Perkembangan Koloni Lebah Madu Apis Mellifera Yang Mendapat Tepung Keong Mas (Pomacea Sp.) Sebagai Suplemen Polen

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)
SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

SKRIPSI
SAKINAH AGIL AL-ATTAS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRACT
DEVELOPMENT OF Apis mellifera COLONY GIVEN GOLDEN APPLE
SNAIL (Pomacea sp.) MEAL AS POLLEN SUPPLEMENT
Al-Attas, S. A., H. C. H. Siregar., and Kuntadi.
The availability of food source is the most important factor in beekeeping. Nectar
and pollen are foods for honeybee which can be obtain from plants. Pollen is needed
as the major source of dietary protein, lipids, minerals and vitamins, but it is not
always available. Other alternative to overcome lack of pollen is pollen supplement.
Golden Apple Snail or GAS meal is suggested as pollen supplement because of its

high protein content. The study was conducted from January up to February 2008 at
“Sari Bunga”, Titisan Village, Sukaraja, Sukabumi. Twenty five colonies of Apis
mellifera were used in this study. All colonies had queens of the same age (one year)
and seven combs. Twenty colonies assigned to feed on pollen supplement were given
pollen trap to avoid fresh pollen entering the hives. The purpose of this study was to
analyze the effect of pollen supplement pasta of four different proportion of golden
apple snail or GAS meal on feed consumption, worker’s body weight, colony weight
and weight gain, feed conversion, brood rearing area and area gain and brood
mortality. The result showed that pollen supplement gave the better perform of
colony in brood rearing, brood rearing gain and brood mortality than control. Pasta
with 25% TKM was the best pollen supplement because of its efficiency.
Keywords: Apis mellifera, golden apple snail meal, brood rearing, pollen
supplement.

RINGKASAN
SAKINAH AGIL AL-ATTAS. D14104066. 2008. Perkembangan Koloni Lebah
Madu Apis mellifera yang Mendapat Tepung Keong Mas (Pomacea sp.) Sebagai
Suplemen Polen. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

: Ir. Hotnida C.H. Siregar, MSi
: Drs. Kuntadi, M.Agr

Kesuksesan beternak lebah madu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan.
Polen (serbuk sari) adalah satu-satunya sumber protein alami bagi lebah madu untuk
memproduksi royal jelly yang merupakan makanan bagi ratu dan anakan sampai
umur satu hari. Ketersediaan polen sangat menentukan perkembangan anakan lebah
madu. Pembudidayaan lebah madu membutuhkan polen dalam mutu dan jumlah
yang memadai serta terus menerus sepanjang tahun, tetapi keberadaan polen di alam
tidak selalu tersedia karena tergantung musim bunga. Kekurangan polen sebagai
pakan sumber protein dapat diatasi salah satunya dengan cara membuat polen
tambahan (pollen supplement).
Keong mas merupakan salah satu bahan alternatif tambahan polen yang
berpotensi meningkatkan perkembangan anakan lebah madu karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan mudah didapat. Penentuan taraf terbaik pemberian tepung
keong mas sebagai bahan tambahan polen dilakukan dalam penelitian di peternakan
lebah madu Sari Bunga selama satu setengah bulan pada Januari sampai dengan
Februari 2008. Penentuan taraf terbaik didasarkan pada hasil analisis pengaruh

pemberian tepung keong mas dengan taraf berbeda terhadap tingkat konsumsi bahan
kering dan protein, bobot badan lebah pekerja umur sehari, bobot dan pertambahan
bobot koloni, konversi pakan, luas sarang anakan dan pertambahannya serta
mortalitas anakan lebah madu.
Penelitian ini menggunakan 25 koloni lebah Apis mellifera dengan ratu yang
berumur sama (satu tahun) dan jumlah sisiran yang seragam (tujuh sisiran).
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan empat taraf perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan berupa polen tambahan
yang diberi tepung keong mas (TKM) dengan taraf berbeda; 0%, 12,5%, 25% dan
50%. Sebagai pembanding, digunakan koloni yang mendapat polen dari alam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian polen suplemen
menghasilkan performa koloni yang lebih baik pada luas anakan, pertambahan luas
anakan dan mortalitas anakan) daripada yang mendapat polen dari alam. Pasta
dengan taraf TKM 25% merupakan pasta suplemen polen terbaik karena paling
efisien digunakan oleh lebah dibandingkan pasta lainnya.
Kata-kata kunci: Apis mellifera, polen suplemen, tepung keong mas, konversi pakan,
luas sarang anakan.

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)

SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

Oleh
SAKINAH AGIL AL-ATTAS
D14104066

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Juni 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Hotnida C.H. Siregar, MSi.
NIP. 131 881 141

Drs. Kuntadi, MAgr.
NIP. 710 006 096

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr
NIP. 131 955 531

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)
SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

SAKINAH AGIL AL-ATTAS
D14104066

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1987 di Dhaka, Bangladesh.
Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Agil Salem AlAttas dan Zakiah Al-Attas.
Pendidikan dasar Penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDS Rumpun
Cempaka, Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2001 di Sekolah Indonesia Cairo dan pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Indonesia Cairo.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2004.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi pengurus English Club
di Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) periode 2004-2005.
Penulis juga pernah menjadi anggota UKM Panahan pada tahun 2005-2006 dan
anggota paduan suara mahasiswa Agria Swara pada tahun 2004-2007.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

besarnya limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan studi dengan bukti tugas akhir (skripsi) yang berjudul Perkembangan
Koloni Lebah Madu Apis mellifera yang Mendapat Tepung Keong Mas (Pomacea
sp.) Sebagai Suplemen Polen. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada teladan dan pemimpin umat terbaik hingga akhir zaman, Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.
Harapan Penulis agar hasil penelitian ini membawa manfaat dalam dunia
peternakan lebah madu dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .........................................................................................

i

ABSTRACT ............................................................................................


ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .............................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................


viii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

ix

PENDAHULUAN ...................................................................................

1

Latar Belakang .............................................................................
Tujuan ..........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3


Klasifikasi Lebah Madu ................................................................
Biologi Lebah Madu ....................................................................
Siklus Hidup Lebah Madu ............................................................
Telur .................................................................................
Larva ... .............................................................................
Pupa ..................................................................................
Dewasa .............................................................................
Pakan dan Perkembangan Koloni .................................................
Polen ................................................................................
Pakan Tambahan ..............................................................
Keong Mas ...................................................................................

3
3
4
5
6
6
6
7

7
8
8

METODE ...... ..........................................................................................

11

Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi ..........................................................................................
Lebah Madu .....................................................................
Bahan Pakan .....................................................................
Peralatan ...........................................................................
Rancangan ...................................................................................
Analisis Data ....................................................................
Peubah yang diamati..........................................................
Prosedur .......................................................................................
Persiapan Koloni ...............................................................
Pembuatan Tepung Keong Mas ........................................
Pembuatan Pasta Polen Suplemen .....................................
Pelaksanaan Penelitian.......................................................
Pengambilan Data ................................................................

11
11
11
11
11
11
12
12
12
12
13
13
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................

18

Tepung Keong Mas sebagai Suplemen Polen..................................
Konsumsi Bahan Kering dan Protein ............................................
Konsumsi Bahan Kering ...................................................
Konsumsi Protein .............................................................
Bobot Lebah Pekerja Umur Sehari ...............................................
Bobot Koloni dan Pertambahannya ...............................................
Bobot Koloni ....................................................................
Pertambahan Bobot Koloni................................................
Konversi Pakan.............................................................................
Luasan Sarang Anakan dan Pertambahannya ................................
Luas Sarang Anakan .........................................................
Pertambahan Luas Sarang Anakan ....................................
Mortalitas Anakan.........................................................................
Penentuan Pasta Polen Suplemen Terbaik .....................................

18
20
20
22
24
25
25
27
27
27
28
29
30
32

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................

34

Kesimpulan ..................................................................................
Saran ............................................................................................

34
34

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

36

LAMPIRAN ............................................................................................

38

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Siklus Hidup Lebah Madu Apis mellifera ................................

5

2. Komposisi Nutrien Keong Mas ................................................

9

3. Komposisi Pembuatan Polen Suplemen ...................................

13

4. Analisis Protein Tepung Keong Mas, Tepung Polen Jagung
dan Polen Suplemen.................................................................

18

5. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Bahan Kering .....

20

6. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Protein ...............

22

7. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Lebah Pekerja
Umur Sehari ............................................................................

24

8. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Koloni ......................

25

9. Rataan Jumlah Populasi Lebah Pekerja ....................................

26

10. Rataan dan Koefisien Keragaman Pertambahan Bobot Koloni....

27

11. Rataan dan Koefisien Keragaman Konversi Pakan Terhadap
Pertambahan Bobot Koloni........................................................

28

12. Rataan dan Koefisien Keragaman Luas Sarang Anakan ...........

28

13. Rataan dan Koefisien Keragaman Pertambahan Luas Anakan ..

30

14. Rataan dan Koefisien Keragaman Tingkat Mortalitas Anakan..

31

15. Penentuan Pasta Polen Suplemen Terbaik...................... ...........

32

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)
SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

SKRIPSI
SAKINAH AGIL AL-ATTAS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRACT
DEVELOPMENT OF Apis mellifera COLONY GIVEN GOLDEN APPLE
SNAIL (Pomacea sp.) MEAL AS POLLEN SUPPLEMENT
Al-Attas, S. A., H. C. H. Siregar., and Kuntadi.
The availability of food source is the most important factor in beekeeping. Nectar
and pollen are foods for honeybee which can be obtain from plants. Pollen is needed
as the major source of dietary protein, lipids, minerals and vitamins, but it is not
always available. Other alternative to overcome lack of pollen is pollen supplement.
Golden Apple Snail or GAS meal is suggested as pollen supplement because of its
high protein content. The study was conducted from January up to February 2008 at
“Sari Bunga”, Titisan Village, Sukaraja, Sukabumi. Twenty five colonies of Apis
mellifera were used in this study. All colonies had queens of the same age (one year)
and seven combs. Twenty colonies assigned to feed on pollen supplement were given
pollen trap to avoid fresh pollen entering the hives. The purpose of this study was to
analyze the effect of pollen supplement pasta of four different proportion of golden
apple snail or GAS meal on feed consumption, worker’s body weight, colony weight
and weight gain, feed conversion, brood rearing area and area gain and brood
mortality. The result showed that pollen supplement gave the better perform of
colony in brood rearing, brood rearing gain and brood mortality than control. Pasta
with 25% TKM was the best pollen supplement because of its efficiency.
Keywords: Apis mellifera, golden apple snail meal, brood rearing, pollen
supplement.

RINGKASAN
SAKINAH AGIL AL-ATTAS. D14104066. 2008. Perkembangan Koloni Lebah
Madu Apis mellifera yang Mendapat Tepung Keong Mas (Pomacea sp.) Sebagai
Suplemen Polen. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Ir. Hotnida C.H. Siregar, MSi
: Drs. Kuntadi, M.Agr

Kesuksesan beternak lebah madu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan.
Polen (serbuk sari) adalah satu-satunya sumber protein alami bagi lebah madu untuk
memproduksi royal jelly yang merupakan makanan bagi ratu dan anakan sampai
umur satu hari. Ketersediaan polen sangat menentukan perkembangan anakan lebah
madu. Pembudidayaan lebah madu membutuhkan polen dalam mutu dan jumlah
yang memadai serta terus menerus sepanjang tahun, tetapi keberadaan polen di alam
tidak selalu tersedia karena tergantung musim bunga. Kekurangan polen sebagai
pakan sumber protein dapat diatasi salah satunya dengan cara membuat polen
tambahan (pollen supplement).
Keong mas merupakan salah satu bahan alternatif tambahan polen yang
berpotensi meningkatkan perkembangan anakan lebah madu karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan mudah didapat. Penentuan taraf terbaik pemberian tepung
keong mas sebagai bahan tambahan polen dilakukan dalam penelitian di peternakan
lebah madu Sari Bunga selama satu setengah bulan pada Januari sampai dengan
Februari 2008. Penentuan taraf terbaik didasarkan pada hasil analisis pengaruh
pemberian tepung keong mas dengan taraf berbeda terhadap tingkat konsumsi bahan
kering dan protein, bobot badan lebah pekerja umur sehari, bobot dan pertambahan
bobot koloni, konversi pakan, luas sarang anakan dan pertambahannya serta
mortalitas anakan lebah madu.
Penelitian ini menggunakan 25 koloni lebah Apis mellifera dengan ratu yang
berumur sama (satu tahun) dan jumlah sisiran yang seragam (tujuh sisiran).
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan empat taraf perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan berupa polen tambahan
yang diberi tepung keong mas (TKM) dengan taraf berbeda; 0%, 12,5%, 25% dan
50%. Sebagai pembanding, digunakan koloni yang mendapat polen dari alam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian polen suplemen
menghasilkan performa koloni yang lebih baik pada luas anakan, pertambahan luas
anakan dan mortalitas anakan) daripada yang mendapat polen dari alam. Pasta
dengan taraf TKM 25% merupakan pasta suplemen polen terbaik karena paling
efisien digunakan oleh lebah dibandingkan pasta lainnya.
Kata-kata kunci: Apis mellifera, polen suplemen, tepung keong mas, konversi pakan,
luas sarang anakan.

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)
SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

Oleh
SAKINAH AGIL AL-ATTAS
D14104066

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Juni 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Hotnida C.H. Siregar, MSi.
NIP. 131 881 141

Drs. Kuntadi, MAgr.
NIP. 710 006 096

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr
NIP. 131 955 531

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera
YANG MENDAPAT TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.)
SEBAGAI SUPLEMEN POLEN

SAKINAH AGIL AL-ATTAS
D14104066

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1987 di Dhaka, Bangladesh.
Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Agil Salem AlAttas dan Zakiah Al-Attas.
Pendidikan dasar Penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDS Rumpun
Cempaka, Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2001 di Sekolah Indonesia Cairo dan pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Indonesia Cairo.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2004.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi pengurus English Club
di Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) periode 2004-2005.
Penulis juga pernah menjadi anggota UKM Panahan pada tahun 2005-2006 dan
anggota paduan suara mahasiswa Agria Swara pada tahun 2004-2007.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas
besarnya limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan studi dengan bukti tugas akhir (skripsi) yang berjudul Perkembangan
Koloni Lebah Madu Apis mellifera yang Mendapat Tepung Keong Mas (Pomacea
sp.) Sebagai Suplemen Polen. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada teladan dan pemimpin umat terbaik hingga akhir zaman, Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.
Harapan Penulis agar hasil penelitian ini membawa manfaat dalam dunia
peternakan lebah madu dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .........................................................................................

i

ABSTRACT ............................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .............................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

ix

PENDAHULUAN ...................................................................................

1

Latar Belakang .............................................................................
Tujuan ..........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3

Klasifikasi Lebah Madu ................................................................
Biologi Lebah Madu ....................................................................
Siklus Hidup Lebah Madu ............................................................
Telur .................................................................................
Larva ... .............................................................................
Pupa ..................................................................................
Dewasa .............................................................................
Pakan dan Perkembangan Koloni .................................................
Polen ................................................................................
Pakan Tambahan ..............................................................
Keong Mas ...................................................................................

3
3
4
5
6
6
6
7
7
8
8

METODE ...... ..........................................................................................

11

Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi ..........................................................................................
Lebah Madu .....................................................................
Bahan Pakan .....................................................................
Peralatan ...........................................................................
Rancangan ...................................................................................
Analisis Data ....................................................................
Peubah yang diamati..........................................................
Prosedur .......................................................................................
Persiapan Koloni ...............................................................
Pembuatan Tepung Keong Mas ........................................
Pembuatan Pasta Polen Suplemen .....................................
Pelaksanaan Penelitian.......................................................
Pengambilan Data ................................................................

11
11
11
11
11
11
12
12
12
12
13
13
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................

18

Tepung Keong Mas sebagai Suplemen Polen..................................
Konsumsi Bahan Kering dan Protein ............................................
Konsumsi Bahan Kering ...................................................
Konsumsi Protein .............................................................
Bobot Lebah Pekerja Umur Sehari ...............................................
Bobot Koloni dan Pertambahannya ...............................................
Bobot Koloni ....................................................................
Pertambahan Bobot Koloni................................................
Konversi Pakan.............................................................................
Luasan Sarang Anakan dan Pertambahannya ................................
Luas Sarang Anakan .........................................................
Pertambahan Luas Sarang Anakan ....................................
Mortalitas Anakan.........................................................................
Penentuan Pasta Polen Suplemen Terbaik .....................................

18
20
20
22
24
25
25
27
27
27
28
29
30
32

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................

34

Kesimpulan ..................................................................................
Saran ............................................................................................

34
34

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

36

LAMPIRAN ............................................................................................

38

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Siklus Hidup Lebah Madu Apis mellifera ................................

5

2. Komposisi Nutrien Keong Mas ................................................

9

3. Komposisi Pembuatan Polen Suplemen ...................................

13

4. Analisis Protein Tepung Keong Mas, Tepung Polen Jagung
dan Polen Suplemen.................................................................

18

5. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Bahan Kering .....

20

6. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Protein ...............

22

7. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Lebah Pekerja
Umur Sehari ............................................................................

24

8. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Koloni ......................

25

9. Rataan Jumlah Populasi Lebah Pekerja ....................................

26

10. Rataan dan Koefisien Keragaman Pertambahan Bobot Koloni....

27

11. Rataan dan Koefisien Keragaman Konversi Pakan Terhadap
Pertambahan Bobot Koloni........................................................

28

12. Rataan dan Koefisien Keragaman Luas Sarang Anakan ...........

28

13. Rataan dan Koefisien Keragaman Pertambahan Luas Anakan ..

30

14. Rataan dan Koefisien Keragaman Tingkat Mortalitas Anakan..

31

15. Penentuan Pasta Polen Suplemen Terbaik...................... ...........

32

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Tiga Kasta dalam Koloni Lebah Madu ....................................

4

2. Fisik A. mellifera Empat Stadia di dalam Sel ...........................

5

3. Penggunaan Pollen Trap Saat Penelitian. .................................

14

4. Penyimpanan Pasta Polen Suplemen Pada Sisiran Lebah..........

14

5. Skema Pembagian Koloni dengan Presentase Suplemen Polen
Berbeda ...................................................................................

15

6. Pasta Polen Suplemen dengan Taraf Tepung Keong Mas
Berbeda ...................................................................................

19

7. Konsumsi Bahan Kering Pasta Polen Suplemen .......................

21

8. Konsumsi Protein Pasta Polen Suplemen ................................

22

9. Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Polen Suplemen..

23

10. Grafik Luas Sarang Anakan Selama Penelitian.............................

29

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Analisis Keragaman Bobot Lebah Pekerja .................................

37

2. Analisis Keragaman Bobot Koloni.............................................

37

3. Analisis Keragaman Pertambahan Bobot Koloni........................

37

4. Analisis Keragaman Pertambahan Luas Anakan ........................

37

5. Analisis Keragaman Mortalitas Anakan .....................................

37

6. Perhitungan Populasi Koloni......................................................

38

7. Daftar Harga Bahan Polen Suplemen .........................................

38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha peternakan lebah madu sejak pertengahan 1970 sudah mulai
dikembangkan di Indonesia. Masyarakat telah mengetahui bahwa lebah madu
mempunyai potensi besar yang bermanfaat bagi manusia, namun dalam segi
manajemen dan pemeliharaan, lebah madu belum mendapatkan perhatian khusus
karena beternak lebah madu secara intensif masih relatif baru (Sihombing, 1997).
Kesuksesan beternak lebah madu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan.
Sumber pakan lebah madu adalah nektar dan polen (serbuk sari) yang diperoleh dari
tanaman. Kedua bahan pakan ini menyediakan karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral yang dibutuhkan lebah madu untuk perkembangan koloninya. Sebagian
besar energi yang diperlukan lebah madu berasal dari nektar, sedangkan kandungan
protein lebih banyak ditemukan pada polen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
larva, perkembangan kelenjar hypopharing dan lemak tubuh (Winston, 1987).
Polen merupakan sumber protein alami bagi lebah madu. Polen sangat vital
bagi perkembangan beberapa organ dalam lebah pekerja (Keller et al., 2005)
sehingga ketersediaannya sangat menentukan terhadap perkembangan dan kondisi
kesehatan koloni. Kekurangan polen dapat mengakibatkan penurunan jumlah anakan,
perkembangan lebah yang tidak normal, memperpendek umur lebah pekerja, dan
penurunan produksi madu (Winston et al., 1983).
Polen adalah benih jantan tumbuhan yang hanya terdapat pada bunga. Hal ini
menyebabkan keberadaan dan perkembangan lebah madu secara alami sangat
tergantung kepada keberadaan bunga. Karena masa pembungaan umumnya bersifat
musiman, pada waktu tertentu koloni lebah mengalami kelangkaan pangan. Bagi
peternak lebah, masa langka bunga adalah masa kritis. Populasi koloni mengecil dan
tidak jarang sampai tingkat yang paling rendah. Contoh nyata di lapangan, yaitu pada
saat koloni lebah madu digembalakan di perkebunan karet (Hevea braziliensis) dan
rambutan (Nephelium lapaceum). Meskipun koloni lebah mampu memproduksi
madu yang cukup banyak dari kedua jenis tanaman tersebut, namun populasi koloni
mengalami penurunan drastis karena kurangnya pasokan polen. Kondisi demikian
sangat berpengaruh terhadap musim panen selanjutnya, karena penurunan populasi
yang tajam akan menyebabkan keterlambatan perkembangan koloni di saat

1

menyongsong kedatangan musim nektar. Akibatnya, petani lebah tidak dapat
memanfaatkan musim panen secara maksimal atau bahkan mengalami gagal panen.
Sebagian besar peternak bergantung pada ketersediaan polen jagung (Zea
mays) selama masa pemeliharaan. Hasil uji laboratorium terhadap polen yang
dikumpulkan lebah madu di peternakan Sari Bunga, Sukabumi, yang sebagian besar
berasal dari tanaman jagung diketahui kandungan proteinnya sekitar 11,17%
(Arianne, 2007). Persentase kadar protein sebesar itu tergolong sangat rendah
dibandingkan kebutuhan minimal untuk perkembangan koloni lebah. Menurut
Winston (1987), kadar protein polen kurang dari 20% tidak mencukupi kebutuhan
koloni untuk tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal.
Peternak maupun peneliti saat ini mengupayakan alternatif polen pengganti
(pollen substitute) dan polen tambahan (pollen suplement) untuk mengatasi
kekurangan sumber protein alami. Menurut Chalmers (1980), pemberian polen
tambahan yang pas dapat menghasilkan perkembangan pesat pada performa koloni.
Selanjutnya, dikatakan bahwa bahan sumber protein hewani dapat digunakan sebagai
tambahan polen lebah madu, seperti yang juga dilakukan oleh Winston et al. (1983)
yang menggunakan campuran tepung ikan haring dan ragi bir sebagai polen
tambahan. Salah satu bahan yang belum diteliti dan berpotensi sebagai pakan lebah
madu adalah tepung keong mas (Pomacea sp.). Keong mas mudah didapat dan
memiliki nilai protein sebesar 54,3 % (Bombeo-Tuburan et al., 1995) sehingga telah
banyak dimanfaatkan untuk campuran bahan pakan ternak (Suwarman, 1989).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung keong mas
dengan persentase yang berbeda terhadap tingkat konsumsi bahan kering dan protein
lebah madu, bobot lebah pekerja umur sehari, bobot koloni dan pertambahannya,
konversi pakan, luas sarang anakan dan pertambahannya, serta mortalitas anakan
Apis mellifera.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Lebah Madu
Singh (1962) mengklasifikasikan lebah madu sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Famili

: Apidae

Genus

: Apis

Spesies

: A. cerana, A. mellifera, A dorsata, A. florea.

Saat ini telah diketahui bahwa genus Apis mempunyai sembilan spesies, yaitu
A. andreniformis, A cerana, A. florea, A. mellifera, A. dorsata, A. koschevnikovi, A.
laboriosa, A. nigrocincta dan A. nuluensis (Oldroyd dan Wongsiri, 2004).
Menurut Free (1982), spesies lebah madu yang dikenal dan paling luas
penyebarannya adalah A. mellifera. Kemampuannya memproduksi madu yang sangat
tinggi menjadikan lebah ini banyak diperkenalkan di wilayah baru yang sebelumnya
merupakan daerah penyebaran A. cerana. Apis mellifera aslinya berasal dari daerah
subtropis, yaitu benua Eropa. Ukurannya 1,25 kali lebih besar daripada A. cerana.
Panjang lebah ratu sekitar 1,9 cm, jantan 1,65 cm dan lebah pekerja sekitar 1,35 cm.
Warna tubuh bervariasi dari coklat gelap sampai kuning hitam, sifatnya sabar dan
selalu menjaga sarangnya agar tetap bersih (PPAP, 2004). Sihombing (1997)
menambahkan, A. mellifera memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga dari spesies
lebah ini dapat dibuat galur baru yang mampu hidup di lingkungan dan iklim yang
berbeda dari tempat aslinya. Karena itulah pembudidayaan

A. mellifera lebih

diutamakan di Indonesia.
Biologi Lebah Madu
Satu koloni lebah umumnya terdiri dari ribuan lebah pekerja, ratusan lebah
jantan dan satu lebah ratu. Ketiga kasta lebah dewasa dapat dibedakan dengan jelas
dari ukuran tubuh atau bagian-bagian tubuh; yang paling besar adalah ratu, diikuti
oleh jantan dan yang paling kecil adalah lebah pekerja seperti yang tampak pada
Gambar 1.

3

Pejantan

Pekerja

Ratu
Sumber: Winston (1987)

Gambar 1. Tiga Kasta dalam Koloni Lebah Madu
Masing-masing kasta memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi
dan anatomi tubuhnya. Lebah pekerja bertanggung jawab mengerjakan seluruh tugas
di dalam dan di luar sarang, diantaranya memberi makan lebah ratu dan larva,
mencari pakan (nektar dan polen), mencari air, menjaga sarang dan memproses
nektar menjadi madu yang matang. Madu dibuat oleh lebah dari nektar bunga. Lebah
mengisap nektar dari bunga lalu dibawa ke sarang. Setiap lebah pekerja menumpuk
nektar yang dikumpulkan kedalam kantong khusus di dalam tubuh lebah yang
disebut perut madu atau honey sac. Di dalam perut, gula-gula sukrosa dari nektar
dipecah menjadi gula-gula sederhana, fruktosa dan glukosa, melalui suatu proses
yang disebut inversi. Setelah lebah mendepositkan nektar dalam sarang, dibiarkan
sebagian besar airnya menguap sehingga cairan semakin kental (Sihombing, 1997).
Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1980), ratu adalah satu-satunya lebah
betina sempurna yang berfungsi reproduksi untuk menjamin kelestarian koloni.
Lebah ratu mempunyai pakan khusus yaitu royal jelly sehingga ratu dapat bertelur
2000 butir telur per hari yang nantinya menjadi cikal bakal koloni lebah baru. Tugas
lebah jantan adalah mengawini ratu lebah dan langsung mati setelah berhasil kawin
karena alat kelaminnya tertinggal di abdomen lebah ratu (Sarwono, 2001).
Siklus Hidup Lebah Madu
Siklus hidup lebah mengalami metamorfosis. Lebah madu harus melewati
beberapa tahapan sebelum menjadi lebah dewasa yang sempurna. Perkembangan
siklus hidup lebah madu berdasarkan stadia perkembangannya terbagi kedalam
empat bagian, yaitu: telur, larva, pupa dan dewasa seperti yang terlihat pada
Gambar 2.

4

Telur

Larva
Pupa

Dewasa
Sumber: Winston (1987).

Gambar 2. Fisik A. mellifera empat stadia di dalam sel
Telur yang baru dikeluarkan lebah ratu akan menetas menjadi larva pada hari
ketiga. Fase larva (hari ke-4 sampai ke-9) adalah fase dimana dibutuhkan banyak
pasokan makanan, khususnya royal jelly yang dihasilkan dari kelenjar hypopharing
lebah pekerja muda. Pada hari ke-10, larva berubah menjadi pupa. Pada tahap ini,
beberapa anggota tubuh lebah sudah mulai terbentuk, seperti mata, sayap, dan kaki.
Pupa berubah menjadi lebah dewasa dari hari ke-16 hingga 24, bergantung pada jenis
lebah yang akan muncul (Tabel 1).
Tabel 1. Siklus Hidup A. mellifera
Kasta
(Strata)

Ratu
Pekerja
Pejantan

Stadia
Telur
Larva
Pupa
Total
-------------------(hari)----------------3
5
7-8
15-16
3
4-5
11-12
18-21
3
7
14
24

Lama hidup
(telur-dewasa)

Tahunan
Mingguan-bulanan
Bulanan

Sumber: Singh (1962)

Telur
Menurut Pavord (1975), A. mellifera mampu memproduksi telur 1800-2000
butir per hari. Lebah ratu memproduksi dua macam telur, yaitu telur yang dibuahi
dan yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi ratu atau lebah
pekerja sedangkan yang tidak dibuahi menjadi calon pejantan. Khusus telur calon
ratu diletakkan pada sel ratu yang berbeda dengan sel lain yaitu berada dalam sel

5

khusus yang bergantung tegak lurus kearah bawah sarang dan berukuran lebih besar
dan memanjang (Winston, 1987).
Larva
Pada Tabel 1 terlihat lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadia
larva berbeda-beda di antara kasta lebah. Menurut Gojmerac (1980), pada dua hari
pertama semua larva diberi makanan yang sama yaitu royal jelly. Bagi larva yang
dipersiapkan sebagai calon ratu mendapat tambahan royal jelly lebih dari 2,5 hari
pertama. Larva lebah madu mempunyai fisik seperti ulat berwarna putih yang tidak
memiliki kaki, mata, antena, sayap maupun sengat tetapi memiliki mulut sederhana
yang hanya digunakan untuk menelan pakan yang ditempatkan oleh lebah pekerja di
dalam sel.
Pupa
Menurut Sarwono (2001), tubuh pupa mengalami perubahan sedikit demi
sedikit dengan terlihatnya sayap dan kaki yang mulai tumbuh pada saat larva
memasuki fase pupa. Selama perkembangan fase pupa, kutikula secara bertahap
menjadi gelap dan perubahan warna ini dapat digunakan untuk menentukan umur
pupa. Lama waktu stadia pupa berakhir sekitar 7 sampai 8 hari untuk lebah ratu, 11
sampai 12 hari untuk lebah pekerja, dan bagi lebah jantan adalah 14 hari, kemudian
diikuti dengan berakhirnya pergantian kulit menuju tahap dewasa (Singh, 1962).
Dewasa
Karakteristik lebah madu yang baru keluar dari sel terlihat dari kondisinya
yang masih lemah, kutikula berwarna pucat dan belum mengeras (Free, 1982).
Berbanding lurus dengan ukuran tubuh, lama hidup ratu pun lebih panjang
dibandingkan pejantan dan selanjutnya pekerja. Kisaran bobot badan ratu, pejantan
dan pekerja yang baru keluar dari sel adalah 178-292 mg, 196-225, dan 81-151 mg.
Lama hidup, untuk lebah ratu dapat mencapai dua tahun, pejantan 21-90 hari
tergantung musim, dan lebah pekerja sekitar 20–40 hari. Di musim dingin, lebah
bekerja dapat hidup hingga 140 hari (Koning, 1994). Faktor-faktor yang
mempengaruhi bobot badan lebah madu antara lain ukuran sel, jumlah dan umur
lebah perawat, populasi koloni, ketersediaan nektar dan polen, hama (Varroa),
penyakit (nosema) dan cuaca (Winston et al., 1983).

6

Penampilan lebah ratu berbeda dari lebah pekerja terutama bagian
abdomennya yang terlihat lebih besar dan lebih panjang untuk menampung ovarium
yang berkembang dengan subur (Sihombing, 1997).
Lebah pekerja mempunyai organ reproduksi yang tidak berkembang dengan
sempurna. Walaupun demikian, lebah pekerja mampu melakukan semua tugas di
dalam maupun di luar sarang dengan organ yang dimilikinya. Peran lebah pekerja
antara lain menyediakan royal jelly bagi calon ratu; royal jelly adalah hasil sekresi
kelenjar mandibularis lebah pekerja (Sihombing, 1997).
Jumlah lebah pekerja dalam satu koloni sangat bervariasi. Menurut
Sihombing (1997), koloni A. mellifera biasanya dihuni 60.000-80.000 lebah pekerja
pada musim bunga berlimpah, sedangkan pada musim paceklik (dearth period)
hanya terdapat 10.000 lebah pekerja atau kurang.
Lebah pejantan mempunyai mata yang besar, antena yang panjang dan
sayapnya lebih besar dari kedua kasta (Free, 1982), tidak memiliki keranjang polen
(pollen basket), kelenjar malam (wax gland) maupun sengat (Sihombing, 1997).
Fungsinya selama hidup hanya mengawini ratu.
Pakan dan Perkembangan Koloni
Polen
Polen adalah sel kelamin jantan tumbuhan yang berprotein tinggi. Polen
dimakan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein. Kandungan protein
kasarnya bervariasi antara 8-40% (rata-rata 23%) (Sihombing, 1997). Polen
mengandung sepuluh unsur asam amino esensial diantaranya arginin, fenilalanin,
histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, treonin, triptofan dan valin (RIRDC, 2005)
yang sangat diperlukan untuk perkembangan alat reproduksi, kelenjar, rambut atau
bulu, sayap lebah serta memperbaiki bagian-bagian tubuh yang telah rusak. Oleh
karena itu, polen sangat penting untuk kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
koloni (Winarno, 1982). Lebah membutuhkan protein yang berasal dari polen untuk
perkembangan kelenjar hypopharing, sehingga jika terjadi kekurangan polen dapat
menyebabkan

perkembangan

kelenjar

terhambat

dan

umur

lebih

pendek

(Winston, 1987).

7

Lebah pekerja memilih polen berdasarkan bau dan bentuk fisik dari butiran
polen, bukan berdasarkan nilai nutrisi, umur, atau warna (Winston, 1987).
Pakan Tambahan
Tersedianya tanaman pakan merupakan syarat utama untuk pengembangan
budidaya lebah madu. Pengembangan koloni lebah madu memerlukan bunga yang
mengandung banyak polen sebagai sumber protein. Beberapa keadaan yang
membutuhkan polen suplemen adalah jika lintasan terbang lebah terbatas, koloni
lemah, sumber polen berkualitas rendah dan defisiensi polen (RIRDC, 2005). Nektar
sebagai sumber karbohidrat masih dapat disuplai atau diganti dengan sirup gula,
namun polen meskipun dapat dibuat pengganti atau suplemen, relatif lebih sulit
diganti dan lebih mahal (Sukartiko, 1986). Menurut Hendayati (1997), pakan
tambahan berupa larutan gula dimaksudkan untuk mengatasi masa kekurangan nektar
di lapangan. Oleh karena itu kandungan gizi yang ada di dalam pakan tambahan
sebaiknya sama dengan kandungan nektar alami. Kandungan gula dalam nektar yang
baik harus di atas 20%, karena kadar gula di atas 20% mampu mencukupi kebutuhan
energi bagi aktivitas lebah madu.
Protein sangat penting bagi kelangsungan sebuah koloni lebah madu,
sehingga banyak sumber protein lain diteliti dengan harapan akan ditemukan bahan
makanan untuk menggantikan polen alami. Menurut Smith (2000), faktor-faktor
yang menjadikan suatu bahan sebagai polen pengganti atau polen tambahan adalah
ketertarikan lebah untuk mengkonsumsi.
Keong Mas
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) yang dikenal dengan nama
GAS (golden apple snail) merupakan hama yang menyebabkan kegagalan dalam
panen padi. Keong mas mengandung protein yang cukup tinggi dan zat lain yang
berguna bagi tubuh sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan
ternak, pakan ikan, pakan kepiting dan udang serta obat (Suwarman, 1989). Keong
mas mengandung 10 asam amino yang juga terdapat di dalam polen (Tabel 2).
Menurut Dharitri (1995) proporsi daging keong mas hanya sekitar 18% berat
keong mas hidup dengan cangkangnya atau sekitar 43% dari bagian daging beserta
alat pencernaannya. Keong mas dewasa memiliki cangkang yang berdiameter sekitar
empat sentimeter dan berat 10-20 gram. Pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh

8

ketersediaan kalsium sebagai bahan pembentuk cangkang. Keong mas dapat hidup 26 tahun dengan fertilitas yang tinggi. Jenis moluska ini hidup di perairan yang jernih,
bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah dan menyukai tempattempat yang aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering. Keong
mas dapat bertahan hidup sampai enam bulan di dalam tanah, apabila lahan tersebut
kekeringan. Hewan ini dapat hidup pada air yang memiliki pH 5-8, serta toleransi
suhu antara 18-28ºC. Pada suhu yang lebih tinggi, keong mas makan, bergerak dan
tumbuh lebih cepat. Pada suhu yang lebih dingin, hewan ini masuk ke dalam lumpur
dan menjadi tidak aktif. Pada suhu di atas 32ºC, keong mas memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi.
Tabel 2. Komposisi Nutrien Keong Mas
Komponen

Jumlah
(% Bobot Kering)ª

Asam Amino

Jumlah
(% dari protein)b

Protein Kasar

54,3

Arginin

6,89

Lemak Kasar

1,4

Histidin

1,41

Serat Kasar

2,0

Isoleusin

2,76

Abu

21,9

Leusin

7,10

BETN

20,4

Lisin

9,60

Kalsium

6,2

Metionin

2,20

Phospor

1,2

Phenilalanin

3,13

Threonin

4,30

Tryptophan

4,58

Valin

3,14

Sumber: a) Bombeo-Tuburan et al. (1995)
b) Suryana (2000)

Dalam konteks pengelolaan populasi keong mas di alam, kita mengenal
paling sedikit dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai hama padi yang rakus,
dan sebagai suatu potensi sumber protein yang dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan keong mas telah banyak dilakukan untuk pengembangan pakan
ternak, diantaranya pada pengembangan ternak itik, keong mas merupakan makanan
campuran sebagai sumber protein paling murah. Penggunaan keong mas sebagai
makanan itik sebagai sumber protein hewani telah dilakukan sejak tahun 1985

9

(Kompiang et al., 1985). Di Sumatera Selatan, pemberian tepung keong mas 10%
mampu menaikkan hasil telur itik mencapai 80%. Selain itik, tepung keong mas juga
digunakan di peternakan ayam broiler, ayam buras, burung puyuh, ikan bahkan pada
ruminansia khususnya sapi potong. Pemberian sekitar 4,5% tepung keong mas pada
peternakan sapi potong memberikan hasil pertumbuhan yang cukup baik dan tingkat
keuntungan yang paling tinggi dibandingkan dengan sistem pemberian pakan yang
biasa dilakukan oleh para peternak di Sulawesi Selatan. Berdasarkan pernyataan
tersebut, diharapkan tepung keong mas dapat memberikan dampak positif terhadap
perkembangan koloni lebah madu.

10

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di peternakan lebah madu “Sari Bunga”, Desa Titisan
RT 27 RW 06, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Pelaksanaan penelitian
dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2008.
Materi
Lebah Madu
Penelitian ini menggunakan ternak lebah madu A. mellifera sebanyak 25
koloni yang mempunyai ratu dengan umur seragam yakni kurang lebih satu tahun
dengan jumlah sisiran sebanyak 7 buah setiap koloni.
Bahan Pakan
Bahan yang digunakan antara lain tepung keong mas (TKM) sebagai pakan
tambahan yang dicampur dengan pakan alami yaitu tepung polen jagung (TPJ) dan
sirup gula. Keong mas yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam
laboratorium lapang Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah kotak lebah (stup), perangkap polen (pollen
trap), timbangan digital merk ADAM dengan ketelitian 0,01 gram dan merk SW-1
dengan ketelitian 2 gram, plastik transparansi, plastik, pengasap, masker, sikat lebah,
pengaduk dan alat tulis.
Rancangan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
empat taraf perlakuan, yaitu pemberian tepung keong mas (TKM) 0%, 12,5%, 25%
dan 50%. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Lima koloni sisanya
digunakan sebagai unit pembanding yang tidak diberi perlakuan.
Model matematika yang akan digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya
(2002) adalah:
Yij = µ + i + ij

11

Keterangan:
Yij

: Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ

: rataan umum

i

: pengaruh taraf pemberian tepung keong mas ke-i

ij

: pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j, j = 1,2,3,4 dan 5

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis ragam (ANOVA)
Rancangan Acak Lengkap dengan selang kepercayaan 95% dan dilakukan uji
Tukey’s bila terdapat perbedaan yang nyata. Untuk data yang tidak memenuhi uji
asumsi, analisa menggunakan deskriptif.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati antara lain :
a. Konsumsi bahan kering dan protein
b. Bobot badan lebah pekerja umur sehari
c. Bobot koloni dan pertambahannya
d. Konversi pakan
e. Luas sarang anakan dan pertambahannya
f. Mortalitas anakan
Prosedur
Persiapan Koloni
Pemilihan koloni dimaksudkan untuk mendapatkan koloni dengan populasi
dan kondisi koloni yang relatif seragam. Selain dipilih koloni yang memiliki ratu
dengan umur yang sama, yaitu sekitar satu tahun, jumlah sarang dan ukuran populasi
koloni juga diupayakan sama. Jumlah sarang masing-masing koloni sebanyak 7 buah
dan bobot koloni lebah berkisar antara 1000–1500 gram dengan jumlah populasi
berkisar antara 13.000–17.000 ekor lebah.
Untuk mendapatkan koloni dengan bobot yang relatif sama dilakukan pengukuran
bobot dari sekitar 25-30 koloni dengan cara sebagai berikut:
Bobot Koloni

=

Populasi Koloni =

(Berat Lebah + Bingkai Sarang) – Bingkai Sarang
Bobot Koloni
Bobot Rata-rata / ekor lebah pekerja

12

Pembuatan Tepung Keong Mas
Keong mas dikumpulkan dari kolam laboratorium lapang FPIK, lalu
dibersihkan dan direbus sampai mendidih dengan tujuan untuk menghilangkan bau
amis. Sebelum dikeringkan, daging keong mas terlebih dahulu dikeluarkan dari
cangkangnya kemudian diiris. Irisan keong mas dikeringkan dengan oven pada suhu
maksimal 60ºC kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling tepung
dengan saringan berukuran 80-100 mash.
Pembuatan Pasta Polen Suplemen