Laporan Akhir Tahun Formulir BOS-K10

43 a. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima tidak melebihi Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong; b. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima tidak melebihi Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah, namun jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka pada saat jumlah seluruh upah telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah harus dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 atas jumlah bruto upah setelah dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang sebenarnya; c. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima lebih dari Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka harus dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 dari jumlah upah harian atau rata-rata upah harian di atas Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah; d. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima lebih dari Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka pada saat jumlah seluruh upah telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, harus dihitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong dengan menerapkan tarif 5 atas jumlah bruto upah setelah dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang sebenarnya. Catatan: Besaran upah harian yang terutang pajak penghasilan PPh pasal 21 jika mengalami perubahan maka mengikuti perubahan yang terbaru. 43 44

BAB VIII PENGAWASAN, PEMERIKSAAN DAN SANKSI

A. Pengawasan

Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat. 1. Pengawasan Melekatyang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupatenkota maupun sekolah. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD Pendidikan KabupatenKota kepada sekolah. 2. Pengawasan Fungsional Internal oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud serta Inpektorat Daerah Provinsi dan KabupatenKota dengan melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit. 3. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP dengan melakukan audit atas permintaan instansi yang akan diaudit. 4. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK sesuai dengan kewenangan. 5. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOSoleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah, KabupatenKota, Provinsi dan Pusat. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

B. Sanksi

Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara danatau sekolah danatau siswa akan dijatuhkan oleh aparatpejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya: 44