Konsep Kecemasan TINJAUAN PUSTAKA

f. Mengambil Plasenta Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta. g. Menjahit Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga tetutup semua. Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91 5. Fase Pembedahan Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi. b Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. c Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah Bare,et all, 2002, hal. 426.

B. Konsep Kecemasan

1. Defenisi Menurut Post 1978, kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan ditandai oleh perasaan-perasaan subjekif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat. Menurut Videbeck 2008, hal. 12 kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak Universitas Sumatera Utara nyaman atau takut atau memiliki firasat akan ditimpa malapetaka menyenangkan padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Menurut Suliswati 2005, hal. 108-109 kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama dalam beberapa situasi dan hubungan intepersonal. 2. Etiologi Cemas Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri semdiri didalam lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi Sundari, 2005. Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari dua faktor yaitu : a Faktor Internal seperti tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri. b Faktor Eksternal adalah dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, threat ancaman, conflik pertentangan, fear ketakutan, unfuled need kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3. Tanda-Tanda Umum Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh yang mengalami gangguan kecemasan antara lain adalah penyataan cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiranya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, Universitas Sumatera Utara mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan- keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya Hawari, 2001, hal. 66-67. 4. Tingkat Kecemasan Menurut Dalami 2009 ansietas atau kecemasan terdapat dalam 4 tingkatan, setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat kecemasan atau ansietas yaitu : a. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi kecemasan ringan adalah : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan emosinya adalah : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi. b. Kecemasan Sedang Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan sedang adalah : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, konstipasi atau diare, gelisah., sedang respon perilaku dan emosinya adalah : Universitas Sumatera Utara gerakan tersentak-sentak mremas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman. c. Kecemasan Berat Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang kecil spesifik dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon perilaku dan emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat. d. Kecemasan Panik Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, sedang respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau. 5. Respon Psikologi Suami a. Merasa Tersingkir Beberapa pria mungkin menunjukan kepedulian akan istrinya, sedangkan pria lain justru merasa kesepian dan terasing karena istrinya secara fisik dan emosional terikat dengan calon anak mereka. Pria yang demikian memiliki kemungkinan mencari kenikmatan dan dukungan atas sikap mereka di luar rumah atau melibatkan diri dalam suatu hobi baru atau membenamkan diri dalam pekerjaan. Universitas Sumatera Utara b. Respon Emosi Pria menunjukan berbagai respon emosi dalam menghadapi persalinan istrinya, diantaranya adalah, 1. Gaya pengamat didefenisikan sebagai sifat yang menjauhi kehamilan istrinya, 2. Gaya ekspresif dikenal sebagai respon emosi yang kuat terhadap kehamilan dengan keinginan untuk menjadi pasangan secara penuh, 3. Gaya instrumental diperlihatkan oleh pria yang menekankan bahwa tugasnya harus diselesaikan dan memandang dirinya sebagai “pengurus atau manager kehamilan”. c. Mimpi Kehamilan Bagi para calon ibu dan ayah , kehamilan adalah masa intensnya perasaan, perasaan bisa naik turun dari perasaan antisipasi yang gembira sampai ke kecemasan yang menimbulkan kepanikan, kemudian kembali lagi. Tidak mengherankan bila perasaan ini mencari jalan keluar dalam mimpi, di mana bawah sadar suami bisa menindak lanjuti dan menyelesaikanya dengan aman. Mimpi tentang seks terutama jika dengan pasangan lain adalah alam bawah sadar yang mengatakan apa yang mungkin sudah diketahui bahwa ia khawatir bahwa kehamilan dan mempunyai anak akan mempengaruhi hubungan seksualnya. Seorang suami bisa bermimpi menjadi anak-anak lagi, yang bisa mengungkapkan ketakutan yang wajar akan tanggung jawab yang mendatang dan keriduan akan tahun-tahun kebebasan yang sudah berlalu. Ia bisa bermimpi bahwa ia sendirilah yang hamil, ini mengungkapkan simpati akan beban yang ditanggung oleh istrinya, atau karena dilubuk hatinya khawatir bahwa pengasuhan akan membuat kejantanannya berkurang. d. Melamunkan Calon Bayi Dalam banyak hal pria mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dengan cara sama yang dilakukan wanita dalam mempersiapkan diri untuk menjadi ibu, misalnya Universitas Sumatera Utara menbaca, membayangkan, dan melamunkan bayinya. Pria menyesuaikan segala kegiatan yang dahulu biasa dilakukan dengan tanggung jawabnya yang baru sehingga memungkinkan menyediakan waktu untuk keluarga barunya. Melamun merupakan bentuk bermain peran atau persiapan psikologis menyambut bayi, yang sering dilakukan selama beberapa minggu terakhir sebelum bayi lahir. Pria jarang sekali menceritakan lamunannya kecuali jika mereka diyakinkan behwa melamun merupakan hal yang normal dan sering ditemui. Sebagian calon ayah terlibat dengan memilih nama dan menduga jenis kelamin calon bayinya. Saat persalinan berlangsung kebanyakan otangtua dapat menerima jenis kelamin bayinya., tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan diungkapkan degan jelas. Orangtua mungkin merasa sedih melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai menerima anaknya yang nyata Bobak, 2005. 6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami a. Kecemasan karena Indikasi Persalinan Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada situasi yang tidak menentu, artinya suami tidak tahu secara pasti kondisi saat-saat menjelang persalinan. Kondisi inilah yang memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang dicemaskan dan ketidaksiapan suami dalam menunggu proses persalinan sang istri karena adanya ketakutan seperti apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan semestinya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal. Selain suami mencemaskan kondisi istrinya, masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami diantaranya masalah rumah tangga, keadaan sosial ekonomi. Universitas Sumatera Utara b. Kecemasan Akan Tanggung Jawab Finansial May 1982 menemukan bahwa kesiapan calon ayah menyambut persalinan dicerminkan dalam tiga aspek : 1. Keuangan yang relatif cukup, 2. Hubungan yang stabil dengan pasangan, 3. Kepuasan dalam hubungan tanpa anak. Banyak pria menyatakan kekhawatirannya akan ekonomi keluarga yang tidak aman. Para calon ayah merasa khawatir akan perannya sebagai orang tua dan efeknya pada kehidupanya. Kekhawatiran yang paling umum adalah, apakah ia akan menjadi ayah yang baik? apakah hubungannya dengan istri akan berubah? Bagaimana ia dan istri akan membagi pekerjaan pengasuhan anak? bagaimana ia bisa melanjutkan jadwal kerja sekaligus menjadi ayah yang baik? serta mampukah ia membiayai keluarga yang lebih besar? Terutama di masa sekarang, ketika biaya perawatan anak semakin meninggi, banyak calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini. Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru. c. Ketakutan Menjadi Calon Ayah Pada Anak Pertama Setiap calon ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi perilakunya terhadap suatu kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan peran sebagai orang tua. Ingatan calon ayah bagaimana ia dulu dirawat ayahnya, pengalamannya merawat anak, dan persepsinya terhadap peran pria dan ayah dalam kelompok budaya dan sosialnya akan mengarahkan pilihanya dalam menetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan ia pikul. Sebagian pria akan sangat termotivasi untuk mengasuh dan mengasihi seorang anak. Mereka mungkin bersemangat dan senang menyongsong peran ayah. Pria yang mempunyai rasaa percaya diri, pengaturan keuangan, dan kondisi kerja yang baik Universitas Sumatera Utara tampaknya lebih mudah terlibat dalam peran sebagai seorang ayah dalam rencana hidupnya. Pria dalam penelitian dinyatakan bahwa pria dikenal sebagai penolong atau pencari nafkah keluarga, tetapi mereka merasa asing akan pengalaman kehamilan. Mereka merasa, tidak memiliki contoh untuk berperan sebagai ayah baru. Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah : a. Dukungan emosi. Sumber utama dukungan pria adalah pasanganya. Dukungan ini harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberi asuhan tambahan terhadap kebutuhanya istrinya. Oleh karena itu, para ayah perlu mencari dukungan dari keeluarga dan teman-teman. b. Dukungan instrumental. Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga atau teman, jika memerlukan bantuan. c. Dukungan informasi. Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberi nasehat tentang cara menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul. d. Dukungan penilaian. Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria yang dapat ia gunakan untuk mengukur keterampilanya d. Pengalaman Persalinan Istri Sebelumnya Pengalaman suami menunggu persalinan istri sebelumnya dapat mengurangi kecemasan karena memiliki pengalaman untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan. Pengalaman yang buruk atau traumatik pada persalinan pertama atau sebelumnya akan meningkatkan kecemasan suami dengan mengingat kembali proses yang dialaminya karena mengingat keadaan yang sama sebagai ancaman bagi kehidupanya Murkoff, 2006. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Konsep Penelitian

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan Notoatmodjo, 2003. Penelitian ini bersifat deskripitif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif Setiadi, 2007. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka peneliti mengembangkan kerangka konsep peneliti yang berjudul “Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi Sectio Caesarea pada Istri di Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2011”. Dapat digambarkan sebagai berikut : Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Tingkat Kecemasan Suami menghadapi sectio caesarea pada istri 1. Berdasarkan paritas 2. Berdasarkan Indikasi Sectio Caesaria pada Istri 3. Berdasarkan sumber pembiayaan sectio caesarea pada istri Universitas Sumatera Utara