Analisis Finansial Dan Pemasaran Usaha Lebah Madu (Apis mellifera)

(1)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA LEBAH

MADU (

Apis mellifera)

SKRIPSI

Oleh : Rini Agustini

081201006/Manajemen hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA LEBAH

MADU (

Apis mellifera)

SKRIPSI

Oleh : Rini Agustini

081201006/Manajemen hutan Skripsi ini sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana di Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN

USAHA LEBAH MADU (Apis mellifera).

Nama : Rini Agustini

NIM : 081201006

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Mananajemen Hutan

Disetujui oleh, Komisi Dosen Pembimbing

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si 19750314 200003 2 004

Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S. Hut, M.Si, Ph.D


(4)

ABSTRAK

RINI AGUSTINI. Analisis Finansial dan Pemasaran Usaha Perlebahan (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis finansial dan marjin pemasaran usaha perlebahan (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan usaha perlebahan tersebut menghasilkan nilai NPV, BCR, dan IRR yang menunjukkan bahwa usaha perlebahan layak untuk diusahakan, dengan nilai NPV sebesar Rp. 28.083.388,-, BCR 3.50, dan IRR 84.43% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Jenis produk yang diproduksi pada usaha ini ada 2 jenis yaitu madu dan bibit lebah. Madu dibedakan menjadi 3 jenis yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Jenis produk yang memiliki marjin pemasaran terbesar adalah jenis madu royal jelly dan madu pollen yaitu sebesar Rp. 10.000,-/botol, sedangkan marjin pemasaran terkecil adalah bibit lebah yaitu Rp. 0,-.


(5)

ABCTRACT

RINI AGUSTINI. The Financial Analysis and Marketing Business beekeeping (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District

Kabanjahe, Karo, North Sumatra Province. Under Academic Supervision of

AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI

This research aims to determine the financial analysis and marketing margins beekeeping businesses (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District Kabanjahe, Karo. The analysis method used was descriptive analysis and financial analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) and Internal Rate of Returns (IRR). The results showed the beekeeping business have value NPV, BCR, and IRR indicating that the beekeeping business worth the effort, with NPV Rp. 28,083,388, -, BCR 3.50, and IRR 84.43% with the prevailing interest rate of 15%. Types of products manufactured in this business there are 2 types of honey bees and seeds. Honey can be divided into three general types of honey, honey, honey of royal jelly, honey of pollen. Type of product that has the biggest marketing margin is honey of royal jelly and honey of pollen in the amount of Rp. 10,000, -/bottle, while the marketing margin is the smallest seed of bees is Rp. 0, -.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul penelitian ini adalah “ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA PERLEBAHAN (Apis mellifera)”.

Disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki sehingga banyak hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini. Berkat ketekunan, kesabaran serta bimbingan dari dosen pembimbing juga bantuan dari berbagai pihak sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Agus Purwoko S.Hut, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P. selaku dosen pembimbing kedua yang banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini secara sistematis.

2. Ibu Siti Latifa S.Hut, M.Si. P.hD. selaku ketua Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Luthfi Hakim S.Hut, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak/ Ibu dosen dan staf pegawai Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga yang penulis sayangi dimana telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini dari awal hingga


(7)

selesai, serta sahabat-sahabat yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

5. Bapak Sutrisno selaku peternak lebah dan Bapak Barita yang telah memberikan informasi dan keterangan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya penelitian yang saya lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat, dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2012


(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Lokasi Pembudidayaan Lebah ... 5

Perlebahan ... 5

Kehidupan Lebah Madu ... 6

Jenis-jenis Lebah Penghasil Madu ... 7

Produk Lebah Madu ... 10

Analisis Finansial... 15

Aspek Pemasaran ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Teknik Pengambilan Sampel ... 18

Teknik Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisa Data ... 19

Analisis Marjin Pemasaran ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 23

Profil Perusahaan ... 23

Gambaran Umum Pembududiyaan Lebah Madu ... 25

Proses Pemanenan Produk Lebah Madu ... 27

Analisis Finansial Produk Lebah Madu ... 33

Analisis Pemasaran ... 38


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. ... Perbe daan antara lebah Apis mellifera dengan lebah jenis lokal ... 26 2. ... Kom

ponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 34 3. ... Kom

ponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 35 4. ... Anali

sis finansial usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 36 5. ... Anali


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. ... Madu yang dikemas dalam botol 250 ml ... 28 2. ... Madu

yang dikemas dalam botol 600 ml ... 28 3. ... Madu

royal jelly yang dikemas dalam botol 250 ml ... 30 4. ... Madu

pollen yang dikemas dalam botol 250 ml ... 31 5. ... Bibit

lebah madu yang telah dipecah ... 32 6. ... Alat

pembuat ratu lebah ... 33 7. ... Alur

pemasaran madu umum ... 41 8. ... Alur

pemasaran madu royal jelly ... 41 9. ... Alur

pemasaran madu pollen ... 42 10... Alur


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. ... K uisioner analisis finansial dan pemasaran produk lebah madu...50 2. ... A

nalisis biaya peternakan lebah madu di Desa Samura, Kabanjahe, Sumatera Utara ...60 3. ... Ne t Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate Of Return (IRR) peternakan lebah madu di Desa Samura, Kabanjahe, Sumatera Utara ...62


(13)

ABSTRAK

RINI AGUSTINI. Analisis Finansial dan Pemasaran Usaha Perlebahan (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis finansial dan marjin pemasaran usaha perlebahan (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan usaha perlebahan tersebut menghasilkan nilai NPV, BCR, dan IRR yang menunjukkan bahwa usaha perlebahan layak untuk diusahakan, dengan nilai NPV sebesar Rp. 28.083.388,-, BCR 3.50, dan IRR 84.43% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Jenis produk yang diproduksi pada usaha ini ada 2 jenis yaitu madu dan bibit lebah. Madu dibedakan menjadi 3 jenis yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Jenis produk yang memiliki marjin pemasaran terbesar adalah jenis madu royal jelly dan madu pollen yaitu sebesar Rp. 10.000,-/botol, sedangkan marjin pemasaran terkecil adalah bibit lebah yaitu Rp. 0,-.


(14)

ABCTRACT

RINI AGUSTINI. The Financial Analysis and Marketing Business beekeeping (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District

Kabanjahe, Karo, North Sumatra Province. Under Academic Supervision of

AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI

This research aims to determine the financial analysis and marketing margins beekeeping businesses (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District Kabanjahe, Karo. The analysis method used was descriptive analysis and financial analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) and Internal Rate of Returns (IRR). The results showed the beekeeping business have value NPV, BCR, and IRR indicating that the beekeeping business worth the effort, with NPV Rp. 28,083,388, -, BCR 3.50, and IRR 84.43% with the prevailing interest rate of 15%. Types of products manufactured in this business there are 2 types of honey bees and seeds. Honey can be divided into three general types of honey, honey, honey of royal jelly, honey of pollen. Type of product that has the biggest marketing margin is honey of royal jelly and honey of pollen in the amount of Rp. 10,000, -/bottle, while the marketing margin is the smallest seed of bees is Rp. 0, -.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang tingkat perekonomiannya masih rendah karena memanfaatkan sumberdaya hutan secara tradisional. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat pula permintaan kebutuhan masyarakat akan hasil hutan baik kayu maupun non kayu sesuai dengan kebutuhan. Mengingat hal tersebut sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan hasil hutan dan jasa hutan (DEPHUTBUN, 1998).

Paradigma membangun kehutanan memandang hutan sebagai ekosistem yang lengkap dengan keanekaragaman sumberdaya yang dikandungnya, yang mampu berperan dalam pemenuhan kepentingan sosial dan ekonomi. Lebah madu merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati Indonesia, selain itu kondisi Indonesia sangat berpotensi bagi perkembangan usaha perlebahan. Beberapa potensi yang mendukung usaha perlebahan di Indonesia adalah melimpahnya flora berbunga sebagai sumber pakan lebah, terdapat jenis-jenis lebah utama yang menghasilkan madu, kondisi agroklimat tropis yang mendukung budidaya lebah. Dibeberapa daerah, usaha perlebahan telah menunjukkan prospek yang cukup baik, disamping nilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan peternak lebah (Darmono, 2010).

Secara ekologis, usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman melalui peranan lebah dalam membentuk proses penyerbukan bunga tanaman buah-buahan dan biji-bijian. Potensi hutan alam dan hutan tanaman (monokultur) memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan sektor


(16)

perlebahan di Indonesia. Masing-masing jenis lebah hidup dan berproduksi, menyesuaikan diri dengan tipe hutan tersebut. Apis dorsata penghasil madu hutan, hidup dan berproduksi baik di hutan alam, sedangkan jenis-jenis penghasil madu ternak seperti Apis mellifera dan Apis cerana hidup dan berproduksi baik pada hutan tanaman (monokultur) dan daerah pertanian.

Budidaya lebah madu yang dapat dilaksanakan di setiap tempat dengan lahan yang ada pertanamannya, bisa menjadi peluang lapangan kerja yang pemanfaatannya mampu membebaskan masyarakat dari tekanan kesulitan mencari pekerjaan dengan segala akses pengaruh sosialnya. Dari kawasan dengan pertamanan di kota, lahan pertanian dengan semua jenis tanaman didesa-desa dan perkebunan dengan semua macam komoditi, sampai lahan kehutanan yang cukup luas tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seluruhnya merupakan lapangan penggembalaan ternak lebah yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena peternakan lebah madu ini memerlukan keterampilan khusus, maka untuk pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan adanya fasilitas, program pembinaan dan kerja sama yang dapat membantu calon peternak dan peternak lebah madu mengembangkan usahanya.

Budidaya lebah madu menghasilkan berbagai produk, dimana produk utama dari budidaya lebah madu adalah madu, sejauh ini masyarakat luas masih mengetahui bahwa budidaya lebah madu hanya menghasilkan madu yang dapat dimanfaatkan baik dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan. Namun untuk produk-produk lain dari lebah madu seperti propolis, royal jelly, pollen, lilin atau malam lebah dan apitoxin (racun lebah) masih belum banyak diketahui oleh


(17)

masyarakat luas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis finansial terhadap berbagai produk lebah madu tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan finansial usaha pada perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera serta mengidentifikasi marjin pemasaran dari produk-produk lebah madu tersebut.

Dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera diperlukan pertimbangan ekonomi dalam pengambilan keputusan, karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Persoalannya, usaha ini sebagian besar melibatkan perternak lebah madu dengan modal terbatas dan tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber pembiayaan. Di samping itu, pihak lain yang terkait di antaranya perbankan dan lembaga keuangan lainnya belum meyakini bahwa perlebahan merupakan usaha yang dapat dikembangkan secara komersial (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2000). Oleh karena itu diperlukan informasi analisis finansial usaha lebah madu Apis mellifera bagi semua pihak yang berkecimpung di dalam kegiatan perlebahan, baik bagi pihak perbankan, lembaga keuangan, peternak atau pengusaha maupun pemerintah.

Pemilihan lebah madu jenis Apis mellifera dikarenakan oleh beberapa keuntungan diantaranya yaitu lebah jenis Apis mellifera ini memiliki sifat yang lebih jinak, produksi lebih banyak, tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi cuaca, dan kualitas produknya lebih bagus.

Permasalahan Penelitian


(18)

1. Masih belum diketahui analisis kelayakan finansial usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Belum banyaknya informasi tentang marjin pemasaran usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui analisis kelayakan finansial usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui marjin pemasaran usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk:

1. Memberikan informasi tentang marjin pemasaran usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Memberikan informasi tentang analisis kelayakan finansial usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Lokasi Peternakan Lebah

Tempat yang cocok untuk peternakan akan mendukung keberhasilan dalam beternak lebah ini, seperti terbuka dan agak jauh dari lalu lintas orang atau anak-anak bermain. Tempat yang terbuka akan memudahkan bagi lebah untuk keluar dari sarang terbang menuju lapangan mencari bunga-bunga dengan rasa aman. Karena itu penempatan stup (kotak lebah) di tengah-tengah semak akan kurang menguntungkan. Penempatan stup yang jauh dari lalu lintas orang dan anak-anak bermain akan membuat lebah leluasa dalam bergerak (terbang) mencari makanan. Selain itu kondisi ini juga akan menghindarkan resiko kemungkinan lebah menyengat orang atau anak-anak, sehingga tidak akan meresahkan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam pemilihan lokasi (beternak atau menggembala) jangan dekat pabrik atau lingkungan industri. Karena lebah tidak menyukai tempat yang berudara kotor dan tercemar, lebih-lebih yang berasap dan berdebu (Bank Indonesia, 2005).

Perlebahan

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam lebah (lilin lebah) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup. Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut


(20)

tawon gung, gambreng, di Sumatera Barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng (BAPPENAS, 2011).

Pusat Perlebahan Apriari Pramuka (2007) menyatakan bahwa diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit, ada pula yang potensial dikembangkan karena produksinya banyak. Selain itu, juga terdapat lebah madu yang hingga kini belum dapat dibudidayakan. Taksonomi lebah madu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Apidae Genus : Apis

Spesies : Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis flora, Apis koschevnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera

Umumnya lebah yang banyak dibudidayakan adalah jenis Apis mellifera, dimana jenis ini asli berasal dari Benua Eropa dan dikembangkan di Australia.

Kehidupan Lebah Madu

Lebah seperti halnya organisme lain, sangat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik berupa keanekaragaman tanaman penghasil nektar dan tepung sari (pollen), serta hama dan penyakit. Faktor abiotik berupa temperatur, kelembaban udara, curah hujan dan lama penyinaran. Faktor


(21)

lingkungan ini akan mempengaruhi aktivitas hidup, keadaan makanan di alam, dan perkembangan populasi (Sihombing, 2005).

Di dalam sarang heksagonal, lebah akan membuat beberapa ruangan, yaitu ruang ratu, ruang lebah jantan, ruang lebah pekerja, ruang biasa dan gudang. Lebah juga membutuhkan jalan pintas perpindahan antar ruang yang satu dengan ruang yang lain. Setiap ruangan merupakan simbol dari bentuk persegi enam simetris (Naufal, 2005).

Jenis-Jenis Lebah Penghasil Madu

Lebah termasuk kelompok serangga bangsa atau ordo Hymenoptera (sayap bening) yang membesarkan sayapnya dengan serbuk sari dan madu. Bangsa lebah beranggotakan 12.000 spesies. Menurut Sihombing (1997) A.andreniformis, A.cerana, dan A.dorsata adalah lebah alam Indonesia, A.florea di Yunan, Cina, A.koschevnikovi di Serawak (Kalimantan), A.laboriosa di Himalaya dan A.mellifera berasal dari kawasan laut tengah. Menurut Uleander (2009) beberapa jenis lebah penghasil madu adalah sebagai berikut:

1. Apis koschevnikovi

Apis koschevnikovi merupakan spesies yang baru dikenal beberapa ilmuwan. Jenis ini banyak terdapat di Pulau Kalimantan dan Sumatera bagian barat. Ciri-ciri yang paling menonjol dibanding Apis cerana adalah warnanya merah di sebagian besar Apis koschevnikovi dan ukuran tubuhnya sedikit lebih besar.


(22)

Apis mellifera merupakan jenis lebah hutan yang dibudidayakan hampir di semua negara termasuk Indonesia. Lebah ini dikenal sebagai lebah yang cukup rakus dengan nektar (makanan). Karena itu tidak mengherankan lebah ini cara pembudidayaannya dilakukan secara diangon (dipindah dari satu tempat ke tempat lain–Red). Biasanya Apis mellifera dikembangkan petani-petani golongan menengah ke atas karena perlu disiapkan truk pengangkutan dan fasilitas pendukung lain. Produksi madu jenis Apis mellifera dikenal cukup tinggi antara 25-35 kg per koloni dalam setahun. Sifat lebah ini agak jinak dan tidak mudah kabur.

3. Apis cerana

Apis cerana atau Apis indica merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar dari Afganistan, Cina sampai Jepang dan sudah berabad-abad diternak di wilayah Asia termasuk Indonesia sebagai lebah yang jinak. Dalam bahasa daerah, Apis cerana disebut tawon laler, tawon madu atau tawon unduhan (Jawa), nyiruan (Sunda), madu lobang (Palembang), lebah lalat, lebah madu. Lebah ini memiliki daya adaptasi terhadap kondisi iklim, produktif dan tidak ganas sehingga akrab dengan masyarakat pedesaan. Selain bersarang di rumah-rumah, juga dipelihara secara tradisional dengan gelodok dari batang kelapa atau randu sebagai wadah empuk membuat koloni dan gampang dipanen 5-10 kg per koloni per tahun. Pemeliharaan secara modern dalam stup (kotak lebah) bisa berpindah-pindah. 4. Apis adansonii (Apis unicolor)

Jenis yang satu ini tersebar luas di benua Afrika, mulai dari Gurun Sahara di Utara sampai Semenanjung Afrika di Selatan, dan Pantai Barat Afrika sampai Pantai Timur Afrika. Jenis ini sudah lama dibudidayakan di Afrika karena


(23)

produksi madu yang lebih banyak dibanding yang dihasilkan lebah madu Eropa. Sayangnya, dari segi sifat sangat agresif, sukar dikelola dan suka mempertahankan sarang.

5. Apis trigona sp (Lebah Klenceng)

Lebah klenceng (Apis trigona) merupakan jenis lebah madu yang paling banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan seluruh Indonesia. Lebah ini tidak memiliki sengat dan tidak ganas. Ukurannya sangat kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk bunga-bunga kecil. Dalam bahasa Jawa, Apis trigona disebut malam klanceng atau lonceng, teuweul (Sunda), gala-gala (lilin lebah).

6. Apis dorsata

Apis dorsata dalam bahasa daerah disebut tawon gung (Jawa), tawon odeng atau lebah gadang (Sunda), madu sialang (Palembang), manye atau muanyi (Kalimatan Barat) dan orang Inggris menyebutnya “Honey bee”. Dalam bahasa Indonesia disebut lebah hutan atau lebah raksasa. Madu dan lilin yang dihasilkannya merupakan produk unggulan. Panjang lebah pekerja Apis dorsata sekitar 1,9 cm. Lebah jenis ini dikenal memiliki sifat yang cukup ganas dan tak segan-segan menyerang musuhnya secara berkawanan bila diusik. Sifatnya liar dan galak.

7. Apis florea

Ukuran tubuh lebah Apis florea paling kecil di antara lebah madu lainnya. Apis florea mulai terdapat dari Oman dan Iran di Asia Barat terus ke dataran India hingga Indonesia, tetapi tidak terdapat di utara pegunungan Himalaya. Di


(24)

beberapa tempat, Apis florea dapat hidup bersama lebah lokal Apis cerana dan Apis dorsata atau dengan lebah impor Apis mellifera.

Produk Lebah Madu a. Madu

Produk Lebah Madu yang Utama Hasil utama produksi Lebah Madu (Apis sp) adalah madu. Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan Lebah dengan bahan baku nektar bunga, sumber bahan dan energi yang diubah menjadi lemak dan glikogen. Nektar sendiri merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Lebah Madu memperoleh sebagian energi dari karbohidrat dalam bentuk gula. Sebagai produk organik, madu sudah banyak digunakan sejak zaman peradaban Mesir, Yunani dan Romawi untuk berbagai bumbu masakan bahkan untuk mengawetkan jenazah. Berikut adalah manfaat madu bagi kehidupan manusia:

a. Sebagai Food Supllement b. Sebagai Obat

c. Baik Untuk Diabetes

d. Sebagai Perawat Kecantikan

Pusat Perlebahan Apriari Pramuka (2003), mendefinisikan madu sebagai cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari berbagai nektar yang masih mengandung enzim diastase aktif. Jumlah dan kualitas madu dipengaruhi oleh ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban dan temperatur udara, serta koloni lebah.


(25)

Pengolahan madu dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu membuka tutup sel sarang. Dari tutup sel-sel sarang yang disingkirkan harus ditemukan kembali madu dan dalam proses pemanenan tersebut harus tanpa merusak aroma dan warna, serta lilin sarang harus diperoleh kembali. Mesin tersebut harus cocok dengan kegiatan usaha pengekstraksian dan dioperasikan dengan waktu operator seminimal mungkin, kemudian dilanjutkan dengan pengekstraksian yaitu setelah tutup sel-sel dibuka, ditaruh didalam ekstraktor, semua ekstraktor menggunakan kekuatan sentrifugal untuk mengeluarkan madu. Tahapan selanjutnya yaitu mengendapkan, madu dari ekstraktor dan dari sistem pemanenan dalam tangki besar untuk diendapkan. Dari tangki pengendapan madu dapat dialirkan langsung ke drum-drum atau ketel-ketel untuk dipasarkan atau dapat pula disaring selanjutnya untuk dibotolkan (Sihombing, 1997).

Produk lebah madu yang lain selain menghasilkan madu dari nektar bunga, lebah madu juga menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, antara lain:

b. Propolis

Propolis merupakan cairan lengket dari pepohonan dan kuncup bunga berbagai tanaman. Bahan ini bukan sebagai bahan pakan, tetapi merupakan bahan bangunan yang disebut lem lebah dan dipakai sebagai perekat sarang karena sifatnya yang lentur, lekat dan kuat. Propolis berwarna coklat atau kuning kemerah-merahan dengan baunya yang khas. Propolis dapat digunakan untuk mengobati saluran pernafasan dan paru-paru, sedangkan dalam dunia industri digunakan sebagai bahan plester dan lak (Sarwono, 2001).


(26)

c. Royal Jelly

Royal jelly adalah cairan putih seperti susu, berbau tajam, memiliki rasa agak pahit dan sedikit masam. Royal jelly dihasilkan oleh kelenjar hifofaring dengan bantuan kelenjar ludah yang terletak di bagian kepala lebah pekerja pada umur 4-7 hari dengan bahan baku tepung sari tanaman (Sarwono, 2001).

Menurut Sihombing (2005), kandungan royal jelly terdiri dari 66% air, 12,34% protein, 5,46% lipida, 12,5% senyawa tereduksi, dan 0,8% senyawa yang belum diidentifikasi. Selain itu, royal jelly ini juga mengandung vitamin-vitamin sterol, sejumlah asam lemak dan asam 10-hidroksidekonol.

d. Pollen (Tepung Sari)

Sihombing (2005), menjelaskan bahwa pollen adalah alat reproduksi jantan tumbuhan yang berprotein tinggi dan bagi lebah merupakan bahan pembentuk dan pertumbuhan, serta pengganti sel-sel yang usang. Kandungan protein madu tergantung dari jenis tumbuhan sumber pollen. Bagi manusia, pollen dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi. Selain itu, pollen dapat bermanfaat dalam menjaga stamina tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh, terhadap bibit penyakit maupun tekanan fisik dan psikis.

Di dalam pollen terdapat vitamin A, B, C, D, dan E. Selain itu pollen juga mengandung asam amino seperti prolenne, asam glutamate dan asam aspartat. Kadar protein yang disimpan dalam sarang juga cukup tinggi. Secara garis besar, pollen sebagai sumber protein dan nektar sebagai sumber karbohidrat bagi lebah. Pollen berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan dan menghaluskan kulit wajah, menurunkan kolesterol, memperlancar fungsi pencernaan, mengobati asma, mencegah pendarahan otak, melindungi


(27)

selaput jantung dan dikonsumsi untuk penderita diabetes dan untuk memperpanjang umur (Sihombing, 2005).

Pollen dapat dipanen dari lebah yang baru kembali dari lapangan ke sarang. Pollen berbentuk pelet terkikis dari kaki belakang lebah pekerja sewaktu lebah masuk melalui lubang sekat sempit. Pollen yang jatuh ditampung di petadah yang ditutup kasa berlubang halus untuk mencegah agar lebah tidak mengambilnya kembali, oleh karena itu disediakan lubang terbang alternatif yang tidak mungkin digunakan lebah yang kembali dari lapangan. Saat ditampung, polen agak basah dikeringkan untuk mencegah kerusakan oleh jamur dan peragian. Pengeringan dengan oven dapat dilakukan asalkan dijaga agar pengeringan jangan melebihi panas 60°C (140°F). umunya polen memerlukan pembersihan dan penggolongan sebelum dipasarkan (Sihombing, 1997).

e. Lilin atau malam Lebah (Bee wax)

Lilin lebah merupakan hasil metabolisme dari kelenjar malam yang dimiliki oleh lebah. Hasil metabolisme itu dikeluarkan (diekskresikan) melalui ruas-ruas bagian abdomen. Lilin lebah dihasilkan oleh lebah pekerja yang berusia 12 hari atau lebih. Warna lilin lebah bervariasi mulai dari putih sampai orange bersih. Lilin lebah mengandung senyawa organik hidrokarbon jenuh, ester dan alkohol. Pemanfaatan lilin ini antara lain sebagai bahan dasar batik tulis, membuat salep (kosmetik), plester, kain pembalut.

Warna malam lebah bervariasi, mulai dari putih, kuning, dan oranye, serta memiliki aroma tumbuh-tumbuhan. Malam lebah bermanfaat sebagai bahan membatik, lilin, krim dingin, lipstik dan berbagai lotion. Pada industri farmasi,


(28)

malam lebah digunakan untuk bahan pembuatan plester atau kain pembalut, obat-obatan luar, campuran semir, dan zat pengkilat (Sarwono, 2001).

Cairan malam dapat disipon, disaring atau dituangkanke cetakan. Benda-benda asing seperti kotoran, debu, polen, propolis, dan resin akan mengendap di bagian bawah tangki atau cetakan. Bila diinginkan malam berkualitas tinggi, akan membelinya dan harganya tergantung dari kadar malam yang masih mungkin diperoleh kembali. Alat pengolah yang besar membilas sisiran dengan air panas dalam kantung besar mengakibatkan malam mengapung dipermukaan air dan mematangkan bahan lilin dalam air panas atau uap panas. Pengekstraksian dengan panas teoritis baik, namun hanya sekitar 50% malam dapat diperoleh dari sisiran (Sihombing, 1997).

f. Racun Lebah (Apitoxin)

Racun lebah (Apitoxin) merupakan racun yang dibuat lebah pekerja, berbentuk cairan bening, dan cepat mengering. Racun lebah adalah suatu bentuk perubahan dari alat pengantar telur sebagai sengat yang berfungsi sebagai pengahalau musuhnya jika mendekati sarang. Hasil penelitian para ahli bidang kultifar menyebut, ada 60 jenis penyakit yang diderita manusia dapat disembuhkan dengan sengatan lebah. Sengatan lebah merupakan racun yang dibuat oleh lebah pekerja dan berbentuk cairan kuning dan cepat mengering. Manfaatnya untuk mengobati penyakit seperti kencing manis, rematik, pegal-pegal, sakit kepala, sakit gigi, nyeri punggung, migrain, asam urat, susah tidur dan impotensi.

Apitoxin dikumpulkan dengan berbagai cara dan cara yang umum adalah dengan alat yang dinamakan “Cornel Venom Collector”, dimana lebah dipancing


(29)

untuk menyengat satu lempengan nilon dengan kejutan aliran arus listrik lemah. Lebah tetap hidup dan dapat menyengat lagi, namun lebah semakin ganas oleh bau alarm yang dilepas (Sihombing, 1997).

g. Bibit Lebah

Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satukoloni lebah dapat produksi maksimal ratu A. cerana mampu bertelur 500- 900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari.

Ciri-ciri bibit lebah madu kualitas super: (1) Mempunyai ratu lebah yang secara fisik bagus dan berusia antara 3 bulan sampai 1 tahun; (2) Jumlah dan kualitas telor yang dihasilkan ratu lebah banyak; (3) Hasil panen lebih banyak baik hasil madu, bee pollen, royal jelly dan propolis; (4) Larva lebah yang dihasilkan lebih segar; dan (5) Lebah biasanya lebih agresif (Sarwono, 2001).

Analisis Finansial

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya, dengan demikian pada analisis ini variable harga yang dipakai adalah harga real. Analisis finansial penting untuk mengetahui posisi proyek pada tahun-tahun tertentu, apakah proyek dalam deficit atau sebaliknya dalam keadaan yang menguntungkan (Gray et al., 2002)

Gray et al (2002) menyatakan bahwa dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan investement


(30)

kriteria atau kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum dikenal antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (BCR).

Usaha lebah madu dikatakan layak atau tidak layak untuk dikembangkan secara finansial dapat dianalisis dengan mengunakan analisis finansial yaitu dengan menghitung analisis NPV, analisis IRR, dan analisis BCR Jika usaha lebah madu ini sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Dalam melakukan perhitungan analisis finansial perlu di perhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dari input akan terdapat biaya sedangkan output akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah yang terjual dengan harga jual yang berlaku. Sedangkan biaya merupakan total dari semua pengeluaran usahatani.

Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan aspek penting dalam rangka menciptakan kesinambungan proses produksi (sustainability of production process). Apabila pemasaran suatu produk (barang, jasa) berjalan sesuai dengan mekanismenya, maka semua pihak (pelaku ekonomi) yang terlibat akan memperoleh keuntungan yang proporsional. Untuk itulah keberadaan dan peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker, pedangang pengecer, eksportir, importir atau yang lain menjadi amat penting. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut secara langsung maupun tidak akan menentukan jalannya mekanisme pasar yang terjadi.


(31)

Pemasaran produk pangan olahan dikatakan efisien, apabila :

1. Mampu mendistribusikan produk pangan olahan dari produsen ke konsumen dalam waktu yang cepat, kualitas sesuai, biaya rendah serta harga produk tersebut terjangkau oleh konsumen.

2. Mampu memberikan pembagian hasil yang merata dan proporsional kepada setiap pelaku ekonomi yang terlibat di dalam pemasaran produk pangan olahan

3. Mampu menciptakan nilai efisiensi pemasaran yang sekecil-kecilnya. (Prasetyo dan Mukson, 2003).

Marjin keuntungan (profit margin) adalah selisih antara harga jual dengan harga beli dan biaya tataniaga. Harga jual yang dimaksudkan adalah harga jual pada masing-masing pelaku pasar. Biaya tataniaga yang dimaksudkan juga pada masing-masing pelaku pasar yang terlibat (Swastha, 1997).

Marjin pemasaran (marketing marjin) adalah besarnya perbedaan harga produk komoditi yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen/petani beberapa komponen yang mempengaruhi besarnya marjin antara lain adalah biaya pemasaran dan target keuntingan yang diinginkan lembaga-lembaga pemasaran. Suatu sistem distribusi dikatakan efisien jika besarnya tingkat margin pemasaran bernilai kurang dari 50% dari tingkat harga yang dibayarkan konsumen (Andayani, 2005).


(32)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di tempat pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera) yang terletak di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2012

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner untuk mengumpulkan data primer, laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan sebagai data sekunder.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital untuk dokumentasi objek kegiatan, peralatan tulis untuk mencatat informasi atau data di lapangan, serta software Microsoft Excel untuk mengolah data yang diperoleh dalam analisis ekonomi.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Soekartawi (1995), Purposive sampling merupakan pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas atau ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan


(33)

Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Produk-produk lebah madu yang diteliti disini adalah : Madu, Pollen, Royal Jelly, dan Bibit lebah.

a. Penerimaan : Harga jual, total harga

b. Pengeluaran: Biaya tetap, biaya tidak tetap, total biaya.

c. Rantai pemasaran berbagai produk dari lebah madu. d. Wawancara dan Kuisioner

Responden yang dimaksud adalah Peternak lebah selaku pemilik Usaha Perlebahan

2. Data sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi pemerintah desa, kecamatan, dan lembaga-lembaga yang terkait.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, semua produk lebah madu (Apis mellifera) digabung menjadi satu arus masuk (benefit). Metode analisis data dilakukan dengan analisis NPV, analisis IRR, dan analisis BCR dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gray et al, 2007).

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.


(34)

Keterangan:

NPV = Nilai bersih sekarang

Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t) Ct = Cost (biaya total)

i = Intersect (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

kriteria:

NPV Positif apabila usaha peternakan lebah untung NPV Negatif apabila usaha peternakan lebah rugi

NPV = 0 apabila usaha peternakan lebah tidak untung dan tidak rugi (BEP)

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari suatu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan investasi cukup menguntungkan.


(35)

Keterangan:

BCR = Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)

Ct = Cost (biaya total)

i = Intersect (tingkat suku bunga bank yang berlaku) t = Periode waktu

Kriteria :

BCR > 1 maka usaha dikatakan layak BCR < 1 maka usaha dikatakan tidak layak

3. Internal Rate of Returns (IRR)

Tingkat pengembalian internal atau IRR merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Dimana cara menghitung IRR dapat menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek NPV+ = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku tertentu

NPV- = Nilai NPV yang negative pada tingkat suku bunga tertentu i+ = Disconto factor (tingkat bunga) pertama diperoleh NPV positif i- = Disconto factor (tingkat bunga) kedua diperoleh NPV negatif


(36)

Kriteria:

IRR > tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan.

Analisis Marjin Pemasaran

Indikator marjin pemasaran dalam sistem tata niaga tujuannya adalah untuk mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima oleh lembaga pemasaran pada sistem tata niaga yang sedang berjalan. Secara metematis formula marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut (Ulya, dkk, 2007).

Dengan rumus: Mp : Pr – Pf Keterangan:

Mp: Marjin pemasaran

Pr: Harga akhir di tingkat konsumen Pf: Harga produksi di tingkat produsen.

Dalam penelitian ini batasan analisis pemasarannya dari produsen hingga distributor karena dianggap mempunyai hubungan dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui analisis finansial dan pemasaran produk-produk lebah madu.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 300 Ha. Daerah ini memiliki suhu udara antara 20°C - 28°C dengan intensitas curah hujan antara 2000 – 3000 mm/tahun.

Desa Samura memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Berhala/Ketaren

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mulawari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Katepul/ Gung Negri

Desa Samura terdiri dari enam lingkungan, yaitu Desa Samura, Gang Bersama, Perumahan Telkom, Samura Indah, dan Gang Madu. Lokasi peternakan lebah madu ini berada di lingkungan Gang Madu.

Profil Perusahaan

Usaha yang memanfaatkan lebah madu sebagai bahan pembudidayaannya ini merupakan pusat budidaya lebah madu Sumatera Utara yang saat ini pembudidayaannya berada di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, serta kantor pemasaran produk yang terletak di Jalan Balam no. 28 Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara. Usaha ini telah berdiri selama 21 tahun. Usaha ini merupakan usaha gabungan yang diketuai oleh Bapak Sutrisno. Stuktur organisasinya terdiri dari


(38)

ketua yaitu Bapak Sutrisno, bendahara yaitu Bapak Herwindu, dan sekretaris yaitu Bapak Barita Raja Nasution serta anggota yang terdiri dari 9 orang. Kemitraan usaha ini biasanya dilakukan dengan Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, untuk keperluan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan maupun pameran-pameran khusus.

Usaha ini berdiri sejak tahun 1991, sebelum usaha ini berdiri, sang pemilik mengawali karirnya dengan bergabung di perusahaan pramuka kuartir daerah Sumatera Utara dari tahun 1989 sampai 1993. Pada tahun 1991, Bibit lebah yang pertama dibudidayakan adalah bibit lebah madu jenis Apis mellifera yang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya Kota Solo. Budidaya pertama sebanyak 15 stup, dengan jangka waktu setengah bulan sudah bisa dipanen.

Masa-masa sulit dalam merintis usaha ini pada awal usaha, dimana transportasi belum dimiliki oleh pemilik peternakan lebah, sehingga perlu menyewa transportasi yang ternyata lebih banyak rugi, karena sering sekali ketika hendak panen, terjadi hujan sehingga tidak bisa panen, namun harus membayar sewa transportasi yang sudah disewa sebelumnya. Pada tahun 2001 pemilik sudah memiliki transportasi sendiri, sehingga lebih hemat dalam ongkos angkut lebah dan hasil lebahnya.

Visi usaha ini adalah ingin mengajak masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan mengkonsumsi hasil-hasil lebah madu serta bersama melestarikan budaya pembudidayaan lebah madu. Misi usaha ini yaitu dengan membuktikan dan meyakinkan masyarakat akan khasiat dari produk lebah madu.


(39)

Gambaran Umum Pembudidayaan Lebah Madu

Pembudidayaan lebah madu saat ini berada di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera) yaitu sekitar 6m x 17m. Pada luas lahan 6m x 17m mampu membudidayakan sekitar 40 stup. Biasanya dalam satu stup berisi 3000 sampai 10.000 ekor lebah. Lahan yang digunakan untuk pembudidayaan lebah madu ini adalah lahan milik sendiri. Pada awal usaha peternak membeli lahan yang ukurannya tidak terlalu luas, namun cukup untuk pembudidayaan lebah madu. Pembelian lahan juga harus memperhatikan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam di daerah sekitarnya, harus cocok untuk makanan lebah madu.

Jenis tanaman pada lahan pembudidayaan lebah madu tersebut beragam yaitu jagung, jeruk, kopi, kaliandra dan tanaman sayuran lainnya. Jarak lahan pembudidayaan dari tempat tinggal pemilik budidaya lebah tersebut yaitu sekitar 75 km.

Teknik beternak lebah madu (Apis mellifera) pada pemdudidayaan disini dilakukan dengan cara mengangon atau penggembalaan. Penggembalaan dilakukan tiga bulan sekali, biasanya diawali dengan survei lokasi yang akan dijadikan lahan pembudidayaan lebah, dengan melihat jenis tanaman dan keamanan lokasi lahannya.

Kegiatan yang biasa dilakukan dalam pemeliharaan adalah kontrol dilakukan setiap bulan, kemudian pembersihan tempat lebah atau stup, kemudian saat masa paceklik dilakukan bantuan makanan seperti pemberian gula. Biasanya pada masa paceklik madu tidak dihasilkan namun anak lebah semakin bertambah,


(40)

sehingga pada saat masa paceklik, peternak lebih mengutamakan untuk panen bibit lebah. Masa paceklik biasanya berlangsung selama 4-5 bulan sehingga dalam satu tahun bisa terjadi 1 sampai 2 kali masa paceklik.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan lebah madu diantaranya adalah pembuatan ratu. Kegiatan pembuatan ratu yaitu dikhususkan untuk stup yang tidak memilki ratu dibuat ratu dengan meletakkan anak lebah di dalam alat buatan dan alat pengambil ratu yang disebut grafting, survey lahan pembudidayaan, kemudian pembuatan stup baru.

Hama yang biasa menyerang lebah madu adalah walet, capung, semut dan kutu. Penanggulangan biasanya dengan memindahkan lebah madu ke tempat lain yang masih aman dari serangan hama, sedangkan penanggulangan yang khusus untuk kutu yaitu dengan pemberian belerang yang dicampur dengan kapur barus atau dengan pestisida yang dicampur minyak kayu putih. Selain hama, racun tanaman dapat mengganggu perkembangbiakan lebah, sehingga perlu hati-hati dalam menentukan lahan pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera).

Adapun perbedaan dari lebah jenis Apis mellifera dengan lebah jenis lokal adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara lebah Apis mellifera dengan lebah jenis lokal

No Perbedaan Lebah mellifera Lebah lokal

1 Produksi Lebih banyak Lebih sedikit

2 Pembuatan ratu Bisa Tidak bisa

3 Tingkah laku Tidak agresif Lebih agresif

4 Cara panen Di putar dengan menggunakan

alat eksakator

Di potong sarangnya

Berdasarkan data dari Tabel 1 diketahui bahwa banyak keuntungan yang diperoleh dari budidaya lebah madu jenis Apis mellifera dibandingkan dengan pembudidayaan dengan lebah madu jenis lokal.


(41)

Proses Pemanenan Produk Lebah Madu

1. Madu

Produksi madu di perusahaan ini memliki variasi jenis madu. Jenis madu disini ada tiga jenis, yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Masing-masing dari ketiga jenis madu ini memiliki proporsi produksi yang berbeda, biasanya proporsi untuk madu umum sekitar 50%, sedangkan proporsi untuk madu royal jelly dan madu pollen sekitar 25% : 25%.

Variasi jenis madu tersebut memiliki harga jual yag berbeda-beda tergantung dari proses pemanenan dan jumlah produksinya. Jenis madu umum biasanya dijual dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan jenis madu royal jelly dan madu pollen. Tingkat keuntungan dari jenis-jenis madu tersebut tergantung dari produksinya, dimana pendapatan pertahun biasanya untuk madu umum memilki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis madu royal jelly dan pollen. Data untuk masing-masing pendapatan untuk ketiga jenis madu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1, namun untuk analisis finansial perusahaan ini, semua produk digabung menjadi satu pemasukan (benefit).

Proses pemanenan hingga proses pengemasan masing-masing jenis madu tersebut akan dijelaskan pada penjelasan berikut:

a.Madu Umum

Pemanenan madu dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut eksakator, yaitu dengan cara diputar sehingga madunya keluar dan tidak merusak sarang lebahnya. Produksi lebah dapat dipanen sekitar 10-14 hari. Hal ini tergantung dari kondisi iklim dan musim bunga di sekitarnya sebagai bahan


(42)

makanannya. Frekuensi panen madu pada saat paceklik terjadi sekali dalam setahun, panen terjadi 21-24 kali. Sedangkan pada saat paceklik terjadi dua kali dalam setahun, panen terjadi 6-12 kali. Dalam sekali panen, jumlah panen madu bisa mencapai 1kg dalam setiap stup (kotak lebah). Rata-rata jumlah stup per tahun mencapai 40 stup. Jumlah panen ini tidak selalu tetap, tergantung dengan kondisi cuaca, dan produksi tanaman-tanaman di sekitar lahan pembudidayaannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Apriari Pramuka (2003) bahwa jumlah dan kualitas madu dipengaruhi oleh ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban dan temperatur udara, serta koloni lebah.

Pengemasan madu dilakukan setelah panen madu, kemudian madu tersebut dikumpulkan dalam satu wadah kemudian disaring sehingga terpisah dari kotoran-kotoran yang menempel pada saat pemanenan madu dilakukan. Setelah dilakukan penyaringan, kemudian dilakukan pengemasan dengan botol yang telah di cuci bersih dengan beberapa proses pencucian, kemudian ditutup dan di segel serta di beri label kemasan hingga menarik dan siap untuk dipasarkan.


(43)

Madu yang telah siap dipasarkan disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Dalam satu botol kemasan 250 ml, madu dipasarkan dari produsen seharga Rp. 35.000,- sedangkan pada botol madu yang kemasan 600 ml, madu dipasarkan

dari produsen seharga Rp. 75.000,-. b. Madu Royal Jelly

Madu royal jelly merupakan madu yang digabung langsung dengan royal jelly yang telah dipanen. Pemanenan royal jelly dilakukan seperti pembuatan ratu lebah, hanya saja pemanenan royal jelly ini dilakukan setiap 4 hari sekali agar royal jelly yang ada di dalam tempat pembuatan ratu tidak habis kering dimakan oleh bakal ratu yang berada di dalamnya, karena royal jelly merupakan makanan bagi ratu lebah. Pengambilan royal jelly dengan menggunakan alat yang disebut grafting. Frekuensi panen royal jelly dapat dilakukan sebanyak 50 kali dalam setahun, karena di pengaruhi juga oleh pembuatan ratu lebah, sehingga pemanenan royal jelly tidak rutin dilakukan. Jumlah panen royal jelly tidak sebanyak seperti panen madu, panen royal jelly bisa menghasilkan 100 ml/minggu jadi dalam setahun hanya menghasilkan sekitar 5.000 ml.

Pemanenan royal jelly disesuaikan dengan pembuatan ratu lebah, jika petani lebah sedang ingin mengembangkan ratu lebah maka produksi royal jelly tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan karena royal jelly yang berada pada tempat pembuatan ratu lebah khusus disuplay untuk makanan ratu lebah agar pertumbuhan ratu lebah lebih cepat dan lebih baik. Pemanenan royal jelly dimulai pada tahun ke lima, hal ini dikarenakan pada tahun pertama hingga ke tiga peternak ingin mengembangkan bibit lebah terlebih dahulu, sehingga royal jelly lebih disuplay untuk makanan ratu lebah.

Pengemasan dilakukan setelah pemanenan royal jelly yang kemudian ditempatkan pada wadah yang bersih, kemudian untuk pengemasan, biasanya royal jelly


(44)

langsung dicampurkan ke dalam Madu, karena melihat harga royal jelly yang harganya sangat tinggi jika dijual secara langsung, tanpa dicampur dengan madu. Perbandingan royal jelly dengan madu adalah 1:42.

Gambar 3. Madu royal jelly kemasan 250 ml

Madu royal jelly yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 3. Madu royal jelly dengan botol kemasan 250 ml dihargai Rp. 75.000,- sedangkan madu royal jelly kemasan 600 ml dihargai Rp. 150.000,- untuk permintaan khusus royal jelly murni 1 ons dihargai Rp. 150.000,-.

c. Madu Pollen

Madu pollen merupakan madu yang langsung dicampur dengan pollen. Pemanenan pollen dilakukan dengan memasang alat penjerat yang diletakkan di depan pintu masuk lebah madu (Apis mellifera). Pemanenan dilakukan setiap hari yaitu dengan ketentuan jika pagi di panen, maka sore tidak boleh di panen karena sebagai cadangan makanan yaitu sebagai sumber protein bagi lebah. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Sihombing (2005) bahwa Secara garis besar, pollen sebagai sumber


(45)

protein dan nektar sebagai sumber karbohidrat bagi lebah. Jumlah panen pollen mencapai 1kg/bulan.

Pengemasan pollen tidak bisa langsung dikemas, karena pollen yang telah di panen harus di jemur dahulu kemudian pollen yang telah kering digiling hingga halus seperti tepung atau bubuk. Pengemasan pollen biasanya dicampur dengan madu, karena harga pollen yang mahal jika langsung dijual, selain itu konsumsi pollen lebih nikmat jika dicampur dengan madu. Pengemasan pollen biasanya langsung dicampurkan ke madu. Perbandingan pollen dan madu adalah 1:1,25. Madu pollen yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Madu pollen kemasan 250 ml

Madu pollen yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 4. Dengan isi botol 250 ml, madu pollen tersebut dihargai Rp. 60.000,- sedangkan madu pollen isi botol 600 ml dihargai Rp. 140.000,-.


(46)

2. Bibit lebah

Pemanenan bibit lebah tidak seperti panen pada produk-produk lainnya. Panen bibit lebah ini menunggu hingga anakan lebah berkembang melebihi populasi yang semestinya dalam 1 stup (kotak), kemudian jika anakan lebah tersebut sudah mencapai 6 sampai 8 sarang maka stup yang memiliki dua ratu akan di pecah ratunya untuk pembuatan stup yang baru. Proses pemecahan bibit lebah biasanya bisa dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan sekali. Jika anak lebah sudah terkumpul 6 sampai 8 sarang, namun tidak ada persediaan ratu, maka ratu harus dibuat dahulu dengan menggunakan alat bantu pembuat ratu yang sering disebut grafting. Sehingga frekuensi panen bbit lebah ini tidak dapat ditetapkan karena disesuaikan dengan perkembangan lebah itu sendiri. Namun biasanya dalam setahun dapat panen 3-5 stup (kotak). Harga 1 stup (kotak) mencapai Rp. 750.000-,

Gambar 5. Bibit lebah madu yang telah dipecah

Biasanya pemesanan bibit lebah dilakukan beberapa bulan sebelum diperlukan sehingga pemilik pembudidayaan lebah ini dapat mempersiapkan ratu lebah tersebih dahulu.


(47)

Pembuatan ratu dalam satu kotak dapat dilakukan secara alami oleh lebah itu sendiri maupun dengan buatan, yaitu dengan memilih larva yang masih sangat kecil kemudian diletakkan ke lilin buatan dan dibiarkan selama satu minggu untuk dilihat tingkat keberhasilannya. Jika berhasil biasanya ditandai dengan semakin bertambahnya lilin yang dibuat oleh lebah tersebut, tapi jika tidak berhasil maka lilin tersebut tidak tertutup oleh lilinnya. Dokumentasi alat pembuat ratu lebah madu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat pembuat ratu lebah

Analisis Finansial Produk-produk Lebah Madu (Apis mellifera)

Dalam mendirikan suatu usaha, baik usaha kecil atau usaha besar tujuan utamanya adalah memdapatkan keuntungan, keuntungan dari suatu usaha tidak hanya keuntungan yang besar, suatu keuntungan menggambarkan layak atau tidaknya usaha tersebut didirikan. Analisis finansial adalah suatu studi untuk penilaian dalam rangka untuk melihat apakah usaha lebah madu yang


(48)

dilaksanakan layak diusahakan dan menguntungkan secara finansial. Dimana kriteria yang digunakan beberapa diantaranya yaitu dari NPV, BCR, dan IRR. Batasan 15 tahun untuk analisis pada penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu dalam kurun waktu 15 tahun diyakini analisis sudah dapat mewakili hasil yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya, selain itu dalam kurun waktu 15 tahun, telah terjadi tahapan-tahapan dalam suatu perusahaan yaitu pada tahun 0-2 perusahaan mengalami kerugian, kemudian pada tahun 3-4 perusahaan sudah melewati masa BEP, kemudian tahun 5-10 perusahaan sedang dalam pengembangan, dan pada tahun 11-15 perusahaan sudah menikmati keuntungan yang besar.

Analisis finansial dengan menggunakan kriteria NPV, BCR, dan IRR memerlukan data berupa benefit dan cost dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun komponen benefit dan cost yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Komponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Benefit Rata-rata

jumlah produksi botol ukuran 250 ml/tahun Rata-rata jumlah produksi botol ukuran 600 ml/tahun Rata-rata harga / botol ukuran 250 ml (Rupiah)/tahun

Rata-rata harga / botol ukuran 600 ml (Rupiah)/tahun

Rata-rata harga kotak/tahun

Madu umum 608 botol 253 botol 21.000 47.000

Madu royal jelly

265 botol 115 botol 53.000 116.000

Madu Pollen 584 botol 228 botol 30.000 109.000

Bibit lebah / stup

3 kotak 550.000

Berdasarkan data pada Tabel 2 bahwa produksi pada setiap tahunnya berbeda, hal tersebut dikarenakan produksi madu ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor internal, maupun faktor eksternal yang berhubungan dengan iklim,


(49)

masa paceklik dan asupan makanan yang tersedia di sekitar tempat pembudidayaan. Sedangkan harga, pada setiap tahun berbeda sesuai dengan fluktuasi nilai mata uang yang berpengaruh terhadap harga pada pengeluaran (cost).

Komponen cost yang digunakan dalam penelitian ini di gambarkan secara garis besar, namun secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen cost yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Komponen cost rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Cost Rata-rata kuantitas Rata-rata harga satuan

(Rupiah)

Pembelian lahan 6x17 m 6.500.000

Pembelian lebah 15 kotak 700.000

Penambahan stup 5 kotak/3thn 150.000

Kontrol 24 kali/thn 52.000

Penggembalaan 4 kali/thn 250.000

Bantuan makanan 200 kg/thn 9.000

Perlindungan hama 4kali/thn 150.000

Biaya tenaga kerja 248 jam/thn 9.000

Survey lahan 1 kali/thn 250.000

Alat pembuat ratu lebah 1 30.000

Eksakator 1 750.000

Pengasap 24 kali/thn 2.000

Masker pengaman 2 buah/ 3 thn 25.000

Drum plastic 2 buah/2 thn 100.000

Sikat 1 buah/5 thn 75.000

Pisau 1 buah/2 thn 40.000

Martil 1 buah/3 thn 20.000

Saringan 1 buah/thn 35.000

Skrap 1 buah/ thn 2500

Pondasi 4 buah/ thn 625.000

Tiang penyangga 8 31.250

Polen trap 1 buah/ thn 7.500

Botol Buah 300

Tutup botol 2012 buah 100

Segel 2012 buah 100

Label keterangan 2012 buah 400

Transportasi 48 kali/ thn 200.000

Berdasarkan Tabel 3 bahwa harga per unit cost bervariasi, disebabkan pertambahan nilai mata uang per tahun yang terus meningkat, sehingga pada Lampiran 2 total biaya per tahun bervariasi. Pada analisis cost transportasi, terjadi penurunan


(50)

biaya pada tahun ke 11-15, hal tersebut dikarenakan peternak sudah memilki transportasi pribadi sehingga tidak lagi menyewa transportasi dan hasilnya lebih meminimasikan biaya.

Pada usaha perlebahan ini, ingin diketahui layak atau tidaknya usaha ini dijalankan, sehingga dilakukan analisis finansial dengan kriteria NPV, BCR, dan IRR dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Analsisi finansial pada usaha perlebahan ini ditunjukkan pada Tabel 4, dan hasil perhitungan ditunjukkan pada Lampiran 3:

Tabel 4. Analisis finansial usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Kriteria Analisis Finansial Hasil

NPV 208.139.563,76,- (Rp/Usaha)

BCR 2.39

IRR 40.58863%

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu investasi jangka panjang dalam kegiatan atau suatu usaha. Dimana cara perhitungan NPV adalah selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa hasil analisis NPV usaha perlebahan

madu dengan NPVDF 15% mempunyai nilai positif yaitu sebesar Rp. 208.139.563,76,- . Hal ini berarti usaha perlebahan ini dikatakan untung,

karena memiliki nilai NPV yang bernilai positif.

Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama


(51)

lima tahun dengan awal usaha 100 koloni dan jumlah biaya produksi serta investasi selama lima tahun sebesar Rp 259.850.000,-, diperoleh nilai sekarang neto bernilai positif, yaitu sebesar Rp 142.527.400,- pada tingkat diskonto (DF) sebesar 18% dan keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp 307.400.000,.

Perbedaan besarnya nilai sekarang neto (NPV) antara perusahaan tergantung dari jumlah biaya yang diinvestasikan, biaya produksi, biaya usaha, dan produksi madu yang dihasilkan. Apabila manfaat sekarang neto bernilai negatif pada tingkat diskonto yang diasumsikan, di mana manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya, akan berakibat ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi dan tidak dapat membayar tingkat bunga, meskipun masih memperoleh keuntungan dari sumberdaya yang diinvestasikan.

Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari suatu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan investasi cukup menguntungkan.

Hasil analisis usaha perlebahan ini di dapatkan hasil analisis BCR dengan disconto faktor 15% yaitu sebesar 2.39. Hal ini berarti hasil analisis BCR memiliki nilai lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha perlebahan dengan tingkat suku bunga 15% menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Nilai BCR usaha perlebahan sebesar 2.39 berarti manfaat ekonomi investasi ini 2.39 kali lebih besar dari pada nilai biaya total pada tingkat suku bunga 15%, Karena setiap Rupiah yang diinvestasikan akan memberi hasil sebesar Rp. 2.39,-.


(52)

Nilai BCR pada usaha perlebahan ini tergolong tinggi, hal ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku, semakin tinggi suku bunga yang dipakai, maka nilai BCR akan semakin rendah, selain itu juga disebabkan karena keuntungan yang diperoleh usaha perlebahan ini tergolong besar. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Gittinger (1986) bahwa Nilai mutlak B/C ratio akan berbeda tergantung pada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah nisbah manfaat terhadap biaya yang dihasilkan, dan jika tingkat bunga yang dipilih cukup tinggi maka nisbah manfaat terhadap biaya kurang dari satu. Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan

Perhutanan Sosial (2003), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama lima tahun dengan awal usaha 100 koloni diperoleh nisbah

manfaat terhadap biaya (B/C ratio) sebesar sebesar 1,87 dengan diskon faktor yang digunakan sebesar 18% dari biaya keseluruhan sebesar Rp 259.850.000,-.

Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Nilai IRR menunjukkan tingkat suku bunga (discount rate), berapa yang membuat manfaat nilai sekarang menjadi negatif.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil IRR usaha perlebahan yaitu sebesar 40.5886%, ternyata hasil IRR ini menunjukkan bahwa nilai IRR lebih besar dari disconto faktor 15% (bunga bank) yang berlaku sekarang ini. Hal ini berarti usaha perlebahan ini layak diusahakan. Nilai IRR sebesar 40.5886% tergolong IRR yang sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh keuntungan yang diperoleh pada usaha perlebahan ini, selain itu pengelolaan yang


(53)

baik juga dapat menunjang hasil yang baik. Pernyataan ini didukung oleh literatur yang dinyatakan oleh Adelina (2008) Tingkat pengembalian internal (IRR) dalam pengusahaan lebah madu A. mellifera dapat mencapai di atas 50% apabila pengelolaan dalam usaha ini dilaksanakan secara tepat dan benar.

Pada usaha pembudidayaan lebah ini nilai NPV positif berada pada tingkat suku bunga 40.588% sedangkan nilai NPV negatif berada pada tingkat suku bunga 40.590% sehingga hasil IRR = 40.5886%, artinya pada saat tingkat suku bunga 40.5886% nilai NPV + = 0. Usaha perlebahan ini layak karena IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15%.

Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama lima tahun dengan skala usaha 100 koloni, dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 259.850.000,-, diperoleh tingkat pengembalian internal sebesar 123,88% pada tingkat diskonto 18%.

Berdasarkan hasil dari ketiga analisis tersebut, usaha perlebahan ini memiliki nilai NPV, BCR, dan IRR yang layak untuk diusahakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2008) dengan menggunakan kriteria R/C dan BEP bahwa usaha lebah madu di daerah ini layak diusahakan secara finansial.

Rantai Pemasaran Produk Lebah Madu (Apis mellifera)

Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu usaha untuk melangsungkan produk dan mencari laba dari setiap rantainya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Awang (2002) bahwa pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya


(54)

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tergantung kepada keahlian pengusaha di bidang pemasaran produksi. Pemasaran produk-produk lebah madu ini termasuk rantai pemasaran yang sederhana. Alur rantai pemasaran produk-produk lebah madu dari peternak madu yaitu sebagai berikut:

1. Madu

Alur pemasaran untuk ketiga jenis madu yang ada di perusahaan ini relatif sama, dimana distributor memasarkan ketiga jenis madu tersebut secara bersamaan dan tidak ada perbedaan alur pemasarannya. Hanya saja perbedaan harga untuk ketiga jenis madu ini berbeda sehingga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran pada masing-masing jenis madu tersebut.

Pemasaran jenis madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Madu Umum

Alur pemasaran madu dilakukan secara langsung dari tempat pembudidayaan madu, kemudian ke pengemasan dan setelah selesai pengemasan kemudian madu tersebut dipasarkan di kantor (rumah), setelah itu konsumen ada yang langsung membeli ke rumah dan ada juga yang didistribusikan oleh sales lepas dan kemudian dijual langsung ke konsumen atau ke warung, selain rantai pemasaran tersebut, ada juga pemasaran yang di awali dengan kantor, kemudian di pasarkan oleh sales dan langsung dijual oleh sales. Alur pemasaran dapat digambarkan pada Gambar 7.


(55)

Gambar 7. Alur pemasaran madu umum b. Madu Royal jelly

Alur pemasaran madu royal jelly pada usaha ini dilakukan secara langsung, sama halnya seperti pemasaran madu biasa yaitu dari peternak lebah, kemudian dipasarkan di kantor, setelah itu konsumen ada yang langsung membeli ke rumah dan ada juga yang didistribusikan oleh sales lepas dan kemudian dijual langsung ke konsumen atau ke warung. selain rantai pemasaran tersebut, ada juga pemasaran yang di awali dengan kantor, kemudian di pasarkan oleh sales dan langsung dijual oleh sales. Alur pemasaran royal jelly sangat singkat, alur pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8:

Gambar 8. Alur pemasaran madu royal jelly

c. Madu Pollen

Alur pemasaran pollen dilakukan secara langsung dan sederhana. Pemasaran madu pollen sama halnya dengan pemasaran madu umum dan madu royal jelly yaitu


(56)

dari peternak lebah, kemudian dipasarkan di kantor, setelah itu konsumen ada yang langsung membeli ke rumah dan ada juga yang didistribusikan oleh sales lepas dan kemudian dijual langsung ke konsumen atau ke warung. selain rantai pemasaran tersebut, ada juga pemasaran yang di awali dengan kantor, kemudian di pasarkan oleh sales dan langsung dijual oleh sales. Alur pemasaran pollen dapat dilihat pada Gambar 9:

Gambar 9. Alur pemasaran madu pollen

2. Bibit Lebah

Alur pemasaran bibit lebah tidak seperti produk-produk lebah lainnya, alur pemasaran bibit lebah terjadi lebih singkat yaitu antara peternak lebah dengan konsumen yaitu peternak lebah pemula yang memesan langsung, sehingga bibit lebah tidak dipasarkan di kantor maupun melalui sales lepas. Ada juga yang memesan bibit lebah yaitu dinas kehutanan yang biasanya untuk diberikan kepada masyarakat sekitar hutan dalam tujuan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keterampilan masyarakat dengan hasil hutan non kayu berupa lebah, dimana usaha perlebahan dapat


(57)

menghasilkan keuntungan yang besar. Alur pemasaran bibit lebah dapat dilihat pada Gambar 10:

Gambar 10. Alur pemasaran bibit lebah madu

Marjin Pemasaran Produk Lebah Madu

Berdasarkan hasil data kuisioner dan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian di lapangan, bahwa pemasaran yang dilakukan untuk masing-masing produk lebah madu memiliki alur pemasaran yang beragam, pemasaran madu yang dilakukan di kantor memiliki harga jual Rp. 35.000-, untuk madu botol ukuran 250 ml, sedangkan madu botol ukuran 600 ml madu dijual dengan harga Rp. 75.000,- sedangkan harga yang di pasarkan oleh sales yaitu sekitar Rp. 35.000,- kemudian warung biasanya memasarkan seharga Rp. 40.000,- untuk

madu botol ukuran 250 ml, sedangkan madu botol ukuran 600 ml seharga Rp. 80.000,- namun sales tetap memasarkan dengan harga yang sama yaitu Rp. 75,000,-.

Dalam pemasaran madu pollen di kantor ukuran 250 ml memiliki harga jual Rp. 60.000,- sedangkan harga sales menjual dengan harga yang tetap yaitu Rp.


(58)

60.000,- sedangkan warung memasarkan dengan sekitar Rp.70.000-, untuk pemasaran madu Royal jelly di kantor untuk ukuran 250 ml seharga Rp. 75.000-,

sedangkan melalui sales harga madu Royal jelly juga masih tetap sama yaitu Rp. 75.000-, sedangkan warung menjual dengan harga sekitar Rp. 85.000,-.

Marjin pemasaran produk-produk lebah madu tersebut disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Analisis marjin pemasaran produk lebah madu dalam Rp/Botol kemasan

250 ml

No Jenis Produk

(250 ml) Harga Jual Peternak Harga Jual Sales Harga jual Warung Marjin Pemasaran

1. Madu 35.000 35.000 40.000 5.000

Selisih 0 5.000

2. Madu Pollen 60.000 60.000 70.000 10.000

Selisih 0 10.000

3. Madu Royal Jelly 75.000 75.000 85.000 10.000

Selisih 0 10.000

4. Bibit Lebah/Stup 750.000 0 0 0 Selisih 0 0

Alur pemasaran pada berbagai produk lebah madu memiliki marjin pemasaran yang berbeda setiap jenisnya walaupun ada juga yang memiliki marjin pemasaran yang sama seperti marjin pemasaran madu royal jelly dan pollen. Produk lebah madu yang memiliki marjin pemasaran yang terbesar yaitu marjin pemasaran untuk madu royal jelly dan madu pollen, yaitu sebesar Rp. 10.000-, per botol. Hal ini dikarenakan harga royal jelly dan pollen yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga madu biasa, dikarenakan jumlah yang sangat sedikit dalam memproduksi royal jelly dan pollen sehingga konsumen tidak keberatan untuk menghargai per botol madu royal jelly dan pollen dengan harga yang relatif lebih tinggi. Sedangkan pada pemasaran bibit lebah, peternak langsung yang mengantarkan bibit lebah madu ke tempat pemesanan, dimana sales tidak melakukan pemasaran, sehingga marjin pemasaran untuk bibit lebah adalah Rp.0,-


(59)

Marjin pemasaran pada setiap pelaku pasar bervarisai, masing-masing di sesuaikan dengan elastisitas harga dari masing-masing produk. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Awang (2002) bahwa secara umum permintaan terhadap suatu barang itu sendiri, harga barang lain baik itu merupakan barang subtitusi atau barang komplementer, pendapatan, dan selera. Permintaan suatu komoditas yang memiliki spesifikasi dipengaruhi oleh elastisitas permintaan masing-masing produk yang bahan bakunya barang itu sendiri. Dengan demikian, besarnya angka elastisitas tersebut akan menggambarkan besarnya perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan harga, pola penentuan harga akan sangat tergantung pada kekuatan pelaku-pelaku ekonomi dalam stuktur pasar yang ada.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap usaha perlebahan di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil dari ketiga analisis finansial dengan menggunakan kriteria NPV, BCR, dan IRR usaha perlebahan memenuhi kriteria analisis. Sehingga usaha ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan.

2. Jenis produk lebah madu (Apis mellifera) yang memiliki marjin pemasaran terbesar adalah madu royal jelly dan madu pollen, yaitu sebesar Rp. 10.000,-/ botol, sedangkan yang memiliki marjin pemasaran terkecil adalah bibit lebah yaitu Rp.0,-.

Saran

Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pihak pemerintah, khususya Dinas Kehutanan untuk lebih memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar hutan agar dapat mengembangkan usaha pembudidayaan lebah madu jenis Apis mellifera ini agar membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara mandiri.

Kepada Pengusaha Lebah Madu

Kepada pengusaha lebah madu, diharapkan agar dapat membuat analisis pemasukan dan pengeluaran setiap tahunnya agar mempermudah dalam penilaian dan pembuatan strategi pemasaran dan produksi untuk kedepan. Selain itu juga


(61)

diharapkan agar pengusaha lebah madu dapat memperkaya jenis produksi lebah madunya agar lebih meningkatkan variasi jenis produknya.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pengembangan-pengembangan strategi dalam pemasaran produk-produk lebah madu yang lebih beragam, sehingga pengetahuan tentang lebah madu ini lebih lengkap dan lebih baik.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Adalina, Y. 2008. Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. Pusat Litbang dan Konservasi Alam. Bogor

Andayani, W. 2005. Pola Distribusi dan Tingkat Efisiensi Tataniaga Biji Mete (Anacardium occidentale L) Rakyat di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Hutan Rakyat Vol. VII No.2 Tahun 2005. UGM. Yogyakarta

Awang, S. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta

Bank Indonesia. 2005. Laporan dan Arsip BI. http www.bi.go.id [Diakses tanggal 10 Oktober 2011]

BAPPENAS. 2011. Budidaya Ternak Lebah. tanggal 11 Oktober 2011]

Budiman, A. 2007. Analisis strategi pengembanagn usaha PT madu pramuka Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Chandra, W. 2008. Analisis Finansial Usaha Pembibitan Lebah Madu. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Darmono. 2010. Budidaya Lebah Madu. [Diakses tanggal 13 Desember 2011]

Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2000. Petunjuk Teknis Pengelolaan Usaha Perlebahan. Jakarta

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2004. http://www.dephut.go.id/informasi/statistik/stat/2004/stat_04.htm [Diakses tanggal 11 Oktober 2011]

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta

Gray, C., Sinanjuntak P., Sabur L.K., Maspaitella P. F. L., Varley R. C.G. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Naufal, A.R. 2005. Allah Ciptakan Rumah Terindah di Bumi. Republika. Jakarta


(63)

Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. PT Bina Rupa Aksara. Jakarta Prasetyo, E dan Mukson. 2003. Kajian Pemasaran Produk Pangan Olahan di

Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Semarang

Pusat Pengembangan Apiari Pramuka. 2003. Lebah Madu. Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya. Jakarta

Sarwono, B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. PT Agro Media Pustaka. Jakarta

Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta Swastha, B. 1997. Azas-Azas Marketing. Liberty. Jakarta

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Lebah Madu. Nuansa Aulia. Jakarta

Tomek, W.E. and Kenneth L. Robinson. 1990. Agricultural Product Prices. Second Edition Cornell University Press. New York

Uleander, B. 2009. Jeni-Jenis Lebah Madu. tanggal 10 Oktober 2011]

Umar, H. 2003. Strategic Management in Action. Cetakan ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


(64)

KUISIONER RESPONDEN

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN BERBAGAI PRODUK LEBAH MADU

(Studi Kasus Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(65)

KUISIONER PENELITIAN UNTUK PEMILIK PETERNAKAN LEBAH Hari/ tanggal :

No. responden :

I. Identitas responden

1. Nama/ Usia :

2. Jenis kelamin :

3. Alamat :

4. Suku :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan utama :

7. Pekerjaan sampingan :

8. Jumlah anggota keluarga :

9. Jumlah tanggungan keluarga :

10. Penghasilan per bulan :

II. PROFIL PERUSAHAAN

1. Nama perusahaan :

2. Letak dan batas-batas wilayah :


(66)

4. Status usaha :

5. Stuktur organisasi :

6. Sejarah perusahaan :

7. Masa-masa sulit perusahaan, tahun dan alasan :

8. Masa-masa jaya perusahaan, tahun dan alasan :

9. Bagaimana visi dan misi perusahaan :

10. Bagaimana prospek perusahaan ke depan :

11. Berapa lama perusahaan ini berdiri :

12. Berapa jumlah karyawan :

13. Seperti apa pemitraan usaha ini :

III.Data Umum Lahan Pembudidayaan

1. Berapa luas total lahan untuk pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera) ……..Ha

2. Status lahan yang digunakan uuuntuk pemudidayaan lebah madu

a. Lahan milik pribadi

b. Lahan sewa


(67)

d. Lainnya

3. Jika menyewa, berapa harga sewa lahan untuk proses peternakan lebah ini?

4. Apakah semua lahan pembudidayaan bersertifikat?

a. Ya

b. Tidak

5. Jika tidak bersertifikat apa alasannya?...

6. Jika tidak bersertifikat apa bukti kepemilikan lainnya?

7. Jenis tanaman yang ada di lahan pembudidayaan lebah?

8. Jarak lahan pembudidayaan dari tempat tinggal ?

9. Jarak lahan pembudidayaan dari kantor pemasaran?

IV.LAPANGAN PETERNAKAN MADU

1. Berapa banyak pekerja dilapangan?

2. Bagaimana teknik beternak lebah yang dilakukan?

3. Bagaimana cara memperoleh lebah?

4. Berapa lama pemeliharaan lebah hingga produksi?

5. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pemeliharaan lebah pertahun?


(68)

6. Kegiatan apa saja yang dilakukan jika mengalami mas paceklik pertahun?

Kegiatan Biaya (Rp)

7. Dalam satu tahun terjadi berapa kali masa paceklik?

8. Hama dan penyakit yang menyerang lebah madu?

9. Berapa banyak lebah dalam satu stup?

10. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pembudidayaan lebah madu?


(69)

11. Selain hama dan penyakit, apa saja yang menjadi ancaman perkembangbiakan lebah madu?

a. Penggembalaan liar

b. Pencurian

c. Lainnya, sebutkan:

12. Bagaimana cara penanggulangan ancaman tersebut?

13. Adakah perlakuan khusus dala pembudidayaan lebah madu?

Kegiatan Biaya (Rp)

V. PEMANENAN PRODUK LEBAH MADU

1. Tujuan produksi utama dari pembudidayaan lebah ?

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Lainnya


(70)

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

3. Berapa lama produksi lebah dapat dipanen?

Jenis produksi Usia panen

4. Berapa kali panen dilakukan dalam satu tahun?

Jenis produksi Frekuensi pemanenan

5. Berapa banyak produk yang dipanen dalam per tahun?


(71)

6. Bagaimana perubahan produksi dari budidaya tersebut ?

a. Menurun, alasannya

b. Stabil, alasannya

c. Meningkat, alasannya

7. Jika terjadi penurunan produksi, tindakan apa yang dilakukan agar produksi meningkat kembali, jelaskan?

8. Apa jenis kegiatan dalam pemanenan produksi lebah dan biayanya?

Kegiatan Biaya (Rp)

9. Alat-alat apa saja yang digunakan untuk pemanenan hasil lebah madu?

Nama Alat Biaya (Rp)


(72)

11. Berapa kali pengangkutan dilakukan dalam sebulan?

VI.PENGOLAHAN PRODUK

1. Bagaimana cara pengolahan produk-produk lebah madu:

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

2. Bagaimana sistem pengemasannya:

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

3. Botol yang seperti apa yang digunakan dalam pengemasan produk?

4. Dari mana memperoleh botol pengemas?

5. Berapa harga botol per satuannya?

6. Berapa banyak botol yang dibutuhkan duntuk pengemasan produk lebah madu pertahun?


(73)

7. Berapa harga pembuatn label pertahun?

8. Berapa harga pengemasan hingga pelebelan pertahun?

KUISIONER PENELITIAN UNTUK DISTRIBUTOR Hari/ tanggal :

No. responden :

I. Identitas responden

11. Nama/ Usia :

12. Jenis kelamin :

13. Alamat :

14. Suku :

15. Pendidikan :

16. Pekerjaan utama :


(74)

18. Jumlah anggota keluarga :

19. Jumlah tanggungan keluarga :

20. Penghasilan per bulan :

I. PEMASARAN

1. Setelah pengemasan, produk-produk lebah madu di pasarkan kemana?

2. Bagaimana sistem pemasarannya?

3. Sejauh mana pemasarannya?

4. Kendala apa saja yang terdapat dalam pemasaran?

5. Bagaimana penyelesaian masalahnya?

6. Apakah ada surat keterangan dalam pemasaran produk lebah madu?

a. Ya b. Tidak

7. Jika “Ya” siapa yang mengeluarkan izin tersebut?

8. Apakah ada harus membayar surat izin tersebut?

9. Jika “Ya” berapa besar biaya yang harus dibayar?

10. Berapa harga jual perbotolnya:


(1)

11. Selain hama dan penyakit, apa saja yang menjadi ancaman perkembangbiakan lebah madu?

a. Penggembalaan liar

b. Pencurian

c. Lainnya, sebutkan:

12. Bagaimana cara penanggulangan ancaman tersebut?

13. Adakah perlakuan khusus dala pembudidayaan lebah madu?

Kegiatan Biaya (Rp)

V. PEMANENAN PRODUK LEBAH MADU

1. Tujuan produksi utama dari pembudidayaan lebah ?

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Lainnya


(2)

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

3. Berapa lama produksi lebah dapat dipanen?

Jenis produksi Usia panen

4. Berapa kali panen dilakukan dalam satu tahun?

Jenis produksi Frekuensi pemanenan

5. Berapa banyak produk yang dipanen dalam per tahun?


(3)

6. Bagaimana perubahan produksi dari budidaya tersebut ?

a. Menurun, alasannya

b. Stabil, alasannya

c. Meningkat, alasannya

7. Jika terjadi penurunan produksi, tindakan apa yang dilakukan agar produksi meningkat kembali, jelaskan?

8. Apa jenis kegiatan dalam pemanenan produksi lebah dan biayanya?

Kegiatan Biaya (Rp)

9. Alat-alat apa saja yang digunakan untuk pemanenan hasil lebah madu?


(4)

11. Berapa kali pengangkutan dilakukan dalam sebulan?

VI.PENGOLAHAN PRODUK

1. Bagaimana cara pengolahan produk-produk lebah madu:

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

2. Bagaimana sistem pengemasannya:

a. Madu

b. Pollen

c. Royal jelly

d. Bibit lebah

3. Botol yang seperti apa yang digunakan dalam pengemasan produk?

4. Dari mana memperoleh botol pengemas?

5. Berapa harga botol per satuannya?

6. Berapa banyak botol yang dibutuhkan duntuk pengemasan produk lebah madu pertahun?


(5)

7. Berapa harga pembuatn label pertahun?

8. Berapa harga pengemasan hingga pelebelan pertahun?

KUISIONER PENELITIAN UNTUK DISTRIBUTOR Hari/ tanggal :

No. responden :

I. Identitas responden

11. Nama/ Usia :

12. Jenis kelamin :

13. Alamat :

14. Suku :

15. Pendidikan :

16. Pekerjaan utama :


(6)

18. Jumlah anggota keluarga :

19. Jumlah tanggungan keluarga :

20. Penghasilan per bulan :

I. PEMASARAN

1. Setelah pengemasan, produk-produk lebah madu di pasarkan kemana?

2. Bagaimana sistem pemasarannya?

3. Sejauh mana pemasarannya?

4. Kendala apa saja yang terdapat dalam pemasaran?

5. Bagaimana penyelesaian masalahnya?

6. Apakah ada surat keterangan dalam pemasaran produk lebah madu?

a. Ya b. Tidak

7. Jika “Ya” siapa yang mengeluarkan izin tersebut?

8. Apakah ada harus membayar surat izin tersebut?

9. Jika “Ya” berapa besar biaya yang harus dibayar?

10. Berapa harga jual perbotolnya: