilan sampel
pada areal pertanaman kopi. - Dipilih 4 cabang pada setiap pohon dengan posisi cabang berada di bagian
tengah pohon. - Diamati intensitas serangan pada buah kopi pada setiap sampel. - Dihitung intensitas serangan H .hampei tanaman kopi yang diamati, dengan
menggunakan rumus:
A
I = x 100%
B
Keterangan : I = Intensitas Serangan (%) A = Jumlah buah kopi yang terserang B = Jumlah keseluruhan buah kopi (Swibawa dan Hamim, 2011). b. Persentase Kehilangan Hasil Pengambilan data dilakukan dengan mengambil dan menimbang kopi yang terserang pada masing-masing titik pengambilan sampel, kemudian menimbang kembali buah kopi setelah hama yang berada di dalam biji kopi dikeluarkan dari biji kopi. Di setiap kebun terdiri dari 50 buah kopi berwarna merah, 50 buah kopi berwarna kuning, dan 50 buah kopi berwarna hijau yang yang terbagi dalam 5 titik pengamatan sampel. Ditimbang buah kopi tersebut dan di hitung persentasi kehilangan berat dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

A-B P = x 100%
A

P = Persentase kehilangan berat (%)

A = Berat buah sehat (g)

B = Berat buah terserang (g) (Swibawa dan Hamim, 2011).

*Masing-masing jumlah buah, ukuran, dan warnanya harus sama

c. Kepadatan Populasi - Rata-rata kepadatan populasi pada buah berwarna hijau - Rata-rata kepadatan populasi pada buah berwarna kuning - Rata-rata kepadatan populasi pada buah berwarna merah Menentukan kepadatan populasi dilakukan dengan cara menghitung buah kopi yang sudah terserang H. hampei atau 50 buah / masing-masing warna buah yang ada pada 5 titik pengambilan sampel. Hal serupa dilakukan pada empat kebun penelitian lainnya.

d. Analisis Data Pemeriksaan regresi antara variabel x dan variabel y yang digunakan
koefisien regresi linier sederhana sebagai berikut :

Y = a + bX

Keterangan : Y = Variabel tidak bebas X = Variabel bebas a = Konstanta b = Koefisien regresi / slop (Sastrosupadi, 2000).

Analisis regresi digunakan untuk menguji apakah regresi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan statistik untuk signifikan = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Adapun Analisis regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Regresi Antara Intensitas Serangan dengan Persentase Kehilangan Hasil
Untuk menganalisi regresi antara intensitas serangan dengan persentase kehilangan hasil ditentukan 2 variabel yaitu intensitas serangan sebagai variabel bebass (x) dan persentase kehilangan hasil sebagai variabel tidak bebas (y). 2. Regresi Antara Intensitas Serangan dengan Kepadatan Populasi
Untuk menganalisis regresi antara intensitas serangan dengan kepadatan populasi ditentukan 2 variabel yaitu intensitas serangan sebagai variabel bebas (xl) dan persentase kehilangan hasil sebagai variabel tidak bebas (y). 3. Regresi Kepadatan Populasi dengan Persentase Kehilangan Hasil
Untuk menganalisis regresi antara kepadatan populasi dengan persentase kehilangan hasil ditentukan 2 variabel yaitu kepadatan populasi terjadi sebagai variabel bebas (xl) dan persentase kepadatan populasi sebagai variabel tidak bebas (yl).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Intensitas Serangan Hama PBKo Hypothenemus hampeii di Kabupaten Tapa

Dokumen yang terkait

Ekologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei) Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica)Di Kabupaten Pakpak Bharat

3 56 139

INTENSITAS SERANGAN DAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN KOPI RAKYAT AKIBAT HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei ferr.)

0 5 12

Intensitas Serangan dan Estimasi Kehilangan Hasil pada Tanaman Kopi Rakyat Akibat Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei ferr.)

1 9 12

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

2 15 84

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 14

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

2 4 2

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 4

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 11

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 3

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

0 2 24