Gambaran Kecemasan Suami menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

(1)

GAMBARAN KECEMASAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI BERSALIN NORMAL PADA PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT BERSALIN SUNDARI MEDAN

DEBY LULFI HANUM NASUTION 145102195

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Nama program : D-IV Bidan Pendidik USU Nama peneliti : Deby Lulfi Hanum Nasution

Judul penelitian : Gambaran Kecemasan Suami menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin

Sundari Medan Tahun 2015 ABSTRAK

Latar Belakang: Persalinan adalah proses keluarnya bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari dalam rahim. Persalinan merupakan pengalaman yang penuh dengan kecemasan baik bagi ibu bersalin maupun keluarga, terutama suami sebagai orang terdekat ibu bersalin. Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga mengalami serangan panik dan ketakutan.

Tujuan: Mengetahui tingkat kecemasan suami saat menghadapi istri bersalin normal pada primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Tahun 2015.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel penelitian: 30 suami yang menghadapi istri bersalin normal, instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Analisa data menggunakan analisa univariat.

Hasil: Berdasarkan umur suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah 20-25 tahun dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 64,7%. Berdasarkan suku suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah suku Batak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 46,7%. Berdasarkan pendidikan suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah SMA dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 53,8%. Berdasarkan pekerjaan suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah karyawan dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 54,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri dengan mayoritas kecemasan sedang sebanyak 46,7% dan berat sebanyak 46,7%.

Kesimpulan dan saran: Tingkat kecemasan suami saat menghadapi istri primigravida bersalin normal mengalami kecemasan sedang dan berat. Diharapkan kepada rumah sakit bersalin menyediakan tempat khusus untuk memberikan konseling kepada suami yang akan mendampingi istri bersalin normal.


(5)

Name of the program : D-IV Midwife Educator USU Name of researchers : Deby Lulfi Hanum Nasution

Title of research : Anxiety Overview Husband Wife Face Normal Birth At The Maternity Hospital Primigravid Field Sundari 2015

ABSTRACT

Background: Childbirth is the process of release of the baby, placenta and membranes out of the womb. Childbirth is an experience full of anxiety both for mothers and families, especially the husband as the closest maternity. People who suffer from general anxiety disorder may also experience panic attacks and fear.

Research purposes: To determine the level of anxiety when the husband and wife face normal birth at the Maternity Hospital Sundari 2015.

Methodology: This study is a descriptive study. Sampling in This study uses total sampling technique with a sample of 30 research husband and wife facing a normal birth, the research instrument using Hamilton Anxiety Rating Scale questionnaire. This analysis using univariate.

Results:By age husband wife face normal birth is 20-25 years with moderate anxiety level as much as 64.7%. Based husband tribe wife face normal birth is Batak tribe with anxiety level was as much as 46.7%. Based education delivery husband wife face normal is high school with anxiety level was as much as 53.8%. Based on the work of the husband who face the normal maternity wife is an employee with severe anxiety level as much as 54.5%. The results showed that the level of anxiety in the face of labor husband and wife with the majority of moderate and severe anxiety as much as 46.7%.

Conclusions and suggestion: The level of anxiety when faced wife husband normal birth at the Maternity Hospital Sundari 2015 mostly moderate anxiety and severe anxiety.

Expected to maternity hospital to give a special place to provide counseling to the husband who will accompany normal birthing wife.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini serta shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya di hari kemudian.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan (STr.Keb) di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Gambaran Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015 ”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat di manfaatkan oleh semua pihak .

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan sebagaimana mestinya, oleh karena itu perkenankanlah peneliti menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormat:

1. dr. Dedi Ardianta, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Pelaksana Program

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

3. Salbiah, S.kp. M.Kep selaku Pembimbing yang telah memberikan segenap arahan, bimbingan dan dan petunjuk serta waktu luang selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Kepala Rumah Sakit Bersalin Sundari yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh Staf Dosen Karyawan/i Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah banyak memberi pengetahuan dan dorongan serta motivasi kepada penulis.

6. Sembah sujud Penulis yang tidak terhingga kepada yang tersayang Ayahanda H. Irwan Effendi Nasution SH MH dan Ibunda tercinta Hj. Rabiatun Adawiyah Harahap SH yang telah banyak memberikan doa dan dukungan secara moril dan material serta mengasuh penuh kasih.

7. Yang penulis sayangi Aviq Darori Harahap, abang H. Syarif Rachman Hakim Nasution dan H. Mhd Syahdan Hamidi Nasution SH , yang telah memberikan perhatian dan dukungan sehingga penulis dapat Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata kepada Tuhan Yang Maha Esa peneliti berserah diri semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkah yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan , Juli 2015 Penulis

DEBY LULFI HANUM NASUTION NIM : 145102195


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan ... 6

1. Definisi ... 6

2. Etiologi cemas ... 6

3. Faktor Predisposisi ... 6

4. Bentuk cemas ... 7

5. Tingkat kecemasan ... 8

6. Cara mengukur kecemasan ... 10

7. Respon psikologi suami ... 12

B. PERSALINAN ... 13

1. Defenisi ... 13

2. Tanda-tanda awal persalinan ... 13

3. Nyeri persalinan ... 15

4. Pendamping persalinan ibu ... 16

C. Faktor-faktor yang menyebabkan suami cemas ... 21

1. Kecemasan akan kesehatan istri dan bayi ... 21

2. Harapan jenis kelamin ... 22

3. Tanggung jawab finansial ... 22

4. Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum... 22

5. Anak lahir cacat... ... 22

D. Kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal ... 23

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25

B. Definisi Operasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... . 28

1. Populasi ... 29

2. Sampel... 29

C. Tempat penelitian... 29

D. Waktu Penelitian………. ... 29

E. Etika Penelitian………... ... 29


(9)

G. Validitas dan reliabilitas……….. . 31

H. Prosedur pengolahan data………... 32

I. Pengolahan data………... 32

J. Analisis data... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Analisis univariat... 35

C. Pembahasan ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi berdasarkan data demografi responden di

Rumah Sakit Bersalin Sundari

Medan... ... 36 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Gejala yang dirasakan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan... 37 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015... 38 Tabel 5.4 : Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015... 38

Tabel 5.5 : Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015... 39

Tabel 5.6 : Tabulasi Silang Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015 ... 39 Tabel 5.7 : Tabulasi Silang Suku dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015... 40


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Gambaran Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp)

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan

Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian


(13)

Nama program : D-IV Bidan Pendidik USU Nama peneliti : Deby Lulfi Hanum Nasution

Judul penelitian : Gambaran Kecemasan Suami menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin

Sundari Medan Tahun 2015 ABSTRAK

Latar Belakang: Persalinan adalah proses keluarnya bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari dalam rahim. Persalinan merupakan pengalaman yang penuh dengan kecemasan baik bagi ibu bersalin maupun keluarga, terutama suami sebagai orang terdekat ibu bersalin. Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga mengalami serangan panik dan ketakutan.

Tujuan: Mengetahui tingkat kecemasan suami saat menghadapi istri bersalin normal pada primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Tahun 2015.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel penelitian: 30 suami yang menghadapi istri bersalin normal, instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Analisa data menggunakan analisa univariat.

Hasil: Berdasarkan umur suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah 20-25 tahun dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 64,7%. Berdasarkan suku suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah suku Batak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 46,7%. Berdasarkan pendidikan suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah SMA dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 53,8%. Berdasarkan pekerjaan suami yang menghadapi istri bersalin normal adalah karyawan dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 54,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri dengan mayoritas kecemasan sedang sebanyak 46,7% dan berat sebanyak 46,7%.

Kesimpulan dan saran: Tingkat kecemasan suami saat menghadapi istri primigravida bersalin normal mengalami kecemasan sedang dan berat. Diharapkan kepada rumah sakit bersalin menyediakan tempat khusus untuk memberikan konseling kepada suami yang akan mendampingi istri bersalin normal.


(14)

Name of the program : D-IV Midwife Educator USU Name of researchers : Deby Lulfi Hanum Nasution

Title of research : Anxiety Overview Husband Wife Face Normal Birth At The Maternity Hospital Primigravid Field Sundari 2015

ABSTRACT

Background: Childbirth is the process of release of the baby, placenta and membranes out of the womb. Childbirth is an experience full of anxiety both for mothers and families, especially the husband as the closest maternity. People who suffer from general anxiety disorder may also experience panic attacks and fear.

Research purposes: To determine the level of anxiety when the husband and wife face normal birth at the Maternity Hospital Sundari 2015.

Methodology: This study is a descriptive study. Sampling in This study uses total sampling technique with a sample of 30 research husband and wife facing a normal birth, the research instrument using Hamilton Anxiety Rating Scale questionnaire. This analysis using univariate.

Results:By age husband wife face normal birth is 20-25 years with moderate anxiety level as much as 64.7%. Based husband tribe wife face normal birth is Batak tribe with anxiety level was as much as 46.7%. Based education delivery husband wife face normal is high school with anxiety level was as much as 53.8%. Based on the work of the husband who face the normal maternity wife is an employee with severe anxiety level as much as 54.5%. The results showed that the level of anxiety in the face of labor husband and wife with the majority of moderate and severe anxiety as much as 46.7%.

Conclusions and suggestion: The level of anxiety when faced wife husband normal birth at the Maternity Hospital Sundari 2015 mostly moderate anxiety and severe anxiety.

Expected to maternity hospital to give a special place to provide counseling to the husband who will accompany normal birthing wife.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persalinan normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir. Bentuk-bentuk Persalinan:Persalinan Spontan, PersalinanBantuan, Persalinan Anjuran (Sumarah, dkk.,2009). Persalinan (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepalayang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang lebih 24 jam melalui jalan lahir (Depkes RI, 2001).

Pada tahun 2000 pemerintah merancangkan Making PregnancySafer (MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Salah satu strategi making pregnancy safer (MPS) adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI,2001).

Kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa penting yang dinantikan oleh sebagian besar perempuan karena membuat ibu menjadi seorang perempuan yang telah berfungsi utuh dalam kehidupannya. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh beberapa wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-minggu pertama


(16)

setelah melahirkan baik segi fisik maupun psikologis (Fatimah, 2009). Dibutuhkan partisipasi suami menghadapi istri dari mulai kehamilan sampai persalinan antara lain: memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan kesehatan terdekatminimal 4 kali selama kehamilan, memenuhi gizi bagi istri agar tidak terjadi kekurangan gizi (BKKBN, 2000).

Selama tahun 1970-an,berbagai organisasi wanita mulai menyampaikan agar pria diperbolehkan menemani pasangannya selama persalinan. Kebutuhan akan dukungan bagi calon ibu selama persalinan terjadi bersamaan kebutuhan para pria untuk mengambil bagian lebih besar didalam kehidupan keluarga. Berkembangnya peran baru pria sebagai anggota aktif didalam kehidupan keluarga, dan bukan sekedar pencari nafkah, telah diperluas dengan perannya didalam membantu kelahiran anak-anaknya. Tidaklah mudah untuk mengubah system rumah sakit yang tadinya melarang pria memasuki ruang bersalin. Namun kampanye tersebut ternyata sangat berhasil sampai sekarang, malahan sekarang ini banyak sekali penekanan pada suami untuk mendukung pasangannya selama persalinan sehingga suami dapat menjalankan peran ini(Nolan, 2004).

Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga mengalami serangan panik (eposide ketakutan yang berat dan mendadak atau teror). Orang yang mengalami kecemasan umum dan gangguan panik mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa ketakutan (Lukluk, 2011). Sekitar 11-65% suami mengalami gejala-gejala yang mirip seperti yang dialami oleh ibu hamil, misalnya: kram pada kaki, mual-mual, dan mengidam atau disebut juga couvades. Sebenarnya, semua gejala itu bersumber dari perasaan cemas dan kadang kala juga perasaan takut yang dialami suami (Nolan, 2004).


(17)

Cemas secara fisik menurut penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadi ansietas yang berlawanan dengan penyebab psikologis, salah satu faktor penyebab secara fisik yaitu adanya gangguan atau ketidakseimbangan pada fisik seseorang (Sullivan, 2000). Cemas secara psikologis dan emosional terwujud dalam gejala-gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkontraksi, perasaan tidak menentu dan sebagainya. Sedangkan secara fisiologis terwujud dalam gejala-gejala fisik terutama pada sistem saraf misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual-muntah, diare, nafas sesak disertai tremor pada otot. Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat sampai panik, setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu(Videbeck, 2008).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah ”Bagaimana Gambaran Kecemasan Dengan Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi Istri Yang Bersalin Normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Tahun 2015”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk Mengidentifikasi kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi data demografi kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

b. Untuk mengidentifikasi kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.


(18)

c. Untuk mengidentifikasi berdasarkan usia kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

d. Untuk mengidentifikasi berdasarkan tingkat pendidikan kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

e. Untuk mengidentifikasi berdasarkan pekerjaan kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015. f. Untuk mengidentifikasi berdasarkan suku kecemasan suami menghadapi istri

bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Suami

Sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan tentang persalinan. c. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan suami istri khususnya suami dimana istrinya akan menghadapi proses persalinan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan 1. Definsi

Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi(Videbeck, 2008). Ansietas adalah salah satu masalah psikososial yang sering dialami oleh setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari (Jenni, 2008).

2. Etiologi Cemas

Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu : 1) faktor internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri 2) faktor eksternal dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, Threat (ancaman), Conflik (pertentangan), Fear (ketakutan), Unfuled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi)(Videbeck, 2008). Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2007).

3. Faktor Predisposisi

Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres (Stuarts, 2007).

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, yaitu :

a. Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan


(20)

oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasn adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya (Stuart, 2007).

b. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat (Stuart, 2007).

c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Stuart, 2007).

d. Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Ganguan kecemasan juga timpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi (Stuart, 2007).

4. Bentuk Cemas

Menurut Bucklew cemas bisa mempengaruhi seseorang dalam berbagai bentuk. Beberapa orang menunjukkan kecemasannya secara psikologis, dan fisiologis. Cemas secara psikologis terwujud dalam gejala-gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkontraksi, perasaan tidak menentu dan sebagainya. Sedangkan secara fisiologis terwujud dalam gejala-gejala fisik terutama pada sistem saraf misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual-muntah, diare, nafas sesak disertai tremor pada otot(Videbeck, 2008).

5. Tingkat Kecemasan

Kecemasan memiliki dua aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yangbergantung pada tingkat kecemasan,lama kecemasan yang dialami, dan seberapa


(21)

baik individu melakukan koping terhadap kecemasan. Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan,sedang,berat sampai panik, setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu(Stuart, 2007).

a. Kecemasan ringan adalah cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan, tetapi individu masih mampu memecahkan masalah. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas yang ditandai dengan terlihat tenang percaya diri, waspada, memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rilex atau sedikit gelisah(Stuart, 2007).

b. Kecemasan sedang adalah cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting atau bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung, ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, sering berkemih dan sakit kepala(Stuart, 2007).

c. Kecemasan berat adalah cemas ini sangat mengurangi persepsi individu, cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain ditandai dengan sulit berfikir , penyelesaian masalah buruk, takut, bingung, menarik diri, sangat cemas, kontak mata buruk, berkeringat, bicara cepat, rahang menegang, menggertakkan gigi, mondar mandir dan gemetar(Stuart, 2007).

d. Panik adalah tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak


(22)

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang tidak dapat rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Struart, 2007).

Sisi negatif kecemasan atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal,situasi kerja,dan situasi sosial. Individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata, merasa gelisah lelah dan tegang (Videbeck, 2008).

6. Cara Mengukur Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan


(23)

dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. 2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. 6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih,

perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10.Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11.Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. 12.Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi


(24)

13.Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14.Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:

1. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan. 2. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan. 3. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang. 4. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.

5. Skor 42 – 56 = kecemasan berat sekali (Hidayat, 2007).

7. Respon Psikologi Suami

Hari-hari dan minggu-minggu menjelang tanggal lahir yang diperkirakan ditandai oleh tindakan antisipasi dan rasa cemas. Perasaan bosan dan gelisah sering ditemukan karena perhatian dipusatkan pada proses persalinan.Perhatian utama ayah ialah membawa ibu ke fasilitas medis tepat waktu untuk bersalin dan tidak menunjukkan sikap acuh. Banyak ayah ingin mengetahui saat persalinan dan


(25)

menentukan saat yang tepat untuk pergi ke rumah sakit atau memanggil pemberi jasa pelayanan kesehatan (Bobak, 2005).

Banyak ayah menanyakan perabot ruang bersalin,staf perawat, lokasi, dan ketersediaan pemberi jasa pelayanan kesehatan dan ahli anestesi. Ayah yang lain ingin mengetahui apa yang diharapkan istri nya saat melahirkan. Ayah merasa takut terjadi kematian pada istri dan anaknya.Ketegangan dan kekhawatiran ayah yang tidak siap dan tidak mendukung mudah menular kepada ibu. Keraguan dan ketakutan bahwa dirinya tidak mampu dapat benar-benar muncul, jika ibu tidak didukung. Rasa percaya diri akan timbul, jika ia dapat menentukan tujuan yang realistis dan mendapat dukungan dari orang lain (Bobak,2005).

B. PERSALINAN 1. DEFINSI

Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar di uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Sumarah,dkk.,2009).


(26)

a. Tahap pertama persalinan

Awal persalinan yang sesungguhnya ditunjukkan oleh satu atau lebih tanda-tanda berikut ini:

1) Awal kontraksi rahim yang berirama,teratur dan mungkin menyakitkan.

2) Keluarnya sejumlah lendir lengket kadang disertai dengan darah dari vagina (tanda awal)

3) Keluarnya cairan dari vagina, disebabkan pecahnya selaput dari kantung ketuban(Musbikin, 2006).

b. Tahap kedua persalinan

Tahap kedua ini diawali dengan terbukanya jalan lahir (leher rahim) sudah terbuka berarti kepala bayi dapat melaluinya. Kekuatan kontraksi rahim dibantu tenaga siibu yang kuat pada waktu mengejan, akan mendorong kepala bayi yang berada pada otot dasar panggul, keluar dari saluran vagina.Tenaga pada waktu mengejan didapat dengan cara si ibu menarik napas dalam-dalam, menahannya untuk beberapa saat, lalu mendorong sekuat tenaga, seolah-olah si ibu akan mengeluarkan isi perut. Kalau bayi sudah lahir maka, berakhirlah tahap kedua persalinan(Musbikin, 2006).

c. Tahap ketiga persalinan

Tahap ketiga persalinan adalah masa antara setelah bayi lahir dan plasenta keluar dari dari rahim. Beberapa saat setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi lagi. Plasenta yang telah terlepas dari tempatnya melekat, akan berada dalam vagina bagian atas. Turunnya plasenta dalam vagina diiringi oleh keluarnya sebagian tali pusat, cairan darah, dan kontraksi rahim. Bila bagian tali pusat yang telah keluar ditarik perlahan-lahan, dan penolong persalinan menekan perut siibu, maka plasenta akan terdorong keluar dari saluran lahir. Dengan demikian selesainya keseluruhan proses


(27)

persalinan. Namun, selama kurang lebih satu jam, siibu masih harus tetap berada dalam ruang persalinan. Hal ini untuk menjaga bila terjadinya perdarahan setelah persalinan, maka bisa segera diatasi (Musbikin, 2006).

3. Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada persalian adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak,2004). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran persalinan dan kelahiran dan pervaginam,nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim,dilatasi servik dan distensi perineum (Maryunani, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan :

Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit. Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit menurut Rukiyah,2009 dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

a. Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui,rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui,rasa takut ditinggalkan sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan. b. Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang

dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress dibanding wanita yang rileks dalam reaksi rasa sakit.


(28)

c. Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

d. Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.

e. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannnya dan yakin bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

4. Pendamping Persalinan Ibu

Kehadiran dan dukungan dari pendamping akan membantu proses persalinan berjalan lancar karena pendamping dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Berbagai penelitian pun mendukung kehadiran pendamping pada saat persalinan, diantaranya adalah :

1) Kehadiran seorang pendamping persalinan dapat memberikan rasa nyaman, aman, semangat, dukungan emosional dan dapat membesarkan hati ibu (Maryunani, 2010).

2) Kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunnya persalinan dengan operasi termasuk bedah sesar (Maryunani, 2010).


(29)

3) Kehadiran seorang pendamping persalinan atas pilihannya sendiri merupakan salah satu rekomendasi dalam buku pedoman perawatan kelahiran normal (Care in Normal Birth; A Practical Guide, WHO, 1996).

4) Ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping penolong persalinan, akan memberikan kenyamanan pada saat bersalin (Maryunani, 2010).

5) Penelitian secara random memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan dan kelahiran (Pusdiknakes, 2003).

Besar artinya kehadiran seorang pendamping persalinan karena dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Pendamping tersebut akan menghitung konnnntraksi sehingga ibu mengetahui kemajuan persalinan, memberi dorongan dan keyakinan pada ibu selama persalinan, membantu menciptakan suasana nyaman dalam ruang bersalin, membantu mengawasi pintu dan melindungi privasi ibu, melapoorkan gejala-gejala atau sakit pada perawat atau dokter, membantu ibu mengatsi rasa tidak nyaman fisik (Maryunani, 2010).

Jauh sebalum hari persalinan, tentukan siapa pendamping persalinan. Biasanya, suami adalah calon terkuat. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua suami dapat menjadi pendamping persalinan istrinya. Oleh krena itu, aturlah pendamping pengganti untuk berjaga-jaga jika suami berhalangan. Mungkin, orang tersebut adalah ibuy kandung,ibu mertua,saudara, atau sahabat perempuan ibu. Pastikan mereka cukup usia,cukup matang,dan memiliki kesiapan dan perencanaan persalinan,termasuk mengikuti kursus persalinan agar benar-benar memahami tugasnya (Maryunani, 2010).

Hal yang wajar jika pendamping persalinan gugup menghadapi persalinan. Memang, sulit menyaksikan orang terkasih menderita kesakitan saat bersalin. Meskipun demikian, akhirnya banyak pendamping persalinan bersyukur karena diberi


(30)

kesempatan menjadi saksi peristiwa ajaib, yaitu kelahiran bayi. Mendampingi persalinan seorang ibu juga dapat mempererat hubungan dengannya karena sudah baik dalam persalinan, lakukan hal-hal di bawah ini :

a. Ajukan pertanyaan

Bertanya selalu merupakan ide yang baik jika anda tidak mengerti mengapa suatu tindakan tertentu dianjurkan kepada istri anda. Ketika proses persalinan berlangsung kebanyakan dokter atau bidan tidak menjelaskan tindakan atau wewenang mereka terhadap pasien. Oleh karena itu, aktiflah bertanya sehingga tahu hal yang dapat diiterima, dipertimbangkan, dan ditolak (Maryunani, 2010).

b. Bawa bekal untuk diri sendiri

Sama seperti calon ibu membutuhkan makanan di awal persalinan dan banyak minum selama proses persalinan berlangsung, begitu juga calon bapak. Pada saat proses persalinan semua orang sibuk mengurus pasien. Jadi, uruslah diri sendiri dengan membawa persiapan yang cukup,seperti baju ganti,alas kaki yang nyaman karena mungkin bolak-balik di koridor rumah sakit,serta membawa bekal makanan dan minuman(Maryunani, 2010).

c. Tahu yang akan dihadapi

Ada yang menyatakan teknik pernapasan yang dipelajari di kursus persalinan tidak berguna. Meskipun demikian, jangan pernah menyepelekan ilmu apapun yang didapatkan di kursus persalinan atau buku karena semua pasti ada gunanya. Selain itu kemungkinan kecil ditengah persalinan membolak-balik buku panduan lagi. Oleh karena itu, pelajari pengetahuan dasar dan tambahan tentang persalinan walaupun tidak dipakai pada waktunya (Maryunani, 2010). d. Bersikap fleksibel


(31)

Strategi persalinan yang berhasil bagi seorang ibu belum tentu berhasil bagi ibu yang lainnya. Tugas pendamping adalah mencermati strategi yang berhasil dan bersiap menghentikan yang gagal. Terbukalah terhadap perubahan strategi. Sebelum persalinan, diskusikan dengan ibu mengenai harapan dan pilihan di ruang bersalin. Hal ini dimaksudkan agar pendamping dapat mengambil inisiatif untuk mengusulkan suatu perubahan strategi jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan (Maryunani, 2010).

e. Temukan pengalih perhatian

Proses persalinan dapat lama dan berat, selama melewatinya, usahakan pendamping dan ibu memiliki seesuatu untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit, bosan, dan putus asa. Bentuknya dapat merupakan tehnik pernapasan, memberikan pijatan lembut di punggung kaki atau pundak ibu atau bersama-sama melakukan tehnik relaksasi (Maryunani, 2010).

f. Jadilah supporter

Meskipun banyak yang akan menolong ibu, pendampinglah (suami) supporter utama baginya. Agar tetap membuatnya merasa nyaman, lakukan yang ibu inginkan. Mulai dari hal yang terkecil sampai yang terbesar, misalnya lari kekantin untuk membelikan permen, mengambil minuman,atau menyampaikan permintaannya kepada bidan (Maryunani, 2010).

g. Mengetahui kapasitas pendamping

Kemungkinan banyak hal dapat terjadi di ruang bersalin. Pahamilah hal- hal apa saja yang dapat ditangani dan yang harus diserahkan kepada petugas kesehatan jika berada diluar kapasitas dan kemampuan pendamping (Maryunani, 2010).


(32)

h. Bersiaplah mengambil alih

Hanya pendamping dan ibu yang tahu hal-hal yang diinginkan. Namun, mungkin ibu berada dalm kondisi tidak dapat mengambil keputusan untuknya. Upayakan keputusan yang diambil selalu dibicarakan terlebih dahulu dengan ibu (Maryunani, 2010).

i. Siap menunggu

Kadang persalinan tahap pertama berlangsung sangat lama sehingga ibu belum dianjurkan ke rumah sakit atau disarankan kembali pulang setibanya disana. Bersabarlah mendampinginya meskipun ibu berada di lingkungan yang sangat akrab yaitu rumah. Ibu tetap membutuhkan pendamping,khususnya saat menghadapi kontraksi. Sambil menunggu, lakukan aktivitas ringan bersama ( Maryunani, 2010).

j. Selalu disamping ibu

Bagi para suami, kadang ibu juga mengundang ibu kandungnya atau sahabat perempuannya yang dianggap lebih memahami sakit persalinan unntuk mendampinginya. Meskipun demikian, bukan berarti kehadiran suami kurang berarti. Bagi ibu, keberadaan suami tetaplah nomor satu. Oleh karena itu, usahakan tidak menghilang dari pandangan matanya (Danuatmaja, 2004).

C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Suami Cemas

Menurut Murkoff (2006)Ada 4 faktor penyebab kecemasan suami menghadapi istri yang bersalin normal, yaitu :

1. Kecemasan akan kesehatan istri dan bayi

Seorang ibu hamil memiliki kepekaan tertentu, dan sebagai suami yang mencintai, hasrat anda untuk ingin melindungi istri dari segala kemungkinan bahaya


(33)

adalah sesuatu yang sangat alami dan Para calon ayah yang sangat khawatir tentang kesehatan dan kesejahteraan bayinya yang belum hadir. untungnya hampir semua kekhawatiran itu sebenarnya tidak perlu. Sekarang ini ada kemungkinan yang sangat besar bahwa bayi akan lahir dalam keadaan hidup dan sangat sehat kemungkinan ini jauh lebih besar dibandingkan masa lalu.

2. Harapan jenis kelamin

Banyak pasangan suami istri mencari informasi tentang jenis kelamin anaknya sebelum kelahiran anaknya. Saat persalinan berlangsung, kebanyakan orang tua dapat menerima jenis kelamin bayinya tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan diungkapkan dengan jelas. Suami akan merasa sedih dan kehilangan pada saat melahirkan karena melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai menerima anaknya yang nyata.

3. Tangung jawab financial

Suami memiliki tanggung jawab yang lebih besar, selaku pencari nafkah utama. Terutama dimasa sekarang, ketika biaya perawatan anak semakin meninggi, banyak calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini, memikirkan tanggung jawab financial terhadap masa depan anaknya. Tetapi sesudah bayi lahir, perubahan prioritas membuat uang yang tersedia akan cukup untuk kebutuhan bayi.

4. Anak lahir cacat

Ketika janin semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anak. Orang tua akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.


(34)

D. Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal

Kecemasan suami yang terutama ialah kemungkinan anak lahir cacat. Suami akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Ketegangan dan kekhawatiran ayah yang tidak siap dan tidak mendukung mudah menular kepada ibu. Keraguan dan ketakutan bahwa dirinya tidak mampu dapat benar-benar muncul jika ibu tidak didukung. Rasa percaya diri akan timbul, jika ia dapat menentukan tujuan yang realistis dan mendapat dukungan dari orang lain (Bobak, 2005).


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antarvariabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2003).

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Tingkatan kecemasan 1. Tidak ada

kecemasan

2. Kecemasan ringan 3. Kecemasan sedang 4. Kecemasan berat Kecemasan suami menghadapi istri


(36)

B. Defenisi opersional

No Variabel

Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal Keadaann psikis suami saat menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015 Kuesioner sebanyak 14 item pertanyaan dengan menggunakan HARS

Wawancara 1. >14= tidak ada kecemas an bernilai 0 2. 14-20= kecemas an ringan, bernilai 1 3. 21-27= kecemas an sedang, bernilai 2 4. 28-41= kecemas an berat, bernilai 3 Ordinal


(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Dengan desain ini diharapkan dapat mengidentifikasi kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang istrinya menghadapi proses persalinan normal pertama kali (primipara) sebanyak 30 suami di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015 mulai Mei sampai Juli tahun 2015.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang mendampingi istri yang bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015. Tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yaitu sebanyak 30 suami dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Istrinya bersalin normal

2. Persalinan yang pertama (primigravida)

3. Suami ikut mendampingi istrinya bersalin di ruang bersalin Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan.


(38)

C. TempatPenelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan, dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari tahun 2015.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 sampai bulan Juli 2015 mencakup penyusunan proposal hingga penyusunan hasil akhir karya tulis ilmiah.

E. EtikaPenelitian

Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: 1) benefence

(menguntungkan responden), yaitu tidak menyakiti responden (freedom from harm)

dengan tidak memaksa dan menekan pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak

menimbulkan situasi yang merugikan responden dengan memberikan waktu yang

tepat untuk pasien mengisi kuesioner (freedom from exploitation); 2) respect from

human dignity (menghargai martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan

apakah calon responden akan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak (the right

to self determination) dean membuat informed consent sehingga calon responden

tidak merasa terpaksa utuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak untuk

mendapat informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan

memberitahukan calon responden maksud dan tujuan penelitian; 3) justice (keadilan),

yaitu hak untuk mendapat perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi responden, dan menjaga


(39)

kuesioner tidak dicantumkan nama responden, namun hanya memberikan kode

responden.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pegumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner kecemasan suami dalam menghadapi istri bersalin normal diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dengan 77 syptoms dan Ada 2 tahap penilaiannya yaitu :

1. Tahap penilaian pertama : Jika suami merasakan tidak ada gejala bernilai 0 (nol). Jika suami tidak merasakan satu dari gejala ada bernilai 1 (satu). Jika suami merasakan separuh dari gejala bernilai 2 (satu). Jika suami merasakan lebih banyak / lebih dari ½ gejala bernilai 3 (tiga). Jika suami tiap saat merasakan semua gejala ada bernilai 4 (empat)

2. Setelah diperoleh jawaban dari pertanyaan responden, kemudian dijumlahkan nilai dari masing-masing point. Hasil skor dari penelitian masing-masing pertanyaan diperoleh tingkat kecemasan dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Skor >14 : tidak ada kecemasan

b. Skor 14 - 20 : kecemasan ringan c. Skor 21-27 : kecemasan sedang d. Skor 28- 41 : kecemasan berat e. Skor 42-56 : kecemasan berat sekali G. Validitas dan reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan dan kesungguhan sebuah kuesioner, yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur kuesioner secara benar. Menurut


(40)

Davies dan Hodnett (2002, dalam Williams & Wilkins, 2004. Uji validitas ini dilakukan dengan dr. Riza Rivany, SpOG (K) akan tetapi nilai conten

validitynya tidak ada karena kuesioner yang saya gunakan sudah baku sebagai alat ukur kecemasan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas/keterandalan ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan

menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel (Ellya, 2010).

H. Prosedur Pengumpulan Data

Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada Institusi Pendidikan Program Studi D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Bersalin Sundari. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada suami sesuai kriteria penelitian. Peneliti menemui responden di tempat penelitian dengan cara peneliti meninggalkan nomor handphone dan menyimpan nomor handphone bidan untuk memperlancar proses pengumpulan data , kemudian bidan menghubungi peneliti apabila ada suami yang mendampingi istri yang bersalin spontan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Tahun 2015. Setelah peneliti bertemu dengan responden, selanjutnya menjelaskan tujuan, manfaat, cara pengisian kuesioner kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk menandatangani lembar persetujuan ( informed consent).


(41)

I. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data dilakukan peneliti akan melakukan pengolahan data, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data – data yang sudah ada, terutama mengenai kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.

2. Coding

Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding. 3. Entry Data

Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data untuk dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner kepaket program komputer pengolahan data statistic.

4. Cleaning Data

Tahap ini merupakan tahap memeriksa kembali data – data yang telah dimasukkan untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan.

J. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan

identitas data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai.


(42)

dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan mengunakan teknik

komputerisasi. Kemudian penyajian data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat merupakan analisa data yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan skala ordinal yaitu skala pengukuran yang memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki individu, skala ini memiliki kategori, mampu membedakan, ada perjenjangan dan ada tingkatan. Analisis data dalam penelitian ini bersifat statistik deskriftif dengan melakukan pengukuran terhadap jawaban responden pada kuesioner kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal dan kemudian ditampilkan dalam distribusi frekuensi.


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai Gambaran Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Tahun 2015, yang kemudian dinilai dengan menggunakan instrumen kuesioner.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari tahun 2015, peneliti menggunakan kuisener yang berisikan 14 pertanyaan mengenai kecemasan. Berikut ini akan dijabarkan hasil identifikasi kecemasan suami dalam menghadapi istri bersalin normal.


(44)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi berdasarkan Data Demografi Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015 (n=30)

Data demogarfi F %

Umur 20-25 tahun 26-30 tahun 17 13 56,6 43,4

Total 30 100

Suku Batak Jawa Padang Aceh 15 8 1 6 50,0 26,7 3,3 20,0 Total 30 100 Pendidikan

S1 13 43,3 S2 1 3,4 D3 6 20,0 SMA 10 33,3 Total 30 100

Pekerjaan

PNS 11 36,7 Karyawan 8 26,7 Wiraswasta 11 36,7 Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian dari 30 responden di Rumah Sakit Bersalin tahun 2015 diperoleh bahwa mayoritas suami berumur 20-25 tahun dengan frekuensi 56,6%, mayoritas suku suami batak dengan frekuensi 50,0%, mayoritas pendidikan suami S1 dengan frekuensi 43,3%, sedangkan mayoritas pekerjaan suami PNS dan Wiraswasta frekuensi 36,7%.


(45)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Gejala yang dirasakan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan No Gejala yang dirasakan suami Skor

1 Perasaan cemas 76

2 Ketegangan 68

3 Ketakutan 52

4 Gangguan tidur 52

5 Gangguan kecerdasan 40

6 Perasaan tertekan 52

7 Gangguan tubuh otot 54

8 Gangguan panca indra 49

9 Gejala sakit jantung dan pembuluh darah

45

10 Gejala pernafasan 43

11 Gejala pencernaan 46

12 13 14

Gejala kelamin

Gangguan sistem syaraf Tingkah Laku

0 103 118

Berdasarkan dari tabel 5.2 hasil jawaban dari responden diperoleh bahwa mayoritas jawaban-jawaban suami di gejala tingkah laku yaitu gelisah, tidak tenang, jari gemetar, merasa tegang, otot tegang, nafas pendek dan cepat, muka merah, sukar kontsentrasi dengan skor 118.


(46)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kecemasan suami dalam menghadapi istri bersalin normal dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Dari hasil tabel diatas dapat diperoleh bahwa mayoritas suami dalam menghadapi istri bersalin normal pada primigravida mengalami kecemasan sedang dan kecemasan berat sebanyak 46,7%.

Tabel 5.4

Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.4 di atas distribusi frekuensi umur dengan tingkat kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015 adalah mayoritas umur 20-25 tahun dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 64,7%.

NO.

Kecemasan F %

1. Kecemasan ringan 2 6,7%

2. Kecemasan sedang 14 46,7%

3. Kecemasan berat 14 46,7%

Total 30 100%

Tingkat kecemasa n

Kecemasan ringan f %

Kecemasan sedang f %

Kecemasan berat f %

Total f % 20-25

tahun

0 0 11 64,7 6 35,3 17 56,6

26-30 tahun

2 15,4 3 23,1 8 61,5 13 43,4


(47)

Tabel 5.5

Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.5 di atas distribusi frekuensi pekerjaan dengan kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015 adalah mayoritas karyawan dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 54,5%.

Tabel 5.6

Tabulasi Silang Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Tingkat kecemasan

Kecemasan ringan f %

Kecemasan sedang f %

Kecemasan berat f %

Total f % SMA 0 0 7 53,8 6 60,0 13 43,3

D3 0 0 0 0 1 100 1 3,4 S1 0 0 3 50,0 3 50,0 6 20,0 S2 2 15,4 4 40,0 4 30,8 10 33,3 TOTAL 2 6,7 14 46,7 14 46,7 30 100

Berdasarkan tabel 5.6 di atas distribusi frekuensi pendidikan dengan kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015 adalah SMA dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 53,8%.

Tingkat kecemasan

Kecemasan ringan f %

Kecemasan sedang f %

Kecemasan berat f %

Total f % PNS 1 9,1 5 45,5 5 45,5 11 36,6 Wiraswasta 0 0 5 62,5 3 37,5 8 26,7 karyawan 1 9,1 4 36,4 6 54,5 11 36,7 TOTAL 2 6,7 14 46,7 14 46,7 30 100


(48)

Tabel 5.7

Tabulasi Silang Suku dengan Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.6 di atas distribusi frekuensi suku dengan kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015 adalah batak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 46,7%.

C. PEMBAHASAN

1. Kecemasan Suami Menghadapi Istri Yang Bersalin Normal

Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan terdapat gambaran yang signifikan tentang tingkat kecemasan suami menghadapi istri bersalin normal di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan tahun 2015.

Data ini relevan dengan pendapat Bobak (2005) yang menyatakan suami yang ingin melindungi istri dari segala kemungkinan bahaya dan para calon ayah yang sangat khawatir tentang kesehatan dan kesejahteraan bayinya yang belum hadir. Suami akan merasa cemas pada hari-hari dan minggu-minggu menjelang tanggal persalinan yang diperkirakan.

Tingkat kecemasan

Kecemasan ringan f %

Kecemasan sedang f %

Kecemasan berat f %

Total f % Batak 2 13,3 7 46,7 4 40,0 15 50,0 Aceh 0 0 4 50,0 4 50,0 8 26,6 Jawa 0 0 0 0 1 100 1 3,4 Padang 0 0 3 50,0 3 50,0 6 20,0 TOTAL 2 6,7 14 46,7 14 46,7 30 100


(49)

Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjanah (2013) yang memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri sebagian besar mengalami kecemasan ringan. Berdasarkan karakteristiknya sebagian besar mengalami kecemasan ringan pada usia menengah, pendidikan rendah, dan bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan bahwa suami yang menghadapi istri bersalin normal memiliki kecemasan, karena suami merasa khawatir tentang keselamatan istri dan bayi nya. Suami merasa cemas ketika melihat istri nya kesakitan tetapi dia tidak bisa mengurangi rasa sakit itu.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dipaparkan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut yang bertujuan untuk menginterpretasikan data hasil penelitian dan kemudian dibandingkan dengan konsep atau teori yang terkait.

1. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Karakteristik Suami

Tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinilan istri sangat bervariasi, berdasarkan penelitian yang saya lakukan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 responden dan didapatkan tingkat kecemasan yang bervariasi. Sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang 14 dan kecemasan berat yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Bervariasinya tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri menguatkan pendapat Lukaningsih, 2011 yang menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dan dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba. Berdasatkan Tabel 5.3 tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri dapat diketahui sebanyak 30 responden mengalami kecemasan berat, pendapat yang dikemukakan oleh Lukaningsih, 2011 mengatakan bahwa pertambahan anggota keluarga dan kelahiran merupakan peristiwa besar dalam kehidupan ditambahkan pendapat Maryunani, 2010 yang mengatakan bahwa persalinan merupakan peristiwa yang menyebabkan keluarga


(50)

berada dalam situasi krisis. Persalinan merupakan pengalaman yang penuh dengan kecemasan baik bagi ibu bersalin maupun keluarga, terutama suami sebagai orang terdekat dengan ibu bersalin. Berikut akan dibahas mengenai tingkat kecemasan suami berdasarkan karakteristik suami. Karakteristik suami yang diteliti dan akan dibahas dalam penelitian ini meliputi umur,suku, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

a. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Umur

Mayoritas tingkat kecemasan suami saat menghadapi istri bersalin normal yaitu pada usia 20-25 tahun yaitu sebanyak 17 responden (56,6%) dan 13 responden diantarnya mengalami kecemasan ringan. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan pada seseorang, hal ini sesuai dengan pendapat Musbikin, (2006) yang mengatakan bahwa pada umumnya kecemasan seseorang berkembang pada usia remaja dan dewasa awal, kondisi ini dapat menjadi panik pada usia remaja akhir sampai uisa 30an.

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan bahwa kecemasan berat banyak dialami pada usia muda (20-25 tahun) dan usia (26-30 tahun) yaitu masing-masing 13 responden. Stuart, (2007) berpendapat bahwa kecemasan yang timbul karena faktor usia berkaitan dengan sedikit banyaknya pengalaman masa lalu terhadap hal yang sama yang dapat menyebabkan kecemasaan. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa usia suami saat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri.

b. Distribusi Frekusensi Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan pada pendidikan S2 yaitu sebanyak 2 responden (15,4%) dan sebagian besar mengalami kecemasan berat dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 6 responden (60,0%). Pendidikan pada setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan


(51)

pada umumnya berguna dalam mengubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoatmojo, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan bahwa kecemasan berat banyak dialami oleh responden yang memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 6 responden. Pada seseorang yang hanya memiliki tingkat pendidikan rendah akan cenderung lebih mengalami kecemasan karena pola adaptif yang kurang terhadap hal yang baru dan mengakibatkan pola koping yang kurang pula (Mariyam & Kurniawan, 2008). Responden yang tidak mengalami kecemasan banyak dialami oleh responden dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 2 responden dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stres dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga dapat memepengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus. Responden yang tidak mengalami kecemasan juga dapat dipengaruhi adanya kesiapan sosial ekonomi, kematangan usia, dan pengalaman peralinan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidkan suami sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri.

c. Distribusi Frekuensi Kecemasan Suami Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan bahwa semua responden telah bekerja dan sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 2 responden. Bekerja diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan barang, dalam kurun waktu tertentu.

Jenis-jenis pekerjaan diantaranya PNS, wiraswasta, karyawan. Bekerja berhubangan dengan tingkat penghasilan atau status sosial ekonomi seseorang. Berdasarkan hasil


(52)

penelitian, status sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat kecemasan, suami dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah memiliki tingkat kecemasan yang tinggi (Stuart, 1998).

Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulakan bahwa bekerja dapat mempengaruhi kecemasan suami saat meghadapi persalinan istri.

d. Gejala Kecemasan Yang Sering Dialami Suami

Gejala kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri disini yang akan dibahas ada 5 gejala yaitu ketegangan, perasaan cemas, gangguan otot tubuh, gangguan system saraf, dan tingkah laku.

1) Ketegangan

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya konsentrasi kekacauan dalam berpikir dan ragu-ragu. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan dan teori di atas bahwa setiap suami yang mendampingi istri bersalin normal akan mengalami ketegangan karena hal ini merupakan pertama kali di alaminya.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa ketegangan dapat dialami oleh suami saat menghadapi persalinan istri.

2) Perasaan Cemas

Nolan, (2004) yang menyatakan bahwa kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat. Ditambahkan oleh pendapat Nita, (2007) yang menyatakan bahwa kecemasan adalah kondisi yang sakit dari rasa takut pada seseorang yang disertai dengan ketegangan dan kekhawatiran. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa gejala kecemasan merasa tegang dapat dialami suami saat menghadapi persalinan istri.


(53)

3) Gangguan Otot Tubuh

Pendapat Murkoff, (2006) yang menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang kompleks dan kronis yang diiringi kekhawatiran dan ketakutan sebagai komponen utamanya adalah dicirikan dengan berbagai bentuk kegelisahan dan gangguan-gangguan kejiwaan. Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa gejala kecemasan gelisah dapat dialami oleh suami saat menghadapi persalinan istri.

4) Gangguan System Saraf

Keadaan dimana suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat mengucur diseluruh tubuh dan membuat rasa tidak nyaman. Rasa panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Masalah ini akan memberikan perubahan yang menganggap bahwa persalinan itu adalah keadaan yang sangat mengerikan karena kurangnya pengertian dan pendidikan tentang persalinan. Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa gejala kecemasan gangguan sistem syaraf dapat dialami oleh suami saat menghadapi persalinan istri.

5) Tingkah Laku

Pendapat Murkoff, (2006) yang menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang kompleks dan kronis yang diiringi kekhawatiran dan ketakutan sebagai komponen utamanya adalah dicirikan dengan berbagai bentuk kegelisahan dan gangguan-gangguan kejiwaan. Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa gejala kecemasan gelisah dapat dialami oleh suami saat menghadapi persalinan istri.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: tingkat kecemasan suami saat menghadapi persalinan istri sebagian besar mengalami kecemasan ringan. Berdasarkan karakteristiknya tingkat kecemasan suami sebagian besar mengalami kecemasan ringan pada usia menengah, kecemasan ringan pada pendidikan rendah, kecemasan ringan pada responden yang bekerja, dan kecemasan ringan pada primigravida. Kecemasaan suami saat menghadapi persalinan istri dengan persalinan istri normal sebagian besar rmengalami kecemasan ringan. Gejala kecemasan suami yang sering dialami adalah sukar konsentrasi, merasa tegang, dan gelisah

B.SARAN

1. Diharapkan kepada seluruh suami yang medampingi istri yang bersalin normal agar aktif meambah pengetahuan tentang persalinan agar dapat mengurangi kecemasan suami menghadapi istri yang bersalin normal.

2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk selalu memberikan informasi dan pengarahan kepada suami yang menghadapi istri yang bersalin normal.

3. Diharapkan kepada Rumah Sakit Bersalin untuk memberikan tempat khusus untuk meberikan konseling kepada suami yang akan mendapingi istri bersalin normal.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, at.all (2005). Keperawatan Maternitass Jakarta: EGC Bobak, at.all (2005). Keperawatan Maternitass Jakarta: EGC

Danuatmja & Meilisari. (2006). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : puspa swara

Handonowati, A. (2009). Hubungan Pendampingan Suami dengan Kelancaran Proses Persalinan, 01 mei 2009, from http:// kecemasan suami health/news/htm.com.

Hawari, D. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hidayat, A. A. (2007). Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis data. Jakarta: Salemba medika.

Lukaningsih, L., Bandiyah, S. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Machfoedz. (2009). Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Fitramaya

Maryunani, A. (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta Timur: Trans Info Media. Murkoff, E, Hatawhay. (2006). Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.

Jakarta: Arcan

Musbikin, I. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta: Mitra pustaka Nita, H. (2007). Kecemasan Suami Mengahdapi Istri yang Bersalin Pervaginam.

Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nolan, M. (2004). Kehamilan & Melahirkan. Jakarta: Arcan.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rukiyah, Y.Y. L. M. S. L. (2011). Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Trans

Info Media.

Sullivan, (2000). Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian Post Partum Primigravida, from http:/ www. Mitrakeluarga.net/kemayoran/htm.com

Sumarah., W.Y.W.N. (2009). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.


(56)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb / Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama saya Melisa Carolina sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015.

Saya akan melakukan wawancara dan meminta suami (responden) untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pertanyaan tentang data demografi dan kecemasan selama suami menemani istri nya bersalin, pengisian kuesioner di dampingi oleh peneliti dengan waktu sekitar 15 menit.

Partisipasi suami bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini suami tidak akan dikenakan biaya apapun.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaaan Bapak dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan. Medan, 2015

Peneliti


(57)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Inisial :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian Gambaran Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal pada Primigravida di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015. Maka dengan ini saya secara suka rela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2015


(58)

Lampiran 3

Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalinan Normal Di Rumah Sakit Bersalin Sundari Medan Tahun 2015.

Berilah tanda ceklist (√) sesuai dengan keadaan yang suami rasakan pada salah satu kotak, yaitu :

 Jika Suami merasakan tidak ada gejala bernilai 0 (nol)

 Jika Suami tidak merasakan satu gejala dari gejala ada bernilai 1 (satu)  Jika Suami merasakan separuh dari gejala bernilai 2 (dua)

 Jika Suami merasakan lebih banyak atau lebih dari ½ gejala bernilai 3 (tiga)  Jika Suami tiap saat merasakan semua gejala ada bernilai 4 (empat)

No Pernyataan

Jawaban

(0) (1) (2) (3) (4)

1 Perasaan cemas seperti : Khawatir

Rasa tidak aman (firasat buruk) Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung 2 Ketegangan seperti :

Tidak mampu untuk rileks Mudah gugup

Badan terasa teganng Gemetar

Lesu Gelisah

Mudah tersinggung 3 Ketakutan seperti :

Keramaian

Terhadap binatang Ditinggal sendiri Gelap

Kerumunan orang banyak Orang asing

4 Gangguan tidur seperti : Susah untuk tidur Terbangun malam hari Tidur tidak nyenyak Bangun dengan lesu Banyak mimpi-mimpi Mimpi buruk

Mimpi menakutkan

5 Gangguan kecerdasan seperti : Sukar konsentrasi


(59)

Daya ingat buruk

6 Perasaan tertekan seperti : Putus asa

Sedih

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

Kurangnya kesenangan pada hobi Tak punya daya

7 Gangguan tubuh otot seperti : Sakit dan nyeri otot- otot Terasa kaku

Kedutan otot Lemah

Sakit disalah satu otot 8 Gangguan panca indra :

Telinga berdering Penglihatan kabur Muka merah atau pucat Perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala sakit jantung dan pembuluh darah :

Jantung berdenyut- denyut : Jantung berdebar-debar Nyeri di dada

Denyut nadi menguat Rasa ingin pingsan

Denyut jantung berhenti sebentar 10 Gejala pernafasan :

Rasa tertekan dan sempit di dada Sulit bernafas

Rasa tersedak Susah bernafas 11 Gejala pencernaan :

Sulit menelan Perut mulas

Gangguan pencernaan

Nyeri sebelum dan sesudah makan Perasaan terbakar di perut

Perasaan terasa penuh/kembung Mual

Muntah Mencret

Sulit buang air besar 12 Gejala kelamin :

Sering buang air besar/kecil Tidak ada nafsu seksual 13 Gangguan sistem syaraf :

Mulut kering Muka merah


(60)

Mudah berkeringat Kepala pusing Kepala terasa berat Kepala terasa sakit

Bulu-bulu berdiri/merinding 14 Tingkah Laku :

Gelisah Tidak tenang Jari gemetar Merasa tegang Otot tegang

Nafas pendek dan cepat Muka merah

Sukar konsentrasi JUMLAH SKOR


(61)

MASTER TABEL GAMBARAN KECEMASAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI

No Pertanyaan N % Kategori

Umur pekerjaan pendidikan suku 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 30 PNS S1 Batak 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 0 3 4 31 55,3 k. berat 2 29 Wiraswasta SMA Aceh 3 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 3 4 27 48,2 k. sedang 3 30 Wiraswasta SMA Jawa 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 0 4 4 30 53,5 k.berat 4 28 Karyawan D3 Batak 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 0 4 4 28 50 k.berat 5 22 Karyawan 03 Batak 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 0 2 4 24 42,8 k.sedang 6 25 Wiraswasta SMA Batak 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2 0 2 4 33 58,9 k.berat 7 27 PNS S2 Aceh 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 4 4 31 55,3 k.berat 8 29 PNS S1 Padang 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 0 3 4 28 50 k.berat 9 25 Wiraswasta SMA Batak 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 0 4 4 29 51,7 k.berat 10 24 Wiraswasta SMA Batak 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 0 4 4 30 53,5 k.berat 11 24 Karyawan D3 Jawa 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 4 4 31 55,3 k.berat 12 23 Karyawan D3 Jawa 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 0 4 4 34 60,7 k.berat 13 22 Wiraswasta SMA Jawa 3 3 4 4 3 2 2 2 1 1 2 0 4 4 35 62,5 k.berat 14 25 PNS S1 Batak 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 1 0 2 4 25 44,6 k.sedang 15 26 PNS S1 Batak 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 0 4 4 32 57,1 k.berat 16 26 Wiraswasta SMA Aceh 4 4 3 2 1 2 2 2 1 1 1 0 4 4 31 55,3 k.berat 17 27 PNS S1 Jawa 3 2 1 1 1 3 3 2 1 0 1 0 4 4 26 46,4 k.sedang 18 28 PNS S1 Batak 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4 22 39,2 k.sedang 19 27 PNS S1 Batak 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 4 4 19 33,9 k.ringan 20 28 Wiraswasta S1 Batak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4 19 33,9 k.ringan 21 24 Wiraswasta SMA Jawa 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 4 4 21 37,5 k.sedang 22 25 Wiraswasta SMA Jawa 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 3 2 21 37,5 k.sedang 23 23 Karyawan D3 Batak 3 3 3 2 1 1 2 1 1 1 1 0 3 4 26 46,4 k.sedang 24 24 Karyawan S1 Batak 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 0 4 4 25 44,6 k.sedang 25 24 Karyawan S1 Batak 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 0 3 4 22 39,2 k.sedang 26 25 PNS S1 Batak 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 2 4 23 41,0 k.sedang 27 23 Karyawan D3 Jawa 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4 21 37,5 k.sedang 28 25 PNS S1 Aceh 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 0 3 4 25 44,6 k.sedang 29 24 Wiraswasta SMA Aceh 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 0 2 4 24 42,8 k.sedang 30 26 PNS S1 Aceh 3 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 0 4 4 34 60,7 k.berat


(62)

Keterangan :

Kecemasan ringan

: 2 responden

Kecemasan sedang

: 14 responden

Kecemasan berat

: 14 responden


(63)

HASIL JAWABAN RESPONDEN P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 1 3.3 3.3 3.3

separuh dari gejala 13 43.3 43.3 46.7

lebih dari separuh gejala

15 50.0 50.0 96.7

semua gejala 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 3 10.0 10.0 10.0

separuh dari gejala 17 56.7 56.7 66.7

lebih dari separuh gejala

9 30.0 30.0 96.7

semua gejala 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 14 46.7 46.7 46.7

separuh dari gejala 11 36.7 36.7 83.3

lebih dari separuh gejala

4 13.3 13.3 96.7

semua gejala 1 3.3 3.3 100.0


(64)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 11 36.7 36.7 36.7

separuh dari gejala 17 56.7 56.7 93.3

lebih dari separuh gejala

1 3.3 3.3 96.7

semua gejala 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada gejala 1 3.3 3.3 3.3

satu dari gejala 19 63.3 63.3 66.7

separuh dari gejala 9 30.0 30.0 96.7

lebih dari separuh gejala

1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 13 43.3 43.3 43.3

separuh dari gejala 12 40.0 40.0 83.3

lebih dari separuh gejala

5 16.7 16.7 100.0


(1)

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada gejala 1 3.3 3.3 3.3

satu dari gejala 16 53.3 53.3 56.7

separuh dari gejala 12 40.0 40.0 96.7

lebih dari separuh gejala

1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid satu dari gejala 16 53.3 53.3 53.3

separuh dari gejala 12 40.0 40.0 93.3

lebih dari separuh gejala

2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada gejala 30 100.0 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid separuh dari gejala 5 16.7 16.7 16.7

lebih dari separuh gejala

7 23.3 23.3 40.0

semua gejala 18 60.0 60.0 100.0


(2)

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid separuh dari gejala 1 3.3 3.3 3.3

semua gejala 29 96.7 96.7 100.0


(3)

(4)

(5)

(6)