Konsep kafaÂ’ah dalam perkawinan

KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN
MENURUT IBN HAZM DAN IMAM SYAFI’I

SKRIPSI

Oleh:
AINUL RUSLAN
201110020311048

AHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’aalamiin segala puji bagi Allah SWT Tuhan
semesta alam, kepada-Nya penulis memuji, memohon pertolongan dan
memohon ampun. Hanya kepada-Nyalah kami bersyukur atas
melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya, sehingga
sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan Iman dan Islam.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepangkuan Rasulullah

Muhammad SAW pembawa rahmat bagi Makhluk sekian alam,
keluarga, sahabat dan para tabi’in serta kita umatnya, semoga kita
mendapat pertolongan di hari akhir nanti.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul:” KONSEP KAFA’AH MENURUT IBN HAZM DAN IMAM
SYAFI’I” sebagai tugas akir untuk mendapatkan gelar strata satu dalam
bidang hukum Islam. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada beberapa pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, utamanya kepada
yang terhormat :
1. Kedua orangtuaku tercinta dengan penuh kasih sayang yang
selalu memberi nasehat dan memberi semangat serta slalu
berdoa untuku.
2. Bapak Prof. Dr. Muahadjir Effendy, M.AP. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Drs. Faridi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag. sebagai pembimbing I yang
telah bersedia meluangkan waktunya dengan ikhlas dan penuh
tanggung jawab untuk membimbing penulis dalam penulisan

skripsi ini.
5. Bpak Syamsurizal Yazid, MA. sebagai pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktunya dengan ikhlas dan penuh
tanggung jawab untuk membimbing penulis dalam penulisan
skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen di seluruh lingkungan Jurusan Syari’ah
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membimbing,
mengarahkan dan mengajar penulis selama di bangku kuliah
sehingga penulis dapat menyelesaiakan kuliah ini dengan baik.
7. Bapak-Ibu beserta keluarga tercinta yang telah memberikan
modal semangat baik secara moril maupun material.
8. Teman-teman dan saudaraku seperjuangan utamanya temanteman Es Teler yang telah memberikan dorongan semangat
kepada penulis dalam segala aktivitas.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan
harapan keikhlasan semua pihak, semoga Allah SWT membalas
semuanya dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari
pembahasan ini masih jauh dari segalah kekurangan dari kriteria
penulisan yang baik, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik

berupa kritik dan saran yang kontruktif dari para pembaca.

Akhirnya dengan memohon Ridha Allah SWT, semoga skripsi
ini penuh makna dan bermenfaat bagi pribadi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya. Amiin.

Malang, 25 November 2015
Penulis

Ainul Ruslan

DAFTAR PUSTAKA

Abi Muhammad Ali bin Ahmad Sa’id bin Hazm, al-Muhalla, Beirut: Dar al-Fikr,
t.t
Abu Zahrah, Muhammad.(1950) al-Ahwal asy-Syakhsiyyah. Mesir: Dar al-Fikr wa
al-Arabi.
Al-Hamdani, ( 2002). Risalah Nikah. Jakarta: Pustaka Amani.
Ali Himaya, Ibn Hazm. (2001). Biografi, Karya, dan Kajian Agama-Agama,
Jakarta: Lentera.
Ali as-Sayis, Muhammad.(1996).Sejarah Pembentukan dan Perkembangan
Hukum Islam, Jakarta: Akademika Preesindo.

Al- imam Asy Syafi’i. (1989) Terjemahan Al-Umm(Kitab Induk), Kuala
Lumpur: PT. Victory Agency.
Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta : Prenada Media.
Az-Zuhaili, Wahbah. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Jakarta: Gema Insani.
(2010). Fiqih Imam Syafi’i.Jakarta: Almahira.
Ash Shiddieqy, Hasbi. (1972).

Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab,

Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra.
Ash Sharqawi, Abdurrahman. (1997). Riwayat Sembilan Imam Fiqh, Jogjakarta:
Logos.
Dahlan.( 1997). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Departemen Agama RI. ( 1971 ). Alqur’an Dan Terjemah. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara

Penerjemahan/Pentafsir Alqur’an.

Daradjat, Zakiyah , (1995). Ilmu fiqih, Jakarta: Dana Bahakti Wakaf.

Himaya, Ali. (2001). Ibn Hazm, Biografi, Karya, dan Kajian Agama-Agama, terj.
Khalid al-Kaf, Jakarta: Lentera.
I Doi, A.Rahman. (1996). Karateristik Hukum Islam Dan Perkawinan. Jakarta:
PT Raja

Grafindo Persada.

Ibn Hanbal, Ahmad.(1991). Musnad Imam Ahmad .Dar al-Fikr.
Idris asy-Syafi’I, Muhammad. (1969). ar-Risalah, Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyah.
Jawad Mughniyah, Muhammad. (2007). Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: Lentera.
Kholil, Munawar. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, Jakarta: Bulan
Bintang.
K.H.Q. Shaleh, dk. ( 2004) Asbâbun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-Ayat al-Qur’an CV. Bandung: Penerbit Diponegoro.
Mahmud Mathlub, Abdul Majiid, (2005). Panduan Hukum Keluarga Sakinah
Solo: Era Intermedia.
Mubarok, Jaih. (2000). Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung:
Rusda.
Muchtar, Kamal. (1993). Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta:
Bulan Bintang.

Muhammad al-Jamal, Ibrahim.(1999). Fiqh Muslimah: Ibadat, Mu’amalat,
Jakarta:Pustaka Amani.

Musthafâ al-Maraghi, Ahmad. (1993) Tafsir Maraghi, Semarang: Toha Putra.
Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi,Ahmad. (2008) Ensiklopedia Imam Syafi’I.
Jakarta: PT Mizan Publika.
Nasib ar-Rifa’I,Muhammad. (1999). Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn
Katsir.Jakarta: Gema Insani Press.
Nazir,Moh. ( 2011 ). Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.
Quraish Shihab,M. (2002).Tafsir al-Mishbâh: Pesan, Kesan, dan Keserasian alQur’an, Jakarta: Lentera Hati.
Rahman ,Fatchur. (1987). Ihtisar Musthalihul Hadits. Bandung: al-Ma’arif.
Rahman Ghazzaly, Abd. (2003). Fiqh Munakahat, Seri Buku Daras. Jakarta:
Kencana.
Rasjid,Sulaiman. (2008).Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rusyd, Ibnu. ( 2007) Bidayatul Mujtahid, Jakarta:pustaka Amani.
Sabiq, Sayyid. (2013) Fiqih Sunnah. Jakarta : Tinta Abadi Gemilang.
Syarifudin, Amir. (2003) Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Fajar interpratama
Offset.
(2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh
Tahido


Yanggo,

Huzaimah.(1997).Pengantar

Perbandingan

Madzhab,

Yogyakarta: Logos.
Umar Hasyim: Cara Mendidik Anak Dalai Islam.Jakarta: Bina Ilmu,t.t.
Yunus, Mahmud.(1983) Hukum Perkawinan dalam Islam: Menurut Madzhab
Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali, Jakarta: Hidayah Karya Agung.

Yuyun. (1998).Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu,
Jakarta: Penerbit Nuansa.
Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif Az-Zabidi, Al-Imam. ( 2002 ). Ringkasan
hadis Shahih Al-Bukhari.. Jakarta: Pustaka Amani.

Dari Software

Hadis Sunan Ad-Darimi.(2009).Kitab Nikah,Bab Wanita dinikahi karena empat,di
ambil dari software CHM.Program yang di produksi oleh Abu Ahmad AsSidokare.
Shahih Muslim, Kitab an-Nikah; BabNadbi Ra’a Imra’atan Fa waqa’at fi nafsihi
ilaan ya’tia au jariyatuhu fa yuwaqiuha, diambil dari software CHM:
program yang di produksi oleh Ashabul-Muslimin, ( Bekasi: 2011)
Shahih Sunan Ibnu Majah. (2008). Kitab Nikah, Bab kufu. diambil dari software
CHM. Jakarta: program yang di produksi oleh Yoga Peramana.
Shahih Al-Bukhori , (2011).Kitab Nikah Bab, Menikah dengan yang Memiliki
Agama (Taat dalam Beragama), di ambil dari software CHM. Bekasi:
Program yang di produksi oleh Ashbul Muslimin.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Allah telah menciptakan lelaki dan perempuan agar dapat
berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan,
dan hidup berdampingan secara damai dan sejahtera sesuai dengan
perintah Allah dan petunjuk Rasulullah1. Al-Qur’an Ar-rum (30) ayat 21,

Allah berfirman :

         

          

“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Diaciptakan untukmu
isteri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mau berpikir” ( QS. Ar-rum [30] :21)2
Dalam pandangan Islam perkawinan itu bukanlah hanya urusan
perdata semata, bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya ,
tetapi maslahan peristiwa agama, oleh perkawinan itu dilakukan untuk

1

A.Rahman I Doi, Karateristik Hukum Islam Dan Perkawinan, PT Raja Grafindo
Persada, (Jakarta,1996 ) hal 203.
2

Departemen Agama RI: Alqur’an Dan Terjemah, Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Pentafsir Alqur’an ( Jakarta:1971), hal.644.

1

memenuhi sunnah Allah dan sunnah Nabi dan dilaksanakan sesuai
petunjuk Allah dan Petunjuk Nabi.3
Ada beberapa motivasi

yang mendorong seseorang laki-laki

memilih seseorang perempuan untuk pasangan hidupnya dalam
perkawinan dan demikian pula dorongan seseorang perempuan waktu
memilih laki-laki menjadi pasangan hidupnya.4 mengingat perkawinan
adalah salah satu bagian terpenting dalam menciptakan keluarga yang
sakinah dan diridohi oleh Allah SWT. Maka dalam memilih calon suami
atau istri adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam perkawinan.
Oleh sebab itu islam memberikan solusi untuk memilih sifat-sifat
yang di anjurkan pada suami istri. Istri adalah unsur terpenting dalam
keluarga. Dialah yang melahirkan anak dan darinya pula terwariskan

segala perilaku, sifat, adat, serta kebiasaan. Oleh karena itu, syariat islam
menganjurkan untuk memilih seorang istri atas dasar agama dan akhlak.
Rasulullah Saw bersabda,

‫تُنك ُح‬:‫يصلى هُ علي ه وسلمقال‬
ّ ‫عن أبي هُزيزة رضي هُ عن هُ عن النّب‬
‫فزبذات ال ّدينتزبت‬
‫ ولدين هافاظ‬،‫ ولج مال ها‬،‫ ولحسب ها‬،‫ل مال ها‬:‫ع‬
ٍ ‫المزأةُ ِرب‬
‫ي د اك‬
Artinya :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. Pernah bersabda :
“perempuan dinikahi karena empat hal ; karena hartanya, karena status

3

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih,Fajar interpratama Offset,( Jakarta, 2003)
hal 81.
4
Ibid.

2

orang tuanya/keluarganya, karena kecantikannya dank arena agamanya,
maka kamu akan memperoleh keuntungan yang tidak terhingga”5
Dalam hadis ini, Rsulullah Saw. Menjelaskan bahwa seorang lelaki
bisa

terpengaruh

oleh

perempuan

pada

hartanya,

keturunanya,

kecantikannya, dan pada agamanya. Beliau memerintahkan agar
pertimbangan pertama ditumpukan pada agama. Karena sesungguhnya
harta,

keturunan

atau

kecantikan,

bisa

menjadi

penyebab

ketidakharmonisan kehidupan rumah tangga.6
Salah satu permasalahan utuk mencari pasangan yang baik adalah
masalah kafa’ah atau kufu’, kafa’ah menurut bahasa artinya setaraf atau
sederajat, kafa’ah dalam pernikahan menurut hukum islam

yaitu

keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami seingga masingmasing calon tidak merasa erat untuk melangsungkan pernikahan.7 penulis
melihat di masa sekarang orang cenderung mengabaikan kafa‘ah padahal
dalam Islam sendiri kafa‘ah sangat diperhatikan khususnya dalam
persoalan agama.
Adanya kafa’ah dalam perkawinan dimaksudkan sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya krisis rumah tangga. Keberadaannya
dipandang sebagai aktualisasi nilai-nilai dan tujuan perkawinan. Dengan
adanya kafa’ah dalam perkawinan diharapkan masing-masing calon
mampu mendapatkan keserasian dan keharmonisan. Berdasarkan konsep
Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif Az-Zabidi, Ringkasan hadis Shahih AlBukhari: Pustaka Amani ( Jakarta : 2002 ), hal 907.
6
Abdul Majiid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah: Era Intermedia (
Solo :2005), hal 7-8.
7
Abd. Rahman Ghazzaly, Fiqh Munakahat, Seri Buku Daras: Kencana ( Jakarta: 2003),
Hlm 96.
5

3

kafa’ah, seorang calon mempelai berhak menentukan pasangan hidupnya
dengan mempertimbangkan segi agama, keturunan, harta, pekerjaan
maupun hal yang lainnya.
Adanya berbagai pertimbangan terhadap masalah-masalah tersebut
dimaksudkan agar supaya dalam kehidupan berumah tangga tidak didapati
adanya ketimpangan dan ketidakcocokan. Selain itu, secara psikologis
seseorang yang mendapat pasangan yang sesuai dengan keinginannya akan
sangat

membantu

dalam

proses

sosialisasi

menuju

tercapainya

kebahagiaan keluarga, yaitu keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Mayoritas Fuqaha berpendapat bahwa kesetaraan ( kafa’ah ) dalam
pernikahan itu ada dan termasuk syarat lazimnya pernikahan. Akan tetapi,
diantara mereka pun masih berselisih pendapat dalam mengenai ukuran dari
kesetaraan itu sendiri.8 Ahmad dalam sebuah riwayat berpendapat, bahwa ia
menganggap kesetaraan itu ada pada agama dan kedudukan ( yakni posisi dalam
jabatan dan keluarga). Riwayat yang lain, menambahkan berupa status
kemerdekaan, pekerjaan, dan kekayaan.9 Menurut mazhab Hanafi ada enam sifat
kafa’ah yaitu, agama, islam, kemerdekaan, nasab harta dan profesi.10

Dalam hak kafa’ah, jumhur fuqaha berpendapat bahwa kafa’ah
merupakan hak bagi perempuan dan wali. Seseorang wali tidak boleh
menikahkan seorang perempuan dengan laki-laki yang tidak sekufu
dengannya, kecuali atas ridhanya dan ridha pada para wali yang lain.

Abdul Majid Mahmud Mathlub,Panduan Hukum Keluarga Sakinah: Era Itermedia (
Solo: 2005 ) hal. 197.
9
Ibi
10
Wahbah Az-Zuhaili : Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Alih bahasa oleh Abdul Hayyie AlKettani, Gema Insani ( Jakarta: 2011),jilid 9, hal.223.
8

4

Adapun menikahkannya dengan laki-laki yang tidak sekufu berarti
menimpakan aibkepadanya dan para walinya sehingga hal itu tidak
diperbolehkan, kecuali atas ridha dari mereka semua. Tetapi, apabila dia ridha
dan para walinya juga ridha, maka wali diperbolehkan untuk menikahkannya
dengan laki-laki tersebut. Larangan ini ditetapkan demi memelihara hak mereka.
Apabila mereka ridha, maka larangan ini hilang.11

Menurut mazhab Hmbali sifat kafa’ah juga ada lima: yaitu agama,
profesi, nasab, kemkamuran ( harta ), profesi. Mereka sepakat atas kafa’ah
dalam agama. Dan mazhab yang selain Maliki sepakat atas kafa’ah dalam
kemerdekaan, nasab, dan profesi.12 Dalam memandang kriteria kafa’ah
Dalam tradisi orang Jawa dalam memilih pasangan biasanya menggunakan
standar bobot, bibit, bebet. Bobot yaitu suatu tinjauan untuk memilih jodoh
dari segi harta (kekayaan) dan status sosialnya. Bibit adalah suatu tinjauan
dari segi nasab (keturunan) dan bebet merupakan tinjauan dari segi
akhlaknya.13
Namun konsep kafa’ah menurut Ibn Hazm berbeda dengan para
imam-imam mazhab, terutama imam syafi’i yang berpendapat

bahwa

kafa’ah merupakan syarat dalam lazimnya perkawinan, bukan syarat
sahnya perkawinan.14 Ibn Hazm sebagai pengembang madzhab Zâhirî
berpendapat bahwa kafâ’ah hanya berlaku dalam masalah keimanan saja,
karena pada hakekatnya orang Islam sama kedudukannya, bersaudara satu
11

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah: Tinta Abadi Gemilang ( Jakarta :2013 ), hal.409.
Wahbah Az-Zuhaili : Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Alih bahasa oleh Abdul Hayyie AlKettani, Gema Insani ( Jakarta: 2011),jilid 9, hal.223.
13
Umar Hasyim: Cara Mendidik Anak Dalam Islam: ( Jakarta: Bina Ilmu,t.t) hal. 42.
14
Wahbah Az-Zuhaili : Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Alih bahasa oleh Abdul Hayyie AlKettani, Gema Insani ( Jakarta: 2011),jilid 9, hal.216.
12

5

dengan yang lainnya sebagaimana firman Allah SWT surat al-Hujurât ayat
10:

  
“Sesungguhnya semua orang mukmin bersaudara”.15
Dari ayat di atas menunjukkan tidak adanya pembedaan antara mukmin
satu dengan lainnya,16 menurut Ibn Hazm laki-laki muslim mana saja, selama dia
bukan pezina, memiliki hak untuk menikah dengan perempuan muslim mana
saja, selama dia bukan pezina.17
Sedangkan konsep kafa’ah menurut Imam Syafi’i, dalam menentukan
ukuran sekufu bukan hanya sekedar keimanan saja akan tetapi terletak pada
Agama, nasab, status kemerdekaan, pekerjaan, dan tidak adanya cacat yang
membolehkan kyiar. Orang non Arab tidak sekufu dengan orang Arab, orang
Quraisy tidak sekufu dengan orang non Quraisy, keturunan Bani Hasyim dan
Bani Muthalib tidak sekufu dengan Bani lain, laki-laki fasik tidak sekufu dengan
perempuan terhormat.18
Atas dasar penjelasan di atas, penelitian ini di lakukan dengan

mengangkat pemikiran Ibn Hazm dan Imam Syafi’i tentang

konsep

kafa‘ah dalam perkawinan. Ibnu Hazm dan Imam Syafi’I merupakan
tokoh atau ulama yang berkompetent dalam bidang hukum Islam. Namun
Departemen Agama RI: Alqur’an Dan Terjemah, Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Pentafsir Alqur’an ( Jakarta:1971), hal.846.
16
Abi Muhammad Ali bin Ahmad Sa’id bin Hazm, al-Muhalla, vol. 10 (Beirut: Dar alFikr, t.t.), hal. 24.
17
Sayyid Sabiq: Fiqih Sunnah: Tinta Abadi Gemilang ( Jakarta :2013 ), hal.397.
18
Wahbah Zuahaili : Fiqih Imam Syafi’i: Almahira ( Jakarta: 2010), hal.470.
15

6

keduanya terjadi perbedaan pendapat.

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka, penulis mengangkat judul
penelitian tentang “KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN MENURUT
IBN HAZM DAN IMAM SYAFI’I”

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep kafa’ah dalam perkawinan menurut Ibn Hazm dan
Imam Syafi’i ?
b.

Bagaimana kedudukan hukum kafa’ah dalam perkawinan menurut Ibn
Hazm dan Imam Syafi’i ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permaslahan yang telah dirumuskan dan agar
penelitian ini menjadi terarah secara jelas maka perlu ditetapkan
tujuannya sebagai berikut:
a. Untuk

mengetahui

konsep

kafa’ah

dalam

perkawinan

menurut

perkawinan menurut Ibn Hazm dan Imam Syafi’i
b. Untuk mengetahui kedudukan hukum kafa’ah dalam perkawinan
menurut perkawinan menurut Ibn Hazm dan Imam Syafi’i
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis

7

Dengan adanya penelitian ini, peniliti mengharapkan agar skripsi
ini dapat menambah refrensi terkait dengan konsep kafa’ah dalam
perkawinan.
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi perkembangan ilmu-ilmu dalam hukum Islam.
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan refrensi di
bidang karya ilmiah serta dasar pemikiran bagi penelitian sejenis dimasa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini, agar para calon-calon pengantin
tidak mengabaikan dengan masalah kafa’ah ini, karena kafa’ah adalah
salah satu pertimbangan dan sangat penting untuk melangsungkan
sebuah pernikahan.
Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan agar skripsi
ini dapat membuka wacana-wacana baru bagi peneliti selanjutnya untuk
dapat membaca fenomena-fenomena yang terjadi saat ini dan masa
yang akan datang.
Dengan

adanya

penelitian

ini,

diharapkan

dapat

menjadi

sumbangan pemikiran sebagai bahan pelengkap dalam bidang Akhwal
Syakhsyiyyah, khususnya yang berkaitan dengan masalah hukum
perkawinan.
E. Kajian Terdahulu

8

Penelitian tentang kafa’ah telah banyak dilakukan oleh para peneliti
muslim.
Pertama: Zakiah Drajat dalam bukunya ilmu fiqih menyebutkan
bahwa kafa’ah ialah keseimbangan dan keserasian antara calon suami
dan isteri sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk
melangsungkan perkawinan.19
Kedua :Ibrahim Muhammad Al-Jamal dalam bukunya fiqih wanita
menyebutkan bahwa kafa’ah ialah kesepadanan antara suami dan
isterinya baik itu status sosialnya, ilmunya, akhlaknya maupun
hartanya.12
Ketiga : skripsi Haerul Anwar yang berjudul” Kafa’ah dalam
Perkawinan sebagai Pembentukan Keluarga Sakinah ( Studi kasus di desa
Kemang kecamatan Kemang Kaupaten Bogor)” Universitas Islam Negri
Hidayatullah Jakarta tahun 2009, bahwa kafa’ah adalah suami dan istri
harus sepadan.
Keempat : skripsi Muammad Ali Qoyyimuddin yang berjudul”
Analisis Hukum Islam Terhadap Konsep Kafa’ah Menurut KGPAA
Mangkunegara IV” Institut Agama Islam Negri Walisongo Semarang,
tahun 2008, bahwa kafa’ah mencakup ilmu pengetahuan, keturunan,
harta,ketaatan, kecantikan ,wibawa dan prilaku.
Kelima:

skripsi

Musafak

yang

berjudul”

Konsep

Kafa’a

DalamPernikaan”( Studi Pemikiran Mazhab Hanafi)” Universitas Negri
19

Zakiyah Daradjat , Ilmu fiqih, Cet ke-1 (Jakarta: Dana Bahakti Wakaf, 1995), hlm.73.

9

Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2010. Bahwa Kafa’ah adalah
antara suami dan sepadan dalam hal, ketururnan, agama, kekayaan,
kemerdekaan dan pekerjaan.
Meskipun sudah banyak para cendikiawan muslim atau sarjana
hukum yang membahas tentang kafa‘ah tetapi penulis tidak menjumpai
tulisan tentang konsep kafa‘ah yang mendeskripsikan pandangan Ibnu
Hazm dan Imam Syafi’i. Kajian sangat penting dan sangat membantu
aktivitas penetapan (istinbath) hukum yang sesuai dengan harapan atau
kepentingan masyarakat. Di sisi lain juga menunjukkan bahwa kajian ini
sangat kreatif dan solutif dalam konteks kepentingan hidup di zaman
modern ini.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian pustaka,
artinya sebagai objek penelitian yang utama adalah menelaah buku-buku
dan kitab-kitab yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud
menjelaskan tentang konsep dan kedudukan kafa’ah dalam perkawinan
menurut Ibn Hazm dan Imam Syafi’i.20
Sumber Data
a.

20

Primer

Moh. Nazir, Metode Penelitian,Ghalia Indonesia; ( Bogor: 2011 ), hal 54.

10

Sumber data primer terdiri dari, Buku-buku karya Ibn Hazm
almuhalla dan imam Syafi’i al-um atau fiqih imam Syafi’i, dan
buku fiqih tentang perkawinan
b.

Sekunder Sumber data sekunder yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai data primer yang berupa dokumendokumen, hasil penelitian dan buku-buku.21

G. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis adalah metode analisis
kritis dengan tujuan adalah mengkaji gagasan primer mengenai suatu
ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh gagasan sekunder yang
relevan. Fokus penelitian analitis kritis adalah menedeskripsikan,
membahas

dan

mengkeritik

gagasan

primer

selanjutnya”

dikonfrontasikan” dengan gagasan primer yang lain dalam upaya
melakukan

studi

yang

berupa

perbandingan,

hubungan,

dan

pengembangan model.22
H.

Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini
disusunlah sistematika penelitian skripsi sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar
belakang permasalahn yang diangkat oleh peneliti, rumusan masalah,

21

Ibid hal 50.
Yuyun: Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu,Penerbit
Nuansa,( Jakarta: 1998),hal.44-45.
22

11

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II: Kajian pustaka Bab ini memuat tentang landasan teori
secara umum tentang pengertian perkawinan, syarat perkawinan,
tujuan perkawinan,hukum perkawinan dam pengertian

kafa’ah

menurut para ulama
BAB III: Biografi Bab ini memuat tentang,biografi, pemikiran
hukum islam dan konteks sosial Ibn hazm dan Imam Syafi’i.
BAB IV: Hasil penelitian, Bab ini berisi tentang penelitian
konsep dan kedudukn kafa’ah dalam perkawinan menurut ibn Hazm
dan Imam Syafi’i.
BAB V: Kesimpulan dan saran, Bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran penulis atas penelitian tentang konsep kafa’ah
dan kedudukan hukum kafa’ah dalam perkawinan menurut Ibn Hazm
dan Imam Syafi’i

12