Potensi Nanopropolis Lebah Madu Trigona spp dan Lebah Madu Apis mellifera Sebagai Antioksidan

POTENSI NANOPROPOLIS LEBAH MADU Trigona spp dan
LEBAH MADU Apis mellifera SEBAGAI ANTIOKSIDAN

MIKE JUSPAWIZA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi
NanopropolisLebah Madu Trigona spp dan Lebah Madu Apis mellifera Sebagai
Antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Mike Juspawiza
NIM G84070043

ABSTRAK
MIKE JUSPAWIZA. Potensi Nanopropolis Lebah Madu Trigona spp dan Lebah
Madu Apis mellifera Sebagai Antioksidan. Dibimbing oleh EMAN KUSTAMAN
dan I MADE ARTIKA.
Propolis merupakan resin yang dihasilkan oleh lebah madu. Propolis
merupakan salah satu sumber antioksidan yang alamiah. Antioksidan merupakan
sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Nanopropolis adalah propolis yang pemrosesannya menggunakan nano teknologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi propolis dan nanopropolis
sebagai antioksidan. Propolis diekstraksi dengan menggunakan metode bantuan
gelombang mikro atau MAE (Microwave-assisted extraction) dengan
perbandingan bahan 1: 9. Selanjutnya dilakukan pembuatan sediaan nanopropolis
dengan metode Aimi yang dimodifikasi, dengan harapan dapat lebih efektif
dibandingkan sediaan propolis sebagai antioksidan dengan menggunakan propolis
lebah madu Trigona spp asal Malang, Bogor, Pandeglang dan lebah madu Apis

mellifera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak propolis Malang tidak aktif
sebagai antioksidan, sedangkan ekstrak propolis Bogor aktif sebagai antioksidan.
Propolis komersial I dan komersial II sangat aktif sebagai antioksidan, sedangkan
nanopropolis komersial I, komersial II, Malang, Pandeglang dan Bogor tidak aktif
sebagai antioksidan.
Kata kunci: antioksidan, nanopropolis, propolis.

ABSTRACT
MIKE JUSPAWIZA. The Potential of Honey Bee Trigona spp and Honey Bees
Apis Mellifera as Antioxidant. Under the guidance of EMAN KUSTAMAN and I
MADE ARTIKA.
Propolis is a resin produced by honey bees. Propolis is a natural
antioxidant. Antioxidants are substances that serve to protect the body from free
radical attack. Nanopropolis is propolis processed using nano technology. The
research aims was to determine the potential of propolis and nanopropolis as an
antioxidant. Propolis extracted by using microwave assisted extraction or
commonly called MAE method with a ratio of material 1: 9. Nanopropolis was
made by using the method of manufacture nanopropolis Aimi modified, with
hopes of more effectively than propolis as antioxidants. The results showed that
Malang propolis extracts inactive as antioxidants, whereas Bogor propolis extract

as active antioxidant. Propolis commercial I and commercial II is very active as an
antioxidant, while nanopropolis commercial I, commercial II, Malang,
Pandeglang, and Bogor inactive as an antioxidant.
Keywords: antioxidant, nanopropolis, propolis.

POTENSI NANOPROPOLIS LEBAH MADU Trigona spp dan
LEBAH MADU Apis mellifera SEBAGAI ANTIOKSIDAN

MIKE JUSPAWIZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Potensi Nanopropolis Lebah Madu Trigona spp dan Lebah Madu
Apis mellifera Sebagai Antioksidan
Nama
: Mike Juspawiza
NIM
: G84070043

Disetujui oleh

Ir. Eman Kustaman
Pembimbing I

Dr.Ir. I Made Artika, M.app.Sc,
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. I Made Artika, M.App.Sc,

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya
ilmiah ini. Banyak kendala yang penulis hadapi dalam proses pembuatan karya
ilmiah ini. Namun, berkat rahmat Allah SWT dan dorongan semangat dan
bantuan dari keluarga tercinta, dan teman-teman, karya ilmiah dengan judul
“Potensi nanopropolis lebah madu Trigona spp dan lebah madu Apis mellifera
sebagai antioksidan” dapat diselesaikan dengan baik.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Eman Kustaman selaku
pembimbing pertama dan Bapak Dr.Ir. I Made Artika, M.App.Sc. selaku
pembimbing kedua yang telah membimbing dan mendukung penulis secara moril,
serta kepada Bapak Ir.H.A.E. Zainal Hasan, M.Si atas saran, dukungan secara
materil dan moril. Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada orang tua
tercinta, kakak tercinta, dan keponakan tercinta yang selalu mendoakan, memberi
motivasi dan dukungan. Terimakasih juga kepada teman-teman Wisma Mewah
tercinta, Syifa, Nia, Abang, Mevi, Retno, Putri, Huda, dan Umi, dan teman-teman

Biokimia 44 yang selalu memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.

Bogor, Maret 2013

Mike Juspawiza

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan

vi
vi
vi

1
2
2

Alat

2

Metode

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


3
3
5
8
8
11
24

DAFTAR TABEL
1 Rendemen ekstrak propolis lebah madu Trigona spp
2 Aktivitas antioksidan (IC50)
3 Aktivitas antioksidan ekstrak propolis Malang
4 Aktivitas antioksidan estrak propolis Bogor
5 Aktivitas antioksidan propolis Komersial I
6 Aktivitas antioksidan propolis Komersial II
7 Aktivitas antioksidan nanopropolis Komersial I
8 Aktivitas nntioksidan nanopropolis Komersial II
9 Aktivitas antioksidan nanopropolis Bogor
10 Aktivitas antioksidan nanopropolis Pandeglang
11 Aktivitas antioksidan nanopropolis Malang

12 Aktivitas antioksidan BHT

4
4
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1 Propolis kasar Trigona spp
2 Ekstrak etanol propolis
3 Struktur molekul β-siklodekstrin
4 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak propolis Malang

5 Kurva aktivitas antioksidan estrak propolis Bogor
6 Kurva aktivitas antioksidan propolis Komersial I
7 Kurva aktivitas antioksidan propolis Komersial II
8 Kurva aktivitas antioksidan nanopropolis Komersial I
9 Kurva aktivitas antioksidan nanopropolis Komersial II
10 Kurva aktivitas antioksidan nanopropolis Bogor
11 Kurva aktivitas antioksidan nanopropolis Pandeglang
12 Kurva aktivitas antioksidan nanopropolis Malang
13 Kurva aktivitas antioksidan BHT

4
4
7
12
13
14
15
16
17
18

19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Alur pembuatan ekstrak etanol propolis
Pembuatan nanopropolis
Penentuan rendemen ekstrak etanol propolis
Hasil aktivitas antioksidan

11
12
13
14

PENDAHULUAN
Salah satu riset kesehatan yang paling menarik sekarang ini adalah bidang
nutrien antioksidan. Antioksidan merupakan topik yang sedang hangat
dibicarakan, namun pemahaman akan apa sesungguhnya antioksidan masih sangat
rendah. Masyarakat umumnya lebih memilih antioksidan alami dibandingkan
dengan antioksidan sintetik.
Antioksidan merupakan zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas, yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin,
polifenol, karoten, dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar perannya pada
manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu
dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal
bebas.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif, karena memiliki elektron
yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya, sehingga dapat bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron dari molekul sel tubuh tersebut.
Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel, baik komponen struktural (molekul-molekul penyusun
membran) maupun komponen fungsional (protein, enzim-enzim, dan lain-lain).
Antioksidan membantu menghentikan proses perusakan sel dengan cara
memberikan elektron kepada radikal bebas. Antioksidan akan menetralisir radikal
bebas sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi mengambil elektron dari sel
dan DNA.
Propolis merupakan salah satu sumber antioksidan alamiah. Di dalam
propolis terkandung senyawa kimia yang sangat kompleks sehingga propolis
sudah banyak diteliti. Bioflavonoid yang terkandung didalam propolis dapat
mendegradasi radikal bebas yang disebabkan polusi, bahan pengawet dan bahan
kimia lain yang masuk ke dalam tubuh.
Jenis lebah yang dikenal mampu menghasilkan propolis dalam jumlah
banyak, yaitu jenis Trigona spp. Madu yang dihasilkan oleh lebah Trigona spp
memiliki aroma yang khas, yaitu campuran rasa manis dan asam seperti lemon
(Fatoni 2008). Lebah Trigona spp menghasilkan jumlah madu yang lebih sedikit,
dibandingkan dengan lebah madu Apis mellifera namun kandungan propolis pada
Lebah Trigona spp lebih banyak.
Apis mellifera merupakan lebah madu berasal dari Italia yang mudah
dibudidayakan. Produksi madunya sangat banyak yaitu dalam setahun dapat
mencapai 20 – 60 kg madu per koloni (Pusat Pelebahan Apriari Pramuka 2003).
Spesies lebah madu ini sangat cocok untuk usaha budidaya lebah madu untuk
skala komersial. Penyebaran lebah madu ini sangat luas, dari Eropa, Afrika, Asia
Barat, hingga Amerika. Propolis yang dihasilkan oleh lebah ini merupakan salah
satu komponen pembangun struktur sarang lebah madu dan menjadi sistem
pertahanan lebah dari serangan bakteri (Brown’s 1993).
Penelitian-penelitian sebelumnya banyak memberikan informasi bahwa
propolis memiliki potensi yang sangat menguntungkan. Lasmayanty (2007)
memperlihatkan propolis Trigona spp dapat digunakan sebagai antikaries dan
dapat digunakan sebagai alternatif dalam pasta gigi karena mampu menekan

2
pertumbuhan dan jumlah bakteri kariogenik (Streptococcus mutans), suatu bakteri
penyebab karies gigi. Penelitian yang dilakukan Anggraini (2006) memberikan
penjelasan bahwa propolis hasil ekstrak etanol 70% efektif mengambat
pertumbuhan bakteri. Fahri (2009) menyatakan bahwa nanopropolis 2%
memberikan efek positif terhadap pertumbuhan tikus putih (Spraque Dawley).
Saat ini, pemanfaatan nanopropolis sebagai antioksidan belum pernah dikaji
secara lebih lanjut.
Salah satu teknologi dalam penghantaran obat dalam dunia kedokteran
ataupun farmasi yaitu teknologi nanopartikel. Keuntungan menggunakan
teknologi nano pada obat antara lain, ukuran partikel dan karakteristik
permukaannya memudahkan untuk dimanipulasi agar mencapai efek pasif dan
aktif terhadap targetnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas nanopropolis sebagai
antioksidan. Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
kegunaan dan efektivitas nanopropolis sebagai antioksidan.

METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ekstrak etanol
propolis lebah madu Trigona spp asal Bogor, Pandeglang, dan Malang, serta
propolis cair dari lebah madu Apis mellifera (komersial I dan komersial II), βsiklodekstrin, bufer pH 5 dan pH 10, akuades, dan etanol 70%, BHT, DPPH.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu microwave, homogenizer
22000 rpm, evaporator, penangas air, cawan porselen, magnetic stirer, ELISA
reader, neraca analitik, lemari es, pipet, dan alat-alat gelas lainnya.
Metode
Ekstraksi Propolis
Propolis lebah madu Trigona spp asal Bogor, Malang, dan Pandeglang
diekstraksi dengan menggunakan metode bantuan gelombang mikro (microwave),
dengan perbandingan bahan 1:9 (Jang 2009). Sebanyak 2 gram propolis kasar
ditimbang dan dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan 18 ml
etanol 70%, labu ditutup dengan bahan yang berwarna hitam. Kemudian propolis
diekstraksi dengan cara perendaman dan pengadukan selama 18 jam dengan
menggunakan shaker orbital dengan kecepatan 200 rpm. Setelah 18 jam, labu
Erlenmeyer tersebut dimasukkan ke dalam microwave selama 30 menit dengan
suhu 50oC. Ekstrak disaring dan filtratnya diuapkan dengan penangas pada suhu
500C (Lampiran 1).

3
Pembuatan Nanopropolis
Pembuatan partikel nanopropolis menggunakan modifikasi metode Aimi et
al (2009). Ukuran nanopropolis yang dihasilkan lebih besar dari 10 nm dan lebih
kecil dari 300 nm. Sebanyak 50 mg ekstrak etanol propolis bersama 250 mg βsiklodestrin dan 50 mL etanol 70% dicampurkan, kemudian dihomogenisasi
dengan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 22000 rpm selama 20
menit. Waktu homogenisasi didasarkan pada waktu optimum yang diperoleh dari
penelitian Dwitaharyani (2012) yaitu tahap I dan II selama 20 menit, sedangkan
tahap III selama 30 menit, karena pada variasi waktu tersebutlah diperoleh ukuran
partikel kecil dari 300 nm. Kemudian hasil dari homogenisasi tersebut dipekatkan
dengan menggunakan rotavator untuk menguapkan etanolnya. Hasil dari proses
tersebut berbentuk pasta. Kemudian dengan perbandingan 5 mg:1.5 mL, diambil
250 mg hasil dari rotavator tersebut dan dilarutkan ke dalam 75 mL buffer fosfat
50 mM pH 10. Selanjutnya dihomogenisasi dengan menggunakan homogenizer
dengan kecepatan 22000 rpm selama 30 menit. Sebanyak 10 mL larutan
homogenisasi dimasukkan ke dalam 100 mL bufer fosfat 300 mM pH 5, lalu
dihomogenisasi dengan kecepatan 22000 rpm selama 30 menit (Lampiran 2).
Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Ekstrak propolis lebah madu Trigona spp asal Malang, Bogor, dan propolis
lebah madu Apis mellifera komersial I, dan komersial II dibuat dalam berbagai
konsentrasi yaitu 500, 250, 125, 62.5, 31.25, 15.62 dan 7.81 ppm. Sedangkan
untuk nanopropolis dibuat dengan konsentrasi yaitu 333.33, 166.66, 83.33, 41.66,
20.83, 10.41, 5.20 ppm. Setelah dibuat konsentrasi masing-masing, sampel
kemudian divorteks. Sebanyak 100 µL sampel nanopropolis diambil dan
direaksikan dengan 100 µL DPPH 125 µmol, kemudian diinkubasi selama 30
menit. Diukur absorbannya dengan menggunakan ELISA reader pada panjang
gelombang 517 nm (Ricardo 2009).
% Inhibisi = Absorban blanko- Absorban sampel x 100%
Absorban blanko
Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH yaitu IC 50.
Untuk mencari nilai IC50 maka dibuat kurva antara konsentrasi ekstrak dengan
persen inhibisi yang akan menghasilkan persamaan y = ax + b. Dengan
memasukkan angka 50 sebagai nilai y, nilai a dan b telah didapat dari kurva
persamaan sehingga dihitung nilai x yang merupakan nilai IC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Propolis kasar (Gambar 1) yang dihasilkan dari sarang lebah Trigona spp
diekstraksi dengan cara perendaman dan pengadukan selama 18 jam kemudian
dipanaskan menggunakan metode bantuan gelombang micro (Microwave-assisted
extraction) selama 30 menit, kemudian dihitung rendemennya (Lampiran 3).

4

Gambar 1 Propolis kasar Trigona spp
Tabel 1 Rendemen ekstrak propolis lebah madu Trigona spp
Sampel

Rendemen Ekstrak (%)

Ekstrak propolis Pandeglang

10.93

Ekstrak propolis Bogor

11.56

Ekstrak propolis Malang

10.90

Rendemen tertinggi didapat dari ekstrak propolis Trigona spp asal Bogor,
selanjutnya Pandeglang dan Malang. Ekstrak etanol (Gambar 2) propolis diubah
kedalam bentuk nanopropolis yang berbentuk cairan. Pembuatan nanopropolis
menggunakan metode Aimi yang dimodifikasi dengan menggunakan teknik
homogenisasi pada kecepatan 22000 rpm. Waktu homogenisasi didasarkan pada
waktu optimum yang diperoleh pada penelitian Dwitaharyani (2012) yaitu tahap I
dan II selama 20 menit, sedangkan tahap III selama 30 menit. Selanjutnya
dilakukan uji antioksidan untuk mengetahui potensi antioksidan dari ekstrak
propolis dan juga nanopropolis, dengan menggunakan metode DPPH. BHT (Butil
Hidroksi Toluen) digunakan sebagai kontrol positif (Lampiran 4).

Gambar 2 Ekstrak etanol propolis
Tabel 2 Aktivitas antioksidan (IC50)
Sampel

Nilai IC50 (ppm)

Ekstrak propolis Malang

> 500

Ekstrak propolis Bogor

86.49

Propolis komersial I

12.45

Propolis komersial II

10.70

Nanopropolis komersial I

> 333.33

Nanopropolis komersial II

> 333.33

Nanopropolis Bogor

> 333.33

Nanopropolis Pandeglang

> 333.33

Nanopropolis Malang

> 333.33

BHT

10.70

5
Pembahasan
Ekstraksi Propolis Lebah Madu Trigona spp
Propolis yang digunakan pada penelitian ini berasal dari lebah madu
Trigona spp asal Bogor, Pandeglang dan Malang dan lebah madu Apis mellifera.
Propolis yag berasal dari lebah madu Apis mellifera yaitu propolis komersial I dan
propolis komersial II. Suhu sangat mempengaruhi tekstur propolis. Suhu dibawah
15oC, propolis keras dan rapuh, tapi kembali lengket pada temperatur yang lebih
tinngi, yaitu 24-45oC. Propolis umumnya meleleh pada suhu 60-69oC (Krell
2004). Propolis mengandung bahan campuran kompleks yang terdiri dari lilin,
resin, balsam, minyak, dan sedikit polen. Propolis juga memiliki kandungan
senyawa aromatik, zat wangi, dan berbagai mineral. Propolis dan jumlah
senyawa-senyawa menunjukkan bermacam efek biologi serta aktivitas
farmakologis. Lebih dari 200 senyawa yang terkandung di dalam propolis sudah
diketahui (Bankova et al. 2000). Unsur aktif yang penting dalam aktivitas biologis
dan farmakologis adalah flavonoid dan senyawa fenolat serta senyawa aromatik.
Propolis pada saat ini diketahui kaya akan vitamin, mengandung semua vitamin
kecuali vitamin K.
Asam amino essensial dan enzim bioflavonoid merupakan zat yang paling
penting dari propolis baik bagi lebah maupun bagi manusia. Kandungan
bioflavonoid tergolong yang tinggi dalam propolis, bahkan paling tinggi
dibandingkan dengan produk-produk lebah lainnya seperti madu, royal jelly dan
lain-lain. Zat inilah yang memberikan efek antibiotik natural yang terkuat dan
berfungsi menyembuhkan atau sedikitnya mengurangi rasa sakit, meredakan
radang, mengikat zat racun yang masuk ke dalam tubuh dan memperkuat sistim
imunitas tubuh (Lotfy 2006). Kelebihan propolis sebagai antibiotik alami
dibandingkan dengan bahan sintetik adalah lebih aman serta efek samping yang
kecil. Satu-satunya efek samping yang terjadi dan itu pun jarang yaitu timbulnya
reaksi alergi (Winingsih 2004).
Propolis kasar yang dihasilkan dari sarang lebah Trigona spp diekstraksi
dengan cara perendaman dan pengadukan selama 18 jam kemudian dipanaskan
menggunakan metode bantuan gelombang mikro atau yang biasa disebut dengan
metode MAE (Microwave-assisted extraction). MAE merupakan metode ekstraksi
yang menggunakan energi gelombang mikro yang dapat menghancurkan sel
sehingga zat yang akan diekstraksi keluar dari dalam sel dan bercampur dengan
pelarut serta memperbesar kontak antara pelarut dan sampel sehingga diharapkan
senyawa-senyawa yang diinginkan dapat terekstrak dengan baik (Jang 2009).
Pelarut yang digunakan yaitu alkohol 70%. Pemilihan alkohol 70%
dibandingkan dengan pelarut lainnya dikarenakan pelarut ini mampu mengekstrak
flavonoid yang diduga merupakan senyawa terbanyak dalam propolis. Ekstrak
alkohol 70% memberikan hasil yang terbaik dalam beberapa penelitian karena
bersifat semipolar sehingga semua komponen aktif dengan kepolaran yang
berbeda di dalam propolis dapat terekstraksi (Anggraini 2006).
Penelitian yang dilakukan sebelumnya diperoleh rendemen sebesar
13.33% (Prasetyo 2011), Anggraini (2006) sebesar 8.20%. pada penelitian
sebelumnya proses ektraksinya menggunakan metode maserasi. Metode maserasi
memerlukan waktu yang lebih lama, penggunaan jumlah ekstrak kasar yang lebih

6
banyak, serta memerlukan volume pelarut yang lebih banyak, sedangkan metode
MAE memerlukan waktu yang lebih singkat, serta bahan dan volume pelarut yang
sedikit. Sedangkan untuk penelitian sebelumnya dengan metode yang sama
menghasilkan rendemen untuk ekstrak propolis Pandeglang sebesar 11.65%,
ekstrak propolis Bogor sebesar 9.044, dan ekstrak propolis Malang sebesar 9.686
% (Jannah 2011). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penelitian
sebelumnya.
Nanopropolis
Pemanfaatan nanoteknologi di bidang kesehatan menunjukkan
perkembangan yang pesat. Diantaranya adalah terobosan baru dibidang terapi
dengan memanfaatkan nanopartikel. Nanoteknologi merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan teknologi yang berkaitan dengan materi super
kecil (nano). Nanopartikel merupakan partikel dengan ukuran 1 x 10-9.
Nanopartikel adalah suatu preparat parenteral dan dapat disimpan dalam bentuk
padat. Sediaan nanopartikel ini setelah penyimpanan setahun masih dapat
diencerkan kembali menjadi larutan koloidal yang baik dan masih mempunyai
sifat-sifat in vivo dan in vitro yang tidak berubah (Fahri 2009).
Ekstrak kasar propolis diubah kedalam bentuk nanopropolis yang berbentuk
cairan. Pembuatan nanopropolis menggunakan metode Aimi et al (2009) yang
dimodifikasi dengan menggunakan teknik homogenisasi pada kecepatan 22000
rpm. Waktu homogenisasi didasarkan pada waktu optimum yang diperoleh
penelitian Dwitaharyani (2012) yaitu tahap I dan II selama 20 menit, sedangkan
tahap III selama 30 menit. Tahapan awal diawali dengan proses penyalutan
propolis dengan menggunakan teknik mikroenkapsulasi. Komponen
mikroenkapsulasi terdiri atas bahan inti dan bahan penyalut. Bahan inti
merupakan bahan spesifik yang akan disalut. Bahan inti yang digunakan
sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan penyalut dan pelarut yang akan
digunakan. Bahan penyalut merupakan bahan yang digunakan untuk menyelaputi
inti dengan tujuan tertentu. Bahan penyalut harus mampu memberikan suatu
lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti, tidak bereaksi dengan inti (bersifat
inert) dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan penyalutan.
Bahan penyalut yang digunakan untuk menyalut ekstrak propolis adalah βsiklodekstrin. β-siklodekstrin merupakan salah satu jenis pati termodifikasi oleh
aktivitas enzim CGTase (siklodekstrin glikosil transferase) (Laga 2008). Proses
penyalutan propolis oleh β-siklodekstrin akan membentuk kompleks inklusi. Hal
ini karena dipengaruhi oleh sifat hidrofobik propolis yang berinteraksi dengan
bagian rongga dalam siklodekstrin. Kompleks inklusi antara propolis dan βsiklodekstrin dapat meningkatkan stabilitas dan kelarutan, selain itu, dapat
melindungi senyawa aktif yang terdapat dalam propolis dari pengaruh oksidasi
(Yunianto 2000). Menurut penelitian Coneac et al. (2008), propolis dan βsiklodekstrin dalam ukuran nanopartikel akan membentuk interaksi yang lebih
baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini β-siklodekstrin dipilih sebagai bahan
penyalut, harapannya siklodekstrin dapat membentuk kompleks inklusi dengan
nanopropolis yang dapat meningkatkan stabilitas dan kelarutan, serta tidak
bersifat toksik terhadap tubuh.

7

Gambar 3 Struktur Molekul β-siklodekstrin
Penyalutan yang sempurna dipengaruhi oleh kecepatan dan lama
pengadukan.Proses homogenisasi menjadi faktor penting agar komponen aktif
dapat tersalut sempurna oleh bahan penyalut (Prasetyo 2011). Setelah proses
penyalutan, selanjutnya dilarutkan dalam bufer fosfat pH basa dan asam.
Penggunaan bufer fosfat tersebut bertujuan untuk membuat nanopropolis lebih
stabil dalam kondisi asam dan dapat mengontrol ukuran partikel. Bufer fosfat
yang digunakan adalah bufer fosfat 50 mM pH 10 dan bufer fosfat 300 mM pH 5.
Dengan menggunakan perbedaan pH tersebut diharapkan dapat mengkondisikan
semakin banyak ekstrak yang membentuk kompleks dengan siklodekstrin dan
lebih stabil.
Aktivitas Antioksidan
Salah satu pengujian antioksidan adalah metode DPPH dengan
menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) sebagai radikal bebas. Metode
DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas
dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu
kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan.
Penggunaan DPPH untuk metode penangkapan radikal mempunyai keuntungan,
yaitu mudah digunakan, mempunyai sensitivitas yang tinggi dan dapat
menganalisis sejumlah besar sampel dalam waktu yang singkat.
Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH ini yaitu
IC50, yaitu konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menangkap radikal DPPH
sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi ekstrak dan persen penangkapan radikal. Semakin
kecil nilai IC50 makin aktif ekstrak tersebut sebagai penangkap radikal DPPH, dan
semakin aktif sebagai antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif
sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol
positif yang digunakan yaitu BHT (Butil Hidroksi Toluen). Klasifikasi kekuatan
antioksidan dilihat dari nilai IC50 menurut Chow (2003) yaitu apabila nilai IC50
suatu ekstrak dibawah 50 µg/mL mempunyai tingkat keaktifan yang sangat aktif,
nilai IC50 50-100 µg/mL termasuk pada kategori aktif sebagai antioksidan, nilai
IC50 100-150 µg/mL kurang aktif sebagai antioksidan dan apabila nilai IC50 di atas
150 µg/mL dinyatakan ekstrak tersebut tidak aktif sebagai antioksidan.
Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak propolis lebah madu Trigona spp asal
Malang tidak aktif sebagai antioksidan, sedangkan yang berasal dari Bogor aktif

8
sebagai antioksidan. Perbedaan aktivitas ini dapat disebabkan karena untuk setiap
ekstrak kandungan flavonoid atau senyawa lain yang berpotensi sebagai
antioksidan kurang baik atau kandungannya sedikit dibandingkan dengan ekstrak
lain, dan kandungan senyawa ini pun dipengaruhi oleh jenis dan umur tumbuhan
yang ada di sekitar sarang Trigona spp. Hal ini disebabkan karena adanya
pengotor dalam ekstrak ataupun senyawa lain yang terbawa dalam proses
ekstraksi. Proses pengeringan ekstrak pun berpengaruh pada sifat senyawa
antioksidan tersebut, karena senyawa antioksidan tidak tahan terhadap panas dan
akan mengalami kerusakan apabila dipanaskan secara berlebihan. Antioksidan
pun rentan teroksidasi dengan adanya efek seperti cahaya, panas, logam peroksida
atau secara langsung bereaksi dengan oksigen (Sukardi 2003).
Propolis lebah madu Apis mellifera komersial I dan komersial II bersifat
sangat aktif sebagai antioksidan. Sedangkan untuk nanopropolis komersial I,
komersial II, Malang, Pandeglang dan Bogor tidak aktif sebagai antioksidan.
Monharaj dan Chen (2006) menyatakan bahwa nanopartikel memiliki ukuran
yang sangat kecil sehingga luas permukaannya semakin besar. Oleh karena itu,
seharusnya proses pelepasan senyawa aktif dari bahan pelindungnya semakin
cepat. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak tejadi, karena senyawa aktif yang
terkandung dalam propolis diduga telah mengalami kerusakan. Sehingga
penelitian ini menunjukkan bahwa nanopropolis tidak berperan sebagai
antioksidan, sedangkan propolis lebih aktif sebagai antioksidan.

SIMPULAN
Rendemen yang diperoleh yaitu sebesar 10.93% untuk ekstrak propolis
lebah madu Trigona spp asal Pandeglang, ekstrak propolis asal Bogor sebesar
11.56 % dan ektrak propolis asal Malang sebesar 10.90%. Ekstrak popolis lebah
madu Trigona spp asal Bogor aktif sebagai antioksidan yaitu pada konsentrasi
86.49 µg/mL, sedangkan ekstrak propolis Malang tidak aktif sebagai antioksidan
pada konsentrasi 7.81-500 µg/mL. Propolis lebah madu Apis mellifera komersial I
dan komersial II sangat aktif sebagai antioksidan yaitu pada konsentrasi 12.45
µg/mL dan 10.7 µg/mL. Bentuk nano semua propolis yang diuji tidak aktif
sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208-333.33 µg/mL.

DAFTAR PUSTAKA
Aimi et al. United State Patent Aplication Publication. 12 Nov 2009. Casein
nanoparticle. US 2009/0280148 A1.
Anggraini AD. 2006. Potensi propolis lebah madu Trigona spp sebagai bahan
antibakteri [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bankova VS, Castro SL, Marcucci MC. 2000. Propolis recent advances in
chemistry and plant origin. Apidologie 31:3-15.
Brown’s R. 1993. Bee Hive Product Bible. Pennsylvania: Paragon Pr.

9
Chow. 2003. Antioxidant Activity and Safety of 50% Ethanolic Red Bean Extract
(Phacedus raditus L. Var Aurea). Journal of Food Science. 68 (1): 21-25.
Coneac et al. 2008. Propolis extract/β-cyclodextrin nanoparticles: synthesis,
physico-chemical,
and
multivariate
analyses.
Journal
of
AgroalimentaryProcesses and Technologies 14:58-70.
Dwitaharyani M. 2012. Nanopropolis sebagai penghambat poliferasi sel kanker
payudara MCF-7 [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Fahri RV. 2009. Potensi nanopropolis Trigona spp asal Bukittinggi sebagai
pemacu
pertumbuhan
pada
tikus
putih
(SparagueDawley)[skripsi].Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Fatoni A. 2008. Pengaruh propolis Trigona spp asal Bukittinggi terhadap
beberapa bakteri usus halus sapi dan penelusuran komponen aktifnya [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor: 2008.
Jang M-J et al. 2009. Optimization analysis of the experimental parameters on the
extraction process of propolis. Intenational Multi Conference of Engineers
and Computer Scientists 2: 1-5.
Jannah N. 2011. Potensi ekstrak propolis Trigona spp terhadap aktivitas sel
kanker MCF7 [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pakuan.
Krell L. 2004. Value –added product from beekeeping. [terhubung berkala].
http://www.fao.org/.pdf. [20 Desember 2011].
Laga A. 2008. Pengaruh konsentrasi substrat hidrolisat tapioka dan akseptor
minimal pada pembentukan siklodekstrin. J. Teknologi dan Industri Pangan
XIX (2) : 149-157.
Lasmayanty M. 2007. Potensi antibakteri propolis lebah madu Trigona spp
terhadap bakteri kariogenik (Streptococcus mutans) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Lotfy M. 2006. Biological activity of bee propolis in health and disease.Asian Pac
J Prev 7: 22-31.
Mohanraj VJ, Chen Y. 2006. Nanoparticles-A review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research 5: 561-573.
Prasetyo R. 2011. Potensi nanopropolis lebah madu Trigona spp asal Pandeglang
sebagai antibakteri [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pusat Pelebahan Apriari Pramuka. 2003. Lebah Madu: Cara Beternak dan
Pemanfaatan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ricardo S. 2009. Antimicrobial and Antioxidant Activities of Plants from
Northeast of Mexico. Publishing Corporation Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine 6: 5-9.
Sukardi. 2003. Studi Stabilitas Antioksidan Ekstrak Daun Dewa (Gynura
procumbenslour Merr) selama Pemanasan dalam Menangkap Radikal
Bebas. Jakarta: Gramedia.
Winingsih W. 2004. Kediaman lebah sebagai antibiotik dan antikanker.
[terhubungberkala].http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0904/16/cakrawala/la
innya6.html [ 19 Desember 2011].
Yunianto, Prasetyawan. 2000. Pengaruh pH dan suh terhadap produksi βsiklodekstrin glikosiltransferase (β-cgt-ase) oleh Bacillus sp. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia 2(2) : 27-31.

10
Lampiran 1 Alur pembuatan ekstrak etanol propolis
Raw propolis

Dilarutkan dalam alkohol 70%

Dikocok dengan kecepatan 200 rpm selama 18 jam dan ditutup dengan
plastik hitam

Dimasukkan kedalam microwave selama 30 menit

Disaring

Diuapkan diatas penangas air dengan suhu 40oC

Ekstrak etanol propolis

Ekstrak yang telah diuapkan kemudian ditimbang

Dihitung berat ekstrak dan rendemen

11
Lampiran 2 Pembuatan Nanopropolis (Aimi et al 2009)
50 mg ekstrak propolis + 50 mL etanol + 250 mg siklodekstrin

Homogenizer kecepatan 22000 rpm 20 menit

Diuapkan dengan menggunakan rotavator

250 mg serbuk diambil

Dilarutkan dalam 100 mL buffer fosfat 50 mM pH 10

Homogenisasi kecepatan 22000 rpm 30 menit

Larutan hasil homogenisasi diambil 10 mL

Dilarutkan dalam 100 mL bufer fosfat 300 mM pH 5

Homogenisasi dengan kecepatan tetap 22000 rpm selama 30 menit

Uji Antioksidan

12
Lampiran 3 Penentuan rendemen ekstrak etanol propolis
Rendemen Ektrak propolis Pandeglang
Bobot propolis kasar = 40 g
Pelarut = Etanol 70
Bobot ekstrak propolis pekat = 4.3715 g
Rendemen = Berat ekstrak yang diperoleh x 100%
Berat simplisia
= 4.3715 x 100%
40
= 10.93%
Rendemen Ektrak propolis Bogor
Bobot propolis kasar = 2.0021 g
Pelarut = Etanol 70
Bobot ekstrak propolis pekat = 0.231 g
Rendemen = Berat ekstrak yang diperoleh x 100%
Berat simplisia
= 0.231 x 100%
2.0021
= 11.56%
Rendemen Ektrak propolis Malang
Bobot propolis kasar = 2.0126 g
Pelarut = Etanol 70
Bobot ekstrak propolis pekat = 0.2193 g
Rendemen = Berat ekstrak yang diperoleh x 100%
Berat simplisia
= 0.2193
2.0126
= 10.90%

x 100%

13
Lampiran 4 Aktivitas Antioksidan
Persen inhibisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
% Inhibisi = Absorban Blanko – Absorban Sampel x 100%
Absorban Blanko
Tabel 3 Aktivitas antioksidan ektrak propolis Malang
Konsentrasi
Ekstrak Propolis
Malang (ppm)
500
250
125
62.5
31.25
15.62
7.81
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.22
0.27
0.32
0.35
0.38
0.39
0.40
0.42

47.15
35.30
22.74
16.35
9.95
6.16
4.26

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.23
0.29
0.33
0.36
0.38
0.40
0.40
0.45

48.57
35.60
27.47
20.87
15.16
12.08
10.76

Gambar 4 Kurva Aktivitas Antioksidan Ekstrak Propolis Malang
Ekstrak propolis Malang tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 7.81500 ppm

14
Tabel 4 Aktivitas antioksidan ektrak propolis Bogor
Konsentrasi
Ekstrak Propolis
Bogor (ppm)
500
250
125
62.5
31.25
15.62
7.81
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.11
0.15
0.20
0.25
0.31
0.35
0.37
0.46

74.24
67.09
56.06
44.37
32.68
22.72
17.96

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.13
0.13
0.19
0.25
0.30
0.34
0.38
0.45

71.20
70.54
57.14
43.73
33.40
23.51
16.48

Gambar 5 Kurva Aktivitas Antioksidan Ekstrak Propolis Bogor
Perhitungan nilai IC50 (ulangan I) yaitu:
y = 14.52ln(x) – 14.93
50 = 14.52ln(x) – 14.93
50 + 14.93 = 14.52ln(x)
64.93
= 14.52ln(x)
ln(x)
= 4.47
x
= 87.36 µg/mL
Perhitungan nilai IC50 (ulangan II) yaitu:
y = 14.47ln(x) – 14.38
50 = 14.47ln(x) – 14.38
50 + 14.38 = 14.47ln(x)
64.38
= 14.47ln(x)
ln(x)
= 4.45
x
= 85.63 µg/mL
Nilai IC50 = (87.36 µg/mL+85.63 µg/mL) / 2
= 86.49 µg/mL

15
Tabel 5 Aktivitas antioksidan propolis komersial I
Konsentrasi
Propolis
komersial I (ppm)
500
250
125
62.5
31.25
15.62
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.09
0.09
0.08
0.08
0.08
0.09
0.44

78.91
79.13
81.17
80.49
80.72
79.59

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.16
0.10
0.09
0.08
0.08
0.09
0.46

Gambar 6 Aktivitas Antioksidan Propolis Komersial I
Perhitungan nilai IC50 (ulangan I) yaitu:
y = -0.30ln(x) + 81.39
50 = -0.30ln(x) + 81.39
50 – 81.39 = -0.30ln(x)
-31.39
= -0.301ln(x)
x
= 12.08 µg/mL
Perhitungan nilai IC50 (ulangan II) yaitu:
y = -3.31ln(x) + 92.43
50 = -3.31ln(x) + 92.43
50 – 92.43 = -3.31ln(x)
-42.43
= -3.31ln(x)
x
= 12.82 µg/mL
Nilai IC50 = (12.08 µg/mL+12.82 µg/mL) / 2
= 12.45 µg/mL

65.36
78.13
80.30
81.16
81.16
79.43

16
Tabel 6 Aktivitas antioksidan propolis komersial II
Konsentrasi
Propolis
komersial II
(ppm)
500
250
125
62.5
31.25
15.62
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi

0.11
0.11
0.10
0.10
0.18
0.26
0.46

76.19
75.75
76.62
78.13
60.38
42.85

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi

0.10
0.10
0.11
0.10
0.16
0.25
0.44

Gambar 7 Aktivitas Antioksidan Propolis Komersial II
Perhitungan nilai IC50 (ulangan I) yaitu:
y = 8.707ln(x) + 29.29
50 = 8.707ln(x) + 29.29
50 – 29.29 = 8.707ln(x)
20.71
= 8.707ln(x)
ln(x)
= 2.39
x
= 10.91 µg/mL
Perhitungan nilai IC50 (ulangan II) yaitu:
y = 8.365ln(x) + 30.34
50 = 8.365ln(x) + 30.34
50 – 30.34 = 8.365ln(x)
19.66
= 8.365ln(x)
ln(x)
= 2.35
x
= 10.49 µg/mL
Nilai IC50 = (10.91 µg/mL+10.49 µg/mL) / 2
= 10.7 µg/mL.

76.19
75.28
74.14
75.73
63.03
42.63

17
Tabel 7 Aktivitas antioksidan nanopropolis komersial I
Konsentrasi
Nanopropolis
Gold (ppm)
333.33
166.66
83.33
41.66
20.83
10.41
5.20
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.30
0.39
0.58
0.54
0.60
0.58
0.55
0.39

21.73
-1.02
-49.87
-38.10
-53.96
-49.10
-40.66

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.29
0.45
0.62
0.60
0.65
0.59
0.50
0.41

29.35
-9.54
-49.16
-44.86
-56.80
-42.24
-21.00

Gambar 8 Aktivitas Antioksidan Nanopropolis Komersial I
Nanopropolis komersial I tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208333.33 ppm.

18
Tabel 8 Aktivitas antioksidan nanopropolis komersial II
Konsentrasi
Nanopropolis
Komersial II
(ppm)
333.33
166.66
83.33
41.66
20.83
10.41
5.20
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi

0.30
0.46
0.61
0.61
0.63
0.60
0.46
0.41

26.15
-12.83
-47.94
-47.69
-53.75
-46.24
-13.31

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi

0.31
0.48
0.58
0.60
0.64
0.59
0.50
0.40

21.72
-19.50
-45.18
-49.87
-60.00
-47.65
-24.19

Gambar 9 Aktivitas Antioksidan Nanopropolis Komersial II
Nanopropolis komersial II tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208333.33 ppm.

19
Tabel 9 Aktivitas antioksidan nanopropolis Bogor
Konsentrasi
Nanopropolis
Bogor (ppm)
333.33
166.66
83.33
41.66
20.83
10.41
5.20
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.36
0.45
0.63
0.81
0.80
0.50
0.40
0.39

6.59
-15.22
-60.40
-10.58
-105.32
-27.91
-1.77

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.36
0.44
0.61
0.82
0.80
0.49
0.41
0.41

12.91
-5.98
-47.36
-97.60
-93.30
-18.89
1.19

Gambar 10 Aktivitas Antioksidan Nanopropolis Bogor
Nanopropolis Bogor tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208333.33 ppm.

20
Tabel 10 Aktivitas antioksidan nanopropolis Pandeglang
Konsentrasi
Nanopropolis
Pandeglang (ppm)
333.33
166.66
83.33
41.66
20.83
10.41
5.20
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.27
0.49
0.64
0.72
0.71
0.66
0.48
0.40

31.51
-21.83
-59.30
-79.65
-76.67
-66.00
-20.09

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.25
0.51
0.66
0.74
0.73
0.64
0.53
0.42

38.62
-20.85
-58.05
-76.06
-74.88
-53.79
-27.25

Gambar 11 Aktivitas Antioksidan Nanopropolis Pandeglang
Nanopropolis Pandeglang tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208333.33 ppm.

21
Tabel 11 Aktivitas antioksidan nanopropolis Malang
Konsentrasi
Nanopropolis
Malang (ppm)
333.33
166.66
83.33
41.66
20.83
10.41
5.208
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.32
0.48
0.63
0.63
0.65
0.58
0.47
0.39

18.04
-21.55
-59.14
-58.64
-62.90
-46.61
-19.29

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.33
0.48
0.64
0.64
0.64
0.61
0.50
0.40

17.98
-18.22
-59.85
-58.37
-59.35
-52.46
-23.64

Gambar 12 Aktivitas Antioksidan Nanopropolis Malang
Nanopropolis Malang tidak aktif sebagai antioksidan pada konsentrasi 5.208333.33 ppm.

22
Tabel 12 Aktivitas antioksidan BHT
Konsentrasi BHT
(ppm)
100
50
25
12.5
6.25
3.12
1.56
Blanko

Ulangan I
Absorban
% Inhibisi
0.10
75,05
0.13
67,38
0.17
59,23
0.20
51,31
0.27
35,25
0.29
29,25
0.33
20,86
0.41

Ulangan II
Absorban
% Inhibisi
0.10
75.5448
0.12
70.2179
0.16
61.0169
0.21
48.4261
0.26
34.8668
0.31
23.2445
0.33
17.9177
0.41

Gambar 13 Kurva Aktivitas Antioksidan BHT
Perhitungan nilai IC50 (ulangan I) yaitu:
y = 13.54ln(x) + 14.43
50 = 13.54ln(x) + 14.43
50 – 14.43 = 13.54ln(x)
= 8.707ln(x)
ln(x)
= 2.39
x
= 10.91 µg/mL
Perhitungan nilai IC50 (ulangan II) yaitu:
y = 8.365ln(x) + 30.34
50 = 8.365ln(x) + 30.34
50 – 30.34 = 8.365ln(x)
19.66
= 8.365ln(x)
ln(x)
= 2.35
x
= 10.49 µg/mL
Nilai IC50 = (10.91 µg/mL+10.49 µg/mL) / 2
= 10.7

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 5 Juni 1989 dari pasangan
Wirman dan Zurni Januar. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Payakumbuh dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis memilih program Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa
Daerah (OMDA) dan penulis melalukan praktik lapang di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung dengan judul Sitotoksisitas Doxorubicin
terhadap Sel Hela dan sel T47D pada tahun 2010.